BAB III METODE PENELITIAN
A. Paradigma dan Desain Penelitian
Salah satu penyebab mahasiswa ilmu keolahragaan kurang berminat belajar sains dan biokimia pada khususnya karena mereka tidak menemukan manfaat atau peranan
matakuliah biokimia untuk mengembangkan skill olahraga yang diminatinya. Pembelajaran biokimia selama ini diawali dengan pemahaman konsep, prinsip, hukum
dan teori biokimia disertai dengan contoh aplikasinya dalam konteks olahraga kurang efektif untuk menunjukkan peranan biokimia dalam konteks olahraga.
Gambar 3.1. Paradigma Penelitian Adaptasi sel
Olahraga atau
Latihan
Biokimia
Meningkatkan kapasitas
motorik
Meningkatkan skill
Kasus-kasus Olahraga
Meningkatkan perfomance
Olahragawan
66
Penggunaan konteks olahraga dalam pembelajaran biokimia di fakultas ilmu keolahragaan diharapkan dapat menunjukkan hubungan yang menggambarkan peran
dan manfaat mempelajari biokimia dalam membentuk kompetensi mahasiswa di bidang olahraga. Mereka menjadi tertarik untuk belajar materi biokimia yang selama ini sering
dianggap sulit karena banyak mengandung konsep, prinsip dan teori biokimia yang kompleks dan abstrak. Agar tujuan tersebut tercapai maka konteks yang digunakan
melalui analisis kasus-kasus olahraga harus dikenal mahasiswa atau sering menjadi isu publik.
Kasus-kasus olahraga yang populer di masyarakat baik melalui media massa maupun dari pelaku olahraga pada umumnya mengandung aspek-aspek biokimia.
Mahasiswa yang mampu mengeksplorasi, mendeskripsikan dan menjelaskan kasus olahraga dengan baik akan dapat menunjukkan aspek-aspek biokimia yang selanjutnya
dapat memahaminya atau bahkan menguasainya. Melalui kasus yang telah dideskripsikan tersebut, mahasiswa akan mengidentifikasi aspek-aspek biokimia
sebagai acuan dalam menelusuri literatur untuk mendapatkan penjelasan tentang konsep, prinsip, hukum dan teori biokimia dalam setiap kasus olahraga. Selanjutnya
pemahaman biokimia mereka dalam kasus olahraga akan dimantapkan melalui diskusi kelompok dan diskusi panel antar kelompok dalam kelas.
Bertolak dari kasus olahraga yang menarik tersebut, dosen dapat mengarahkan mereka untuk mengenal dan memahami aspek-aspek biokimia sesuai dengan pokok
bahasan yang dipelajari. Aspek-aspek biokimia tersebut meliputi konsep, prinsip, hukum dan teori yang ditelusuri mahasiswa dari berbagai sumber literatur.
67
Dari uraian tersebut maka langkah awal dari penelitian ini adalah analisis kualitatif untuk mengkaji kasusfenomena olahraga, aspek-aspek biokimia serta
pembahasannya yang dibuat mahasiswa. Untuk mengetahui seberapa efektif penggunaan konteks olahraga dalam pembelajaran biokimia, kegiatan dilanjutkan
dengan pemberian pretes dan postes untuk mengukur literasi sport-biochemistry LiSBi mahasiswa. Selain itu, sebelum intervensi tersebut mahasiswa juga diberikan angket
untuk mengetahui sikap mahasiswa tentang biokimia dan pembelajarannya. Demikian pula halnya setelah semua rangkaian intervensi pembelajaran, mahasiswa diberikan
angket untuk mengetahui ada tidaknya perubahan sikap mahasiswa tentang biokimia dan pembelajarannya.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini dapat digolongkan sebagai penelitian yang melibatkan data kualitatif dan data kuantitatif atau termasuk penelitian
mixed method. Dalam penelitian mixed method terdapat empat jenis desain yang dapat digunakan, yaitu: 1 triangulation design, 2 embedded design, 3 explanatory design
dan 4 exploratory design. Embedded design terdiri dari tiga model, yaitu: embedded design, embedded experimental model, dan embedded correlational model. Oleh karena
penelitian ini mengembangkan sebuah model pembelajaran yang melibatkan kegiatan ujicoba eksperimen model tersebut, maka desain yang digunakan adalah embedded
design, yaitu: model ”Embedded Experimental Model” Creswell Clark, 2007 yang dapat digambarkan pada Gambar 3.2.
Tahap 1. Analisis kualitatif sebelum intervensi bertujuan untuk menggali
informasi kepada mahasiswa tentang kasus-kasus olahraga yang berkaitan dengan kondisi fisik atlet atau pelaku olahraga yang sudah dikenal mahasiswa atau menjadi isu
68
publik, kemampuan mahasiswa mendeskripsikan kasus olahraga, kemampuan mahasiswa menelusuri literatur untuk mendapatkan teori yang menjelaskan dan
Kelompok Eksperimen
Keterangan: Qual = kualitatif, QUAN = kuantitatif ditulis huruf besar karena kuantitatif lebih prioritas daripada kualitatif, LiSBi = literasi sport-biochemistry, dan
MAKOR = model pembelajaran berbasis analisis kasus olahraga
Gambar 3.2. Desain Penelitian mengidentifikasi aspek-aspek biokimia dalam kasus. Analisis kualitatif sebelum
intervensi juga akan mengkaji literatur-literatur yang dapat digunakan untuk mengembangkan aspek-aspek LiSBi literasi sport-biochemistry yang akan digunakan
untuk pengembangan instrumen pada tahap 2. Selain itu, analisis kualitatif sebelum intervensi juga bertujuan untuk mengetahui persepsi mahasiswa tentang biokimia,
ketersediaan literatur dan faktor pendukung pelaksanaan pembelajaran biokimia melalui analisis kasus olahraga. Hasil analisis kualitatif tersebut akan digunakan untuk membuat
Qual
Sebelum Intervensi:
Gambaran awal analisis
kasus persepsi
mahasiswa tentang
biokimia
Qual
Sebelum Pembela-
jaran: Gambaran
awal persepsi mahasiswa
tentang biokimia
QUAN
Pretes LiSBi
Qual Sesudah Intervensi:
Gambaran akhir analisis kasus
mahasiswa dan persepsi
mahasiswa tentang biokimia
Qual Sesudah Pembelajaran:
persepsi mahasiswa
tentang biokimia
QUAN
Postes LiSBi
Qual selama Intervensi: informasi kemampuan analisis kasus
mahasiswa dan penerapan model MAKOR
Interpretasi hasil- hasil QUAN
qual:
memberi makna hasil
implementasi berdasarkan uji
statistik uji-t, kemampuan analisis
kasus persepsi mahasiswa tentang
biokimia, serta analisis keunggulan
keterbatasan model MAKOR
yang dikembangkan
Kelompok Kontrol
QUAN
Pretes LiSBi
QUAN
Postes LiSBi
69
prototipemodel awal atau tahap-tahap pembelajaran. Tahap 1 menghasilkan prototipe model pengkajian kasus olahraga dan instrumen LiSBi.
Tahap 2. Model pembelajaran yang dikembangkan pada tahap 1 selanjutnya
diujicoba dengan menggunakan pendekatan kuasi eksperimen dengan menggunakan desain pretest-posttest control group design pada taraf signifikan,
α
= 0,05. Tes yang digunakan adalah tes LiSBi yang mengandung aspek kemampuan pemahaman konsep,
kemampuan mengidentifikasi isu-isu biokimia dalam aktivitas olahraga, kemampuan menjelaskan fenomena gerak olahraga secara ilmiah, kemampuan menggunakan fakta-
fakta olahraga dalam memahami aspek-aspek biokimia, dan minat mahasiswa belajar biokimia.
Sebelum dilanjutkan ke tahap 3 dilakukan pembelajaran biokimia dalam konteks
yang berbasis olahraga dengan menggunakan model yang dikembangkan pada tahap 1 selama 7 minggu atau 14 kali tatap muka. Selama perlakuan atau pembelajaran
berlangsung dilakukan analisis kualitatif yang diberikan pada setiap akhir pertemuan untuk mengetahui perkembangan kemampuan mahasiswa dalam mengeksplorasi kasus,
kemampuan mendeskripsikan, menjelaskan dengan menggunakan teori melalui literatur, mengidentifikasi aspek-aspek biokimia dalam kasus olahraga. Analisis
kualitatif selama ujicoba tersebut bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penerapan model pembelajaran
biokimia melalui analisis kasus olahraga. Berdasarkan hasil analisis sejumlah faktor yang terlibat dalam pembelajaran dilakukan perbaikan-perbaikan dalam penerapan
model sehingga diperoleh hasil yang maksimal dalam penerapan model tersebut secara efektif.
70
Tahap 3. Analisis kualitatif setelah intervensi bertujuan untuk mengetahui
perkembangan kemampuan mahasiswa dalam mengeksplorasi kasus, mendeskripsikan, menjelaskan dengan menggunakan teori melalui literatur, mengidentifikasi aspek-aspek
biokimia dalam kasus olahraga dan sikap mahasiswa melalui angket. Hasil analisis kualitatif setelah intervensi adalah faktor-faktor yang menjadi penyebab keberhasilan
penerapan model pembelajaran yang dicobakan.
Tahap 4. Interpretasi hasil kuantitatif QUAN dan kualitatif QUAL, yaitu
kegiatan yang dilakukan untuk memberikan makna terhadap hasil ujicoba dan hasil analisis kualitatif baik sebelum tahap 1, pada saat penerapan model tahap 2 maupun
setelah ujicoba berlangsung tahap 3. Hasil interpretasi tersebut akan mengarahkan kepada pembuatan kesimpulan berdasarkan hasil analisis data kuantitatif dan kualitatif.
B. Subjek Penelitian