d ipa 0908393 chapter3

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Paradigma dan Desain Penelitian

Salah satu penyebab mahasiswa ilmu keolahragaan kurang berminat belajar sains dan biokimia pada khususnya karena mereka tidak menemukan manfaat atau peranan matakuliah biokimia untuk mengembangkan skill olahraga yang diminatinya. Pembelajaran biokimia selama ini diawali dengan pemahaman konsep, prinsip, hukum dan teori biokimia disertai dengan contoh aplikasinya dalam konteks olahraga kurang efektif untuk menunjukkan peranan biokimia dalam konteks olahraga.

Gambar 3.1. Paradigma Penelitian Adaptasi sel

Olahraga atau Latihan

Biokimia

Meningkatkan kapasitas motorik

Meningkatkan

skill

Kasus-kasus Olahraga

Meningkatkan perfomance


(2)

Penggunaan konteks olahraga dalam pembelajaran biokimia di fakultas ilmu keolahragaan diharapkan dapat menunjukkan hubungan yang menggambarkan peran dan manfaat mempelajari biokimia dalam membentuk kompetensi mahasiswa di bidang olahraga. Mereka menjadi tertarik untuk belajar materi biokimia yang selama ini sering dianggap sulit karena banyak mengandung konsep, prinsip dan teori biokimia yang kompleks dan abstrak. Agar tujuan tersebut tercapai maka konteks yang digunakan melalui analisis kasus-kasus olahraga harus dikenal mahasiswa atau sering menjadi isu publik.

Kasus-kasus olahraga yang populer di masyarakat baik melalui media massa maupun dari pelaku olahraga pada umumnya mengandung aspek-aspek biokimia. Mahasiswa yang mampu mengeksplorasi, mendeskripsikan dan menjelaskan kasus olahraga dengan baik akan dapat menunjukkan aspek-aspek biokimia yang selanjutnya dapat memahaminya atau bahkan menguasainya. Melalui kasus yang telah dideskripsikan tersebut, mahasiswa akan mengidentifikasi aspek-aspek biokimia sebagai acuan dalam menelusuri literatur untuk mendapatkan penjelasan tentang konsep, prinsip, hukum dan teori biokimia dalam setiap kasus olahraga. Selanjutnya pemahaman biokimia mereka dalam kasus olahraga akan dimantapkan melalui diskusi kelompok dan diskusi panel antar kelompok dalam kelas.

Bertolak dari kasus olahraga yang menarik tersebut, dosen dapat mengarahkan mereka untuk mengenal dan memahami aspek-aspek biokimia sesuai dengan pokok bahasan yang dipelajari. Aspek-aspek biokimia tersebut meliputi konsep, prinsip, hukum dan teori yang ditelusuri mahasiswa dari berbagai sumber literatur.


(3)

Dari uraian tersebut maka langkah awal dari penelitian ini adalah analisis kualitatif untuk mengkaji kasus/fenomena olahraga, aspek-aspek biokimia serta pembahasannya yang dibuat mahasiswa. Untuk mengetahui seberapa efektif penggunaan konteks olahraga dalam pembelajaran biokimia, kegiatan dilanjutkan dengan pemberian pretes dan postes untuk mengukur literasi sport-biochemistry (LiSBi) mahasiswa. Selain itu, sebelum intervensi tersebut mahasiswa juga diberikan angket untuk mengetahui sikap mahasiswa tentang biokimia dan pembelajarannya. Demikian pula halnya setelah semua rangkaian intervensi pembelajaran, mahasiswa diberikan angket untuk mengetahui ada tidaknya perubahan sikap mahasiswa tentang biokimia dan pembelajarannya.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini dapat digolongkan sebagai penelitian yang melibatkan data kualitatif dan data kuantitatif atau termasuk penelitian

mixed method. Dalam penelitian mixed method terdapat empat jenis desain yang dapat

digunakan, yaitu: (1) triangulation design, (2) embedded design, (3) explanatory design dan (4) exploratory design. Embedded design terdiri dari tiga model, yaitu: embedded

design, embedded experimental model, dan embedded correlational model. Oleh karena

penelitian ini mengembangkan sebuah model pembelajaran yang melibatkan kegiatan ujicoba (eksperimen) model tersebut, maka desain yang digunakan adalah embedded

design, yaitu: model ”Embedded Experimental Model” (Creswell & Clark, 2007) yang

dapat digambarkan pada Gambar 3.2.

Tahap 1. Analisis kualitatif sebelum intervensi bertujuan untuk menggali

informasi kepada mahasiswa tentang kasus-kasus olahraga yang berkaitan dengan kondisi fisik atlet atau pelaku olahraga yang sudah dikenal mahasiswa atau menjadi isu


(4)

publik, kemampuan mahasiswa mendeskripsikan kasus olahraga, kemampuan mahasiswa menelusuri literatur untuk mendapatkan teori yang menjelaskan dan

Kelompok Eksperimen

Keterangan: Qual = kualitatif, QUAN = kuantitatif (ditulis huruf besar karena

kuantitatif lebih prioritas daripada kualitatif), LiSBi = literasi sport-biochemistry, dan MAKOR = model pembelajaran berbasis analisis kasus olahraga

Gambar 3.2. Desain Penelitian

mengidentifikasi aspek-aspek biokimia dalam kasus. Analisis kualitatif sebelum intervensi juga akan mengkaji literatur-literatur yang dapat digunakan untuk mengembangkan aspek-aspek LiSBi (literasi sport-biochemistry) yang akan digunakan untuk pengembangan instrumen pada tahap 2. Selain itu, analisis kualitatif sebelum intervensi juga bertujuan untuk mengetahui persepsi mahasiswa tentang biokimia, ketersediaan literatur dan faktor pendukung pelaksanaan pembelajaran biokimia melalui analisis kasus olahraga. Hasil analisis kualitatif tersebut akan digunakan untuk membuat

Qual Sebelum Intervensi: Gambaran awal analisis kasus & persepsi mahasiswa tentang biokimia Qual Sebelum Pembela-jaran: Gambaran awal persepsi mahasiswa tentang biokimia QUAN Pretes (LiSBi) Qual Sesudah Intervensi: Gambaran akhir analisis kasus mahasiswa dan persepsi mahasiswa tentang biokimia Qual Sesudah Pembelajaran: persepsi mahasiswa tentang biokimia QUAN Postes (LiSBi)

Qual selama Intervensi: informasi

kemampuan analisis kasus mahasiswa dan penerapan model MAKOR

Interpretasi hasil-hasil QUAN (qual): memberi makna hasil implementasi berdasarkan uji statistik (uji-t), kemampuan analisis kasus & persepsi mahasiswa tentang biokimia, serta analisis keunggulan & keterbatasan model MAKOR yang dikembangkan Kelompok Kontrol QUAN Pretes (LiSBi)) QUAN Postes (LiSBi)


(5)

prototipe/model awal atau tahap-tahap pembelajaran. Tahap 1 menghasilkan prototipe model pengkajian kasus olahraga dan instrumen LiSBi.

Tahap 2. Model pembelajaran yang dikembangkan pada tahap 1 selanjutnya

diujicoba dengan menggunakan pendekatan kuasi eksperimen dengan menggunakan desain pretest-posttest control group design pada taraf signifikan,

α

= 0,05. Tes yang digunakan adalah tes LiSBi yang mengandung aspek kemampuan pemahaman konsep, kemampuan mengidentifikasi isu-isu biokimia dalam aktivitas olahraga, kemampuan menjelaskan fenomena gerak olahraga secara ilmiah, kemampuan menggunakan fakta-fakta olahraga dalam memahami aspek-aspek biokimia, dan minat mahasiswa belajar biokimia.

Sebelum dilanjutkan ke tahap 3 dilakukan pembelajaran biokimia dalam konteks yang berbasis olahraga dengan menggunakan model yang dikembangkan pada tahap 1 selama 7 minggu atau 14 kali tatap muka. Selama perlakuan atau pembelajaran berlangsung dilakukan analisis kualitatif yang diberikan pada setiap akhir pertemuan untuk mengetahui perkembangan kemampuan mahasiswa dalam mengeksplorasi kasus, kemampuan mendeskripsikan, menjelaskan dengan menggunakan teori melalui literatur, mengidentifikasi aspek-aspek biokimia dalam kasus olahraga. Analisis kualitatif selama ujicoba tersebut bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penerapan model pembelajaran biokimia melalui analisis kasus olahraga. Berdasarkan hasil analisis sejumlah faktor yang terlibat dalam pembelajaran dilakukan perbaikan-perbaikan dalam penerapan model sehingga diperoleh hasil yang maksimal dalam penerapan model tersebut secara efektif.


(6)

Tahap 3. Analisis kualitatif setelah intervensi bertujuan untuk mengetahui

perkembangan kemampuan mahasiswa dalam mengeksplorasi kasus, mendeskripsikan, menjelaskan dengan menggunakan teori melalui literatur, mengidentifikasi aspek-aspek biokimia dalam kasus olahraga dan sikap mahasiswa melalui angket. Hasil analisis kualitatif setelah intervensi adalah faktor-faktor yang menjadi penyebab keberhasilan penerapan model pembelajaran yang dicobakan.

Tahap 4. Interpretasi hasil kuantitatif (QUAN) dan kualitatif (QUAL), yaitu

kegiatan yang dilakukan untuk memberikan makna terhadap hasil ujicoba dan hasil analisis kualitatif baik sebelum (tahap 1), pada saat penerapan model (tahap 2) maupun setelah ujicoba berlangsung (tahap 3). Hasil interpretasi tersebut akan mengarahkan kepada pembuatan kesimpulan berdasarkan hasil analisis data kuantitatif dan kualitatif.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah mahasiswa program studi S1 Ilmu Keolahragaan Fakultas Ilmu Keolahragaan di sebuah LPTK di Surabaya angkatan tahun 2010 sebanyak 107 orang yang sedang mempelajari matakuliah biokimia olahraga. Mahasiswa tersebut selanjutnya dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan menggunakan stratified random sampling berdasarkan jalur seleksi penerimaan mahasiswa baru, yaitu: (1) jalur penerimaan melalui penelusuran bakat dan minat calon mahasiswa (PMDK), (2) jalur SNMPTN (seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri), (3) SPMB-1 (seleksi mandiri LPTK lokasi penelitian yang dilakukan setelah proses seleksi SNMPTN dan sebelum pengumuman kelulusan SNMPTN tersebut dan (4) jalur seleksi SPMB-2 (seleksi


(7)

penerimaan mahasiswa baru di lokasi penelitian yang diselenggarakan setelah pengumuman SNMPTN).

Mahasiswa yang diterima melalui jalur PMDK adalah calon mahasiswa yang dianggap berprestasi di sekolah menengah asal masing-masing calon disamping telah lulus seleksi yang mekanisme dan kriterianya ditentukan oleh perguruan tinggi penerima. Mahasiswa yang diterima melalui jalur SNMPTN adalah mahasiswa yang lulus seleksi masuk perguruan tinggi lokasi penelitian yang ditetapkan melalui kriteria-kriteria terpusat secara nasional. Adapun mahasiswa yang diterima melalui jalur SPMB-1 dan SPMB-2 adalah seleksi mandiri, baik mekanisme dan kriteria seleksinya ditentukan oleh perguruan tinggi penerima. Bedanya, calon mahasiswa yang mengikuti seleksi SPMB-1 adalah mereka yang ragu tidak lulus SNMPTN atau tidak mengikuti SNMPTN sedangkan calon mahasiswa yang mengikuti seleksi SPMB-2 adalah mereka yang sudah jelas tidak lulus SNMPTN karena diselenggarakan setelah pengumuman SNMPTN. Berdasarkan pengalaman sebelumnya (tahun 2009) dimana mahasiswa yang diterima dari setiap jalur seleksi tersebut ditempatkan secara terpisah ke dalam kelas yang berbeda tampak bahwa mahasiswa yang diterima melalui jalur SNMPTN paling unggul (prestasi belajar dan suasana belajar mengajar yang lebih kondusif) kemudian disusul mahasiswa yang diterima melalui jalur PMDK jika dibandingkan dengan mahasiswa yang diterima melalui jalur SPMB-1 maupun SPMB-2 (Hasil studi lapangan tahun 2010). Dengan demikian jalur seleksi yang ditempuh mahasiswa dapat dijadikan sebagai dasar prediksi kemampuan awal akademik mahasiswa yang diterima di prodi S1 Ilmu Keolahragaan LPTK lokasi penelitian ini.


(8)

Dalam penelitian ini, mahasiswa yang diterima melalui keempat jalur seleksi tersebut secara acak dibagi ke dalam 4 kelas, yaitu kelas A, kelas B, kelas C dan kelas D. Selanjutnya, keempat kelas tersebut kemudian dipilih secara acak dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: kelas eksperimen (kelas A dan kelas B) dan kelas kontrol (kelas C dan kelas D). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa setiap kelas memiliki distribusi mahasiswa yang sama berdasarkan jalur seleksi (PMDK, SNMPTN, SPMB-1 dan SPMB-2). Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa mahasiswa pada kedua kelompok (eksperimen dan kontrol) relatif tidak berbeda ditinjau dari kemampuan akademiknya. Nilai rata-rata pretes mahasiswa kedua kelompok dalam tes SBL telah membuktikan asumsi tersebut disamping nilai-nilai matakuliah prasyarat biokimia, yaitu matakuliah biologi dan kimia yang dipelajari mahasiswa pada semester pertama sebelum memprogram matakuliah biokimia pada semester kedua.

Mahasiswa pada kedua kelompok tersebut mengikuti perkuliahan biokimia yang sama, baik kurikulum maupun materi biokimia termasuk buku acuan yang digunakan, namun berbeda dalam hal strategi perkuliahan yang digunakan dosen pengampu. Mahasiswa kelompok eksperimen (kelas A dan B) mengikuti pembelajaran biokimia melalui analisis kasus-kasus olahraga sedangkan mahasiswa pada kelompok kontrol (kelas C dan D) mengikuti pembelajaran biokimia secara konvensional, yaitu melalui penyajian materi dengan ceramah yang didukung oleh media visual (power point) disertai tanya jawab dan pemberian tugas mengerjakan soal-soal pada setiap akhir pokok bahasan yang tersedia melalui buku acuan.


(9)

C. Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini pada dasarnya terdiri dari tiga jenis instrumen, yaitu: (1) tes evaluasi LiSBi dalam konteks ilmu keolahragaan yang digunakan sebelum (pretes) dan sesudah (postes) kegiatan pembelajaran biokimia melalui analisis kasus-kasus olahraga, (2) angket, yaitu sekelompok pernyataan yang digunakan untuk mengetahui sikap mahasiswa tentang matakuliah biokimia sebelum dan setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran analisis kasus yang dikembangkan, dan (3) pedoman analisis tugas mahasiswa dalam melakukan analisis kasus-kasus olahraga baik secara individu maupun kelompok atau diskusi.

Pengembangan ketiga instrumen tersebut dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: (1) melakukan telaah kurikulum biokimia olahraga yang digunakan di lokasi penelitian untuk mengetahui topik/pokok bahasan perkuliahan biokimia olahraga, (2) mengkaji teori yang melandasi konsep LiSBi untuk menentukan karakteristik instrumen yang akan digunakan, mengembangkan dimensi dan indikator variabel yang akan diukur, (3) membuat kisi-kisi instrumen dalam bentuk tabel dalam bentuk dimensi, indikator, nomor butir dan jumlah butir, (4) menetapkan besaran atau parameter dalam setiap butir dalam bentuk rentangan kontinum, (5) menulis butir-butir instrumen dalam bentuk pertanyaan/pernyataan, (6) melakukan konsultasi terhadap butir-butir instrumen yang telah disusun kepada dosen pembimbing, (7) merevisi butir-butir instrumen sesuai dengan saran dosen pembimbing, (8) melakukan proses validasi dengan menggunakan validasi isi dalam bentuk expert judgment dengan meminta pendapat 3 pakar (pakar biokimia, pakar pendidikan IPA dan pakar ilmu keolahragaan), (9) melakukan


(10)

konsultasi dengan pembimbing untuk persiapan revisi instrumen berdasarkan saran dalam expert judgment, (10) melakukan revisi instrumen berdasarkan saran-saran ketiga pakar tersebut, (11) melakukan ujicoba di lapangan untuk mengetahui validasi empirik butir soal dan reliabilitas instrumen, (12) melakukan analisis butir, butir-butir yang tidak valid diperbaiki dan dirakit kembali, (13) menghitung koefisien reliabilitas instrumen, dan perakitan kembali butir-butir instrumen yang memiliki nilai validitas, tingkat kesukaran atau daya pembeda yang bernilai negatif untuk dijadikan instrumen penelitian.

Berdasarkan hasil telaah kurikulum dan kajian teori yang relevan, tes LiSBi terdiri dari 50 item yang terdistribusi dalam 10 SBU (sport-biochemistry unit) sesuai dengan kurikulum biokimia olahraga yang berlaku di lokasi penelitian. Kesepuluh SBU tersebut ditampilkan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Topik/Pokok Bahasan Literasi Sport-Biochemistry (LiSBi)

SBU Topik/Pokok bahasan

SBU-1 SBU-2 SBU-3 SBU-4 SBU-5 SBU-6 SBU-7 SBU-8 SBU-9 SBU-10

Sel (adaptasi fungsi sel dan komponen-komponennya selama latihan) Air (dehidrasi dan dampaknya pada atlet)

Elektrolit (keseimbangan elektrolit)

Sistem buffer (jenis dan peran sistem buffer) Enzim (peran enzim dan adaptasinya selama latihan) Hormon (peran hormon dan adaptasinya selama latihan)

Metabolisme energi (konservasi energi, degradasi energi dan faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan energi)

Metabolisme karbohidrat (aerob, anaerob dan perhitungan jumlah energi) Metabolisme lemak (metabolisme aerob dan perhitungan jumlah energi) Metabolisme protein (fungsi protein dan metabolismenya)

Pengembangan item-item tes dalam tiap SBU masih mengacu pada model instrumen PISA 2003 (OECD, 2003). Meskipun demikian instrumen yang dikembangkan juga mengakomodasi PISA 2006 yang telah dikembangkan dengan lebih kompleks (Bybee,


(11)

McCray, 2011) yaitu dengan pemberian angket untuk mengukur sikap mahasiswa terhadap biokimia secara terpisah. Hal ini dilakukan selain karena untuk penyederhanaan agar tampak lebih mudah bagi mahasiswa ilmu keolahragaan juga karena karakteristik model pembelajaran yang dikembangkan yang berbasis pada analisis kasus-kasus olahraga. Faktor lain yang perlu mendapatkan perhatian adalah pernyataan Rodrigues dan Oliveira (2009) bahwa mengakses literasi sains harus melibatkan ilmu pengetahuan faktual (sesuai dengan konteks dan kurikulum). Itulah sebabnya tiap SBU terdiri dari 5 item tes yang mencakup 3 jenis proses, yaitu: (1)

describing, explaining and predicting sport-biochemistry phenomena, (2)

understanding sport-biochemistry investigation, dan (3) interpreting sport-biochemistry evidence and conclusion (OECD, 2003). Persentase setiap proses ditampilkan pada

Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Proses-proses dalam Tes Literasi Sport-Biochemistry

Karakteristik Proses Jumlah

Item

Persentase (%) Proses 1: Describing, explaining and predicting sport-

biochemistry phenomena

Proses 2: Understanding sport-biochemistry investigation Proses 3: Interpreting sport-biochemistry evidence and

Conclusion

30 10 10

60 20 20

Setiap SBU, proses 1 terdiri dari 3 item tes, sedangkan proses 2 dan proses 3 masing-masing terdiri dari 1 item tes. Sesuai dengan jumlah pokok bahasan, jumlah butir soal tes SBL sebanyak 50 butir tes, yaitu 30 butir item tes proses 1, dan masing-masing 10 butir item tes untuk proses 2 dan proses 3. Proses 1 lebih banyak (3 item tes) daripada dua proses lainnya (proses 2 dan proses 3) yang masing-masing hanya 1 item disebabkan oleh model pembelajaran yang digunakan yaitu pembelajaran biokimia


(12)

melalui analisis kasus-kasus olahraga yang berbasis pada kemampuan mendeskripsikan dan menjelaskan serta mempresentasikan kasus olahraga. Melalui kemampuan mendeskripsikan dan menjelaskan serta mempresentasikan kasus, mereka diharapkan akan dapat memahami bagaimana proses investigasi, menginterpretasi data atau fakta yang terdapat dalam kasus dan kemudian menghasilkan kesimpulan. Ketiga proses tersebut didistribusikan dan ditulis secara acak pada nomor-nomor item tes dalam setiap SBU dalam 4 jenis pertanyaan, yaitu: (1) S-R (structured-response), OC-R (open

constructed-response), M-C (multiple choice) dan CM-C (complex multiple-choice)

dengan distibusi yang sama pada setiap SBU. Distribusi jenis-jenis pertanyaan tersebut ditampilkan pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Persentase Jenis Pertanyaan dalam Tes LiSBi

Jenis Pertanyaan Jumlah Item Persentase (%)

Structured-response (S-R)

Open constructed-response (OC-R) Multiple-choice (M-C)

Complex multiple-choice (CM-C)

10 20 10 10

20 40 20 20

Setiap butir soal diberi rentang nilai 0 - 1, kecuali soal nomor 5 SBU-6 diberi rentang nilai 0 – 2 (proses 1) yang ditulis dalam bentuk S-R dan soal nomor 2 SBU-10 (proses 1) dalam bentuk OC-R diberi rentang nilai 0 – 3 karena memiliki tingkat kesulitan dan kompleksitas yang lebih tinggi daripada soal-soal lainnya. Pemberian skor pada setiap jawaban pertanyaan yang ditulis dalam bentuk OC-R dan CM-C tidak selalu bulat tergantung pada tingkat kebenaran jawaban mahasiswa sedangkan pada soal-soal yang ditulis dalam bentuk M-C dan S-R diberi skor dikotomi, yaitu jawaban benar diberi skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0. Skor total semua butir soal tes LiSBi


(13)

adalah 53. Waktu mengerjakan tes LiSBi semula ditetapkan sebanyak 100 menit dengan asumsi waktu menyelesaikan tiap butir soal masing-masing 2 menit.

Validasi instrumen SBL ditentukan dengan menggunakan validitas isi, yaitu dengan meminta pertimbangan 3 validator, yaitu 1 validator pakar biokimia (Guru besar biokimia), 1 validator pakar pendidikan IPA dan 1 validator pakar ilmu keolahragaan. Hasil validasi pakar terhadap semua sport-biochemistry unit (SBU) dalam tes LiSBi menunjukkan bahwa ketiga pakar pada dasarnya menerima semua item tes dalam LiSBi baik dari aspek pesan singkat, pertanyaan-pertanyaan dalam tes, jawaban pertanyaan maupun skor jawaban pertanyaan. Tak ada satu pun pakar yang menyatakan menolak suatu item tes ditinjau dari keempat aspek tersebut. Meskipun demikian pada setiap SBU, ada beberapa aspek yang mendapat catatan saran untuk revisi dari satu atau dua pakar. Hanya SBU-5 pada aspek pesan singkat, ketiga pakar memberikan saran revisi. Aspek-aspek yang banyak mendapatkan saran revisi adalah aspek pesan singkat dan pertanyaan pada setiap SBU. Adapun jawaban pertanyaan dan skor hampir semuanya diterima tanpa revisi. Aspek-aspek dari setiap item tes yang diterima dengan revisi selanjutnya direvisi sesuai dengan saran validator sehingga semua item-item tes dalam LiSBi dinyatakan valid.

Reliabilitas tes LiSBi ditentukan melalui ujicoba instrumen pada 36 mahasiswa sebuah LPTK di lokasi penelitian angkatan tahun 2009 yang sudah lulus mata kuliah biokimia olahraga dengan menggunakan metode belah dua (split-half method). Melalui metode belah dua tersebut, soal-soal dalam tes SBL dibagi menjadi dua bagian yang sama berdasarkan pada nomor sport-biochemistry unit (SBU), yaitu SBU bernomor ganjil dan SBU bernomor genap. Pembagian butir soal berdasarkan nomor SBU


(14)

tersebut karena setiap SBU pada dasarnya memiliki karakteristik, seperti: jenis proses, jenis pertanyaan dan kemampuan yang diukur relatif sama meskipun pengukuran dilakukan dalam konteks yang berbeda sesuai dengan pokok bahasan. Selain karena alasan-alasan tersebut metode belah dua dipilih karena tingkat ketelitian yang relatif lebih terjamin dibandingkan dengan metode test-retest disamping mudah dilakukan karena cukup dengan sekali ujicoba (Oppenheim, 1992; Arikunto, 1998).

Melalui ujicoba instrumen tersebut, selain untuk menentukan reliabilitas instrumen LiSBi juga menentukan 3 parameter, yaitu: (1) validitas tiap butir soal, (2) daya pembeda tiap butir soal, dan (3) tingkat kesukaran tiap butir soal dalam tes LiSBi. Validasi tiap butir soal dilakukan dengan menggunakan analisis korelasi Pearson (rxy):

N ΣXY – (ΣX)(ΣY) rxy =

[NΣX2 – (ΣX)2][NΣY2 – (ΣY)2] Keterangan:

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

N = jumlah mahasiswa

X = jumlah nilai setiap butir soal dalam tes LisBi Y = Nilai tes setiap mahasiswa

dengan kriteria seperti yang ditampilkan pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4. Kriteria Nilai Validasi Butir Soal (Arikunto, 2008)

Nilai rxy Kategori

0,81 ≤ r xy ≤ 1,00

0,61 ≤ r xy ≤ 0,80

0,41 ≤ r xy ≤ 0,60

0,21 ≤ r xy ≤ 0,40

0,00 ≤ r xy ≤ 0,20

Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah


(15)

Penghitungan daya beda dilakukan dengan menggunakan rumus (Arikunto, 2008):

BA BB

DP = - = PA - PB JA JB

Keterangan:

DP = daya pembeda

BA = jumlah kelompok atas yang menjawab benar JA = jumlah kelompok atas

BB = Jumlah kelompok bawah yang menjawab benar JB = jumlah kelompok bawah

PA = Proporsi kelompok atas yang menjawab benar PB = Proporsi kelompok bawah yang menjawab benar Dengan kriteria yang ditampilkan dalam Tabel 3.5.

Tabel 3.5. Kriteria Daya Pembeda

Nilai Daya Pembeda Interpretasi

0,00 – 0,20 0,20 – 0,40 0,40 – 0,70 0,70 – 1,00

Jelek Cukup

Baik Baik Sekali

Penentuan tingkat kesukaran (TK) dilakukan dengan menggunakan rumus (Arikunto, 2008) sebagai berikut:

Jumlah mahasiswa yang menjawab soal dengan benar TK =

Jumlah seluruh mahasiswa

Kriteria tingkat kesukaran butir soal ditampilkan dalam Tabel 3.6.

Tabel 3.6. Kriteria Tingkat Kesukaran Butir Soal

Nilai Tingkat Kesukaran Interpretasi

0,00 – 0,30 0,30 – 0,70 0,70 – 1,00

Sukar Sedang Mudah


(16)

Hasil perhitungan validitas butir soal pada setiap SBU secara ringkas ditampilkan pada Tabel 3.7.

Berdasarkan nilai validitas diketahui dua butir soal yang memiliki nilai validitas negatif atau kategori jelek, yaitu butir 1 SBU-6 dan butir 1 SBU-8. Tidak ada satu butir soal yang mencapai kategori baik.

Tabel 3.7. Nilai Rentang Validitas Butir Soal Setiap Sport-Biochemistry Unit (SBU)

Jenis SBU Rentang Nilai Kategori

SBU-1 SBU-2 SBU-3 SBU-4 SBU-5 SBU-6 SBU-7 SBU-8 SBU-9 SBU-10

0,039 – 0,588 0,129 – 0,364 0,097 – 0,424 0,077 – 0,363 0,489 – 0,591 -0,082 – 0,525 0,139 – 0,503 -0,113 – 0,495 0,111 – 0,493 0,119 – 0,326

Sangat rendah – Cukup Sangat rendah – Rendah

Sangat rendah – Cukup Sangat rendah – Rendah

Cukup – Cukup Jelek – Cukup Sangat rendah – Cukup

Jelek – Cukup Sangat rendah - Cukup Sangat rendah – Rendah

Hasil perhitungan daya pembeda butir soal dalam tes LiSBi pada setiap SBU mengandung daya pembeda butir soal yang bervariasi, yaitu dari kategori jelek sampai dengan kategori baik. Daya pembeda butir soal setiap SBU secara ringkas ditampilkan pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8. Nilai Rentang Daya Pembeda Butir Soal Setiap SBU

Jenis SBU Rentang Nilai Kategori

SBU-1 SBU-2 SBU-3 SBU-4 SBU-5 SBU-6 SBU-7 SBU-8 SBU-9 SBU-10

0,06 – 0,61 0,11 – 0,44 0,06 – 0,50 0,05 – 0,33 0,12 – 0,50 0,00 – 0,56 0,06 – 0,28 -0,06 – 0,28

0,06 – 0,39 -0,05 – 0,22

Jelek – Baik Jelek – Baik Jelek – Baik Jelek – Baik Jelek – Baik Jelek – Baik Jelek – Cukup Sangat jelek – Cukup

Jelek - Cukup Sangat jelek – Cukup


(17)

Berdasarkan analisis daya pembeda diketahui 2 butir soal yang tergolong sangat jelek karena memiliki nilai daya pembeda negatif, yaitu butir 1 8 dan butir 1 SBU-10. Berdasarkan tingkat kesukarannya, butir-butir soal dalam tes LiSBi pada umumnya tergolong dalam kategori sukar dan sedang. Hanya satu butir soal yang termasuk dalam kategori mudah, yaitu butir 2 SBU-2 dengan nilai tingkat kesukaran sebesar 0,78. Secara ringkas, tingkat kesukaran butir soal ditampilkan pada Tabel 3.9. SBU-1 memiliki butir soal kategori sedang kecuali butir 5 yang termasuk kategori sukar dengan nilai tingkat kesukaran 0,19. Sebaliknya, SBU-7, SBU-8, SBU-9 dan SBU-10 masing-masing hanya memiliki satu butir soal kategori sedang sedangkan lainnya tergolong kategori sukar. Adapun SBU-2, SBU-3, SBU4, SBU-5 dan SBU-6 memiliki butir soal dengan kategori sukar dan kategori sedang yang relatif berimbang.

Berdasarkan ketiga kriteria tersebut, ditemukan 3 butir soal yang memiliki satu atau lebih parameter yang bernilai negatif, yaitu: butir 1 pada SBU-6, butir 1 pada SBU-8, dan butir 1 pada SBU-10. Selain ketiga butir soal tersebut, semua butir soal memiliki nilai ketiga parameter yang positif. Butir-butir soal yang memiliki nilai ketiga parameter yang tidak negatif (positif) langsung dapat digunakan tanpa revisi sedangkan butir soal yang memiliki satu parameter atau lebih yang bernilai negatif dikonsultasikan dengan pembimbing sebelum kemudian dilakukan revisi. Menurut Djaali dan Muljono (2008), berdasarkan hasil analisis butir, butir-butir yang tidak valid dikeluarkan (dibuang) atau diperbaiki (dirakit kembali). Dengan demikian berdasarkan hasil analisis butir tersebut, dalam penelitian ini tidak ada butir soal dalam LiSBi yang dibuang.

Reliabilitas tes LiSBi ditentukan dengan menghitung nilai korelasi antara nilai mahasiswa pada SBU bernomor ganjil dengan nilai mahasiswa pada SBU bernomor


(18)

genap dengan menggunakan korelasi Pearson. Perhitungan koefisien korelasi tersebut dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS seri-12. Ringkasan hasil uji korelasi tersebut tampak pada Tabel 3.10.

Tabel 3.9. Nilai Rentang Tingkat Kesukaran Butir Soal Setiap SBU

Jenis SBU Rentang Nilai Kategori

SBU-1 SBU-2 SBU-3 SBU-4 SBU-5 SBU-6 SBU-7 SBU-8 SBU-9 SBU-10

0,19 – 0,64 0,25 – 0,78 0,14 – 0,58 0,03 – 0,56 0,11 – 0,64 0,25 – 0,39 0,03 – 0,36 0,00 – 0,39 0,03 – 0,64 0,00 – 0,31

Sukar – Sedang Sukar – Mudah Sukar – Sedang Sukar – Sedang Sukar – Sedang Sukar – Sedang Sukar – Sedang Sukar – Sedang Sukar – Sedang Sukar – Sedang

Jika dikonfirmasi dengan kriteria pada Tabel 3.4. dapat dikatakan bahwa nilai korelasi SBU ganjil dan SBU genap tergolong tinggi dan signifikan pada taraf signifikan 0,01.

Tabel 3.10. Nilai Korelasi SBU Ganjil-Genap

Nilai Statistik SBU Ganjil SBU Genap

Mean Standar deviasi N Korelasi, r 6,6944 3,3685 36 0,620** 6,3889 2,6675 36 0,620** ** signifikan pada level signifikan 0,01.

Selanjutnya, nilai reliabilitas tes LiSBi ditentukan dengan menggunakan rumus berikut:

2 x rxy

rxy =

1 + r xy

rxy = nilai korelasi Pearson ganjil-genap (Arikunto, 2008)


(19)

Dengan menggunakan rumus tersebut diperoleh nilai koefisien korelasi, rxy = 0,765.

Menurut Litwin (1995), koefisien reliabilitas pada taraf 0,70 atau lebih dapat diterima sebagai instrumen dengan reliabilitas yang baik, sedangkan menurut Nunnally (1970), koefisien reliabilitas yang memadai sebaiknya terletak di atas 0,60. Dengan demikian ditinjau dari reliabilitasnya, instrumen LiSBi tergolong baik.

Berdasarkan hasil ujicoba, waktu mengerjakan soal LiSBi semula ditetapkan 100 menit berubah menjadi 150 menit. Perubahan tersebut dilakukan karena waktu rata-rata yang dibutuhkan oleh mahasiswa ilmu keolahragaan di lokasi ujicoba memerlukan waktu sekitar 3 menit untuk menjawab setiap butir soal sehingga untuk menjawab 50 butir soal diperlukan waktu sebanyak 150 menit. Waktu 3 menit tersebut dibuat dengan asumsi waktu membaca setiap kasus yang disediakan 1 menit sehingga setiap SBU diberikan waktu 5 menit untuk membaca dan memahami kasus yang disediakan sebelum kemudian menjawab butir-butir soal dengan alokasi waktu masing-masing 2 menit.

Berdasarkan skor yang diperoleh setiap mahasiswa pada tes LiSBi tersebut dapat ditetapkan level literasi sport-biochemistry (LiSBi) yang dicapai mahasiswa baik sebelum maupun sesudah pembelajaran. Pedoman yang digunakan dalam penentuan level LiSBi mahasiswa dikembangkan berdasarkan pada karakteristik setiap level Bybee (1997) dan literasi sains PISA 2003 serta item-item pertanyaan dalam tes LiSBi. Pedoman penetapan level literasi sport-biochemistry mahasiswa ditampilkan pada Tabel 3.11.

Selain menggunakan instrumen literasi sport-biochemistry, dalam penelitian ini juga menggunakan angket untuk mengukur sikap mahasiswa terhadap biokimia


(20)

olahraga (attitudes towards sport-biochemistry). Menurut Woonough (1994) dan Osborne (2003), sikap terhadap sains memiliki domain sikap sebagai berikut: persepsi guru sains, kecemasan terhadap sains, keyakinan diri terhadap sains, motivasi belajar sains, senang terhadap sains, sikap peer dan teman terhadap sains, sikap orang tua

Tabel 3.11. Pedoman Penentuan Level LiSBi Mahasiswa Berdasarkan tes LiSBi (Shwartz, Ben-Zvi & Hofstein, 2006; Bybee, 1997; PISA, 2003, & PISA, 2006)

Level Literasi Sport-Biochemistry (LiSBi)

Skor

Proses-1 Proses-2 Proses-3

Level-1

Sport-biochemistry illiteracy

0 0 0

Level-2

Nominal sport-biochemistry literacy

0 - 6 0 0

Level-3

Functional sport-biochemistry literacy

6 - 13 0 0

Level-4

Conceptual sport-biochemistry literacy

13 - 21 1 - 4 0 - 3

Level-5

Multidomensional sport-biochemistry literacy

21 - 32 4 - 9 3 - 10

terhadap sains, hakekat lingkungan belajar, prestasi belajar sains, usaha agar tidak gagal dalam belajar sains. Dalam penelitian ini, sikap terhadap biokimia olahraga diukur dalam domain sikap terhadap biokimia, sikap terhadap perkuliahan biokimia, keyakinan berhasil dalam belajar biokimia dan peranan biokimia dalam menunjang karir mereka. Dalam bidang keolahragaan sikap demikian dapat dikategorikan sebagai domain afektif (Kanasa & Nichols, 2008).

Angket yang digunakan terdiri dari 4 komponen, yaitu: (1) sikap mahasiswa terhadap biokimia, (2) sikap mahasiswa terhadap perkuliahan biokimia, (3) keyakinan mahasiswa berhasil dalam belajar biokimia dan (4) sikap mahasiswa tentang peranan biokimia untuk berkarir di bidang keolahragaan. Dari keempat kategori tersebut


(21)

dikembangkan 20 item pernyataan sikap yang disusun dalam bentuk pernyataan positif dan pernyataan negatif dengan menggunakan skala Likert (sangat setuju/SS, setuju/S, ragu-ragu/R, tidak setuju/TS dan sangat tidak setuju/STS) (Kanasa & Nichols, 2008). Sebaran item-item angket tersebut ditampilkan dalam Tabel 3.12.

Tabel 3.12. Sebaran Pernyataan-pernyataan Angket pada Setiap Komponen

Komponen Sikap Jumlah

Item

Pernyataan (+) (60%)

Pernyataan (-) (40%)

No. Item No. Item

1. Sikap terhadap biokimia

2. Sikap terhadap perkuliahan biokimia 3. Keyakinan berhasil belajar biokimia 4. Peran biokimia untuk mendukung karir di

bidang keolahragaan

5 5 5 5

1, 3, 15 2, 5, 19 7, 9, 14 13, 16, 18

10, 17 4, 12 6, 20 8, 11

Validasi angket dilakukan melalui validasi isi dalam bentuk expert judgment yang melibatkan 3 orang pakar, yaitu: (1) pakar biokimia, (2) pakar pendidikan sains dan (3) pakar ilmu keolahragaan. Hasil validasi angket menunjukkan bahwa pada umumnya semua item dalam angket diterima tanpa revisi. Hanya 3 item yang diterima dengan revisi oleh seorang validator namun diterima tanpa revisi oleh dua validator lainnya. Revisi tersebut hanya berkaitan dengan redaksi item angket tetapi bukan pada aspek substansinya. Berdasarkan saran validator ketiga item yang mendapat catatan revisi dikonsultasikan dengan pembimbing dan kemudian direvisi sesuai dengan saran validator dan pembimbing. Adapun item lainnya yang diterima tanpa revisi langsung dapat digunakan. Dengan demikian semua item pernyataan yang digunakan dalam angket ini dapat dinyatakan valid. Dalam penelitian ini kualitas angket hanya ditentukan dengan menggunakan expert judgment.


(22)

Instrumen pedoman penilaian tugas mahasiswa bertujuan untuk menganalisis tugas-tugas mahasiswa pada kelompok eksperimen yang mengikuti pembelajaran biokimia melalui analisis kasus-kasus olahraga. Pedoman penilaian tugas ini dikembangkan dengan mengacu pada tugas-tugas mahasiswa dalam perkuliahan, yaitu: (1) penilaian kemampuan mengeksplorasi kasus, (2) penilaian kemampuan mendeskripsikan kasus, (3) penilaian kemampuan menjelaskan kasus, dan penilaian mempresentasikan hasil analisis kasus. Penilaian kemampuan mengeksplorasi, mendeskripsikan dan menjelaskan kasus dilakukan secara individual atau untuk setiap mahasiswa sedangkan kemampuan mempresentasikan kasus dilakukan secara berkelompok.

Kemampuan mengeksplorasi kasus terdiri dari 4 komponen, yaitu: (1) jumlah kasus yang dieksplorasi (NJE), (2) jumlah kasus yang relevan dengan olahraga (NRO), (3) jumlah kasus yang relevan dengan biokimia (NRB), dan jumlah kasus yang urgen untuk dikaji ditinjau dari konsep ilmu keolahragaan (NUK). Kemampuan mendeskripsikan kasus dinilai dari 6 komponen pertanyaan “who”, “what”,” when”,

“where”, “why” dan “how” atau disingkat W5H. Kemampuan menjelaskan kasus dinilai dari 3 komponen, yaitu: (1) jumlah literatur (JL) yang digunakan untuk menjelaskan kasus, (2) kemampuan menjelaskan aspek-aspek biokimia dalam kasus (ABK), dan (3) kemampuan membuat paparan, argumen dan kesimpulan tentang kasus yang dijelaskan (PAK). Kemampuan mempresentasikan kasus ditinjau dari 4 komponen, yaitu: (1) bahan presentasi (BP), (2) kemampuan menyajikan hasil diskusi kelompok (PHD), (3) kemampuan menjawab pertanyaan dalam diskusi (JP) dan (4)


(23)

kemampuan membuat kesimpulan hasil diskusi (KHD). Penskoran dari setiap aspek ditampilkan pada Tabel 3.13.

Berdasarkan skor dari setiap komponen penilaian tugas tersebut dapat dihitung skor total setiap komponen tugas. Dengan target 3 kasus dan minimal 1 kasus untuk setiap mahasiswa, maka skor total untuk setiap komponen sebagai berikut: (1) kemampuan mengeksplorasi kasus, skor total sebesar 30, kemampuan mendeskripsikan kasus, skor total 30, dan kemampuan menjelaskan kasus (explanation) skor total 60, sedangkan kemampuan presentasi dalam diskusi (1 kasus/kelompok) dengan skor total 28. Namun jika mahasiswa mampu menganalisis lebih dari 3 kasus, maka skornya akan

Tabel 3.13. Pedoman Penskoran Tugas Mahasiswa

Jenis Tugas Skor Jenis Tugas Skor

A. Kemampuan mengeksplorasi kasus

1. Jumlah kasus dieksplorasi 2. Jumlah kasus relevan dengan

olahraga

3. Jumlah kasus relevan dengan biokimia

4. Jumlah kasus yang urgen untuk dikaji

B. Kemampuan mendeskripsikan kasus dari 6 komponen

pertanyaan: 1. Who 2. What 3. Where 4. When 5. Why 6. How 1/kasus 3/kasus 3/kasus 3/kasus

0 – 1 0 – 2 0 – 1 0 – 1 0 – 2 0 – 3

C. Kemampuan menjelaskan kasus

1. Jumlah literatur

2. Aspek-aspek biokimia kasus 3. Paparan, argumen dan

kesimpulan tentang kasus yang dijelaskan

D. Kemampuan

mempresentasikan kasus 1. Bahan presentasi 2. Penyajian hasil diskusi 3. Menjawab pertanyaan 4. Menyimpulkan hasil diskusi

0 – 5 0 – 5 0 – 10

1 – 4 1 – 4 0 – 10 0 – 10

diakumulasikan dalam skor capaian tugas mahasiswa. Dengan demikian tidak ada nilai skor maksimum dari setiap komponen tugas analisis kasus olahraga. Skor mahasiswa tergantung pada jumlah kasus yang dianalisis.


(24)

Kualitas instrumen pedoman penilaian tugas hanya mengandalkan hasil dari

expert judgment. Berdasarkan hasil validasi ketiga pakar, semua aspek dalam pedoman

penilaian tugas mahasiswa diterima. Namun pada semua jenis tugas (mengeksplorasi, mendeskripsikan, mengaplikasikan dan mempresentasikan kasus) dari aspek penskoran parameter pada umumnya mendapatkan saran revisi terutama yang berkaitan dengan pembobotan. Sedangkan aspek paramater penilaian diterima tanpa revisi. Hasil validasi pedoman penilaian tugas ini selanjutnya dikonsultasikan kepada pembimbing untuk direvisi sesuai dengan saran ketiga expert.

D. Prosedur Penelitian

Berdasarkan desain mixed method yang digunakan, langkah-langkah dalam pelaksanaan kegiatan penelitian dapat dibagi menjadi 3 tahap utama, yaitu: (1) tahap persiapan dalam bentuk studi pendahuluan yang dilakukan melalui studi lapangan dan studi pustaka, (2) tahap pelaksanaan yang meliputi ujicoba terbatas dan ujicoba skala besar, dan (3) tahap interpretasi untuk memberi makna terhadap hasil ujicoba skala besar. Secara skematik, seluruh rangkaian tahap penelitian diuraikan pada Gambar 3.3.

1. Tahap Persiapan

Studi pendahuluan yang dilakukan melalui studi lapangan dan studi pustaka. Studi lapangan bertujuan untuk mendapatkan gambaran awal tentang sensitivitas mahasiswa terhadap kasus-kasus olahraga yang sudah menjadi isu publik, kemampuan mahasiswa mendeskripsikan dan memahami kasus dan menelusuri literatur yang berkaitan dengan kasus. Dalam studi lapangan juga akan dilakukan analisis kebutuhan mahasiswa dalam


(25)

matakuliah biokimia dan menetapkan kasus-kasus berdasarkan kebutuhan mahasiswa/pokok bahasan dalam matakuliah biokimia terutama dari aspek ketersediaan literatur dan akses informasi dalam analisis kasus. Studi lapangan dilakukan dalam bentuk studi dokumen terutama kurikulum biokimia olahraga dan observasi langsung serta wawancara tak terstruktur baik kepada mahasiswa maupun kepada dosen dan pimpinan jurusan/prodi. Studi pustaka bertujuan selain untuk menggali informasi terkait dengan mahasiswa ilmu keolahragaan dan untuk mendapatkan modal teori dalam mengembangkan prototipe model pembelajaran biokimia melalui analisis kasus olahraga. Hasil studi pendahuluan tersebut akan memberikan arah kepada perancangan model pembelajaran biokimia melalui analisis kasus olahraga dan pengembangan instrumen penelitian.

Model pembelajaran yang sudah berhasil dirancang selanjutnya diujicoba secara terbatas kepada mahasiswa kelas A berjumlah 30 orang yang berasal dari prodi ilmu keolahragaan sebuah universitas di Jawa Timur. Ujicoba terbatas tersebut dilakukan untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan model pembelajaran yang dikembangkan. Oleh karena itu, lama ujicoba terbatas sangat tergantung pada pemahaman peneliti terhadap tingkat keterlaksanaan model pembelajaran yang diujicobakan. Dalam penelitian ini, lama ujicoba terbatas sebanyak empat kali pertemuan atau dua minggu masa perkuliahan (dua kali tatap muka setiap minggu) karena dalam kurun waktu tersebut sudah dapat diketahui tingkat keterlaksanaan model yang diujicobakan dan bagaimana seharusnya model pembelajaran yang siap untuk diimplementasikan sebagai acuan perbaikan model.


(26)

2. Tahap Pelaksanaan

Setelah dilakukan perbaikan model pembelajaran analisis kasus, selanjutnya dilakukan ujicoba dengan skala yang lebih luas, yaitu dengan melibatkan 4 kelas mahasiswa dengan jumlah 107 orang. Langkah-langkah yang digunakan dalam ujicoba ini menggunakan hasil perbaikan langkah-langkah yang digunakan pada ujicoba terbatas.

Sesuai dengan desain penelitian yang digunakan maka secara garis besar, langkah-langkah dalam implementasi model atau ujicoba skala luas yang dilakukan pada kelompok eksperimen kelas A dapat diuraikan pada Gambar 3.3.

1) Pemberian pretes pada hari ke-1 minggu ke-1 untuk mengetahui literasi sport-

biochemistry (LiSBi) dan sikap mahasiswa terhadap matakuliah biokimia sebelum

penerapan model pembelajaran analisis kasus-kasus olahraga.

2) Pada hari ke-2 minggu ke-1, menjelaskan tugas yang akan dikerjakan mahasiswa, mulai dari tugas mengeksplorasi, mendeskripsi, dan menjelaskan kasus-kasus olahraga. Selain itu, mahasiswa juga diberikan penjelasan tentang konsep, hukum dan teori disertai dengan contoh agar mereka tidak kesulitan dalam menjelaskan kasus yang sudah dideskripsikan. Setelah dijelaskan cara mengerjakan tugasnya, setiap mahasiswa diberikan tugas untuk mengeksplorasi fenomena atau kasus berkaitan kondisi fisik atlet atau pelaku olahraga, mendeskripsikan dan menjelaskan dengan menggunakan ilmu pengetahuan yang terkait dengan menelusuri literatur.


(27)

TAHAP PERSIAPAN

TAHAP PELAKSANAAN: UJICOBA SKALA LUAS

TAHAP INTERPRETASI

Gambar 3.3. Tahap-tahap Penelitian Studi Pendahuluan:

1.Studi lapangan 2.Studi Pustaka

3.Studi dokumen (kurikulum dan nilai prasyarat belajar biokimia, yaitu biologi dan kimia)

4. Perancangan model pembelajaran 5. Ujicoba terbatas draf model pembelajaran (MAKOR)

(1)

QUAL Sebelum Intervensi: Analisis kemampuan mahasiswa menganalisis kasus

(2)

a. QUAL selama intervensi: Analisis kualitatif tugas mahasiswa

b. QUAN selama intervensi: Analisis tugas, LiSBi dan sikap mahasiswa

Hasil:

1. Instrumen (LiSBi, angket, pedoman analisis tugas)

2. Draf model pembelajaran analisis kasus 3. Karakteristik mahasiswa dan kurikulum 4. Model pembelajaran (MAKOR) yang siap

diimplementasikan dalam ujicoba skala luas

Hasil

Gambaran awal kemampuan mahasiswa mengeksplorasi, mendeskripsikan dan menjelaskan kasus

Hasil

1. Data nilai tugas mahasiswa berdasarkan pedoman penilaian tugas

2. Data tes LisBi mahasiswa 3. Data sikap mahasiswa

Hasil

Gambaran akhir kemampuan mahasiswa mengeksplorasi, mendeskripsikan dan menjelaskan kasus

(3)

QUAL Sesudah Intervensi: Analisis kemampuan mahasiswa menganalisis kasus

Interpretasi QUAN (qual): Interpretasi hasil uji statistik berdasarkan data kuantitatif dan kualitatif tugas mahasiswa

Hasil

1. Efektivitas model MAKOR untuk meningkatkan LiSBi mahasiswa 2. Sikap mahasiswa terhadap biokimia 3. Kesimpulan dan rekomendasi 4. Keunggulan dan kelemahan model


(28)

Selanjutnya dilakukan ujicoba skala yang lebih besar yang tidak hanya melibatkan kelas A tetapi juga kelas B dengan menerapkan hasil modifikasi model pembelajaran berbasis analisis kasus olahraga. Langkah-langkah dalam ujicoba skala luas dapat diuraikan sebagai berikut:

3) Pada hari ke-2 minggu ke-2 mahasiswa kelas B mulai dilibatkan dalam mengikuti penjelasan tugas yang nanti akan dilakukan. Kemudian baik kelas A maupun kelas B ditugaskan melakukan eksplorasi, mendeskripsikan dan menjelaskan kasus-kasus olahraga sesuai dengan petunjuk. Disamping tugas individual juga dilakukan pembagian kelompok diskusi dengan anggota lima orang untuk setiap kelompok sehingga jumlah kelompok setiap kelas 6 kelompok. Tugas kelompok adalah membuat bahan presentasi kasus olahraga yang paling baik dari kasus yang sudah dikerjakan oleh anggota kelompoknya agar tidak membebani mahasiswa. Tujuan diskusi adalah untuk berbagi dengan sesama temannya baik dalam kelompok maupun dengan kelompok lain.

4) Pada hari ke-1 minggu ke-3 dilakukan evaluasi tugas dan remidial tugas mahasiswa baik kelas A maupun kelas B. Hasilnya terjadi peningkatan pada kemampuan mendeskripsikan kasus meskipun sebagian besar masih kesulitan dalam menjelaskan kasus. Selanjutnya dilakukan remidial tugas analisis kasus olahraga. 5) Pada hari ke-2 minggu ke-3, meskipun masih kesulitan dalam menjelaskan

kasus-kasus yang dideskripsikannya, dimulai kegiatan diskusi yang dipilih sesuai dengan topik bahasan atau yang relevan dengan topik bahasan. Hasil diskusi tersebut ternyata masih jauh dari yang diharapkan. Meskipun demikian mahasiswa menjadi mendapatkan pengalaman mempersentasikan tugas yang mereka kerjakan selama


(29)

perkuliahan. Kelompok yang sudah tampil diskusi dapat memperbaiki kembali bahan diskusi dan diberikan kesempatan presentasi ulang.

6) Demikian selanjutnya mengulangi kegiatan (4) sampai (6) baik terhadap kasus-kasus yang sudah ditemukan maupun yang baru ditemukan sampai pada minggu ke-7, yaitu minggu dimana kegiatan perkuliahan semester genap berakhir dan memasuki minggu tenang. Kasus-kasus yang dianalisis dapat berupa kasus-kasus yang sudah dieksplorasinya atau mengeksplorasi kasus baru yang belum dianalisis oleh peserta atau kelompok lain. Pada minggu ke-7 dilakukan pengumpulan tugas yang merupakan hasil perbaikan selama kegiatan perkuliahan.

7) Pemberian postes dengan menggunakan tes LiSBi dan angket baik kepada kelompok eksperimen maupun kepada kelompok kontrol.

3. Tahap Interpretasi

Tahap interpretasi bertujuan untuk menginterpretasi data hasil implementasi model pembelajaran melalui ujicoba skala besar secara kuantitatif (QUAN) berdasarkan data-data kualitatif (qual) dengan prinsip data kualitatif ditanam ke dalam data kuantitatif (embedded). Interpretasi dilakukan terhadap data hasil-hasil uji statistik data LiSBi, data sikap mahasiswa, kemajuan tugas analisis kasus yang dijelaskan secara khusus dan mendetail pada bagian teknik analisis data (bagian E).

E. Teknik Analisis Data

Sesuai dengan prinsip penelitian mixed method, maka analisis data penelitian menggunakan teknik sequential data analysis yang dipilih berdasarkan desain


(30)

penelitian (embedded design). Analisis data penelitian terdiri dari 3 tahap, yaitu: (1) analisis data kualitatif, (2) analisis data kuantitatif, dan (3) analisis data gabungan kuantitatif dan kualitatif.

Analisis data kualitatif baik yang dilakukan sebelum, selama maupun setelah pembelajaran dilakukan terhadap tugas-tugas mahasiswa dalam menganalisis kasus dengan menggunakan analisis isi (content analysis) dan analisis deskriptif. Analisis isi (content analysis) bertujuan untuk mengidentifikasi konsep, hukum dan teori dalam berita/informasi tentang kasus-kasus yang dieksplorasi, hasil deskripsi kasus dan penjelasan mahasiswa tentang kasus-kasus yang dieksplorasinya. Melalui analisis isi juga akan diketahui relevansi setiap kasus dengan olahraga, biokimia dan tingkat urgensinya untuk dikaji atau dianalisis. Selain itu, analisis isi akan membedakan kasus-kasus yang dieksplorasi mahasiswa sebagai kasus-kasus yang masih orginal atau sudah merupakan hasil kajian/analisis pakar, seperti makalah atau artikel. Analisis deskriptif dilakukan dengan menggambarkan kemampuan mahasiswa dalam mengeksplorasi kasus-kasus olahraga, kemampuan mahasiswa dalam mendeskripsikan kasus dan kemampuan mahasiswa dalam menjelaskan kasus untuk mengidentifikasi dan memahami aspek-aspek biokimia dalam setiap kasus olahraga.

Hasil analisis data kualitatif terdiri atas deskripsi tentang kemampuan mahasiswa dalam mengeksplorasi, mendeskripsikan kasus-kasus olahraga, menjelaskan kasus olahraga, mengidentifikasi dan menjelaskan aspek-aspek biokimia (konsep, prinsip dan teori) yang terdapat dalam kasus olahraga, dan persepsi mahasiswa tentang matakuliah biokimia.


(31)

Analisis kualitatif data kemampuan mengeksplorasi (exploration) kasus ditinjau dari aspek jumlah kasus dan relevansinya dengan konteks olahraga dan dengan konteks biokimia. Hasilnya ditampilkan dalam bentuk klasifikasi kasus-kasus olahraga yang relevan dengan biokimia berdasarkan 3 kriteria, yaitu: (1) produksi dan penggunaan energi, (2) menimpa atlet saat berolahraga, dan (3) faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme. Selain itu juga ditampilkan klasifikasi setiap kasus berdasarkan topik/pokok bahasan biokimia dan aspek-aspek biokimia dalam setiap kasus.

Analisis kualitatif data kemampuan mendeskripsikan kasus (description) dilakukan dengan menggunakan analisis isi (content analysis) dengan prinsip W5H

(who, what, when, where, why dan how). Pada setiap aspek pertanyaan tersebut dilakukan kategorisasi hasil deskripsi kasus berdasarkan kelas, yaitu: (1) kategori baik, jika semua mahasiswa sudah dapat mendeskripsikan kasus dan mendapat skor penuh sesuai pedoman penilaian tugas, (2) cukup, jika jumlah mahasiswa yang belum mendapat nilai penuh kurang dari separuh jumlah total mahasiswa yang terlibat, dan (3) kategori kurang, jika jumlah mahasiswa yang tidak mendapat nilai penuh lebih dari separuh jumlah mahasiswa yang terlibat. Kategorisasi tersebut dilengkapi dengan keterangan penyebab kesulitan dalam mendeskrisikan kasus.

Seperti halnya pada analisis kemampuan mendeskripsikan kasus, analisis kualitatif data kemampuan menjelaskan kasus (explanation) dikategori menjadi 3 kategori, yaitu: 1) kategori baik, jika semua mahasiswa sudah dapat mendeskripsikan kasus dan mendapat skor penuh sesuai pedoman penilaian tugas, (2) cukup, jika jumlah mahasiswa yang belum mendapat nilai penuh kurang dari separuh jumlah total mahasiswa yang terlibat, dan (3) kategori kurang, jika jumlah mahasiswa yang tidak


(32)

mendapat nilai penuh lebih dari separuh jumlah mahasiswa yang terlibat. Kategorisasi tersebut ditinjau dari 3 aspek, yaitu jumlah literatur yang digunakan, kemampuan menjelaskan aspek-aspek biokimia yang terdapat dalam kasus yang meliputi, konsep, hukum, prinsip dan teori, dan kemampuan membuat paparan, argumen dan kesimpulan tentang kasus yang dijelaskan. dilengkapi dengan keterangan penyebab kesulitan dalam menjelaskan kasus.

Analisis kualitatif data ”presentation” ditinjau dari aspek “description, explaining dan presentation” kasus dalam diskusi panel dalam bentuk kategori “baik” jika kasus dideskripsikan dengan lengkap sesuai dengan prinsip W5H, kasus dijelaskan sesuai

dengan prinsip menjelaskan kasus (tahap explanation) dan mempresentasikan kasus dengan memenuhi standar penilaian diskusi (bahan presentasi, presentasi di depan kelas, menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan benar dan membuat kesimpulan), ”cukup” jika ketiga aspek tersebut dinilai cukup oleh penilai dan ”kurang” jika aspek-aspek dalam penilaian dinilai kurang oleh penilai selama diskusi.

Analisis data kuantitatif terdiri dari 3 bagian, yaitu: (a) analisis tugas mahasiswa secara kuantitatif, (b) analisis data pretes-postes (LiSBi), dan (c) analisis sikap mahasiswa.

a. Analisis tugas mahasiswa, yaitu analisis kemampuan mahasiswa dalam menganalisis kasus yang dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan analisis persentase. Hasilnya ditampilkan dalam bentuk tabel dan diagram. Dalam bentuk tabel dilakukan analisis persentase mahasiswa berdasarkan jumlah kasus yang mendeskripsikan dan menjelaskan kasus dengan empat kategori, yaitu: (1) lebih dari 5 kasus, (2) 4 sampai dengan 5 kasus, (3) 1 sampai dengan 3 kasus dan (4) tidak ada


(33)

kasus yang dideskripsikan/dijelaskan. Dalam bentuk diagram, skor yang dicapai mahasiswa dalam setiap aspek tugas (exploration, description, explanation dan

presentation) dibandingkan dengan skor total kemudian dikali dengan 100. Hasil

dari analisis persentase tersebut dideskripsikan dalam bentuk diagram batang sehingga tampak jelas bagaimana perkembangan mahasiswa dalam menyelesaikan tugasnya selama kegiatan pembelajaran (intervensi). Melalui analisis ini akan diketahui pada aspek tugas manakah mahasiswa yang paling mudah dan paling sulit dikerjakan disertai dengan kajian faktor-faktor penyebabnya.

b. Analisis data pretes dan postes (hasil tes literasi sport-biochemistry) dilakukan dalam 6 jenis analisis, yaitu: (1) uji-t dependen pada setiap kelompok (eksperimen dan kontrol, (2) uji-t independen untuk menguji peningkatan skor setiap kelompok (gain), (3) analisis perbedaan gain pada setiap proses dalam LiSBi dengan menggunakan uji-t independen, (4) analisis level literasi sport-biochemistry (LiSBi) mahasiswa secara deskriptif, (5) analisis deskriptif bentuk soal dalam LiSBi, dan (6) analisis sikap mahasiswa.

Uji-t dependent bertujuan untuk membandingkan skor mahasiswa dalam tes SBL antara pretes dan postes baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Melalui uji-t dependent ini akan diketahui signifikan tidaknya peningkatan skor yang diperoleh mahasiswa baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol pada taraf signifikan,

α

= 0,05.

Uji-t independent dilakukan untuk membandingkan peningkatan literasi


(34)

melalui nilai gain (N-gain) pada taraf signifikan,

α

= 0,05. Nilai N-gain literasi

sport-biochemistry literacy (LiSBi) dihitung dengan menggunakan rumus:

Skor Postes – Skor Pretes

Nilai Gain = x 100% 53 – Skor Pretes

(Keterangan: Skor maksimum tes LiSBi = 53)

Untuk menghitung nilai N-gain mahasiswa pada proses-1, proses-2 dan proses-3 dalam LiSBi digunakan rumus sebagai berikut:

Skor Postes Proses-1 – Skor Pretes Proses-1

(1) Nilai Gain = x 100% 33 – Skor Pretes Proses-1

(Keterangan: Skor maksimum proses-1 = 33)

Skor Postes Proses-2 – Skor Pretes Proses-2

(2) Nilai Gain = x 100% 10 – Skor Pretes Proses-2

(Keterangan: Skor maksimum proses-2 = 10)

Skor Postes Proses-3 – Skor Pretes Proses-3

(3) Nilai Gain = x 100% 10 – Skor Pretes Proses-3

(Keterangan: Skor maksimum proses-3 = 10)

Untuk mengetahui apakah pembelajaran biokimia melalui analisis kasus olahraga yang digunakan dalam penelitian ini efektif atau tidak digunakan tafsiran persentase efektivitas nilai rata-rata N-gain dengan kriteria yang ditampilkan pada Tabel 3.14. Melalui uji ini akan diketahui peningkatan skor mahasiswa dari kelompok manakah diantara kedua kelompok (eksperimen dan kontrol) yang lebih besar yang


(35)

menggambarkan sejauhmana keunggulan pembelajaran biokimia melalui analisis kasus olahraga relatif terhadap pembelajaran konvensional.

Tabel 3.14. Tafsiran Efektivitas Pembelajaran Biokimia Melalui MAKOR (Cheng et al, 2004 dalam Herayanti, Setiawan dan Rusdiana, 2009)

Persentase Mean N-Gain Tafsiran Efektivitas

Kurang dari 30% 30 % - 70 % Lebih dari 70 %

Rendah Sedang Tinggi

Uji-t independen juga dilakukan untuk membandingkan peningkatan nilai

N-gain mahasiswa kelompok kontrol dan eksperimen pada setiap jenis proses

(proses-1, proses-2, dan proses-3) yang digunakan dalam LiSBi. Dari analisis N-gain proses-proses tersebut akan diketahui pada proses manakah mahasiswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang mengalami peningkatan skor dan memiliki nilai N-gain yang berbeda secara signifikan.

Analisis level LiSBi baik pada pretes maupun postes dilakukan secara deskriptif kuantitatif dengan menggunakan analisis persentase berdasarkan pada pedoman penentuan level dalam Tabel 3.11. Melalui analisis ini akan diketahui persentase mahasiswa kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang meningkat level LiSBinya, turun atau bahkan tidak berubah level LiSBinya, baik pada kelompok eksperimen maupun kontrol. Selain itu, juga akan diketahui persentase mahasiswa yang mencapai level LiSBi tertentu.

Analisis pretes-postes juga melibatkan analisis bentuk soal dalam LiSBi yang dilakukan secara deskriptif. Melalui analisis ini akan diketahui bentuk soal manakah


(36)

yang dianggap paling sulit dan paling mudah dijawab oleh mahasiswa, termasuk pokok bahasan atau sport-biochemistry unit (SBU) yang mudah atau sukar dijawab mahasiswa.

c. Analisis sikap mahasiswa dilakukan dengan menggunakan analisis persentase yaitu

mendeskripsikan jumlah mahasiswa berdasarkan sikapnya, jumlah mahasiswa yang mengalami perubahan sikap dari pretes ke postes. Selain analisis secara deskriptif juga dilakukan analisis secara inferensial dengan menggunakan uji chi kuadrat (Pearson chi-square test) dan koefisien korelasi phi (φ) pada taraf signifikan 0,05. Uji chi kuadrat tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi perubahan sikap mahasiswa tentang biokimia olahraga antara sebelum dan setelah mengikuti pembelajaran biokimia dengan menggunakan MAKOR, baik pada kelompok eksperimen maupun pada kelompok kontrol.

Kriteria yang digunakan untuk menentukan signifikan tidaknya perbedaan sikap mahasiswa dapat ditentukan secara manual dengan menggunakan tabel chi kuadrat. Jika nilai chi kuadrat hitung lebih besar daripada nilai chi kuadrat tabel pada taraf signifikan 0,05, maka dinyatakan terdapat perbedaan sikap mahasiswa pada saat pretes (sebelum pembelajaran) dan postes (sesudah pembelajaran) yang signifikan. Sebaliknya, jika nilai chi kuadrat hitung lebih kecil daripada nilai chi kuadrat tabel maka perbedaan sikap mahasiswa tersebut dinyatakan tidak signifikan. Selain menggunakan kriteria manual, juga digunakan kriteria nilai probabilitas (p) hasil perhitungan SPSS seri-12. Jika nilai p lebih besar daripada taraf signifikan 0,05 maka dinyatakan tidak terjadi perbedaan sikap mahasiswa yang signifikan saat pretes dan saat postes. Sebaliknya, jika nilai p lebih kecil daripada taraf signifikan


(37)

0,05 maka dinyatakan sikap mahasiswa berbeda secara signifikan dari pretes (sebelum pembelajaran) ke postes (sesudah pembelajaran). Disamping menguji perbedaan sikap mahasiswa saat mengikuti pretes dan postes juga dianalisis korelasi sikap mahasiswa saat pretes dan pada saat postes dengan menggunakan koefisien

phi (φ). Interpretasi koefisien φ dilakukan dengan menggunakan kriteria ”general

rule of thumb” (Simon, 2005) untuk menunjukkan kekuatan hubungan sikap

mahasiswa terhadap biokimia sebelum dengan sesudah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan MAKOR yang ditampilkan pada Tabel 3.15. Baik perhitungan uji-t, uji chi kuadrat maupun koefisien ”φ” dilakukan dengan bantuan SPSS seri-12 untuk mendapatkan penjelasan dan interpretasi yang lebih detail dan akurat.

Tabel 3.15. Interpretasi Koefisien φ Nilai Koefisien φ Interpretasi -1,0 sd -0,7

-0,7 sd -0,3 -0,3 sd +0,3 +0,3 sd +0,7 +0,7 sd +1,0

Hubungan negatif yang kuat (strong negative association) Hubungan negatif yang lemah (weak negative association) Tidak ada hubungan (little or no association)

Hubungan positif yang lemah (weak positive association) Hubungan positif yang kuat (strong positive association)

Analisis data gabungan kuantitatif dan kualitatif dilakukan pada tahap akhir dengan menggunakan ”qual embedded quan design”, yaitu analisis data yang menginterpretasikan data kuantitatif (hasil tes literasi sport-biochemistry dan hasil uji statistik N-gain baik pada tes SBL secara keseluruhan maupun dari setiap proses yang dilibatkan dalam tes SBL, yaitu proses-1,proses-2, proses-3) dengan melibatkan data kualitatif yang berkaitan dengan kemampuan mahasiswa dalam mengeksplorasi,


(38)

mendeskripsikan, dan menjelaskan kasus-kasus olahraga serta sikap mahasiswa tentang matakuliah biokimia dan data kuantitatif, yaitu hasil analisis kuantitatif kemampuan mahasiswa dalam mengeksplorasi, mendeskripsikan dan menjelaskan kasus, dan hasil tes dan level literasi sport-biochemistry (LiSBi) mahasiswa (tahap 4). Hasil analisis data gabungan kuantitatif dan kualitatif tersebut akan memberikan arah untuk pembuatan kesimpulan sesuai dengan tujuan penelitian.


(1)

kasus yang dideskripsikan/dijelaskan. Dalam bentuk diagram, skor yang dicapai mahasiswa dalam setiap aspek tugas (exploration, description, explanation dan

presentation) dibandingkan dengan skor total kemudian dikali dengan 100. Hasil

dari analisis persentase tersebut dideskripsikan dalam bentuk diagram batang sehingga tampak jelas bagaimana perkembangan mahasiswa dalam menyelesaikan tugasnya selama kegiatan pembelajaran (intervensi). Melalui analisis ini akan diketahui pada aspek tugas manakah mahasiswa yang paling mudah dan paling sulit dikerjakan disertai dengan kajian faktor-faktor penyebabnya.

b. Analisis data pretes dan postes (hasil tes literasi sport-biochemistry) dilakukan dalam 6 jenis analisis, yaitu: (1) uji-t dependen pada setiap kelompok (eksperimen dan kontrol, (2) uji-t independen untuk menguji peningkatan skor setiap kelompok (gain), (3) analisis perbedaan gain pada setiap proses dalam LiSBi dengan menggunakan uji-t independen, (4) analisis level literasi sport-biochemistry (LiSBi) mahasiswa secara deskriptif, (5) analisis deskriptif bentuk soal dalam LiSBi, dan (6) analisis sikap mahasiswa.

Uji-t dependent bertujuan untuk membandingkan skor mahasiswa dalam tes SBL antara pretes dan postes baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Melalui uji-t dependent ini akan diketahui signifikan tidaknya peningkatan skor yang diperoleh mahasiswa baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol pada taraf signifikan,

α

= 0,05.

Uji-t independent dilakukan untuk membandingkan peningkatan literasi


(2)

melalui nilai gain (N-gain) pada taraf signifikan,

α

= 0,05. Nilai N-gain literasi

sport-biochemistry literacy (LiSBi) dihitung dengan menggunakan rumus:

Skor Postes – Skor Pretes

Nilai Gain = x 100% 53 – Skor Pretes

(Keterangan: Skor maksimum tes LiSBi = 53)

Untuk menghitung nilai N-gain mahasiswa pada proses-1, proses-2 dan proses-3 dalam LiSBi digunakan rumus sebagai berikut:

Skor Postes Proses-1 – Skor Pretes Proses-1

(1) Nilai Gain = x 100% 33 – Skor Pretes Proses-1

(Keterangan: Skor maksimum proses-1 = 33)

Skor Postes Proses-2 – Skor Pretes Proses-2

(2) Nilai Gain = x 100% 10 – Skor Pretes Proses-2

(Keterangan: Skor maksimum proses-2 = 10)

Skor Postes Proses-3 – Skor Pretes Proses-3

(3) Nilai Gain = x 100% 10 – Skor Pretes Proses-3

(Keterangan: Skor maksimum proses-3 = 10)

Untuk mengetahui apakah pembelajaran biokimia melalui analisis kasus olahraga yang digunakan dalam penelitian ini efektif atau tidak digunakan tafsiran persentase efektivitas nilai rata-rata N-gain dengan kriteria yang ditampilkan pada Tabel 3.14. Melalui uji ini akan diketahui peningkatan skor mahasiswa dari kelompok manakah diantara kedua kelompok (eksperimen dan kontrol) yang lebih besar yang


(3)

menggambarkan sejauhmana keunggulan pembelajaran biokimia melalui analisis kasus olahraga relatif terhadap pembelajaran konvensional.

Tabel 3.14. Tafsiran Efektivitas Pembelajaran Biokimia Melalui MAKOR (Cheng et al, 2004 dalam Herayanti, Setiawan dan Rusdiana, 2009)

Persentase Mean N-Gain Tafsiran Efektivitas Kurang dari 30%

30 % - 70 % Lebih dari 70 %

Rendah Sedang Tinggi

Uji-t independen juga dilakukan untuk membandingkan peningkatan nilai

N-gain mahasiswa kelompok kontrol dan eksperimen pada setiap jenis proses

(proses-1, proses-2, dan proses-3) yang digunakan dalam LiSBi. Dari analisis N-gain proses-proses tersebut akan diketahui pada proses manakah mahasiswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang mengalami peningkatan skor dan memiliki nilai N-gain yang berbeda secara signifikan.

Analisis level LiSBi baik pada pretes maupun postes dilakukan secara deskriptif kuantitatif dengan menggunakan analisis persentase berdasarkan pada pedoman penentuan level dalam Tabel 3.11. Melalui analisis ini akan diketahui persentase mahasiswa kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang meningkat level LiSBinya, turun atau bahkan tidak berubah level LiSBinya, baik pada kelompok eksperimen maupun kontrol. Selain itu, juga akan diketahui persentase mahasiswa yang mencapai level LiSBi tertentu.

Analisis pretes-postes juga melibatkan analisis bentuk soal dalam LiSBi yang dilakukan secara deskriptif. Melalui analisis ini akan diketahui bentuk soal manakah


(4)

yang dianggap paling sulit dan paling mudah dijawab oleh mahasiswa, termasuk pokok bahasan atau sport-biochemistry unit (SBU) yang mudah atau sukar dijawab mahasiswa.

c. Analisis sikap mahasiswa dilakukan dengan menggunakan analisis persentase yaitu mendeskripsikan jumlah mahasiswa berdasarkan sikapnya, jumlah mahasiswa yang mengalami perubahan sikap dari pretes ke postes. Selain analisis secara deskriptif juga dilakukan analisis secara inferensial dengan menggunakan uji chi kuadrat (Pearson chi-square test) dan koefisien korelasi phi (φ) pada taraf signifikan 0,05. Uji chi kuadrat tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi perubahan sikap mahasiswa tentang biokimia olahraga antara sebelum dan setelah mengikuti pembelajaran biokimia dengan menggunakan MAKOR, baik pada kelompok eksperimen maupun pada kelompok kontrol.

Kriteria yang digunakan untuk menentukan signifikan tidaknya perbedaan sikap mahasiswa dapat ditentukan secara manual dengan menggunakan tabel chi kuadrat. Jika nilai chi kuadrat hitung lebih besar daripada nilai chi kuadrat tabel pada taraf signifikan 0,05, maka dinyatakan terdapat perbedaan sikap mahasiswa pada saat pretes (sebelum pembelajaran) dan postes (sesudah pembelajaran) yang signifikan. Sebaliknya, jika nilai chi kuadrat hitung lebih kecil daripada nilai chi kuadrat tabel maka perbedaan sikap mahasiswa tersebut dinyatakan tidak signifikan. Selain menggunakan kriteria manual, juga digunakan kriteria nilai probabilitas (p) hasil perhitungan SPSS seri-12. Jika nilai p lebih besar daripada taraf signifikan 0,05 maka dinyatakan tidak terjadi perbedaan sikap mahasiswa yang signifikan saat pretes dan saat postes. Sebaliknya, jika nilai p lebih kecil daripada taraf signifikan


(5)

0,05 maka dinyatakan sikap mahasiswa berbeda secara signifikan dari pretes (sebelum pembelajaran) ke postes (sesudah pembelajaran). Disamping menguji perbedaan sikap mahasiswa saat mengikuti pretes dan postes juga dianalisis korelasi sikap mahasiswa saat pretes dan pada saat postes dengan menggunakan koefisien

phi (φ). Interpretasi koefisien φ dilakukan dengan menggunakan kriteria ”general

rule of thumb” (Simon, 2005) untuk menunjukkan kekuatan hubungan sikap

mahasiswa terhadap biokimia sebelum dengan sesudah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan MAKOR yang ditampilkan pada Tabel 3.15. Baik perhitungan uji-t, uji chi kuadrat maupun koefisien ”φ” dilakukan dengan bantuan SPSS seri-12 untuk mendapatkan penjelasan dan interpretasi yang lebih detail dan akurat.

Tabel 3.15. Interpretasi Koefisien φ Nilai Koefisien φ Interpretasi -1,0 sd -0,7

-0,7 sd -0,3 -0,3 sd +0,3 +0,3 sd +0,7 +0,7 sd +1,0

Hubungan negatif yang kuat (strong negative association) Hubungan negatif yang lemah (weak negative association) Tidak ada hubungan (little or no association)

Hubungan positif yang lemah (weak positive association) Hubungan positif yang kuat (strong positive association)

Analisis data gabungan kuantitatif dan kualitatif dilakukan pada tahap akhir dengan menggunakan ”qual embedded quan design”, yaitu analisis data yang menginterpretasikan data kuantitatif (hasil tes literasi sport-biochemistry dan hasil uji statistik N-gain baik pada tes SBL secara keseluruhan maupun dari setiap proses yang dilibatkan dalam tes SBL, yaitu proses-1,proses-2, proses-3) dengan melibatkan data kualitatif yang berkaitan dengan kemampuan mahasiswa dalam mengeksplorasi,


(6)

mendeskripsikan, dan menjelaskan kasus-kasus olahraga serta sikap mahasiswa tentang matakuliah biokimia dan data kuantitatif, yaitu hasil analisis kuantitatif kemampuan mahasiswa dalam mengeksplorasi, mendeskripsikan dan menjelaskan kasus, dan hasil tes dan level literasi sport-biochemistry (LiSBi) mahasiswa (tahap 4). Hasil analisis data gabungan kuantitatif dan kualitatif tersebut akan memberikan arah untuk pembuatan kesimpulan sesuai dengan tujuan penelitian.