Hasil Olahan Minyak Kelapa sawit

Minyak yang memiliki tekanan uap yang lebih rendah dari air akan turun kebawah dan kemudian dialirkan ke storage tank tangki timbun Disini minyak disemprot dan campuran minyak dan air tersebut akan pecah Pardamean, 2012.

2.2.2.7 Penyimpanan

Crude Palm Oil CPO yang dihasilkan di simpan dalam tangki timbun. suhu penyimpanan ditangki timbun dipertahankan antara 45–55ºC. Tujuannya agar kualitas CPO yang dihasilkan tetap terjamin sampai waktu pengiriman. Pardamean, 2012

2.3 Hasil Olahan Minyak Kelapa sawit

Pada dasarnya ada dua macam hasil olahan dari kelapa sawit, yaitu Soraya, 2013.

2.3.1 Olahan pangan

Minyak kelapa sawit mengandung kurang lebih 80 perikarp dan 20 buah yang dilapisi kulit tipis, kadar minyak dalam perikarp antara 45–50. Kelapa sawit menghasilkan 2 jenis minyak yang sifatnya sangat berbeda, yaitu minyak dari serabut minyak sawit kasar dan minyak dari biji minyak inti sawit. Perbedaannya terletak pada pigmen karotenoid yang ada dalam minyak sawit kasar dan kandungan asam lemak bebas ALB. Asam lemak kaproat dan asam kaprilat terdeteksi pada minyak inti sawit, sedangkan pada minyak sawit kasar tidak terdeteksi. Minyak sawit ini memiliki karakteristik asam lemak utama penyusunannya terdiri atas 35–40 asam palmitat, 38–40 asam oleat, dan Universitas Sumatera Utara kemudian 6–10 asam linoleat, serta kandungan mikronutriennya seperti karotenoid, tokoferol, tokotrienol, dan fitosterol Soraya, 2013 Hasil pengolahan minyak sawit banyak industri yang mengembangkannya menjadi minyak nabati yang memiliki aspek ekonomis, harga relatif murah di bandingkan dengan minyak nabati lainnya. Saat ini banyak industri pangan mengolah minyak sawit menjadi minyak goreng dengan kandungan kolesterol yang rendah, margarin, keju, dan bahan-bahan membuat kue. Selain itu karoten yang diketahui sebagai anti kanker dan tokoferol sebagai sumber vitamin E, yang memiliki heat stability kemantapan kalor yang stabil yang tinggi dan tidak mudah teroksidasi. Selain itu minyak sawit sebagai minyak goreng yang bersifat lebih awet dan apabila makanan yang digoreng dengan menggunakan minyak sawit, maka makanan tersebut tidak mudah tengik. Sehingga minyak nabati dari kelapa sawit ini banyak di minati dan diolah menjadi produk pangan maupun nonpangan. Pada industri pangan, minyak goreng sudah umum digunakan pada makanan ringan seperti craker, biskuit, donat, mie instan, dan produk gorengan lainnya Soraya, 2013. Selain minyak goreng, ada juga minyak sawit merah yang merupakan hasil olahan minyak sawit. Minyak sawit merah diproses secara minimal, tidak melalui tahapan bleaching pemucatan sehingga memiliki karoten dan tokoferol yang lebih tinggi dibandingkan dengan minyak goreng. Warna merah disebabkan oleh pigmen karoten yang larut dalam minyak, sedangkan asam-asam lemak trigliserida tidak bewarna. Bau dan aroma pada minyak sawit disebabkan akibat kerusakan asam lemak yang membentuk asam lemak bebas yang tinggi. Minyak Universitas Sumatera Utara sawit merah tidak dianjurkan digunakan sebagai minyak goreng karena karoten yang terkandung mudah rusak pada suhu tinggi. Maka dianjurkan digunakan sebagai minyak makan untuk menumis sayur, minyak salad dan bahan fortifikan Soraya, 2013. Hasil pengolahan dari minyak sawit Crude Palm Oil CPO lainya yaitu margarin, merupakan produk pangan berbentuk emulsi air dalam lemak, baik semi padat maupun cair. Ada juga bentuk olahan shortening margarin putih yang sifatnya bewarna putih, dan mempunyai titk leleh dan seluruhnya mengandung minyak atau lemak. Shortening banyak digunakan dalam bahan pangan, terutama pada pembuatan kue dan roti panggang. Ada juga vanaspati adalah minyak atau lemak dengan tekstur semi padat dan mengalami proses pemucatan warna. Karna lemak hewan yang bahan dasarnya terbatas, maka pembuatan vanaspati menggunakan minyak kelapa sawit CPO yang memiliki kualitas dan asam lemak bebas yang rendah Soraya, 2013.

2.3.2 Olahan Nonpangan

Minyak kelapa sawit merupakan salah satu minyak nabati yang dikonsumsi oleh masyarakat dunia selain minyak kelapa, minyak kedelai, minyak zaitun, minyak biji lobak, minyak biji kapas, minyak biji bunga matahari, minyak jagung, minyak wijen, dan minyak kacang tanah. Berdasarkan kegunaannya, minyak kelapa sawit digunakan sebagai bahan utama untuk produk-produk kebutuhan pokok masyarakat, seperti minyak goreng, margarine, detergen, sabun , kosmetik, dan obat-obatan Andoko, 2013. Universitas Sumatera Utara Oleokimikal adalah bahan baku industri yang diperoleh dari minyak nabati, termasuk diantaranya minyak sawit dan minyak inti sawit. Untuk menggambarkan luasnya ruang lingkup industri oleokimikal, berikut skema sederhananya: Satyawibawa, 1992. Untuk menggambarkan luasnya ruang lingkup industri oleokimikal, berikut skema sederhananya: Satyawibawa, 1992 Tekstil, kertas, kulit asam lemak Kosmetik lemak alkohol Pestisida, detergen lemak amina Sabun, vernis metil ester bahan pemadam api gliserin lilin, cat Asam lemak merupakan salah satu bahan baku dasar oleokimikal. Asam lemak minyak sawit dihasilkan dari proses hidrolisis, baik secara kimiawi maupun enzimatik. Proses hidrolisis enzimatik menggunakan enzim lipase dari jamur Aspergillus niger dinilai lebih menghemat energi karna dapat berlangsung pada suhu 10-25 ºC . Selain itu proses ini juga dapat dilakukan pada fase zat padat, tidak seperti proses hidrolisis pada umumnya yang dilakukan dengan fase cair. Namun, hidrolisis enzimatik mempunyai kekurangan pada kelambatan prosesnya yang berlangsung 2–3 hari. Asam lemak yang dihasilkan dari proses lebih lanjut, yaitu dihidrogenasi, lalu didestilasi dan selanjutnya difraksinasi sehingga dihasilkan asam-asam lemak murni. Oleokimikal dasar hasil Universitas Sumatera Utara Asam lemak murni digunakan sebagai bahan untuk detergen, bahan sofftener pelunak untuk produksi makanan, tinta, tekstil, aspal dan perekat. Dibandingkan detergen yang menggunakan bahan sintetik dari minyak bumi seperti senyawa etilen dan paraffin. Bahan detergen dari minyak nabati, diantaranya minyak kelapa sawit mempunyai keunggulan, antara lain sifatnya lebih biodegradable lebih mudah diuraikan. Sedangkan pertimbangan yang lain dari segi ekonomis dan pemakaian minyak nabati sebagai bahan baku lebih menguntungkan. Lemak alkohol juga termasuk bahan baku oleokimikal merupakan hasil lanjutan dari pengolahan asam lemak. Lemak alkohol merupakan bahan dasar pembuatan detergen, yang umumnya berasal dari metil ester asam laurat. Minyak inti sawit yang kaya akan asam laurat bersifat baik dalam bahan dasar pembuatan lemak alkohol. Lemak amina juga termasuk bahan oleokimikal dan digunakan sebagai bahan dalam industri plastik, sebagai pelumas dan industri tekstil dan banyak lagi. Metil ester dihasilkan melalui proses waterifikasi metanol dan etanol unsur ini merupakan hasil antara asam lemak pada pembuatan lemak alkohol dan digunakan sebagai bahan pembuatan sabun, dan juga subtitusi diesel Satyawibawa, 1992.

2.3.3 Minyak Sawit Sebagai Obat

Selain sebagai bahan baku untuk industri makanan, minyak sawit juga memiliki potensi yang cukup besar dalam industri-industri non-pangan, dari industri farmasi sampai industri oleokimikal. Minyak sawit sebagai bahan baku dalam industri farmasi yaitu karoten dan tokoferol. Karoten atau yang dikenal Universitas Sumatera Utara dengan sebagai pigmen dari warna kuning jingga, warna karoten ini kurang diminati oleh konsumen. Sehingga di pabrik karoten dibuang, padahal dalam industri farmasi karoten dimanfaatkan sebagai obat kanker paru-paru dan payudara. Selain sebagai obat anti kanker, karoten juga sebagai sumber vitamin A yang cukup potensial. Selain karoten, kandungan tokoferol dikenal sebagai antioksidan alam dan juga sumber vitamin E yang terdapat didalam CPO. Manfaat lainnya untuk mengurangi kerusakan sel-sel tubuh Satyawibawa, 1992.

2.4 Standar Mutu