Cara Panen dan Pengolahan TBS Menjadi CPO .1 Cara Panen

memiliki tempurung tipis antara 0,5-4 mm dan terdapat lingkaran serabut disekeliling tempurung. Daging buah sangat tebal antar 60 - 96 dari buah. Tandan buah memiliki buah lebih banyak, tetapi ukuranya relatif lebih kecil Berikut varietas berdasarkan warna kulit buah .

1. Nigrescens

Buah nigrescens berwarna ungu sampai hitam pada waktu muda dan berubah menjadi jingga kehitam-hitaman pada waktu matang. Tipe buah nigrescens hampir domain ditemukan pada varietas tenera yang di tanam secara komersial di indonesia.

2. Virescens

Buah virescens pada waktu muda bewarna hijau dan ketika matang warna berubah menjadi jingga kemerahan, tetapi ujungnya tetap kehijau-hijauan.

3. Albescens

Buah albescens bewarna keputih-putihan, sedangkan setelah matang berubah menjadi kekuning-kuningan dan ujungnya bewarna ungu kehitam- hitaman. 2.2 Cara Panen dan Pengolahan TBS Menjadi CPO 2.2.1 Cara Panen Cara pemanenan buah sangat mempengaruhi jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan. Panen yang tepat mempunyai sasaran untuk mencapai kandungan minyak yang paling maksimal. Pemanenan pada keadaan buah lewat matang akan meningkatkan Asam Lemak Bebas atau Free Fatty Acid ALB atau FFA. Hal itu Universitas Sumatera Utara tentu banyak merugikan sebab pada buah yang terlalu masak sebagian kandungan minyaknya berubah menjadi ALB sehingga akan menurunkan mutu minyak. Serta buah yang terlalu masak lebih muda terserang hama dan penyakit. Sebaliknya, pemanenan dilakukan pada buah yang mentah akan menurunkan kandungan asam lemak bebas ALB tetapi menurunkan kandungan minyak Satyawibawa, 1992. Kriteria panen yang digunakan untuk menghindari asam lemak bebas ALB yang memenuhi syarat sebagai berikut Pardamean, 2008 a. Tidak ada buah mentah yang dipanen. b. Tidak ada buah matang yang tinggal di piringan pokok. c. Tandan dan berondolan harus bersih saat diangkut. d. Tidak ada tandan yang kosong dibawa ke pabrik. e. Gagang tandan dipotong berbentuk V, antar 2-2,5 cm. Hubungan rendemen minyak dengan asam lemak bebas dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini Andoko , 2013 Tabel 1 . Hubungan Rendemen Minyak dengan Asam Lemak Bebas NO Fraksi Jumlah Buah lepas dari buah luar Rendemen Minyak ALB Derajat Kematangan 1 1 buah 12,5 16,0 1,57 Sangat hitam 2 1 12,5 – 25 21,4 1,87 Kurang matang 3 2 25 – 50 22,1 2,3 Matang 4 3 50 – 75 22,2 2,71 Matang 2 Tabel 1 Sambungan Universitas Sumatera Utara 5 4 75 – 100 22,2 2,,81 Lewat Matang 6 5 Buah membrondol 21,9 3,8 Lewat Matang 2 Keterangan : Jika panen dilakukan pada fraksi 0, akan merugi dalam hal rendemen minyak. Waktu panen yang paling tepat ketika kelapa sawit memasuki fraksi 4 dan 5 karena memiliki kadar asam lemak bebas ALB yang tinggi. Rendemen minyak pada berondolan 50–56 terhadap daging buah atau 41-42 terhadap buah. Jika berondolan pada TPH mencapai 13 – 15 berat tandan maka persentase di pabrik akan mencapai 15–20 Andoko, 2013. 2.2.2 Pengolahan TBS Menjadi CPO Tandan buah segar TBS perlu diolah dengan baik untuk mendapatkan rendemen CPO maksimal dengan kualitas yang memenuhi standar. Pengolahan yang baik juga membantu untuk mengurangi biaya proses. Kelapa sawit menghasilkan buah yang terkumpul dalam satu tandan. Oleh karena itu, sering disebut dengan istilah tandan buah segar TBS. Pohon kelapa sawit yang sudah berproduksi optimal dapat menghasilkan TBS dengan berat 15–30 kgtandan. Tandan inilah yang kemudian diangkut ke pabrik ntuk diolah lebih lanjut menghasilkan minyak sawit. Produksi utama pabrik sawit adalah CPO dan minyak inti sawit. CPO diekstrak dari sabutnya, yaitu bagian antara kulit dan cangkangnya. Sementara dari biji sawit akan menghasilkan minyak inti sawit. varietas sawit dengan kulit yang tebal banyak dicari orang karena mampu menghasilkan rendemen minyak yang tinggi Satyawibaba, 1992. Universitas Sumatera Utara Panen yang diterima di pabrik berupa tandan buah segar TBS tersebut dikatakan masih segar jika tiba dipabrik dan selesai diolah dalam jangka waktu 24 jam. Pada umumnya, TBS terdiri dari tandan buah yang sebagian membrondol atau melepas dari tandannya. Pembrondolan terjadi sewaktu tandan, pada waktu di pohon, pada waktu akan diolah dan juga terjadi ketika diangkut dengan kendaraan. Pengolahan kelapa sawit meliputi salah satu faktor yang menentukan keberhasilan usaha perkebunan kelapa sawit. Hal yang penting dalam pengolahan kelapa sawit antara lain sasaran pengolahan dan proses pengolahan TBS menjadi CPO Satyawibaba, 1992. Secara ringkas pengolah TBS menjadi CPO adalah sebagai berikut Pardamean, 2012.

2.2.2.1 Penimbangan

Sebelum masuk loading ramp pengeluaran buah, TBS ditimbang terlebih dahulu. Penimbangan dilakukan bertujuan untuk mengetahui berat muatan TBS yang diangkut sehingga memudahkan dalam perhitungan atau pembayaran hasil panen serta memudahkan untuk proses pengolahan selanjutnya. TBS yang telah ditimbang kemudian di perikasa atau di sortir terlebih dahulu, terutama berdasarkan tingkat kematangan buah menurrut fraksi – fraksinya. Fraksi dengan kualitas yang diinginkan adalah fraksi 2 dan 3. Karena tingkat rendemen minyak yang dihasilkan pada fraksi tersebut maksimum, sedangkan kandungan asam lemak babas ALB minimum Pardamean, 2012. Universitas Sumatera Utara

2.2.2.2 Perebusan

Tandan buah segar yang telah disortasi kemudian diangkut menggunakan lori penggerak buah menuju ketempat perebusan. Dalam tahap ini, terdapat 3 cara perebusan buah, pertama sistem satu puncak adalah sistem perebusan yang mempunyai satu puncak akibat tindakan pembuangan dan pemasukan uap yang tidak merubah bentuk pola perebusan 1 siklus. Sistem 2 puncak adalah jumlah puncak yang terbentuk selama proses perebusan berjumlah 2 puncak akibat tidakan pembuangan uap dan pemasukan uap, kemudian dilakukan dengan pemasukan, penahanan, dan pembuangan uap selama perebusan satu siklus. Sementara sistem 3 puncak jumlah yang terbentuk selama perebusan berjumlah 3 sebagai akibat dari tindakan pemasukan uap, pembuangan uap, dilanjutkan dengan pemasukan uap, penahanan, dan pembuangan uap selama 1 siklus. Adapun tujuan perebusan yaitu menonaktifkan enzim lipase yang dapat mengurangi pembekuan asam lemak bebas dan mempermudah perontokan buah. Selain itu perebusan juga dapat mengurangi kadar air dari inti sehingga mempermudah pelepasan inti dari cangkang Pardamean, 2012. Tujuan dari perebusan yaitu untuk merusak enzim lipase yang menstimulir pembentukan asam lemak bebas ALB, mempermudah pelepasan buah dari tandan dan inti cangkang, memperlunak daging buah sehingga mempermudah proses pemerasan serta untuk mengendapkan protein sehingga memudahkan pemisahan minyak Pardamean, 2012. Universitas Sumatera Utara

2.2.2.3 Pemipilan Perontokan

Pada proses ini, tandan buah segara yang telah direbus kemudian dirontokan atau dipisahkan dari janjangannya. Pemipilan dilakukan dengan membanting buah dalam drum putar dengan kecepatan putar 23–35 rpm. Buah yang terpisah akan terjatuh dan ditampung oleh fruit elevator jalan buah untuk didistribusikan ke unit–unit digister tabung silinder. Didalam digister buah diaduk dan dilumat untuk memudahkan daging buah terpisah dari biji. Digister terdiri dari tabung silinder yang berdiri tegak dan didalamnya dipasang pisau–pisau pengaduk sebanyak 6 tingkat yang diikatkan pada poros dan digerakan oleh motor listrik Pardamean, 2012.

2.2.2.4 Pengepresan atau Ekstraksi minyak

Pengepresan bertujuan untuk memisahkan minyak kasar CPO dari pericarp daging buah. Massa yang keluar dari digister diperas dalam screw press alat pengepresan pada tekanan 50–60 bar dengan menggunakan air pembilas. Suhu yang digunakan antara 90–95ºC. Dari pengepresan tersebut akan diperoleh minyak kasar, ampas, dan biji Pardamean, 2012. Ada beberpa cara dan alat yang digunakan dalam proses ekstraksi minyak seperti berikut Erna, 2008 a. Ekstraksi dengan cara sentrifugasi, alat yang dipakai berupa tabung baja silindris yang berlubang-lubang pada bagian dindingnya. Buah yang telah lumat, dimasukan kedalam tabung, lalu diputar. Dengan adanya sentrifugasi maka minyak akan keluar melalui lubang-lubang pada dinding tabung. Universitas Sumatera Utara b. Ekstraksi dengan cara screw press, menambahkan bahan lumatan dalam tabung yang berlubang dengan alat ulir yang berputar sehingga minyak akan keluar lewat tabung. Cara ini memiliki kelemahan yaitu pada tekanan yang terlampau kuat akan menyebabkan banyak biji sawit yang pecah. c. Ekstraksi dengan bahan pelarut, cara ini lebih sering dipakai dalam ekstraksi minyak biji-bijian, termasuk minyak inti sawit. Sementara dalam ekstraksi minyak sawit dari daging buah kurang efisien. Pada dasarnya, ekstraksi dengan cara ini menambahkan pelarut tertentu pada lumatan daging buah sehingga minyak akan terpisah dari partikel lain. d. Ekstraksi dengan tekanan hidrolisis, proses ekstraksi yang dilakukan dalam sebuah peti pemeras, bahan ditekan otomatis dangan tekanan hidrolisis.

2.2.2.5 Penyaringan

Minyak kasar Crude Palm Oil CPO yang dihasilkan kemudian disaring menggunakan vibrating screen. Penyaringan bertujuan untuk memisahkan beberapa bahan asing seperti, pasir, dan serabut yang masih mengandung minyak dan dapat dikembalikan ke digister. Minyak yang sudah disaring kemudian ditampung kedalam Crude Oil Tank COT, dengan suhu antara 90–95ºC agar kualitas minyak tersebut tetap baik Pardamean, 2012.

2.2.2.6 Pemurnian

Kemudian minyak dimurnikan menggunakan purifer alat pemurniaan, yang tujuannya untuk mengurangi kadar kotoran dan kadar air yang terdapat pada minyak. Minyak yang keluar dari purifer masih mengandung air. Untuk mengurangi air tersebut, minyak dipompakan ke vacummdrier pengering vakum Universitas Sumatera Utara Minyak yang memiliki tekanan uap yang lebih rendah dari air akan turun kebawah dan kemudian dialirkan ke storage tank tangki timbun Disini minyak disemprot dan campuran minyak dan air tersebut akan pecah Pardamean, 2012.

2.2.2.7 Penyimpanan

Crude Palm Oil CPO yang dihasilkan di simpan dalam tangki timbun. suhu penyimpanan ditangki timbun dipertahankan antara 45–55ºC. Tujuannya agar kualitas CPO yang dihasilkan tetap terjamin sampai waktu pengiriman. Pardamean, 2012

2.3 Hasil Olahan Minyak Kelapa sawit