Tabel 5.9. Gambaran Kualitas Hidup Penderita Kelainan Pigmentasi Wajah Tipe Hipormelanosis
Tabel  5.9  menunjukkan  tingkat  kualitas  hidup  penderita  kelainan pigmentasi  wajah  dengan  tipe  hipomelanosis.  Gambaran  kualitas  hidup  pada
responden  dengan  tipe  hipormelanosis  terbanyak  memiliki  efek  besar  pada kualitas hidup yaitu 19 orang 54,2.
5.2 Pembahasan
Kelainan  pigmentasi  atau  yang  disebut  juga  sebagai  melanosis  adalah kelainan pada proses pembentukan pigmen melanin kulit Lubis, 2008. Kelainan
pigmentasi  pada  wajah  dapat  mempengaruhi  emosional  dan  psikologis  penderita secara  signifikan  terutama  pada  penderita  wanita  yang  berpengaruh  pada
kepercayaan  diri,  sehingga  dapat  menurunkan  kualitas  hidup  penderita  Lubis, 2011.
Dalam  penelitian  ini,  total  sampel  berjumlah  100  orang  penderita  kelainan pigmentasi wajah pada pengunjung Posyandu di Kecamatan Medan Labuan. Dari
penelitian ini pada tabel 5.1 perempuan didapatkan jumlah lebih banyak sebanyak 67  orang  67,0.  Pada  penelitian  sebelumnya  didapati  oleh  Febrianti  2004  di
Departemen Kesehatan Ilmu Kulit dan Kelamin FK Universitas IndonesiaRS. Dr. Cipto  Mangunkusumo,  Jakarta  tahun  2004  menunjukkan  hasil  bahwa
epidemiologi kelainan hiperpigmentasi seperti melasma 97,3 pada perempuan. Perempuan lebih banyak dari pada laki-laki karena dari segi hormonal perempuan
Efek Jumlah
Persentase
Tidak Ada Efek Efek Kecil
4 11,4
Efek Sedang 7
20,0 Efek Besar
19 54,2
Efek Sangat Penting 5
14,2 Total
35 100.0
Universitas Sumatera Utara
memiliki  hormon  estrogen  lebih  tinggi.  Estrogen  berperan  langsung  pada melanosit  sebagai  salah  satu  reseptornya  di  kulit  dan  berfungsi  untuk
meningkatkan  jumlah  melanin  dalam  sel  Oktarina,  2012.  Untuk  tipe hipomelanosis  di  penelitian  sebelumnya  oleh  Dito  dan  Taruna  2014  vitiligo
ditemukan dominasi pada perempuan. Berdasarkan  usia,  pada  tabel  5.2  didapatkan  usia  41-50  tahun  adalah  usia
terbanyak sebanyak 37 orang 37,0. Pada penelitian sebelumnya oleh  Oktarina 2012  di  RSUD  Kota  Semarang  didapatkan  usia  terbanyak  adalah  antara  41-50
tahun 39,5, di usia yang tidak muda lagi banyak produk kecantikan kulit yang dapat  menimbulkan  melasma.  Pada  penelitian  Nair  2014  pada  ibu-ibu
pengunjung posyandu di Kelurahan Tanjung Rejo Medan didapatkan usia rentang 31-40 tahun adalah kelomok usia terbanayak 42,4. Dan penelitian sebelumnya
oleh  Dito  dan  Taruna  2014  jenis  hipomelanosis  vitiligo  ditemukan  pada  usia berapapun, tersering pada usia 10
– 40 tahun. Berdasarkan  tipe  kelainan,  didapatkan  pada  tabel  5.3  terbanyak  adalah
hipermelanosis 65 orang 65,0. Menurut Chan 2008 diperkirakan di Amerika Serikat,  sekitar  5-6  juta  wanita  menderita  kelainan  melasma.  Dan  penelitian
sebelumnya oleh Dito  dan Taruna 2014 jenis  hipomelanosis  vitiligo ditemukan pada 0,1-2,9 dari penduduk dunia.
Pada  responden  tersebut  dalam  tabel  5.4  didapatkan  lama  menderita terbanyak  adalah    1  tahun  yaitu  sebanyak  92  orang  92,0.  Pada  penelitian
sebelumnya  oleh  Saravanan  2014  pada  ibu-ibu  penderita  melasma  pengunjung posyandu  di  Kelurahan  Tanjung  Rejo  kota  Medan,  didapatkan  yang  menderita
melasma    1  tahun    sebanyak  45  orang  60,0.  Menurut  Linda  2010  durasi menderita  melasma  biasanya  cukup  lama  dikarenakan  perjalanan  penyakit  yang
sering kali refrakter dan sulit diterapi
.
Universitas Sumatera Utara
Setiap  individu  memiliki  kualitas  hidup  yang  berbeda  tergantung  dari masing-masing  individu  dalam  menyikapi  permasalahan  yang  terjadi  dalam
dirinya.  Kelainan  pigmentasi  pada  wajah  dapat  mempengaruhi  emosional  dan psikologis  penderita  secara  signifikan  terutama  pada  penderita  wanita  yang
berpengaruh  pada  kepercayaan  diri,  sehingga  dapat  menurunkan  kualitas  hidup penderita  Lubis, 2011.
DLQI  adalah  salah  satu  kuesioner  kualitas  hidup  yang  secara  khusus dirancang untuk penyakit kulit dan dapat digunakan baik untuk mengukur kualitas
hidup  dan  untuk  membandingkannya  dengan  penemuan  pada  penyakit  kulit lainnya.  Gambaran  kualitas  hidup  pada  responden  berdasarkan  nilai  skor
didapatkan  pada  tabel  5.5  yaitu  pada  responden  cenderung  memiliki  skor  11-20 sebanyak  54  orang  54,0  yang  berarti  kelainan  pigmentasi  yang  dideritanya
memiliki  efek  besar  terhadap  kualitas  hidup.  Hal  ini  sesuai  dengan  penelitian Taylor  2008  sekitar  80  pasien  yang  didiagnosis  menderita  satu  atau  lebih
kelainan  pigmentasi,  47,3  pasien  dapat  merasakan  dan  menyadari  kondisi kulitnya, 21,8  merasa orang lain memperhatikan kulitnya, 32,7  merasa tidak
menarik karena kondisi kulitnya, 32,7 berusaha untuk menyembunyikan kondisi kulitnya, dan 23,6 merasa kondisi kulit mempengaruhi aktivitasnya.
Tabel  5.6  menunjukkan  gambaran  kualitas  hidup  responden  berdasarkan usia  yang  mana  didapatkan  kelainan  pigmentasi  wajah  pada  responden
menimbulkan  efek  yang  besar  terhadap  kualitas  hidup  terutama  pada  usia  31-50 tahun  sebanyak  34  orang.  Pada  penelitian  sebelumnya  oleh  Balkhrisman  2003
evaluasi  pada  102  pasien  wanita  yang  berusia  antara  18 –  65  tahun,  dilaporkan
bahwa melasma berdampak pada kehidupan sosial, kegiatan rekreasi, dan kondisi emosional  Balkrishman,  2003.  Hal  yang  berperan  kemungkinan  berkaitan
dengan  paparan  terhadap  faktor  resiko  dan  waktu  responden  menderita  kelainan pigmentasi ketika rentang usia 31-50 tahun.
Universitas Sumatera Utara
Tabel  5.7  menunjukkan  gambaran  kualitas  hidup  pada  responden berdasarkan  lama  menderitanya  dan  didapatkan  hasil  kualitas  hidup  pada
responden  cenderung  sangat  buruk  karena  efek  dari  penyakit  yang  dideritanya selama  1 tahun yaitu sebanyak 51 orang. Hal ini sesuai dengan penelitian salah
satu  jenis  hipermelanosis  oleh  Misery  2009  bahwa  pasien  wanita  dengan  usia lebih  dari  45  tahun  dan  yang  menderita  melasma  dalam  waktu  yang  lama
mempunyai  kualitas  hidup  yang  rendah.  Adanya  perbedaan  rerata  lama  sakit penderita  kelainan  pigmentasai  wajah  pada  penelitian  ini  kemungkinan
disebabkan karena perbedaan populasi dan sampel yang diambil. Tabel 5.8 dan 5.9 menunjukkan gambaran kualitas hidup penderita kelainan
pigmentasi wajah berdasarkan tipenya dan didapatkan hasil responden dengan tipe hipermelanosis  cenderung  menimbulkan  efek  yang  besar  terhadap  menurunnya
kualitas  hidup  responden  tersebut  pada  35  orang  53,8.  Penjelasan  salah  satu jenis  hipermelanosis  oleh    Hamed  2004  melasma  atau  yang  dikenal  dengan
istilah flek, secara medis merupakan masalah kesehatan dan secara estetika dapat mengganggu  kecantikan.  Meskipun  tidak  membahayakan,  flek  menimbulkan
dampak negatif  yang signifikan pada kualitas hidup penderitanya di mana secara psikologis  berpotensi  mengganggu  penampilan  dan  mengakibatkan  rasa  rendah
diri  yang  dapat  menurunkan  produktivitas,  harga  diri,  dan  fungsi  sosial  bagi penderitanya.  Hal  ini  sesuai  dengan  hasil  penelitian  bahwa  kelainan  pigmentasi
tipe  hipermelanosis  mempunyai  efek  besar  terhadap  kualitas  hidup  pada responden.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Telah dilakukan penelitian mengenai gambaran kualitas hidup penderita kelaiana pigmentasi wajah pada pengunjung posyandu di kecamatan Medan
Labuhan, dengan kesimpulan sebagai berikut:
1. Gambaran  kualitas  hidup  penderita  kelainan  pigmentasi  wajah  terbanyak
adalah menimbulkan efek besar 54,0. 2.
Gambaran  kualitas  hidup  penderita  kelainan  pigmentasi  wajah  terbanyak usia  31-40  tahun  dan  41-50  masing-masing  17,0  menimbulkan  efek
besar. 3.
Gambaran  kualitas  hidup  penderita  kelainan  pigmentasi  wajah  dengan lama menderita  1 tahun menimbulkan efek 51,0.
4. Gambaran
kualitas hidup
penderita kelainan
pigmentasi tipe
hipermelanosis menimbulkan
efek besar
53,8. Sedangkan
hipomelanosis  menimbulkan efek besar 54,2. 5.
Tipe Kelainan pigmentasi wajah terbanyak adalah hipermelanosis 65,0. Sedangkan hipomelanosis 35,0.
6.2 Saran
1. Penelitian  dapat  dilakukan  lebih  lanjut  untuk  menilai  kualitas  hidup
penderita kelainan pigmentasi wajah berdasarkan derajat keparahannya. 2.
Penelitian dapat dilakukan lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar dan juga pada populasi yang berbeda.
Universitas Sumatera Utara