lxxiii
C. Komunikasi dalam Implementasi Kebijakan Pengembangan Agroforestri
dikawasan Hutan Bromo Karanganyar
Dalam prilaku manusia pada organisasi publik, prilaku manusia merefleksikan persepsi, kebutuhan dan aspirasi. Persepsi, kebutuhan dan aspirasi
tersebut dipengaruhi oleh faktor lingkungan budaya, pengaruh kelompok, dan pengaruh organisasi. Dalam hal ini, persepsi menjadi penting, karena persepsi
merupakan kesan awal dari manusia yang dapat menjadi aksi atau tindakan. Persepsi merupakan proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam
memahami informasi yang diterimanya melalui penglihatan, pendengaran, perasaan, dan penghayatan. Persepsi akhirnya lebih merupakan penafsiran akan
sesuatu, bukannya pencatatan yang benar tentang sesuatu. Dalam komunikasi, inti dari komunikasi adalah penyampaian dari pihak
pertama kepihak lain agar tujuan atau maksud pihak pertama tercapai. Proses komunikasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor komponen yang dapat
menentukan keefektivitasan komunikasi yaitu Source pengirim, Message pesan, Chanel saluran-media dan Receiver penerima.
Untuk menerapkan kebijakan pengembangan agroforestri di hutan bromo karanganyar Perum Perhutani memberikan petugas pendamping kepada
masyarakat desa sekitar hutan. Fungsi dari petugas pendamping ini adalah sebagai implementator atau penyampai pesan-pesan program pengembangan agroforestri
kepada masyarakat sekitar hutan dan pihak yang terkait, selain itu tugas dari pendamping adalah sebagai pengawas dari implementasi program itu sendiri.
Petugas pendamping yang diturunkan kemasyarakat sebelumnya telah mengetahui konsep, tujuan dan sasaran dari program pengembangan agroforestri
di Hutan Bromo Karanganyar, hal ini dibuktikan dengan adanya pembekalan atau penataran terkait program pengembangan agroforestri hutan Bromo Karanganyar.
Dalam pembekalan tersebut petugas pendamping diberikan penjelasan tentang konsep, tujuan dan sasaran dari program pengembangan agroforestri yang
tergabung dalam program PHBM. Selain itu petugas pendamping juga memiliki arsip Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor: 24 Tahun 2001 Tentang PHBM
lxxiv di Propinsi Jawa Tengah serta Keputusan Ketua Dewan Pengawas Perum
Perhutani Nomor: 136KPTSDIR2001 tentang PHBM sebagai pegangan dalam melaksanakan program pengembangan Agroforestri di hutan Bromo
Karanganyar. Petugas pendamping juga dibekali dengan Petunjuk Pelaksanaan PHBM yang dikeluarkan oleh Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah Biro
Pembinaan Sumber Daya Hutan serta buku pedoman evaluasi PHBM yang dikeluarkan melalui keputusan Direksi Perum Perhutani Nomor:
666KPTSDIR1003. Petugas pendamping dipilih atas dasar materi yang disampaikan, berat
atau ringannya materi yang disampaikan dapat dilihat dari tingkat penerapan teknis materi dilapangan. Faktor lain yang menjadi alasan untuk pemilihan
pendamping adalah sumberdaya yang dimiliki oleh petugas pendamping, sumberdaya ini lebih cenderung kepada pengalaman dan kemampuan dalam
berkomunikasi, selain itu dalam penentuan petugas pendamping juga disesuaikan dengan keadaan lingkungan sekitar, baik geografis maupun faktor sosial
masyarakat budaya, adat-istiadat, kepercayaan. Petugas pendamping juga diberikan pembekalan khusus yang berupa
pelatihan-pelatihan seperti kewirausahaan, pengelolaan lahan, manajerial dan pelatihan lainnya yang dirasa penting dalam mendukung program pengembangan
Agroforestri. Pembekalan yang diberikan tersebut bertujuan untuk memberikan tambahan ilmu dan pengetahuan bagi pendamping serta meningkatkan
kemampuan pribadi dalam melakukan pendampingan. Pelatihan ini diadakan oleh KPH Surakarta yang membawahi BKPH termasuk hutan Bromo. Dalam
menjalankan fungsinya, petugas pendamping dibekali dengan buku saku sebagai bukti kegiatan yang telah mereka laksanakan, garis besar isi buku saku adalah
berupa kapan, dimana, hasil, masalah solusi saran dan usul dari kegiatan yang telah dilaksanakan. Intensitas pertemuan petugas pendamping dengan masyarakat
tidak setiap hari, akan tetapi disesuaikan dengan kebutuhan yang ada yaitu pada pertemuan masyarakat sekitar hutan yang tergabung dalam Lembaga Masyarakat
Desa Hutan LMDH dan disesuaikan dengan program-program baru yang akan
lxxv disampaikan. Sebagai evaluasi terhadap petugas pendamping dilakukan
pertemuan setiap bulannya yang dipimpin oleh kepala BKPH setempat. Tingkat pengetahuan petugas tentang konsep, tujuan dan sasaran program
pengembangan agroforestri di hutan Bromo Karanganyar dapat dikatakan telah baik. Petugas pendamping yang diberikan pengarahan dan pembekalan
sebelumnya dapat lebih mudah dalam implementasi program kepada masyarakat, karena petugas telah mengetahui gambaran tugas mereka dilapangan yang telah
diberikan dalam pengarahan dan pembekalan sebelumnya., sehingga dalam pelaksanaan pengembangan agroforestri di hutan Bromo Karanganyar tidak
mengalami kesulitan yang berarti. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya permasalahan besar yang dihadapi petugas dalam implementasi program
pengembangan agroforestri di hutan Bromo Karanganyar Program pengembangan agroforestri di hutan Bromo Karanganyar yang
disampaikan merupakan usulan dari masyarakat sebagai implementasi dari sistem bottom up dan partisipatif yang digunakan Perum Perhutani yang selanjutnya
disepakati secara bersama-sama baik antara Perum Perhutani, masyarakat dan pihak yang berkepentingan. Dengan sistem komunikasi yang bottom up ini
memberikan keleluasaan bagi petugas pendamping sehingga tidak membutuhkan sumber-sumber kebijakan yang besar karena sumber yang bersifat dana di
tanggung secara bersama-sama baik Perum Perhutani, masyarakat maupun pihak- pihak yang terkait lainnya.
Sistem Agroforestri yang dikembangkan di hutan Bromo yang merupakan pesan dalam komunikasi kebijakan adalah salah satu dari program PHBM yang
telah mendapatkan persetujuan bersama seluruh pihak-pihak yang terkait, sehingga dalam penyampaian program pengembangan agroforestri di hutan
Bromo Karanganyar tidak mengalami banyak kesulitan karena masyarakat dapat memahami tujuan dan maksud program pengembangan agroforestri dengan baik
dan lebih cepat. Isi pesan yang telah diketahui oleh semua pihak yang berkepentingan baik dari pengirim maupun penerima akan memudahkan dalam
penyampaian pesan karena dengan kejelasan tersebut, pesan yang disampaikan
lxxvi tidak mengalami banyak pengurangan maknatujuan distorsi sesampainya ke
penerima pesan karena dalam hasil pengamatan program dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Struktur pesan adalah salah satu yang
mempengaruhi pesan dalam proses komunikasi, dalam implementasi program pengembangan agroforestri di hutan Bromo Karanganyar pesan yang disampaikan
sangat terstruktur hal ini dapat dilihat dari terdapatnya petunjuk pelaksanaan program serta pedoman evaluasinya.
Teknik yang digunakan dalam implementasi program pengembangan agroforestri di hutan Bromo Karanganyar adalah dengan menggunakan simulasi-
simulasi, training, wawancara, pertemuan atau koordinasi. Teknik ini lebih banyak dilakukan dalam proses pelaksanaan program. Adapun proses tersebut
meliputi: 1 Prakondisi, yaitu sosialisasi pengenalan program sosialisasi internal dan eksternal, 2 Inventarisasi potensi desa meliputi situasi, kondisi dan petak
pangkuan, 3 Persiapan Prakondisi sosial yaitu dengan dialog multistakeholder, pembentukan kelembagan, forum komunikasi dan perjanjian kerjasama, 4
Pelaksanaan kegiatan dengan pembuatan rencana strategis renstra penilaian pengesahan dan penerapannya, 5 pemberdayaan masyarakat dan 6
pemantauan, penilaian dan pelaporan. Dalam penyampaian program pengembangan agroforestri di hutan Bromo
Karanganyar digunakan teknik yang bervariasi, pemilihan teknik disesuaikan dengan materi dan kondisi lapangan yang ada, seperti dalam pelaksanaan kegiatan
program dengan penanaman, perawatan dan pemanenan menggunakan teknik simulasi dengan melihat, mendengar dan mencoba praktik secara langsung
dilapangan karena dianggap lebih efektif untuk memahamkan masyarakat Sasaran proses komunikasi dalam implementasi kebijakan program
pengembangan agroforestri di hutan Bromo Karanganyar adalah masyarakat. Masyarakat menjadi sasaran dari petugas implementator yang menyampaikan
program pengembangan agroforestri di hutan Bromo Karanganyar. Sikap merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sasaran dalam menangkap
pesan. Sasaran dalam implementasi program pengembangan agroforestri di hutan
lxxvii Bromo Karanganyar bersikap mendukung karena program tersebut merupakan
usulan dari masyarakat yang kemudian disampaikan kepada puhak Perhutani, sehingga masyarakat sekitar hutan menanggapi pesan dengan baik, hal ini dapat
dilihat dari program pengembangan agroforestri di hutan Bromo Karanganyar yang telah berjalan sejak di implementasikannya tahun 2005 hingga sekarang.
Dilihat dari komponen komunikasi yang terdapat dalam implementasi program pengembangan agroforestri di hutan Bromo Karanganyar, yaitu Source
pengirim, Massage pesan, Chanel saluran-media, dan Receiver penerima proses komunikasi yang terlaksana dapat dikatakan berjalan dengan baik,
sehingga mendukung proses implementasi menjadi efektif.
D. Sumber- sumber dalam Implementasi Kebijakan Pengembangan