73
Proses pemanen padi dilakukan oleh masyarakat secara bergotong royong, dari satu lahan pertanian kelahan pertanian yang lain. Kemudian, padi yang sudah dianggap kering
dipindahkan ketempat mengerik. Disinilah pemilik padi mengundang para pemuda-pemudi desa untuk sama-sama bergotong royong mengirik padi dan sambil menyanyikan lagu Ahoi
pada saat pemuda desa telah berkumpul. Oleh sebab itu lah, hubungan antara masyarakat dan kebudayaan berkaitan erat yang
berdasarkan fungsi dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya seperti : fungsi pengungkapan emosional,komunikasi,kesinambungan kebudayaan, norma-norma sosial dan
pengintegrasian masyarakat.
6.2 SARAN
Melayu adalah salah satu suku yang ada di nusantara yang sejak dahulu kaya dengan aktifitas budayanya. Aktifitas tersebut dapat dilihat mulai dari kehidupan, mata pencaharian,
dna lain-lain. Akan tetapi, dengan adanya pengaruh dari budaya barat atau masuknya teknologi menyebabkan sebagian nilai-nilai budaya tersebut hilang.
Dalam tulisan ini penulis mempunyai beberapa saran kepada pembaca, agar nyanyian ahoi ini dapat dipertahankan eksistensinya meskipun kegiatan mengirik padi tidak dilakukan
lagi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mengalih-fungsikan ahoi dari sebuah kesenian pengiring kerja menjadi sebuah seni pertunjukan. Ahoi merupakan salah satu kekayaan
budaya yang harus dijadikan milik bersama, sehingga setiap kebudayaan etnis yang ada di seluruh Indonesia tetap hidup dan terus berkembang.
Universitas Sumatera Utara
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian yang Relevan
Dalam kajian ini penulis mengambil beberapa rujukan buku yang berkaitan dengan penelitian ini. Adapun buku yang saya gunakan sebagai rujukan adalah sebagai berikut :
“Nilai-nilai Budaya dalam Susatra Daerah Sulawesi Selatan” Muhammad Sikki dkk, 1991 dalam buku ini penulis mengkaji tentang nilai-nilai budaya yang ada di sulawesi
selatan dan melakukan pembinaan secara langsung maupun tidak langsung. Pembinaan secara langsung dilakukan dengan cara menginventarisasi dan mendokumentasi sejumlah
sastra lisan yang masih tersebar luas di kalangan masyarakat. Pembinaan secara tidak langsung biasa terwujud dalam upacara-upacara adat atau dalam waktu senggang yang pada
saat itu susastra biasa diperdengarkan. Menurut Sikki aspek-aspek budaya dalam susastra daerah Sulawesi selatan belum diteliti secara menyuluruh, oleh sebab itu beliau mengakaji
Nilai-nilai Budaya yang ada di Daerah Sulawesi Selatan.
5
Kemudian Titus Pekei dkk 2013 dalam bukunya yang berjudul “ Menggali Nilai Budaya Tradisi Lisan Dari Papua” dalam buku ini penulis membahas tentang sastra lisan atau
cerita rakyat yang ada di suku MEE dan menggali nilai-nilai budaya tradisi lisan suku MEE, yang bertujuan untuk menggali nilai budaya lisan agar pemerintah pusat di daerah tersebut
mengetahui dan terutama masyarakat disana dan berusaha untuk menggali dalam usaha
5
Drs. Muhammad Sikki, dkk dalam buku Niali-nilai Budaya Dalam Susatra Daerah Sulawesi Selatan,1991 : hal 2 dan 185
Universitas Sumatera Utara
7
memberantas kemiskinan dan pemiskinan nilai-nilai budaya lisan kedepan, mengangkat nilai- nilai budaya lisan, dan menyampaikan kepada generasi penerus.
6
Sedangkan kajian penulis berbeda dengan kajian di atas, yaitu Nilai-nilai Budaya Masyarakat Melayu Secanggang Pada Tradisi Ahoi: Kajian Antopologi Sastra. Dalam kajian
ini penulis mengkaji tentang bagaimana proses penyajian ataupun pelaksanaan dalam Tradisi Ahoi maupun fungsi dan tujuan tradisi ini. Penulis juga melakukan orientasi tentang nilai-
nilai budaya masyarakat disana. Mengapa penulis mengkaji ini karena kurangnya pemahaman generasi penerus tentang tradisi ini dan juga ingin menggali dan mengangkat
nilai-nilai budaya yang ada di dalamnya.
2.2 Kosmologi Masyarakat Melayu Langkat-Secanggang