Tikar Tampi Lesung Kompor dan alat masak Lemang Gula pasir putih Santan Kelapa Emping Emping yang disajikan dengan pulut dan gula merah Padi Tangkai Padi Makanan dan Jenis Tumbuhan

89 LAMPIRAN II Gambar Alat-alat Yang Dipakai Untuk Mengirik Padi

1. Tikar

2. Tampi

Universitas Sumatera Utara 90

3. Lesung

4. Kompor dan alat masak

Universitas Sumatera Utara 91 Gambar Makanan dan Jenis Tumbuhan

1. Lemang

2.Gula Merah Universitas Sumatera Utara 92

3. Gula pasir putih

4. Santan Kelapa

Universitas Sumatera Utara 93

5. Emping

6. Emping yang disajikan dengan pulut dan gula merah

Universitas Sumatera Utara 94

7. Padi

8. Tangkai Padi

Universitas Sumatera Utara 95 Gambar Mengirik Padi dan Mengemping Padi

1. Gambar Mengirik Padi

Universitas Sumatera Utara 96 2.Gambar Mengemping Padi Universitas Sumatera Utara 74 DAFTAR PUSTAKA Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta, Rineka Cipta Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra Epistemologi, Model, Leon, dan Aplikasi. Yogyakarta: Media Pressindo. Haleluya Ucok. Ahoi Mengirik Padi Pada Masyarakat Melayu Daerah Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Hadari Nawawi. 1993. Hakekat Manusia Menurut Islam. Surabaya :Al-Ikhlas. KBBI Kamus Besar Bahasa Indonesia Koentjaraningrat 1987:85 dalam skripsi Supsiloani: Analisa Nilai Budaya Masyarakat Dan Kaitannya Dalam Pembangunan Wilayah Di Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun, 2008.USU e-Repository © 2008. Kridalaksana, Harimurti. 2011. Kamus Linguistik Edisi Keempat. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama. Margono. 2007. Metologi Penelitian Pendidikan Komponen MKDK. Jakarta , PT. Rineka Cipta. Mulyana 2005:21. Kajian Wacana. Yogyakarta : Tiara Wacana. Pekei Titus, dkk. 2013. Menggali Nilai Budaya Tradisi Lisan dari Papua: Kajian Cerita Rakyat Suku MEE. Jakarta, Direktorat Sejarah Dan Nilai Budaya Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan. Rachman. 2004. Studi Penelitian Observasi. Bandung, IPB PRESS. Ratna, Nyoman Kutha. 2012. Antropologi Sastra : Peranan Unsur-unsur Kebudayaan Dalam Proses Kreatif. Yogyakarta, Pustaka Pelajar. Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra : dan Strukiuralisme hingga Postrukturalisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Universitas Sumatera Utara 75 Riduwan. 2004. Metode Riset. Jakarta, Rineka Cipta Sikana, Mana. 2008. Teori Sastera Kontemporari. Selangor: Pustaka Karya. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R D, Bandung. Alfabeta. Sumber : BPS Kab. Langkat 2009 Sumardjo dan saini 1988:3. Studi dan Pengkajian SastraPerkenalan Awal terhadap Ilmu sastra karangan Alfian Rokhmansyah, S.s, M.Hum Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan RD. Cetakan ke-17. Bandung: Alfabeta. Syaifuddin Wan, Sinar Tengku Lukaman. 2005. Kebudayaan Sumatera Timur, Medan. USU PRESS. Syaifuddin Wan, 2005 dalam tulisan Mantera Dan Upacara Ritual Masyarakat Melayu Pesisir Timur Di Sumatera Utara :Kajian Tentang Fungsi dan Nilai-nilai Budaya. Universitas Sumatera Utara 32

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara untuk mencari fakta-fakta ataupun kebenaran dengan cara mengumpulkan dan menganalisis data yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Menyatakan bahwa metode penelitian adalah cara-cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid, dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah. Dalam hal ini menyimpulakan metode penelitian merupakan suatu proses mencari suatu kebenaran dengan cara mengumpulkan dan menganalisis data yang diperlukan sehingga dapat digunakan untuk suatu tujuan tertentu. 22 Dengan demikian penelitian ini menggunakan Pendekatan Kualitatif Naturalistik, yaitu penelitian yang melakukan interaksi dengan subjek atau responden yang diteliti dengan kondisi apa adanya dan tidak di rekayasa agar data diperoleh merupakan fenomena yang asli dan alamiah natural. Pendakatan Kualitatif Naturalistik menggunakan teknik pengumpulan data seperti observasi kuesioner angket dan dokumentasi. 22 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan RD Bandung: Alfabeta, 2009 hal. 6 Universitas Sumatera Utara 33

3.2 Sumber Data

Sumber data penelitian terdiri dari data primer dan skunder. Data primer yaitu : sumber data manusia yaitu masyarkat yang bermukim di Desa Tanjung Ibus kecamatan Secanggang. Kedua, sumber data berupa suasana mencakup kehidupan sehari-hari, balai masyarakat, interaksi antara masyarakat sekitar dan tempat berkumpulkerumunan yang berpotensi akan informasi tenntang penelitian. Data skunder terdiri dari : pertama, hasil penelitian dan tugas akhir mahasiswa, kedua buku yang diterbitkan dan berkaitan dengan objek penelitian.

3.3 Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa pengumpulan data dan instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk meneliti dan mengumpulkan data dan disajikan dalam bentuk sistematis guna memecahkan atau menguji suatu hipotesis. 23 Sugiono 2007 : 26, menyebutkan peneliti dapat menjadi instrumen penelitian jika memiliki wawasan yang luas tentang yang diteliti dan mampu pula menciptakan rapport kepada setiap orang yang ada pada konteks sosial yang diteliti. Sugiono juga menyatakan peneliti juga dapat memilih cara memperoleh kejelasan data atau objek penelitian dengan caranya sendiri, seperti membuat daftar tanya. Namun, dalam menafsir jawaban harus berorientasi kepada kejujuran dan keilmuwannya. Artinya, dengan membuat daftar tanya bukan mengacu pada penelitian kuantitatif. Melainkan hanya untuk membuat opini dari informasi yang diperoleh melalui taburan jawaban. 23 Suharsimi Arikunto 2010:265. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta. Rineka Cipta. Universitas Sumatera Utara 34 Selain itu, cara lain dapat juga dilakukan dengan menciptakan sesuatu untuk membangun hubungan yang akrab dengan setiap orang yang ada pada konteks sosial. Dalam penelitian ini peneliti di samping menciptakan hubungan yang akrab juga menyediakan daftar tanya kepada masyarakat yang dianggap mempunyai pemahaman terhadap objek kajian.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini diperlukannya teknik ini sesuai dengan tujuannya teknik ini digunakan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan, lalu pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut :

3.4.1. Teknik Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. 24 Teknik observasi digunakan untuk melihat dan mengamati perubahan fenomena- fenomena sosial yang tumbuh dan berkembang yang kemudian dapat dilakukan perubahan atas penilaian tersebut, bagi observaser untuk melihat objek peristiwa tertentu, sehingga mampu memisahkan antara yang diperlukan dengan yang tidak diperlukan. 25 Peneliti menggunakan teknik observasi baik langsung maupun yang tidak langsung yang didasari beberapa alasan sebagai berikut: 1. Banyak gejala yang dapat diselidiki dengan observasi sehingga hasilnya akurat sulit dibantah. 2. Banyak objek yang hanya bersedia diambil datanya dengan cara observasi. 24 Riduwan. 2004. Metode Riset. Jakarta : Rineka Cipta 25 Margono S. Drs. 2007. Metologi Penelitian Pendidikan Komponen MKDK. PT. Rineka Cipta, Jakarta Universitas Sumatera Utara 35 3. Kejadian yang sama hanya dapat diamati dan dicatat secara sama pula dengan memperbanyak observer. 4. Banyak kejadian yang dipandang kecil yang tidak dapat ditangkap oleh alat pengumpul data yang lain, ternyata sangat menentukan hasil penelitian justru diungkap oleh observasi. 26 Berkaitan dengan jenis observasi yang digunakan peneliti memilih metode observasi langsung yaitu di Melayu Langkat kecamatan Secanggang tepatnya di Desa Tanjung Ibus, yang menjadi fokus observasi penelitian adalah nilai-nilai budaya masyarakat Melayu Langkat di Secanggang terhadap Tradisi Ahoi.

3.4.2. Teknik Kuesioner

Teknik ini berisi tentang beberapa pertanyaan yang akan diberikan kepada masyarakat selaku responden. Pertanyaan-pertanyaan yang ada bertujuan dengan memperoleh data tentang pandangan mereka terhadap Tradisi Ahoi serta penggunaanya dalam penelitian tersebut.

3.4.3. Teknik Dokumentasi

Mengemukakan pendapatnya mengenai dokumen, dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. 27 Dalam metode penelitian ini, metode dokumentasi dilakukan dengan cara peneliti mengumpulkan data-data dalam bentuk pencatatan atau data-data tertulis yang ada di Desa Tanjung Ibus Kecamatan Secanggang. 26 Rachman,Studi Penelitian Observasi,Bandung, IPB PRESS, 2004 hal:80. 27 Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan RD. Cetakan ke-17. Bandung: Alfabeta. Universitas Sumatera Utara 36

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model analisis mengalir, yang meliputi tiga komponen, yaitu 1 reduksi data; 2 penyajian data; dan 3 penarikan simpulan Verifikasi. Analisis model mengalir mempunyai tiga komponen yang saling terjalin dengan baik, yaitu sebelum, selama dan sesudah pelaksanaan pengumpulan data. 28 Penjelasannya sebagai berikut :

3.5.1 Reduksi data

Pada tahap ini data yang diperoleh dicatat dalam uraian yang terperinci. Dan data-data yang sudah dicatat tersebut, kemudian dilakukan penyederhanaan data. Data-data yang dipilih hanya data yang berkaitan dengan masalah yang akan dianalisis, dalam hal ini tentang nilai- nilai budaya masyarakat Melayu Langkat di Secanggang dalam Tradisi Ahoi. Informasi- informasi yang mengacu pada permasalahan itulah yang menjadi data dalam penelitian ini.

3.5.2 Sajian data

Pada tahap ini, data-data yang sudah diperoleh kemudian disusun secara teratur dan terperinci agar mudah dipahami. Data-data tersebut kemudian dianalisis sehingga diperoleh deskripsi tentang karakter masyarakat.

3.5.3 Penarikan kesimpulan Verifikasi

Pada tahap ini dibuat kesimpulan tentang hasil dan data yang diperoleh sejak awal penelitian. Kesimpulan ini masih memerlukan adanya verifikasi penelitian kembali tentang kebenaran laporan sehingga hasil yang diperoleh benar-benar sah. Beberapa komponen 28 Suwondo, 2001: 128 dalam skripsi Rendy Novrizal, S.s. Jati Diri Masyarakat Melayu Serdang Dalam Tradisi Bela Diri Silat Lintau Di Kedatukan Batang Kuis ; Kajian Antropologi Sastra 2014,hal 15. Universitas Sumatera Utara 37 tersebut saling berkaitan dan dilakukan secara terus-menerus mulai dari awal saat penelitian berlangsung, sampai akhir penelitian. Universitas Sumatera Utara 38

BAB IV SIKAP MASYARAKAT TERHADAP TRADISI AHOI

Pada bab ini peneliti akan menjelaskan tentang sikap masyarakat terhadap Tradisi Ahoi melalui persepsi hakikat kehidupan, hakikat kerja, hakikat waktu, hakikat alam, dan hakikat manusia. Sikap ini di deskripsikan berdasarkan daftar pertanyaan yang disampaikan dan di jawab oleh responden.

4.1 Latar Belakang Responden

Respoden atau informan merupakan penjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti dan juga merupakan salah satu pencarian data yang dilakukan untuk kepentingan penelitian. Adapun responden dari penelitian ini terdiri dari berbagai lapisan masyarakat dilihat dari jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, suku, dan lamanya tinggal di daerah tersebut. Sample kajian terdiri dari 20 sample dan jumlah soal yang diutarakan terdiri dari 54 soal. Umur Responden a. 15-19 tahun b. 20-29 tahun c. 30-39 tahun d. 50-59 tahun e. 60 tahun ke atas 4 4 6 5 2 Jenis Kelamin Responden a.Laki-laki b. Perempuan 12 8 Universitas Sumatera Utara 39 Tingkat Pendidikan Responden a. Tidak bersekolah b. Sekolah dasar c. Sekolah Menengah Pertama d. Sekolah Menengah Atas SMA e. Universitas 2 2 4 10 2 Suku Etnik Responden a.Melayu b. Jawa c. Batak d. Cina e. Lain-lain 5 15 Pekerjaan Responden a. Petani b. Nelayan c. Buruh d. Pedagang e. Pegawai Negeri f. Lain-lain 5 3 3 2 3 4 Lama tinggal Responden a. 2 tahun b. 3-4 tahun c. 5-6 tahun 1 2 Universitas Sumatera Utara 40 d. 7-8 tahun e. 9 tahun f. Sejak lahir 2 15 Menurut pendapat peneliti dari 20 kuesioner yang telah di bagikan dari beberapa lapisan masyarakat yang dilihat dari jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, suku, dan lamanya tinggal di daerah tersebut, masyarakat tidak semua mengetahui tentang Tradisi Ahoi ini khusus nya di kalangan pelajar sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas di karenakan kurangnya pengetahuan akan Tradisi Ahoi ini dari orang tua mereka.

4.2 HAKIKAT HIDUP

Soal Pilihan Jawaban Ya Tidak Ragu-ragu 1. Apakah Tradisi Ahoi berkaitan dengan kehidupan anda 4 5 11 2. Apakah Tradisi Ahoi digunakan untuk menghadapi segala kepahitan dalam kehidupan 9 11 3. Apakah anda 8 12 Universitas Sumatera Utara 41 masih mengikuti Tradisi Ahoi 4. Apakah Tradisi Ahoi berkaitan dengan keridho’an Allah 6 12 2 5. Apakah Tradisi Ahoi dapat merubah kehidupan ke arah yang lebih baik 18 1 1 6.Apakah Tradisi Ahoi dapat merubah kehidupan ke arah yang lebih baik 18 2 7. Apakah Tradisi Ahoi dapat merubah kehidupan ke arah yang lebih buruk 19 1 Menurut pendapat peneliti Tradisi Ahoi pada saat sekarang ini sudah tidak berpengaruh lagi bagi kehidupan masyarakat disana di karenakan telah masuknya alat-alat teknologi canggih yang dapat mempermudah dalam hal pertanian khususnya.Oleh sebab itu, masyarakat sudah tidak menggunakan Tradisi ini lagi. Universitas Sumatera Utara 42

4.3 HAKIKAT KERJA

Soal Pilihan Jawaban Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju 1.Dalam menjalankan aktivitas menggunakan akal, pikiran pintar, dan cekap 15 5 2. Dalam menjalankan aktivitas berkemahiran dalam bidang yang ditekuni 1 19 3. Dalam menjalankan aktivitas harian bijaksana dalam bertindak balas terhadap isu dan fenomena yang berlaku 1 6 13 Universitas Sumatera Utara 43 4.Dalam menjelaskan aktivitas sehari-hari seharusnya memahami dan mengetahui sistem pemerintahan, keterampilan organisasi dan adat yang berlaku 3 17 5. Menjalankan aktivitas seharusnya dapat menggunakan tekhnologi canggih 2 18 6.Diperlukan berkelakuan baik, keluarga maupun kerabat 14 5 1 7. Diperlukan berkelakuan dan berstatus sosial yang baik 1 8 10 1 8. Menjalankan aktivitas diperlukan 2 11 6 1 Universitas Sumatera Utara 44 pawang 9.Apakah Tradisi Ahoi berhubungan dengan amal dan ketakwaan 16 4 10. Penggunaan Tradisi Ahoi menambah kualitas manusia lahir dan batin 14 6 11. Apakah Tradisi Ahoi tidak memiliki pengaruh terhadap aktivitas sehari-hari 1 2 17 12.Apakah Tradisi Ahoi dapat menambah etos kerja 16 2 2 13. Apakah Tradisi Ahoi berhubungan dengan kemuliaan fisik dan mental 1 19 Menurut pendapat peneliti pada hakikat kerja, masyarakat disana dalam menjalankan aktivitas sehari-hari mereka harus memahami dan mengetahui sistem pemerintahan , Universitas Sumatera Utara 45 keterampilan organisasi dan adat yang berlaku di daerah tersebut. Dahulunya mereka sangat bergantung pada Tradisi Ahoi sebelum masuknya alat-alat teknologi sekarang ini.

4.4 HAKIKAT WAKTU

Soal Pilihan Jawaban Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Kurang Setuju 1.Penggunaan Tradisi Ahoi masih relevan dengan zaman sekarang 2 18 2. Banyak aktivitas masyarakat yang melibatkan Tradisi Ahoi 12 8 3. Tradisi Ahoi diwariskan dari nenek moyang 14 5 1 4.Tradisi Ahoi masih kekal sepanjang zaman 10 2 7 1 Menurut pendapat peniliti yang telah dijelaskan sedikit sebelumnya pada hakikat kerja bahwa dahulunya tradisi ini masih berpengaruh pada aktivitas masyarakat disana karena masih diwariskan dari nenek moyang terdahulu dan menjadi suatu kebiasaan yang sering mereka lakukan secara terus menerus sebelumnya masuk nya alat-alat teknologi. Universitas Sumatera Utara 46

4.5 HAKIKAT ALAM

Soal Pilihan Jawaban Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Kurang Setuju 1. Apakah kedahsyatan bencana alam merupakan cerminan dari perilaku manusiamasyarakat 1 19 2. Fenomena alam terjadi karena kurangnya kepercayaan kepada yang maha kuasa 1 7 12 1 3. Apakah ada peranan kekuatan mahluk halus terhadap fenomena alam 3 17 4. Apakah Tradisi Ahoi menjaga keseimbangan di anatara mahluk 1 16 3 Universitas Sumatera Utara 47 dengan alam 5. Apakah Tradisi Ahoi berhubungan dengan kejadian alam yang ada di sekitar 13 5 2 6. Apakah Tradisi Ahoi dapat mengurangi bencana alam 3 16 1 7. Apakah Tradisi Ahoi dapat menghindari marabahaya 11 2 7 Menurut pendapat peneliti tentang hakikat alam yang terjadi di dalam Tradisi Ahoi ini berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat yang ada di daerah tersebut. Mereka masih beranggapan bahwa fenomena-fenomena alam yang terjadi merupakan cerminan dari perilkau manusia atau masyarakat dan Tradisi Ahoi ini masih berhubungan dengan kejadian alam yang ada di sekitar. Universitas Sumatera Utara 48

4.6 HAKIKAT SESAMA MANUSIA

Soal Pilihan Jawaban Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Kurang Setuju 1. Apakah tidak semestinya masyarakat saling berinteraksi 16 4 2. Apakah upacara adat perlu digunakan untuk keharmonian sesama 1 19 3. Apakah Tradisi Ahoi berperan untuk keharmonian sesama 7 13 4. Apakah media teknologi lebih berperan bagi hubungan sesama 4 12 4 5. Apakah kedudukan Tradisi Ahoi sama dengan media teknologi 1 1 7 11 6. Apakah Tradisi Ahoi melalui adat dan 11 8 2 Universitas Sumatera Utara 49 pengucapan individu dapat mengeratkan sesama 7. Apakah Tradisi Ahoi dapat mewujudkan kebersamaan sesama mahluk 1 19 8. Apakah Tradisi Ahoi dapat mewujudkan rasa keharmonian sesama mahluk ciptaan Allah 20 9. Apakah Tradisi Ahoi tidak diperlukan lagi dalam mempersatukan pemikiran 9 10 1 Hakekat manusia menurut pandangan Islam : a. Manusia adalah mahluk ciptaan Allah SWT. b. Kemandirian dan kebersamaan Individualitas dan sosialitas c. Manusia merupakan mahluk yang terbatas. 29 29 Hadari Nawawi.1993. Hakekat Manusia Menurut Islam. Surabaya : Al-IKHLAS Universitas Sumatera Utara 50 Menurut pendapat peneliti pada hakikat hubungan sesama manusia, masyarakat disana sangat menjunjung tinggi nilai kebersamaan seperti bergotong royong yang dapat mengeratkan hubungan masyarakat disana. Seperti halnya pada saat upacara Tradisi Ahoi dahulu dilaksanakan mereka saaling membantu satu sama lain dan menjaga keharmonisan masyarakat disana. Orientasi Nilai Budaya Masyarakat Konsep Dasar Orientasi Nilai Budaya Masyarakat Pandangan Peneliti Hakikat hidup Pada dasar nya Tradisi Ahoi dapat merubah kehidupan masyarakat Secanggang ke arah yang lebih baik khususnya pada saat musim panen tiba. Peneliti menyimpulkan dari hasil penelitian ini bahwa Tradisi Ahoi dapat merubah kehidupan masyarakat Secanggang ke arah yang lebih baik dan tidak terlepas dari Keridho’an Allah. Hakikat Kerja Masyarakat di daerah Secanggang dalam menjalankan aktivitas hariannya mereka memiliki kemahiran dalam bidang yang meraka tekuni misalnya menanam padi mereka harus benar-benar Peneliti menyimpulkan bahwa masyarakat Secanggang memiliki kemahiran dalam bidang yang mereka tekuni masing- masing karena dengan begitu mereka akan mendapatkan hasil yang memuaskan Universitas Sumatera Utara 51 memahaminya. nantinya. Hakikat Waktu Pada saat sekarang ini masyarakat Secanggang sudah tidak melibatkan Tradisi Ahoi lagi pada aktivitas sehari-hari mereka. Tradisi ini juga tidak pernah lagi dilakukan oleh masyarakat. Peneliti menyimpulkan Tradisi Ahoi ini sudah tidak lagi dilakukan oleh masyarakat Secanggang di karenakan sudah masuk nya alat-alat teknologi yang dapat mempermudah mereka dalam melakukan pekerjaannya khususnya pada pertanian padi. Hakikat Alam Masyarakat Secanggang mempercayai bahwa fenomena alam yang terjadi merupakan cerminan dari perilaku manusia. Peneliti menyimpulkan bahwa masyarakat Secanggang percaya setiap perbuatan yang baik maka akan mendapatkan hasil yang baik pula begitu juga dengan sebaliknya. Hakikat Sesama Manusia Masyarakat Secanggang percaya bahwa Tradisi Ahoi dapat mewujudkan keharmonian sesama mahluk ciptaan Allah Peneliti menyimpulkan bahwa masyarakat Secanggang dapat mewujudukkan kebersamaan dan keharmonisan di dalam sebuah Tradisi . Universitas Sumatera Utara 52 Dari 20 kuesioner yang telah di bagikan dari beberapa lapisan masyarakat yang dilihat dari jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, suku, dan lamanya tinggal di daerah tersebut, masyarakat tidak semua mengetahui tentang Tradisi Ahoi ini khusus nya di kalangan pelajar sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas di karenakan kurangnya pengetahuan akan Tradisi Ahoi ini dari orang tua mereka. Pada dasar nya Tradisi Ahoi dapat merubah kehidupan masyarakat Secanggang ke arah yang lebih baik khususnya pada saat musim panen tiba. Peneliti menyimpulkan dari hasil penelitian ini bahwa Tradisi Ahoi dapat merubah kehidupan masyarakat Secanggang ke arah yang lebih baik dan tidak terlepas dari Keridho’an Allah. Pada hakikat kerja, masyarakat disana dalam menjalankan aktivitas sehari-hari mereka harus memahami dan mengetahui sistem pemerintahan , keterampilan organisasi dan adat yang berlaku di daerah tersebut. Dahulunya mereka sangat bergantung pada Tradisi Ahoi sebelum masuknya alat-alat teknologi sekarang ini. Masyarakat di daerah Secanggang dalam menjalankan aktivitas hariannya mereka memiliki kemahiran dalam bidang yang meraka tekuni misalnya menanam padi mereka harus benar-benar memahaminya. Peneliti menyimpulkan bahwa masyarakat Secanggang memiliki kemahiran dalam bidang yang mereka tekuni masing-masing karena dengan begitu mereka akan mendapatkan hasil yang memuaskan nantinya. Telah dijelaskan sedikit sebelumnya pada hakikat kerja bahwa dahulunya tradisi ini masih berpengaruh pada aktivitas masyarakat disana karena masih diwariskan dari nenek moyang terdahulu dan menjadi suatu kebiasaan yang sering mereka lakukan secara terus menerus sebelumnya masuk nya alat-alat teknologi.Masyarakat Secanggang percaya bahwa Tradisi Ahoi dapat mewujudkan keharmonian sesama mahluk ciptaan Allah. Peneliti Universitas Sumatera Utara 53 menyimpulkan bahwa masyarakat Secanggang dapat mewujudukkan kebersamaan dan keharmonisan di dalam sebuah Tradisi . Pada hakikat waktu, pada saat sekarang ini masyarakat Secanggang sudah tidak melibatkan Tradisi Ahoi lagi pada aktivitas sehari-hari mereka. Tradisi ini juga tidak pernah lagi dilakukan oleh masyarakat. Peneliti menyimpulkan Tradisi Ahoi ini sudah tidak lagi dilakukan oleh masyarakat Secanggang di karenakan sudah masuk nya alat-alat teknologi yang dapat mempermudah mereka dalam melakukan pekerjaannya khususnya pada pertanian padi. Pada hakikat alam, Masyarakat Secanggang mempercayai bahwa fenomena alam yang terjadi merupakan cerminan dari perilaku manusia. Peneliti menyimpulkan bahwa masyarakat Secanggang percaya setiap perbuatan yang baik maka akan mendapatkan hasil yang baik pula begitu juga dengan sebaliknya. Pada hakikat hubungan sesama manusia, masyarakat disana sangat menjunjung tinggi nilai kebersamaan seperti bergotong royong yang dapat mengeratkan hubungan masyarakat disana. Seperti halnya pada saat upacara Tradisi Ahoi dahulu dilaksanakan mereka saaling membantu satu sama lain dan menjaga keharmonisan masyarakat disana. Adapun tujuan penyajian Ahoi ditujukan kepada dua hal, pertama untuk manusia dan kedua untuk alam. Secara kronologis, Ahoi yang ditujukan kepada manusia dimulai dengan mengajak kerabat-kerabat untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan mengirik padi sehingga kegiatan tersebut menjadi lebih cepat selesai. Selain itu Ahoi juga mampu berfungsi sebagai media komunikasi verbal antara para pemuda dan pemudi yang terlibat di dalam kegiatan itu. Ahoi yang ditujukan kepada alam merujuk kepada ucapan syukur kepada alam karena memberika hasil panen yang melimpah. Universitas Sumatera Utara 54 Universitas Sumatera Utara 55

BAB V ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN

Analisis merupakan penyelidikan terhadap suatu peristiwa karangan, perbuatan, dsb untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. 30 Adapun analisis dan pembahasan pada bab ini adalah nilai-nilai budaya pada masyarakat Melayu di Secanggang, nilai-nilai budaya merupakan nilai yang terdiri dari konsepsi – konsepsi yang hidup dalam alam fikiran sebahagian besar warga masyarakat mengenai hal – hal yang mereka anggap amat mulia. Sistem nilai yang ada dalam suatu masyarakat dijadikan orientasi dan rujukan dalam bertindak. Oleh karena itu, nilai budaya yang dimiliki seseorang mempengaruhinya dalam menentukan alternatif, cara-cara, alat – alat, dan tujuan – tujuan pembuatan yang tersedia. 31

5.1 ANALISIS TEKS

Teks adalah 1 satuan bahasa terlengkap yang bersifat abstrak, 2 deretan kalimat, kata, dan sebagainya yang membentuk ujaran, 3 ujaran yang dihasilkan dalam interaksi manusia. Maka dapat dikatakan bahwa teks adalah satuan bahasa yang bisa berupa bahasa tulis dan bisa juga berupa bahasa lisan yang dahasilkan dari interaksi atau komunikasi manusia. 32 Adapun teks di dalam analisi ini adalah pantun yang di sampaikan oleh muda mudi pada saat mengerik padi di dalam Tradisi Ahoi. Berikut pantun yang disampaikan oleh warga atau tamu yang datang kepada tuan rumah : Ku tutuh dali baru kutebang 30 KBBI Kamus besar bahasa Indonesia 31 Koentjaraningrat 1987:85 dalam skripsi Supsiloani: Analisa Nilai Budaya Masyarakat Dan Kaitannya Dalam Pembangunan Wilayah Di Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun, 2008.USU e-Repository © 2008 32 Kridalaksana, Harimurti. 2011. Kamus Linguistik Edisi Keempat. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama. Universitas Sumatera Utara 56 Ambil sebatang Hamparan Kain Assalammualikum kami yang datang Apa gerangan hajat disisni Pantun di atas melambangkan bahwa para undangan yang datang menyampaikan salam kepada tuan rumah dan mengatakan bahwa mereka sudah datang dan bertanya apa yang akan dilakukan di rumah si tuan rumah. Kemudian pantun tersebut dibalas oleh tuan rumah : Bebirik batang berbirik Batang bayam sandaran dulang Mengirik kita mengirik Kokok ayam kita pe pulang Pantun tersebut menyatakan bahwa si tuan rumah mengharapkan bantuan para tamu untuk membantunya dalam mengirik padi hasil panen sawahnya. Pantun yang dinyanyikan pada saat mengirik padi : Buka batang sembarang batang Batang padi di atas pedang Pantun tersebut menyatakan bahwa si tamu undangan datang bukan hanya untuk menghadiri undangan saja melainkan mereka datang untuk bersuk cita dengan si tuan rumah. Sesudah yang bernyanyi selesai menyanyikan sampiran pantunnya, pengirik lainnya pun menyambut dengan meneriakkan “ E wak ahoi ahoi”. Kemudian si pengirik pun mengulang bait kedua dari sampiran tersebut dan disambut lagi oleh pengirik lain dengan sambutan “ E wak ahoi ahoi”. Kemudian dilanjutkan lagi oleh si pengirik yang pertama bernyanyi dengan menyanyikan isi dari pantunnya tersebut yang terdiri dari dua bait, yaitu : Universitas Sumatera Utara 57 Maek kabar tuan yang datang Mari mengirik sambil berdendang Pantun tersebut menyatakan kabar si pengirik yang pertama dan mengajak nya untuk sama-sama bernyanyi bersuka cita. Nyanyian tersebut pun disambut oleh pengirik lain dengan meneriakkan “ E wak ahoi ahoi.” Kemudian bait kedua dari isi pantun dinyanyikan kembali oleh si pengirik yang pertama bernyanyi dan disambut lagi dengan teriakan “ E wak ahoi ahoi.” Sambil mengemping mereka juga bernyanyi dan membalas pantun dariseorang pemudi tersebut sebagai berikut : pantun dari seorang pemudi tersebut sebagai berikut : Kalau tidak karena bulan Mana bintang meeninggi hari E...wak...ahoii...ahooii. Jika tidak karena tuan Mana kami datang kemari E..wak...ahooii.....ahooii. Pantun di atas menyatakan bahwa si tamu pemudiperempuan datang karena mendapat undangan dari si tuan rumah. Lalu disambut lagi oleh seorang pemuda yang disebelah si pengirik yang pertama bernyanyi dengan pantun pula. Kalau ada kaca di pintu Kaca lama kami pecahkan E...wak ahoii..ahoii.. Kalau ada kata begitu Badan dan nyawa kami serahkan E..wak ahoii..ahoi.. Pantun di atas menyatakan bahwa si tamu pemudalaki-laki bersedia membantu si tuan rumah. Universitas Sumatera Utara 58 Para wanita yang mendengarnya pun tersenyum tersipu-sipu dan salah seorang dari mereka pun menyambutnya dengan menyanyikan pantun juga : Tiga petak tiga penjuru Tiga ekor kumbang diapit E..wak..ahooii...ahooii. Pantun tidak padamu tertuju Teruntuk jaka berlesung pipit E...wak...ahooii....ahooii. Pantun di atas menyatakan bahwa si tamu pemudi perempuan mengatakan pantun tersebut untuk laki-laki yang berlesung pipit. Ketika padi dimasukkan, para pengirik pun duduk beristirahat sambil menyanyikan teks sebagai berikut : Allah halim sewa Allah Maimunnah silotan dona Warabikum tuan saridi Habibina saidina ali Pantun di atas menyatakan puji dan syukur atas hasil panen yang sudah di dapat si tuan rumah. Setelah itu nyanyian dilanjutkan dengan menyanyikan teks berupa pantun di setiap ak hir baitnya disambut dengan terikkan “iak iak” sebagai berikut : Kalau ada sumur di ladang iak iak Bolehlah kita menumpang mandi iak iak Kalau ada umur yang panjang boleh kita berjumpa lagi iak iak Bolehlah kita berjumpa lagi iak iak Pantun di atas menyatakan bahwa jika kita di beri kesehtan dan umur yang panjang maka kita akan berjumpa lagi. “E wak ahoi ahoi” secara harfiah artinya menghimbau ataupun mengajak kaum kerabat untuk bekerja sama Universitas Sumatera Utara 59 Bahasa Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yg arbitrer, yg digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. 33 Pada pantun Ahoi bahasa yang digunakan ialah bahasa Melayu dialek Langkat, berikut pantun yang menunjukkan bahasa Melayu dialek Langkat : Bebirik batang berbirik Batang bayam sandaran dulang Mengirik kita mengirik Kokok ayam kita pe pulang Kata pe menunjukkan pantun ini menggunakan bahasa Melayu dialek Langkat. Maek kabar tuan yang datang Mari mengirik sambil berdendang Kata maek menunjukkan pantun ini menggunakan bahasa Melayu dialek Langkat. Gaya Bahasa Gaya bahasa atau majas merupakan bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan kesan dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda dengan benda lain atau hal lain yang lebih umum. 34 Pada pantun ini gaya bahasa yang digunakan yaitu jenis majas perbandingan, majas ini terdiri dari beberapa macam yaitu : alegori, alusio, simile, metafora, fabel, simbolik dan lain-lain. Dari beberapa macam jenis majas tersebut yang termasuk di dalam gaya bahasa pantun ahoi ialah majas simbolik yaitu melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan maksud. Pantunya sebagai berikut : Tiga petak tiga penjuru 33 KBBI Kamus besar bahasa Indonesia 34 Setyana, dkk. 1999. Buku Pintar Bahasa dan Sastra Indonesia. Semarang: Aneka Ilmu. Universitas Sumatera Utara 60 Tiga ekor kumbang diapit E..wak..ahooii...ahooii. Pantun tidak padamu tertuju Teruntuk jaka berlesung pipit E...wak...ahooii....ahooii. Kalau tidak karena bulan Mana bintang meninggi hari Jika tidak karena tuan Mana kami datang kemari Kalau ada kaca di pintu Kaca lama lah kami pecahkan Kalau ada kata begitu lah sayang Badan dan nyawa kami serahkan Bebirik lah batang bebirik Batang bayam sandaran dulang Mengirik kita mengirik Kokok ayam kita pe pulang Pantun Melayu memiliki ciri-ciri tersendiri. Ciri-ciri tersebut dapat dilihat berdasarkan dua aspek penting, yaitu aspek eksternal dan aspek internal. Aspek eksternal adalah dari segi struktur dan seluruh ciri-ciri visual yang dapat dilihat dan didengar, yang termasuk dari hal-hal berikut ini : 1. Terdiri dari baris-baris yang sejajar dan berpasangan, 2,4,6,8,10, dan seterusnya. Tetapi yang paling umum adalah empat baris kuatrin 2. Setiap baris mengandung empat kata dasar. Universitas Sumatera Utara 61 3. Adanya klimaks, yaitu perpanjangan atau kelebihan jumlah unit suku kata atau perkataan ada dua kuplet maksud. 4. Setiap stanzaFootnote terbagi kepada dua unit. Yaitu sampiran dan maksud isi; karena itu sebuah kuatrin mempunyai dua kuplet; satu kuplet sampiran dan satu kuplet maksud. 5. Adanya skema rima yang tetap, yaitu rima akhir a-b-a-b, dengan sedikit variasi a-a-a-a. Mungkin juga terdapat rima internal, atau rima pada 64perkataan- perkataan yang sejajar, tetapi tidak sebagai ciri penting. Selain rima, asonansi juga merupakan aspek yang dominan dalam pembentukan sebuah pantun. 6. Setiap stanza pantun, apakah itu dua, empat, enam, dan seterusnya, mengandung satu pikiran yang bulat dan lengkap. Sebuah stanza dipandang sebagai satu kesatuan. Aspek-aspek internal adalah unsur-unsur yang hanya dapat dirasakan secara subjektif berdasar pengalaman dan pemahaman pendengar, termasuk : 7. Penggunaan lambang-lambang yang tertentu berdasarkan tanggapan dan dunia pandangan world view masyarakat. 8. Adanya hubungan makna antara pasangan pembayang dengan pasangan maksud, baik itu hubungan konkrit atau abstrak atau melalui lambang lambang. 35 Berdasarkan ciri-ciri yang telah disebutkan di atas, maka penulis akan menganalisis struktur pantun yang menjadi teks dalam nyanyian ahoi dengan hasil sebagai berikut. 1. Pantun dalam nyanyian ahoi terdiri dari rangkap-rangkap yang berasingan. Setiap rangkap terdiri empat baris kuatrin. Contoh dapat kita lihat pada pantun nomor 1: Bebirik lah batang bebirik Baris 1 Batang bayam sandaran dulang Baris 2 35 Ucok Haleluya Sidebang, S.sn dalam tulisan skripsi Ahoi Mengirik Padi Pada Masyarakat Melayu Daerah Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang,Provinsi Sumatera Utara : Suatu Kajian Tekstual dan Musikal, hal 63 Universitas Sumatera Utara 62 Mengirik kita mengirik Baris 3 Kokok ayam kita pe pulang Baris 4 Selain pantun nomor 1, seluruh pantun-pantun lain yang dipakai dalam nyanyian ahoi ini terdiri dari empat baris Kuatrin 2. Setiap baris dalam pantun yang dinyanyikan dalam nyanyian ahoi mayoritas mengandung empat kata dasar. Contoh dapat kita lihat pada pantun nomor 3. Kalau tidak karena bulan Mana bintang meninggi hari Jika tidak karena tuan Mana kami datang kemari 3. Terdapat klimaks, yaitu perpanjangan atau kelebihan jumlah unit suku kata atau perkataan ada dua kuplet maksud. Contohnya adalah pantun nomor 4 Kalau ada kaca di pintu Kaca lama lah kami pecahkan Kalau ada kata begitu lah sayang Badan dan nyawa kami serahkan 4. Setiap stanza pantun dalam nyanyian ahoi terbagi kepada dua unit. Yaitu pembayang sampiran dan maksud isi. Contohnya adalah pantun nomor 2 berikut. Bukan batang sembarang batang Batang padi di atas pedang Maek kabar tuan yang datang Mari mengirik sambil berdendang Baris pertama dan kedua merupakan sampiran dan baris ketiga dan keempat merupakan isi. 5. Dalam setiap pantun yang dinyanyikan dalam nyanyian ahoi ini, terdapat skema rima yang tetap, yaitu rima akhir a-b-a-b, dengan sedikit variasi a-a-a-a. Universitas Sumatera Utara 63 a. Contoh pantun yang berima a-a-a-a terdapat pada pantun nomor 2 berikut. Bukan batang sembarang batang a Batang padi di atas pedang a Maek kabar tuan yang datang a Mari mengirik sambil berdendang a b. Contoh pantun yang berima a-b-a-b adalah pantun nomor 8 berikut. Kalau tuan mempunyai sapi a Enak dimasak denganlah rebung b Hati-hati menghembus api a Jangan sampai terbakar hidung b 6. Setiap stanza pantun, apakah itu dua, empat, enam, dan seterusnya, mengandung satu pikiran yang bulat dan lengkap. Sebuah stanza dipandang sebagai satu kesatuan. 7. Pantun yang dinyanyikan dalam kegiatan mengirik padi ini disisipi oleh kata-kata tambahan. Contohnya dapat kita lihat pada pantun nomor 4, yaitu sebagai berikut Kalau ada kaca di pintu Kaca lama lah kami pecahkan Kalau ada kata begitu lah sayang Badan dan nyawa kami serahkan Pantun di atas, tepatnya pada kuplet isi baris pertama jika dilihat dari strukturnya seharusnya berhenti pada kata begitu. Namun dalam nyanyian ini, baris tersebut ditambahi kata“lah sayang” 8. Pantun yang dinyanyikan dalam nyanyian ahoi ini tidak mutlak terdiri dari empat kata atau sepuluh suku kata. Hal ini terjadi karena teks tersebut disampaikan secara melodis, bukan dalam gaya berpantun. Universitas Sumatera Utara 64

5.2 ANALISIS KONTEKS

Defenisi konteks dalam bab ini maksudnya yang dapat menunjukkan keberadaan masyarakat yang terwujud dalam tradisi Ahoi yang berkaitan dengan alam. Misalnya : manusia,makanan, tumbuhan, hewan, benda dan air. 36 Hal tersebutlah yang dapat menyertai Tradisi Ahoi dan mempunyai makna yang fungsional di dalam pelaksanaan Tradisi Ahoi tersebut. Adapun konteks Tradisi Ahoi yaitu berupa :

1. Makanan dan Jenis Tumbuhan

Pada Tradisi ini si tuan rumah menyediakan makanan kepada para tamu undangan seperti lemang, emping serta tumbuhan yang terdiri dari tangkai padi dan padi. Lemang : Menurut pandangan informan bernama ibu zakaria, makanan ini biasanya ada di berbagai acara baik itu di pesta pernikahan, sunatan, dan lain-lain. Lemang terbuat dari beras ketan yang dimasak dalam seruas bambu setelah sebelumnya digulung dengan selembar daun pisang. Menurut beliau lemang ini karena terbuat dari beras ketan yang berati mempererat hubungan masyarakat, bambu menunjukkan ke kompakan masyarakat yang ada disana dan warna daun pisang yang hijau yang menunjukkan sifat ke religian masyrakat yang ada di daerah tersebut. Makanan ini sering disajikan pada saat Tradisi Ahoi dilaksanakan karena cara pembuatannya mudah dan praktis. Lemang juga disukai oleh semua kalangan baik itu muda dan tua. 37 36 Prof. Wan Syaifuddin, M.A , Ph.D dalam tulisan Mantera Dan Upacara Ritual Masyarakat Melayu Pesisir Timur Di Sumatera Utara :Kajian Tentang Fungsi dan Nilai-nilai Budaya 37 Ibu zakaria, 2015 , 56 tahun, di rumahnya , Desa Tanjung Ibus Langkat, 9 April. Universitas Sumatera Utara 65 Emping Menurut pandangan informan bernama Fatimah, makanan ini biasanya ada di acara pesta panen padi atau bisa juga disebut dengan Ahoi Padi. Masyarakat disana biasanya membuat emping padi pulut yang terbuat dari beras ketan atau padi yang setengah tua kemudian padi itu disanggrai hingga pecah mirip seperti popcorn. Menurut beliau emping ini menandakan bahwa hasil panen padi mereka sangat bagus sehingga menghasilkan beras- beras yang berkualitas baik. Makanan ini juga sama-sama terbuat dari beras ketan yang artinya dapat mempererat hubungan sesama manusia, hal tersebut yang membuat masyarakat di sana suka tolong menolong seperti yang sering dilakukan pada Tradisi Ahoi tersebut. 38 Padi Menurut pandangan informan bernama Jumiran, setiap musim panen tiba padi yang telah diproses dan dibuang kulitnya. Itulah yang dikenal dengan sebutan beras, masyarakat disana juga membuat makanan dari padi yang setengah tua yang disebut dengan emping padi. Makanan ini lah yang selalu dihidangkan ketika musim panen tiba. Menurut beliau warna padi yang sudah siap panen atau warnanya kuning kecoklat-coklatan artinya warna khas masyarakat Melayu, warna putih pada padi yang sudah dibuang kulitnya artinya bersih dan suci, warna hijau dari tangkai padi artinya menunjukkan sifat ke religian masyarakat yang ada di daerah tersebut. Hal tersebutlah yang menandakan bahwa masyarakat di sana memiliki sifat yang religius dan memiliki hati yang bersih. 39 38 Ibu Fatimah, , 2015, 60 tahun , di rumahnya, Desa Tanjung ibus langkat, 10 April. 39 Bapak Jumiran, 2015, 56 tahun, di rumahnya di Desa Tanjung Ibus Langkat, 11 April. Universitas Sumatera Utara 66 Alat-alat yang dipakai untuk mengirik padi Peralatan yang dipakai dalam kegiatan mengirik padi menurut informan yang penulis wawancarai adalah sebagai berikut :

1. Tikar