BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Jumlah Kata
ﻦﻳﺩ
d ῑnun dan
ﺔّﻠﻣ
millatun dalam Al-Qur’an
Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan melalui dan buku Fathurrahman karya Faidullah yang diterbitkan oleh Maktabah Dahlan maka
ditemukan kata
ﻦﻳﺩ
d ῑnun sebanyak 81 ayat yang tersebar dalam 39surah dan kata
ﺔّﻠﻣ
millatun sebanyak 15 ayat yang tersebar dalam 11surah di dalam Al-Qur’an, diuraikan dalam tabel sebagai berikut:
3.1. 1 Tabel Data Kata
ﻦﻳﺩ
d ῑnun dalam Al-Qur’an
No Surah
Ayat Jumlah
1. Al-Fatihah
4 1
2. Al-Baqarah
132, 193, 217, 256 4
3. Al-‘Imran
19, 24, 73, 83, 85 5
4. An-Nisa`
46, 146, 125,171 4
5. Al-Ma`idah
3, 54, 57, 77 4
6. Al-An’am
70, 137, 159, 161 4
7. Al-A’raf
29,51 2
8. Al-Anfal
39, 49, 72 3
9. At-Taubah
11, 12, 29, 33, 36, 122 6
10. Yunus 22, 104, 105
3
11. Yusuf 40, 76
2
12. An-Nahl 52
1
13. Al-Hajj 78
1 14. Asy-Syu’ara
82 1
15. An-Nur 2, 25, 55
3
16. Al-Ankabut 65
1
17. Ar-Ruum 30, 32
2
18. Luqman 32
1
19. Al-Ahzab 5
1
16
20. Ash-Shaffat 20
1 21. Ash-Shad
78 1
22. Az-Zumar 2, 3, 11, 14
4 23 Al-Gafir
14, 26, 65 3
24. Asy-Syura` 13, 21
2
25. Al-Fath 28
1
26. Al-Hujurat 16
1
27. Adz-Dzariyat 6, 12
2
28. Al-Waqi’ah 86, 56
2 29. Al-Mudatstsir
46 1
30. Al-Mumtahanah 8, 9
2 31. Al-Mutaffifin
11 1
32. Ash-Shaff 9
1 33 Al-Ma’araj
26 1
34. Al-Infithar 9, 15, 17, 18
4
35. At-Tiin 7
1
36. Al-Bayyinah 5
1
37. Al-Ma’un 1
1
38. Al-Kafirun 6
1
39. An-Nashr 2
1 Total
81
3.1.2 Tabel Data Kata
ﺔّﻠﻣ
millatun dalam Al-Qur’an No
Surah Ayat
Jumlah
1. Al-Baqarah 2
120, 130, 135 3
2. Al-‘Imran 3
95 1
3. An-Nahl 16
123 1
4. An-Nisaa` 4
125 1
5. Al-An’am 6
161 1
6. Al-A’raf 7
88, 89 2
7. Yusuf 12
37, 38 2
17
3.2. Makna Kontekstual Kata
ﻦﻳﺩ
d ῑnun dalam Al-Qur’an
Makna kontekstual kata ﻦﻳﺩ dῑnun dalam Al-Qur’an ditemukan sebanyak
lima makna yaitu: 1.
Agama 2.
Ibadah, ketaatan 3.
Balasan, pembalasam 4.
Undang-undang, hukum 5.
Ketetapan agama Untuk lebih jelas dapat di lihat dari uraian berikut:
3.2.1 Kata
ﻦﻳﺩ yang bermakna Agama
1. Surah Al-Baqarah ayat 217 :
8. Al-Kahfi 18
20 1
9. Al-Hajj 22
78 1
10. Ibrahim 14 13
1 11. Shadd 38
7 1
Total 15
18
wayasal ūnaka ‘ani asy-syahri al-harāmi qitālin fīhi qul qitālun fīhi kabīrun
wa ṣaddun ‘an sabīlillāhi wakufrunbihī wa al-masjidi al-harāmi waikhrāju ahlihī
minhu akbaru ‘inda Allah wa alfitnatu akbaru mina alqatli wal ā yażālūna
yuq ātilūnakum hattā yaruddūkum ‘an dīnikum in astaṭā‘ū wamanyartadid
minkum ‘an dīnihī fayamut wahuwa kāfirun faulāika habiṭat ‘amāluhum fī ad- duny
ā wa al-akhirati wa ulāika aṣhābu annāri hum fīhā khālidūna “Mereka bertanya kepadamu Muhammad tentang berperang pada bulan haram.
Katakanlah, “Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar.Tetapi menghalangi orang dari jalan Allah, ingkar kepada-Nya, menghalangi orang masuk
Masjidilharam, dan mengusir penduduk sekitarnya, lebih besar dosanya dalam pandangan Allah.Sedangkan fitnah lebih kejam dari pada pembunuhan. Mereka
tidak akan berhenti memerangi kamu sampai kamu murtad keluar dari agamamu
, jika mereka sanggup. Barang siapa murtad di antara kamu dari
agamanya , lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itu sia-sia amalnya di
dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”
Menurut Al-Maragi 1993: 255 mengatakan bahwa pada ayat ini Allah swt menjelaskan tentang fitnah-fitnah yang dilancarkan kaum kafir untuk
mengembalikan umat Islam kepada kekufuran.Kemudian Allah swt mengingatkan umat Islam untuk menjaga keimanan mereka agar tidak sampai murtad keluar
dari agama Islam karena balasannya adalah sia-sia amalnya di dunia azab neraka yang kekal di akhirat.
Kata
ﻦﻳﺩ
dīnun pada ayat ini dimaknai dengan “agama Islam”. Makna ini dipahami dari sudut intrakalimat dengan memperhatikan kata yang terletak
sesudah dua kata
ﻦﻳﺩ
dīnun yang terdapat pada ayat ini yaitu ḍamīrkata ganti yang menunjukkan kepemilikan untuk orang kedua jama’ banyak yaitu
ﻢﻛ
kum ‘kalian’ yang ditujukan disandarkan kepada kata mu`min
ūn ‘orang-orang yang
beriman’ dan kata ganti yang menunjukkan kepemilikan untuk orang ketiga tunggal yaitu
ﻩ
hu “Dia laki-laki” yang disandarkan ditujukan kepada Allahu ‘Allah swt’. Oleh karena itu dapat dipahami makna
ﻦﻳﺩ
dīnun pada ayat ini adalah agama Islam.
2.
Surah Al- Imran ayat 24 :
żālika biannahum qālū lan tamassanā annāru illā ayyāmān ma‘dūdātin wagarrahum fī dīnihim mā kānū yaftarūna “hal itu adalah karena mereka
berkata,“api neraka tidak akan menyentuh kami kecuali beberapa hari saja.”Mereka terpedaya dalam agama mereka oleh apa yang mereka ada-
adakan.”
Al-Maragi 1993: 221 menerangkan bahwa asb ābun nuzūl sebab-sebab
turun dari ayat ini adalah seperti yang terkandung dalam sebuah hadits diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah pernah
menghadiri majelis Yahudi yang mempelajari Taurat untuk golongan mereka, Lalu Nu’aim ibnu Amar dan Al-Harits ibnu Zaid bertanya “wahai Muhammad,
engkau beragama apa?” Rasulullah menjawab “agama dan millah
Ibrahim.”Mereka menjawab “Ibrahim adalah orang Yahudi.” Lalu Rasulullah bersabda “Jika memang demikian, marilah kita lihat kitab Taurat yang kini ada di
antara kita.” Kemudian turunlah surah Al-‘Imran ayat 23-25.
Kata
ﻦﻳﺩ
dīnun pada ayat ini mengandung makna ‘agama Yahudi’. Makna ini muncul ditinjau dari sudut konteks intrakalimat dengan memperhatikan kata
yang terletak sesudahnya yaitu kata ganti orang ketiga jama` banyak yakni
ﻢﻫ
hum ‘mereka laki-laki’ yang kembali kepada kalimat
ﻦﻣ ﺎﺒﺒﺼﻧ ﻮﺗﻭﺃ ﺏﺎﺘﻜﻟﺍ
`ūtū naṣīban min al-kitābi ‘orang-orang yang telah diberi bagian dari Alkitab Taurat’ yang terdapat pada ayat sebelumnya.
1. Surah Al-Maidah ayat 3 :
ḥurrimat ‘alaykumu almaytatu wa ad-damu walaḥmu al-khinzīri wamā uhilla ligayri all
āhibihī wa al-munkhaniqatu wa al-mauqūżatu wa al-mawtaradiyyatu wa an-na
ṭīḥatu wamā akala as-subu‘u illā mā żakkaytum wamā żubiha ‘alā an- nu
ṣubi wa an tastaqsimū bi al-azlāmi żālikum fiskun al-yauma yaisa al-lażīna kafarū min dīnikum falā takhsyawhum wakhsyawni al-yauma akmaltu lakum
20
d īnakum waaṡmamtu ‘alaykum ni‘matī waraḍītu lakumu al-islāma dīnān
famania ḍ-ṭurra fī makhmaṣatin gayra mutajānifin liiṡmin fainna allāha gafūrun
rahīmun “Diharamkan bagimu memakan bangkai, darah, daging babi, dan daging hewan yang disembelih bukan atas nama Allah, yang tercekik, yang
dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih. Dan diharamkan pula yang disembelih untuk
berhala.Dan diharamkan pula mengundi nasib dengan dengan azlam anak panah, karena itu suatu perbuatan fasik.Pada hari ini orang-orang kafir telah
putus asa untuk mengalahkan agamamu, sebab itu janganlah kamu takut takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku.Pada hari ini telah Aku sempurnakan
agamamu
untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku
ridai Islam sebagai agamamu.Tetapi barangsiapa terpaksa karena lapar bukan karena ingin berbuat dosa, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha
Penyayang.”
Menurut Al-Maragi 1993: 96 secara ijmal, arti ayat ini adalah: Pada hari ini, putuslah sudah harapan orang-orang musyrik untuk membatalkan agamamu
dangan mengembalikan kamu darinya, setelah mereka saksikan, ternyata Allah lebih mengutamakan kalian. Setelah nyata janji Allah benar-benar Dia penuhi dan
memenangkan Islam atas seluruh agama-agama yang lain. Pada ayat ini terdapat tiga kata
ﻦﻳﺩ
dīnun antara lain: 1
ﻦﻣ ﺍﻭﺮﻔﻛ ﻦﻳﺬﻟﺍ ﺲﺌﻳ ﻡﻮﻴﻟﺍ ﻢﻜﻨﻳﺩ
alyawma ya`isa allażīna kafarū min dīnikum
“Pada hari ini, orang-orang kafir telah putus asa mengalahkan agamamu”
2
ﻢﻜﻟ ﺖﻠﻤﻛﺃ ﻡﻮﻴﻟﺍ ﻢﻜﻨﻳﺩ
alyawma akmaltu lakum dīnakum “Pada hari ini telah
Aku sempurnakan agamamu untukmu”
3
ﻡﻼﺳﻹﺍ ﻢﻜﻟ ﺖﻴﺿﺭ ﺎﻨﻳﺩ
ra ḍītu lakum al-`islāma dīnan “Telah Aku ridhai Islam
sebagai agamamu”
Kata
ﻦﻳﺩ
dīnun yang pertama bermakna “agama Islam” ditinjau dari konteks intrakalimat terlihat pada kata yang terletak sesudahnya yaitu kata ganti
orang kedua jama’ banyak
ﻢﻛ
kum ‘kalian laki-laki’ yang kembali menunjukkan kepada orang-orang mukmin dan dari sudut konteks antarkalimat
terlihat pada kalimat sesudahnya yaitu “telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu”. Sementara kata
ﻦﻳﺩ
dīnun yang kedua mengandung makna syariat atau hukum- hukum.Makna ini muncul ditinjau dari sudut konteks antarkalimat bila
diperhatikan kalimat-kalimat sebelumnya yang mengandung arti perkara-perkara
hukum yang berkaitan dengan halal dan haram.Oleh karena itu makna kontekstual kata
ﻦﻳﺩ
dīnun yang kedua yang kedua adalah syariat.Kata
ﻦﻳﺩ
dīnun yang ketiga dimaknai utuh yaitu ‘agama’ sebagai penjelas kata
ﻡﻼﺳﻹﺍ
al- `islāmu ‘Islam’ yang
terletak sebelumnya.
2. Surah Al-An’am ayat 70 :
wa żari allażīna ittakhażū dīnahum la‘ibān walahwān wa garrathumu al-hayātu
ad- dunyā wa żakkirbihī an tubsala nafsun bimā kasabat laysa lahā min dūni
allāhi waliyyun walā syafī‘un wain ta‘dil kulla ‘adlin lā yukhaż minhā ulāika alla
żīna ubsilū bimā kasabū lahum syarābun minḥāmīmin wa ‘ażābun alīmun
bimā kānū yakfurūna “tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agamanya sebagai permainan dan senda gurau, dan mereka telah tertipu oleh kehidupan
dunia. Peringatkanlah mereka dengan Al-Qur’an agar setiap orang tidak terjerumus ke dalam neraka, kerena perbuatannya sendiri.Tidak ada baginya
pelindung dan pemberi syafaat pertolongan selain Allah. Dan jika dia hendak menebus dengan segala macam tebusan apapun, niscaya tidak akan diterima.
Mereka itulah orang-orang yang dijerumuskan kedalam neraka, disebabkan
22
perbuatan mereka sendiri. Mereka mendapat minuman dari air yang mendidih dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka dahulu.”
waq ātilūhum hattā lā takūna fitnatun wayakūna ad-dīnu kulluhu lillāhi
fainintahau fainna allāha bimā ya‘malūna baṣīrun “dan perangilah mereka itu sampai tidak ada lagi fitnah, dan agama hanya bagi Allah semata.Jika mereka
berhenti dari kekafiran, maka sesungguhnya Allah hMaha Melihat apa yang mereka kerjakan.”
3. Surah At-Taubah ayat 11 :
fain t ābū waaqāmū aṣ-ṣalāta waātū az-zakāta faikhwānukum fī ad-dīni
wanufa ṣṣillu al-āyāti liqaumin ya‘malūna “dan jika mereka bertobat,
melaksanakan salat, dan menunaikan zakat, maka berarti mereka itu adalah saudara-saudaramu seagama. Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang
yang mengetahui.”
4. Surah Yunus ayat 104 :
23
qul y āayyuhā an-nāsu inkuntu fī syakkin min dīnī falā a‘ budu allażīna
ta‘budūna min dūni allāhi walākin a‘ budu allāha allżī yatawaffākum waumirtu anakūna mina al-muminīna “katakanlah Muhammad, “wahai manusia Jika
kamu masih dalam keragu-raguan tentang agamaku, maka ketahuilah aku tidak menyembah yang kamu sembah selain Allah, tetapi aku menyembah Allah akan
mematikan kamu dan aku telah diperintah agar termasuk orang yang beriman.”
5. Surah An-Nur ayat 55 :
wa ‘ada allāhu allażīna āmanū minkum wa‘amilū aṣ-ṣāliḥāti
layasytakhlifannahum fī al-arḍi kamā istakhlafa allażīna min qablihim walayumakkinanna lahum dīnahumu allażī irtḍā lahum walayubaddi lannahum
min ba‘di khaufihim amnān ya‘budū nanī lā yusyrikūna bī syayān wa man kafara ba‘da żālika faulāika humu al-fāsikūna “Allah telah menjanjikan kepada orang-
orang di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah
menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agamayang telah Dia ridai. Dan Dia benar-
benar mengubah keadaan mereka, setelah berada dalam ketekutan menjadi aman sentosa.Mereka tetap menyembah-Ku dengan sesuatu pun.Tetepi barangsiapa
tetap kafir setelah janji itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.”
6. Surah Al-Ahzab ayat 5 :
24
ad‘ūhum liabāihim huwa aqsaṭu ‘inda allāhi fain lam ta‘lamū ābāahum faikhwānukum fī ad-dīni wa mawālīkum walaysa ‘alaykum junāḥun fīmā
akh ṭatumbihi walakin mā ta‘ammadat qulūbukum wa kāna allāhu gafūrān
ra ḥīmān “panggillah mereka anak-anak angkat itu dengan memakai nama
bapak-bapak mereka; itulah yang adil di sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak mereka, maka panggillah mereka sebagai saudara-saudaramu
seagama
dan maula-maulamu. Dan tidak ada dosa atasmu jika kamu khilaf tentang itu, tetapi yang ada dosanya apa yang disengaja oleh hatimu. Allah
Maha Pengampun, Maha Penyayang.” 7.
Surah Asy-Syura’ ayat 13 :
syara‘a lakum mina ad- dīni mā waṣṣābihi nūhā wallażī auḥaynā ilayka wamā
wa ṣṣaynābihi ibrāhīma wa mūsā wa ‘īsā an aqīmū ad-dīna walā tatafaraqū fīhi
kubara ‘alā al-musyrikīna mā tad‘ūhum ilayhi allāhu yajtabī ilayhi man yasyāu
wa yahdī ilayhi man yunību Dia Allah telah mensyariatkan kepadamu agama
25
yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah kami wahyukan kepadamu Muhammad dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim,
Musa, dan Isa, yaitu tegakkanlah agama keimanan dan ketakwaan dan janganlah kamu berpecah belah di dalamnya. Sangat berat bagi orang-orang
musyrik untuk mengikuti agama yang kamu serukan kepada mereka.Allah memilih orang yang Dia kehendaki kepada agama tauhid dan memberi petunjuk
kepada agama-Nya bagi orang yang kembali kepada-Nya.”
8. Surah Al-Fath ayat 28
huwa alla żī arsala rasūlahu bilhudā wa dīni al-haqqi liyuẓhirahu ‘alā ad-dīni
kullihi wa kafā billāhi syahīdān “Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunuk dan agama yang benar, agar dimenangkan-Nya terhadap
semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi.”
B. Kata yang bermakna IbadahKetaatan
1. Surah Al-Baqarah ayat 193 :
waq ātilūhum ḥattā lā takūna fitnatun wayakūna ad-dīnu lillāhi fainnintahau
falā ‘udwāna illā ‘alā aẓẓālimīna “Dan perangilah mereka itu sampai tidak ada lagi fitnah, dan ketaatan itu hanya bagi Allah semata. Jika mereka berhenti, maka
tidak ada lagi permusuhan, kecuali terhadap orang-orang zalim. “
Al-Maragi 1993: 168 menjelaskan bahwa pada permulaan Islam kaum Muslimin tidak dapat berbuat banyak untuk urusan agam mereka.Pada waktu itu
kekuasaan ada di tangan kaum musyrikin dan Mekkah dijadikan pust kemusykrikan. Namun Allah tidak menghendaki ituterus berlangsung oleh karena
itu ia menetapkan dan memperkuat barisan kaum muslimin sehingga mampu
26
membuka kota Mekkah dan menghancurkan semua berhala.Sehingga segala bentuk ketaatan dan peribadatan hanya ditujukan kepada Allah semata.
Kata
ﻥﻳﺩ
dīnun pada ayat ini bermakna ketaatan.Makna ini muncul ditinjau dari konteks intrakalimat berdasarkan hubungan antar kata dalam
kalimat.Kata
ﻥﻳﺩ
dīnun terletak setelah kata
ﻥﻮﻜﻳ
yakūnu ‘jadi, menjadiadalah’ dan kata
ﻟ
lillāhi ‘bagi untuk Allah’.Makna ayat ini juga berhubungan dengan konteks ayat yang menceritakan keadaan umat Islam pada suatu waktu di Mekkah
yang mengalami kesulitan dalam menjalankan ibadah dan ketaatan kepada Allah karena fitnah-fitnah yang dilancarkan kaum kafir berupa penganiayaan dan
penyiksaan.Oleh karena itu makna kontekstual Kata
ﻥﻳﺩ
dīnun pada ayat ini bermakna ketaatan.
2. Surah Yunus ayat 22 :
huwalla żī yusayyirukum fī al-birri wa al-baḥri hattā iżā kuntum fī al-fulki
wajarayna bihim birīhin ṭayyibatin wafarihū bihā jāathā rīḥun ‘āṣfun wajāahumu al-mauju min kulli makānin waẓannū annahum uḥīṭabihim da‘a‘ū
all āha mukhliṣīnalahu ad-dīna lain anjaynā minhāżihī lanak ūnannā mina asy-
syākirīna “Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan, dan berlayar di lautan. Sehingga ketika kamu berada dalam kapal, dan meluncurlah
kapal itu membawa mereka orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya; tiba-tiba datanglah badai dan
27
gelombang menimpanya dari segenap penjuru, dan mereka mengira telah terkepung bahaya, maka mereka berdoa dengan tulus mengikhlaskan ketaatan
kepada Allah semata. seraya berkata, “sekiranya Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, pasti kami termasuk orang-orang yang bersyukur.”
Menurut Al-Maragi 1993: 166, 170 mengatakan bahwa pada ayat ini Allah menjelaskan perihal tabiat kaum musyrik yang meskipun telah ditampakkan
tanda-tanda selain Al-Qur’an mereka pun takkan puas dengan tanda-tanda tersebut.Maka, tatkala tanda-tanda siksa telah turun kepada mereka dan segala
usaha tak bisa dilakukan, maka berdoalah mereka dengan memurnikan ketaatan semata kepada Allah, supaya Dia berkenan menghilangkan dari semua bencana
yang sedang menimpa mereka.Namun setelah dikabulkan, mereka kembali berpaling.
Kata
ﻥﻳﺩ
dīnun pada ayat ini bermakna ketaatan.Makna ini muncul ditinjau dari konteks intrakalimat berdasarkan hubungan antar kata dalam
kalimat.Kata
ﻥﻳﺩ
dīnun terletak setelah kata
ﺍﻮﻋﺩ
da ‘a‘ū ‘mereka menyeru,
berdoa’ dan kata
ﻦﻴﺼﻠﺨﻣ
mukhli ṣīna ‘secara dalam hal ikhlas, murni’.Konteks
ayat juga mengandung makna keadaan kaum musyrik ketika dihadapkan kepada bahaya yang mengancam, oleh karena itu ditinjau dari segi situasi lingkungan
pengguna bahasa maka bisa dipahami makna kata
ﻥﻳﺩ
dīnun pada ayat ini bermakna ketaatan.
3. Surah Al-Ankabut ayat 65 :
fai żā rakibū fī al-fulki da‘awu allāha mukhliṣīna lahu ad-dīna falamā najjāhum
il ā al-birri iżā hum yusyrikūna “maka apabila mereka naik kapal, mereka
berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya, tetapi ketika Allah menyelamatkan mereka samapi ke darat, malah mereka kembali
mempersekutukan Allah.”
28
Al-Maragi 1993: 36 mengemukakan bahwa di dalam ayat ini Allah mengisahkan keadaan orang-orang musyrik apabila mereka diuji dengan hal-hal
yang penuh kegentingan dan bahaya, lalu mereka hanya menyeru kepada Allah semata, supaya Dia menyelematkan mereka dari keadaan bahaya. Selanjutnya
Allah menjelaskan sikap mereka sesudah terlepas dari bahaya, yaitu dengan cepat dan segera, mereka kembali kepada kebiasaan mereka semula.Yaitu menyeru
kepada tuhan-tuhan sesembahan mereka. Kata
ﻥﻳﺩ
dīnun pada ayat ini bermakna ketaatan.Makna ini muncul ditinjau dari konteks intrakalimat berdasarkan hubungan antar kata dalam
kalimat.Kata
ﻥﻳﺩ
dīnun terletak setelah kata
ﺍﻮﻋﺩ
da ‘a‘ū ‘mereka menyeru,
berdoa’ dan kata
ﻦﻴﺼﻠﺨﻣ
mukhli ṣīna ‘secara dalam hal ikhlas, murni’.Konteks
ayat juga mengandung makna keadaan kaum musyrik ketika dihadapkan kepada bahaya yang mengancam, oleh karena itu ditinjau dari segi situasi lingkungan
pengguna bahasa maka bisa dipahami makna kata
ﻥﻳﺩ
dīnun pada ayat ini bermakna ketaatan.
4. Surah Al-Luqman ayat 32 :
wa iżā gasyiyahum maujun kā al-ẓulali da‘awullāha mukhliṣīna lahu ad-dīna
falammā najjāhum ilā al-birri faminhum muqtaṣidun wamā yajḥadu biāyātinā illa kullu khattārin kafūrin “dan apabila mereka digulung ombak yang besar
29
seperti gunung, mereka menyeru Allah dengan tulus ikhlas taat kepada-Nya. Tetapi ketika Allah menyelamatkan mereka sampai di daratan, lalu sebagian
mereka tetap menempuh jalan yang lurus.Adapun yang mengingkari ayat-ayat Kami hanyalah pengkhianat yang tidak berterima kasih.”
Al-Maragi 1993: 185 mengatakan bahwa pada ayat ini Allah menjelaskan bahwa orang-orang musyrik selalu melupakan Allah di waktu
mereka mendapat kesenangan dan mereka baru ingat kepada Allahh di waktu ditimpa kesengsaraan.
Kata
ﻥﻳﺩ
dīnun pada ayat ini bermakna ketaatan.Makna ini muncul ditinjau dari konteks intrakalimat berdasarkan hubungan antar kata dalam
kalimat.Kata
ﻥﻳﺩ
dīnun terletak setelah kata
ﺍﻮﻋﺩ
da ‘a‘ū ‘mereka menyeru,
berdoa’ dan kata
ﻦﻴﺼﻠﺨﻣ
mukhli ṣīna ‘secara dalam hal ikhlas, murni’.Konteks
ayat juga mengandung makna keadaan kaum musyrik ketika dihadapkan kepada bahaya yang mengancam, oleh karena itu ditinjau dari segi situasi lingkungan
pengguna bahasa maka bisa dipahami makna kata
ﻥﻳﺩ
dīnun pada ayat ini bermakna ketaatan.
5. Surah Az-Zumar ayat 2 :
innā anzalnā ilayka al-kitā bilḥaqqi fa‘budillāha mukhliṣān lahu ad-dīna “sesungguhnya Kami menurunkan Kitab Al-Qur’an kepadamu Muhammad
dengan membawa kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepadaNya” Menurut Al-Maragi 1993: 244 Jilid Allah telah menurunkan Al-Qur’an
kepada Rasulullah SAW dengan menyuruh melaksanakan kebenaran dan keadilan yang wajib ditempuh dan dilaksanakan. Kemudian Allah menyuruh Rasul-Nya
supaya menyembah Allah dengan memurnikan ibadah semata-mata untuknya bersih dari unsur-unsur syirik dan riya sesuai dengan apa yang telah diturunkan
dalam lembaran-lembaran kitabNya lewat lidah para NabiNya, yakni dengan
30
mengkhususkan peribadatan untukNya semata-mata, dan bahwa tiada sekutu dan tandingan bagiNya.
Kata
ﻥﻳﺩ
dīnun pada ayat ini bermakna ketaatan.Makna ini muncul ditinjau dari konteks intrakalimat berdasarkan hubungan antar kata dalam
kalimat.Kata
ﻥﻳﺩ
dīnun terletak setelah kata
ﺪﺒﻋﺍ
`u’bud ‘sembahlah’ dan kata
ﺺﻠﺨﻣ ﺍ
mukhli ṣan ‘secara dalam hal ikhlas, murni’. Konteks ayat juga
mengandung makna perintah Allah kepada Nabi Muhammad untuk menyembah Allah dengan ikhlas memurnikan ketaatan hanya kepadaNya perwujudan telah
diturunkannya Al-Qur’an kepada Rasulullah sebagai petunjuk yang benar, oleh karena itu ditinjau dari segi situasi lingkungan pengguna bahasa maka bisa
dipahami makna kata
ﻥﻳﺩ
dīnun pada ayat ini bermakna ketaatan. 6.
Surah Az-Zumar ayat 3 :
alā lillāhi ad-dīnu al-khāliṣu wallażī at-takhażū min dūnihi auliyāa mā na‘buduhum illā liyuqarribūnā illa liyuqarribūnā ilā allāhi zulf ā inna allha
ya ḥkumu baynahum fī mā hum fīhi yakhtalifūna inna allāha lā yahdī man huwa
kāżibun kaffārun “ingatlah Hanya milik Allah ketaatanyang murni dari syirik Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Dia berkata, “Kami tidak
menyembah mereka melainkan berharap agar mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” Sungguh, Allah kan member putusan di antara
mereka tentang apa yang mereka pereselisihkan. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada pendusta dan orang yang sangat ingkar.”
Menurut Al-Maragi 1993: 245 Jilid Allah mempertegas perintah untuk memurnikan ketaatan kepadaNya seperti yang tercantum pada ayat kedua di atas
31
dengan mengingatkan bahwa hanya kepunyaan Allah-lah peribadatan dan ketaatan semata-mata, tak ada persekutuan bagi seorangpun bersama Allah dalam
peribadatan dan ketaatan itu. Karena, apapun selain Allah adalah milikNya.Kewajiban sesuatu yang dimiliki adalah taat kepada pemiliknya.
Kata
ﻥﻳﺩ
dīnun pada ayat ini bermakna ketaatan.Makna ini muncul ditinjau dari konteks intrakalimat berdasarkan hubungan antar kata dalam kalimat.
Kata
ﻥﻳﺩ
dīnun terletak setelah frase
ﻟ
lillāhi ‘kepada milik Allah’ dan kata
ﺺﻟﺎﺨﻟﺍ
al- khāliṣ ‘secara dalam hal ikhlas, murni’. Konteks ayat juga
mengandung makna bahwa Allah mempertegas bahwa ketaatan kepadaNya harus bebas dari unsur syirik, oleh karena itu ditinjau dari segi situasi lingkungan
pengguna bahasa maka bisa dipahami makna kata
ﻥﻳﺩ
dīnun pada ayat ini bermakna ketaatan.
C. Kata yang bermakna BalasanPembalasan
1. Surah Al-Fatihah ayat 4 :
M āliki yaumi ad dīni “yang menguasai hari pembalasan”.
Al-Maragi 1993:42 mengatakan bahwa pada ayat ini Allah menerangkan tentang hari pembalasan dimana pada hari itu segala amal baik dan buruk akan di
perhitungkan. Makna kata
ﻥﻳﺩ
dīnun pada ayat ini adalah hari pembalasan.Makna muncul ditinjau dari segi konteks intrakalimat berdasarkan hubungan antar kata
dalam kalimat.
2. Surah An-Nur ayat 25 :
32
yauma iżin yuwaffīhimu allāhu dīnahumu al-ḥaqqa waya‘lamūna anna allāha
huwa al-
ḥaqqu al-mubīnu “pada hari itu Allah menyempurnakan balasan yang
sebenarnya bagi mereka, dan mereka tahu bahwa Allah Maha benar, Maha Menjelaskan.”
Al-Maragi 1993: 161 mengatakan bahwa Allah menceritakan peristiwa tuduhan perselingkuhan terhadap Aisyah r.a dan menerangkan tentang balasan
dengan sempurna kepada mereka atas segala perbuatannya dan mengetahui adzab yang diancamkan kepada mereka dengan kehidupan dunia dahulu adalah benar
dan hilanglah dari mereka segala keraguan sewaktu di dunia pernah mereka rasakan.
Makna kata
ﻥﻳﺩ
dīnun pada ayat ini adalah pembalasan.Dimaknai demikian ditinjau dari segi konteks situasi waktu bahwa ayat ini diturunkan
kepada orang-orang yang telah menuduh Aisyah r.a dengan tuduhan perzinahan.Karena situasi lingkungan pengguna bahasa maka makna kontekstual
kata
ﻥﻳﺩ
dīnun pada ayat ini adalah pembalasan. 3.Surah Al-Infithar ayat 9 :
kall ā bal tukażżibūna bīddīni “sekali-kali jangan begitu bahkan kamu
mendustakan hari pembalasan.”
Al-Maragi 1993: 122 mengatakan bahwa pada ayat ini Allah menerangkan tentang orang-orang yang mengingkari hari pembalasan dan hari
perhitungan.Yaitu hari ketika semua makhluk dibangkitkan dan diperhitungkan amal perbuatannya. Setiap orang akan memperoleh balasan amal perbuatannya
baik yang ia lakukan dengan bersungguh-sungguh ataupun dengan bermalas- malasan.
33
Makna kata
ﻥﻳﺩ
dīnun pada ayat ini adalah pembalasan. Makna muncul ditinjau dari segi konteks antarkalimat yang terletak pada ayat-ayat selanjutnya
yang mengandung makna bahwa setiap insan manusia telah Allah berikan malaikat pengawas yang mencatat setiap amal perbuatan yang akan dibalas sesuai
dengan amal perbuatan nanti di hari pembalasan. Oleh karena itu makna kontekstual kata
ﻥﻳﺩ
dīnun pada ayat ini adalah pembalasan. 4.Surah At-Tiin ayat 7 :
fam ā yukażżibuka ba‘du bīddīni “maka apa yang menyebabkan mereka
mendustakanmu tentang hari pembalasansetelah adanya keterangan- keteranganitu?”
Al-Maragi 1993: 342 mengemukakan bahwa pada ayat ini Allah mengecam kaum Musyrikin atas keingkaran mereka kepada hari pembalasan
setelah datang bukti-bukti yang jelas kepada mereka dengan sebuah pertanyaan: ‘Apa yang mendorong kamu mengingkari adanya hari pembalasan atas segala
amal perbuatanmu? Padahal telah datang bukti nyata yang menjelaskan kebenaran masalah ini. Sesungguhnya Zat yang Menciptakan kamu dari air mani dan
Menyempurnakan kejaianmu, Ia mampu membangkitkanmu setelah kematianmu dan menghisabmu di akhirat kelak.
Makna
ﻥﻳﺩ
dīnun pada ayat ini adalah pembalasan.Makna dapat dipahami jika ditinjau segi konteks ayat yang menceritakan tentang tanda-tanda yang Allah
berikan kepada kaum Musyrik agar mereka mau beriman kepada Allah.Oleh karena itu dari segi situasi lingkungan pengguna bahasa maka makna kontekstual
kata
ﻥﻳﺩ
dīnun pada ayat ini adalah pembalasan. D. Kata yang Bermakna Undang-undangHukum
1. Surah Yusuf ayat 76 :
34
fabada a biau‘iyatihim qabla wi‘āi akhīhi ṡumma istakhrajahā min wi‘āi
akhīhi każālika kidn ā liyūsufa mā kāna liyakhuża akhāhī fī dīni al-maliki illā anyasyāa allāhu narfaū darajātin man nasyāu wafauqa kulli żī ‘ilmin ‘alīmun
“maka mulailah dia memeriksa karung-karung mereka sebelum memeriksa karung saudaranya sendiri, kemudian dia mengeluarkan piala Raja itu dari
karung saudaranya. Demikianlah Kami mengatur rencana untuk Yusuf.Dia tidak dapat menghukum saudaranya menurut undang-undang Raja, kecuali Allah
menghendakinya.Kami angkat derajat orang yang kami kehendaki; dan di atas setiap orang yang berpengetahuan ada yang lebih mengetahui.”
Menurut Al-Maragi 1993: 34 menuturkan bahwa pada ayat ini Allah menceritakan peristiwa tipu daya yang dilakukan Nabi Yusuf a.s terhadap
saudara-saudaranya.Peristiwa ini menunjukkan boleh mencapai tujuan yang benar melalui jalan yang tampak merupakan tipu daya asalkan tidak bertentangan
dengan syarat yang qath’i.Selanjutnya Allah menerangkan alasan mengapa Dia mengatur “tipu daya” untuk mencapai tujuan Yusuf.
Makna kata
ﻥﻳﺩ
dīnun pada ayat ini adalah undang-undang atau hukum.Makna ini muncul ditinjau dari sudut konteks intrakalimat berhubungan
dengan kata yang terletak sesudahnya yaitu
ﻚﻠﻤﻟﺍ
al-maliku “Raja”. Kemudian ditinjau dari sudut konteks antarkalimat, menilik dari kalimat sebelumnya yakni
ﻪﻴﺧﺃ ءﺎﻋﻭ ﻦﻣ ﺎﻬﺟﺮﺨﺘﺳﺍ ﻢﺛ ﻪﻴﺧﺃ ءﺎﻋﻭ ﻞﺒﻗ ﻢﻬﺘﻴﻋﻭﺄﺑ ﺃﺪﺒﻓ
fabadaa biau‘iyatihim qabla wi‘āi akhīhi ṡumma istakhrajahā min wi‘āi akhīhi “maka mulailah dia
memeriksa karung-karung mereka sebelum memeriksa karung saudaranya sendiri, kemudian dia mengeluarkan piala Raja itu dari karung saudaranya.”
Kalimat ini mengandung makna adanya suatu peristiwa pencurian yang
35
seharusnya mendapat perlakuan hukum.Oleh karena itu makna kontekstual kata
ﻥﻳﺩ
dīnun pada ayat ini adalah undang-undang atau hukum.
2. Surah An-Nur ayat 2 :
az- zāniyatu wazzānī faajlidū kulla wāḥidin minhumā miata jaldatin walā
takhużkum bihimā rafatun fī dīni allāhi inkuntum tuminūna billāhi wa al-yaumi al-
akhiri walyasyhad ‘ażābahumā ṭāifatun mina al-muminīna “pezina perempuan dan pezina laki-laki, deralah masing-masing dari keduanya seratus
kali, dan janganlah rasa belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk menjalankan agama hukum Allah, jika kamu beriman kepada Allah dan hari
kemudian; dan hendaklah pelaksanaan hukuman mereka disaksikan oleh sebagian orang yang beriman.”
Al-Maragi 1993: 123 mengatakan bahwa ayat ini menerangkan tentang hukuman bagi pezina laki-laki dan perempuan yang merdeka, baligh, berakal, dan
bukan muhshan dengan mempunyai istri atau suami yakni seratus kali deraan. Dan hendaklah rasa kasih sayang dan lemah lembut tidak menghalangi kalian
dalam menegakkan agama Allah dan janganlah bersikap lunak dalam menyempurnakan segala ketentuan.
Makna kata
ﻥﻳﺩ
dīnun pada ayat ini adalah undang-undang atau hukum Allah. Makna ini muncul ditinjau dari konteks antarkalimat dilihat dari kalimat
sebelumnya yaitu
ﺓﺪﻠﺟ ﺔﺋﺎﻣ ﺎﻤﻬﻨﻣ ﺪﺣﺍﻭ ﻞﻛ ﺍﻭﺪﻠﺟﺎﻓ ﻲﻧﺍﺰﻟﺍﻭ ﺔﻴﻧﺍّﺰﻟﺍ
az- zāniyatu
wazzānī faajlidū kulla wāḥidin minhumā miata jaldatin “pezina perempuan dan pezina laki-laki, deralah masing-masing dari keduanya seratus kali.” Kalimat ini
36
mengandung makna suatu hukum atau undang-undang yang berlaku untuk para pezina laki-laki dan perempuan.Oleh karena itu, makna kontekstual kata
ﻥﻳﺩ
dīnun adalah undang-undang dan hukum.
E. Kata yang Bermakna Ketetapan Agama
Surah At-Taubah ayat 36 :
inna ‘iddata asy- syuhūri ‘inda allāhi iṡnā ‘asyara syahran fī kitābi allāhi
yauma khalaqa as- samāwāti walarḍa minhā arba‘atun ḥurumun żālika ad-dīnu
al- qayyimu falā taẓlimū fīhinna anfusakum waqātilū al-musyrikīna kāffatan
kamā yuqātilūnakum kāffatan wa‘lamū anna allāha ma‘a al-muttaqina “Sesungguhnya jumlah bulan, sebagaimana dalam ketetapan Allah pada waktu
Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah ketetapan agama
yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana
mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang takwa.”
Makna kata
ﻦﻳﺩ
dīnun pada ayat ini secara kontekstual dapat dipahami ketetapan agama. Hal ini ditinjau dari konteks antarkalimat yang terletak
sebelumnya
ِﺕﺍَﻭﺎَﻤﱠﺴﻟﺍ َﻖَﻠَﺧ َﻡْﻮَﻳ ِﷲ ِﺏﺎَﺘِﻛ ْﻲِﻓ ﺍًﺮْﻬَﺷ ﺮَﺸَﻋ ﺎَﻨْﺛﺍ ِﷲ َﺪْﻨِﻋِﺭْﻮُﻬﱡﺸﻟﺍ َﺓﱠﺪِﻋ ﱠﻥِﺇ ٌﻡُﺮُﺣ ٌﺔَﻌَﺑْﺭَﺃ ﺎَﻬْﻨِﻣ ِﺽْﺭَﻷﺍِﻭ
inna ‘iddata asy- syuhūri ‘inda allāhi iṡnā ‘asyara
syahran fī kitābi allāhi yauma khalaqa as-samāwāti walarḍa minhā arba‘atun
37
ḥurumun ‘Sesungguhnya jumlah bulan, sebagaimana dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan
haram’. Kalimat tersebut menjelaskan tentang aturan-aturan yang ditetapkan Allah swt di langit dan bumi.
3.2 Makna Kontekstual Kata