1. Andi Pratama Lubis 2003 meneliti makna leksikal dan kontekstual kata
ﺔﻨﺘﻓ fitnatun dalam Al-Qur’an. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kata
ﺔﻨﺘﻓ fitnatun ditemukan sebanyak 34 ayat dalam 23 surat, dan 24 kata ﺔﻨﺘﻓfitnatun yang mengandung makna kontekstual,dari 24 kata tersebut
terdapat 9 makna yaitu: cobaan; kekacauan; ujian; ‘azab; syirik; kesesatan; bencana; siksaan; murtad.
2. Zikri Mahyar 2003, meneliti tentang makna kata
ﺮﻛﺫ żikrun
.
Ia menerangkan bahwa kata
ﺮﻛﺫ żikrun ditemukan 37 kata yang mengandung makna kontekstual ditemukan sebanyak delapan makna yaitu
Al-Qur’an; pelajaran; Kitab; kemuliaan;menerangkan; wahyu; lauhul mahfuzh; dan cerita; tersebar dalam 18 surah dan 35 ayat.
Adapun perbedaan yang akan peneliti uraikan dalam kajian ini yaitu peneliti menitikberatkan pada teori kontekstual Abdul Chaer dalam bukunya
Linguistik Umum yang mengatakan bahwa makna kontekstual juga dapat berhubungan dengan situasinya yakni tempat, waktu, dan lingkungan penggunaan
bahasa juga membandingkan makna kontekstual antara kata ﺔﻠﻣ millatun dan kata
ﻦﻳﺩ dīnun sehingga terlihat alasan penggunaan kedua kata tersebut dalam Al- qur’an.
2.2 Pengertian Semantik
Semantik berasal dari bahasa Inggris semantics, dari bahasa Yunani sema nomina ‘tanda’ : atau dari verba samaino ‘menanda’, ‘berarti’. Secara umum
semantik lazim diartikan sebagai kajian mengenai makna bahasa. Karena selain makna bahasa, dalam kehidupan kita banyak makna-makna yang tidak berkaitan
dengan bahasa, melainkan dengan tanda-tanda dan lambang-lambang lain, seperti tanda-tanda lalu lintas, tanda-tanda kejadian alam, lambang-lambang Negara,
simbol-simbol budaya, simbol-simbol keagamaan, dan lambang atau simbol lainnya Chaer, 2003: 267.
Sementara dalam bahasa Arab, semantik disebut dengan ﺔﻟﻻﺪﻟﺍ ﻢﻠﻋ ’ilmu
ad- dilālati. Menurut ‘Umar 1998: 11 mendefinisikan ﺔﻟﻻﺪﻟﺍ ﻢﻠﻋ ’ilmu ad-dilālati
sebagai berikut:
6
ﺔﻐﻠﻟﺍ ﻢﻠﻋ ﻦﻣ ﻉﺮﻔﻟﺍ ﻚﻟﺫ ﻭﺃ ﻰﻨﻌﻤﻟﺍ ﺱﺭﺪﻳ ﻱﺬﻟﺍ ﻢﻠﻌﻟﺍ ﻭﺃ ﻰﻨﻌﻤﻟﺍ ﺔﺳﺍﺭﺩ ﻪﻧﺄﺑ ﻢﻬﻀﻌﺑ ﻪﻓﺮﻌﻳ ﺰﻣﺮﻟﺍ ﻰﻓ ﺎﻫﺮﻓﺍﻮﺗ ﺐﺟﺍﻮﻟﺍ ﻁﻭﺮﺸﻟﺍ ﺱﺭﺪﻳ ﻱﺬﻟﺍ ﻉﺮﻔﻟﺍ ﻚﻟﺫ ﻭﺃ ﻰﻨﻌﻤﻟﺍ ﺔﻳﺮﻈﻧ ﻝﻭﺎﻨﺘﻳ ﻱﺬﻟﺍ
ﻰﻨﻌﻤﻟﺍ ﻞﻤﺣ ﻰﻠﻋ ﺍﺭﺩﺎﻗ ﻥﻮﻜﻳ ﻰﺘﺣ
ya’rifuhu ba’ ḍahum bi `annahu dirāsatu al-ma’nā aw al-‘ilmu allaż
Ī
yadrusu al- ma’nā aw żālika al-far’u min ‘ilmi al-lugati allaż
Ī
yatanāwalu naẓriyyata al- ma’nā aw żālika al-far’u allaż
Ī
yadrusu asy- syurūṭa al-wājiba tuwāfiruhā f
Ī
ar- ramzi
ḥattā yakūna qādiran ‘alā ḥamli al-ma’nā “Sebahagian mereka ahli bahasa mendefinisikan ia ‘Ilmu Dilalah adalah kajian tentang makna, atau ilmu
yang membahas tentang makna, atau cabang yang mengkaji teori makna, atau cabang yang mengkaji syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mengungkap
lambang-lambang bunyi sehingga mempunyai makna.”
Al-Khuli 1982: 251 mengatakan semantik di dalam bahasa Arab adalah:
ﻩﺎﻨﻌﻣﻭ ﻱﻮﻐﻠﻟﺍ ﺰﻣﺮﻟﺍ ﻦﻴﺑ ﺔﻗﻼﻌﻟﺍ ﺱﺭﺪﻳ ﺔﻐﻠﻟﺍ ﻢﻠﻋ ﻦﻣ ﻉﺮﻓ : ﻲﻧﺎﻌﻤﻟﺍ ﻢﻠﻋ .ﺔﻟﻻﺪﻟﺍ ﻢﻠﻋ ﺕﺎﻤﻠﻛ ﻦﻴﺑ ﺕﺎﻗﻼﻌﻟﺍﻭ ﻱﻮﻐﻠﻟﺍ ﺯﺎﺠﻤﻟﺍﻭ ﻲﻧﺎﻌﻤﻟﺍ ﻉﻮﻨﺗﻭ ﺎﻴﺨﻳﺭﺎﺗ ﺕﺎﻤﻠﻜﻟﺍ ﻲﻧﺎﻌﻣ ﺭﻮﻄﺗ ﺱﺭﺪﻳﻭ
. ﺔﻐﻠﻟﺍ
’Ilmu ad-dil ālati. ‘Ilmu al-ma’āni: far’u min ‘ilmi al-lugati yadrusu al-‘alāqata
bayna ar-ramzi al-lugawiyi wa ma’nahu wa yadrusu ta ṭawwura ma’āniya al-
kalimāti tārīkhiyyan wa tanawwu’a al-ma’ānī wa al-majāza al-lugawiyya wa al- ‘alāqāti bayna al-kalimāti al-lugati “Ilmu semantik. Ilmu tentang makna: cabang
dari ilmu bahasa yang mempelajari hubungan antara lambing bahasa dan maknanya serta mempelajari perkembangan makna kata dari waktu ke waktu dan
macam-macam makna serta gaya bahasa dan hubungan kata dalam bahasa.”
2.3 Pengertian Makna dan Pembagiannya