Perlakuan Akuntansi Qardh Dalam Gadai Emas Syariah

35

F. Perlakuan Akuntansi Ijarah Dalam Gadai Emas Syariah

Jenis akad lainnya dalam pelaksanaan gadai emas yang merupakan satu rangkaian yaitu, akad Ijarah. Akad ijarah digunakan sebagai akad pendamping dalam pelaksanaan gadai emas syariah untuk menetapkan penentuan biaya sewa ujrah tempat penyimpanan barang gadai. Akad ijarah merupakan akad yang memfasilitasi transaksi pemindahan hak guna manfaat atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewaupah tanpa diikuti pemindahan kepemilikan barang Yaya, dkk. 2009. Berdasarkan akad ijarah dimaksud, pihak bank murtahin dapat menyewakan manfaat tempat penyimpanan barang kepada nasabah rahin guna menitipkan dan menyimpan barang gadai berupa emas milik nasabah. Sebagai kompensasi atau balas jasa atas penitipan barang yang telah dijaga pihak bank, nasabah rahin akan dikenakan biaya sewa ujrah. Terdapat pula beberapa ketentuan dalam menetapkan biaya jasa pada barang simpanan guna menghindari terjadinya riba dalam transaksi gadai emas, menurut Anshori 2006, yaitu 1 harus dinyatakan dalam nominal, bukan presentase, 2 sifatnya harus nyata, jelas, dan pasti, serta terbatas pada hal-hal yang mutlak diperlukan untuk terjadinya kontrak, dan 3 tidak terdapat tambahan biaya yang tidak disebutkan dalam akad awal. Akad ijarah dalam transaksi gadai emas syariah digunakan untuk penentuan biaya dan pendapatan sewa atas barang simpanan. Ketentuan perlakuan akuntansi untuk transaksi ijarah telah diatur dalam PSAK No. 107. Pengakuan dan pengukuran ijarah dijelaskan dalam PSAK No. 107 sebagai berikut: 36 a. Pinjamankas dinilai sebesar jumlah yang dipinjamkan pada saat terjadinya. b. Pendapatan sewa selama masa akad diakui pada saat manfaat atas asset sewa tempat telah diserahkan kepada penyewa rahin. c. Pengakuan biaya penyimpanan diakui pada saat terjadinya. Ilustrasi pencatatan jurnal akuntansi ijarah dalam rahn yang dilakukan oleh perbankan syariah dapat terlihat dalam berikut:

a. Pada saat bank menerima barang gadai tidak perlu

dijurnal hanya membuat tanda terima. b. Jurnal saat penerimaan pembayaran biaya sewa ujrah pada saat jatuh tempo: KasRekening nasabah xxx Pendapatan ijarah xxx

c. Jurnal saat penerimaan pembayaran biaya sewa

ujrah dilakukan setelah tanggal jatuh tempo: Jurnal saat tanggal jatuh tempo: Piutang pendapatan sewa xxx Pendapatan ijarah-akrual xxx Jurnal saat pembayaran setelah tanggal jatuh tempo : KasRekening nasabah xxx Piutang pendapatan ijarah xxx Pendapatan ijarah -akrual xxx Pendapatan ijarah xxx

d. Jurnal saat penerimaan pembayaran biaya sewa

ujrah dilakukan sebagian saat jatuh tempo dan sebagian lagi setelah jatuh tempo: 37 Jurnal sewa dibayar sebagian saat jatuh tempo: KasRekening nasabah xxx Piutang pendapatan sewa xxx Pendapatan sewa xxx Pendapatan sewa-akrual xxx Jurnal pembayaran sisa sebagian sewa setelah jatuh tempo: KasRekening nasabah xxx Piutang pendapatan sewa xxx Pendapatan sewa-akrual xxx Pendapatan sewa xxx 38

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

A. Profil Unit Usaha Syariah PT. Bank BPD DIY

Sejak beroperasinya bank syariah di Indonesia pada tahun 1992, itu merupakan fase awal dalam memperkenalkan kepada seluruh masyarakat mengenai suatu sistem yang mengaplikasikan mekanisme dan produk perbankan yang berlandaskan prinsip syariah dengan sistem bagi hasil. Kehadiran bank syariah inipun memperoleh tanggapan baik di masyarakat. Begitu pula dengan bank konvensional dan perbankan daerah yang mulai mengembangkan industri perbankaan syariah. Bank Pembangunan Daerah BPD DIY merupakan perusahaan daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta yang sudah beroperasi sejak 1961. Bank BPD DIY ini merupakan salah satu alat kelengkapan otonomi daerah di bidang perbankan yang memiliki tugas sebagai penggerak, pendorong laju pembangunan daerah, sebagai pemegang kas daerahmenyimpan uang daerah, dan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah serta menjalankan usahanya sebagai bank umum. Selama 55 tahun berjalan, Bank BPD DIY telah mengalami berbagai penyesuaian dan perkembangan guna membantu mendorong perekonomian masyarakat dan meningkatkan taraf hidup masyarakat yang lebih baik khususnya bagi warga Yogyakarta. Unit Usaha Syariah Bank BPD DIY berdiri sejak 19 Februari 2007 dengan diresmikan langsung oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X setelah mendapat ijin dari Bank Indonesia