Analisis Kelayakan Pembiayaan Gadai Emas Syariah Dalam Meningkatkan Usaha Nasabah Pada Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah Iii Jakarta

(1)

ANALISIS KELAYAKAN PEMBIAYAAN GADAI EMAS SYARIAH DALAM MENINGKATKAN USAHA NASABAH PADA BANK SYARIAH MANDIRI

KANTOR WILAYAH III JAKARTA

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

SATRIA PAMBUDI NIM: 1112053000035

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2016 M


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Satria Pambudi, NIM: 1112053000035, Analisis Kelayakan Pembiayaan Gadai Emas Syariah Dalam Meningkatkan Usaha Nasabah Pada Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta, Di Bawah Bimbingan Drs. Sugiharto, MA.

Sejak diberlakukannya UU No. 10/1998 perbankan syariah mulai menggeliat naik. Dalam lima tahun saja sejak di berlakukannya Dual Bangking System, pendatang-pendatang baru perbankan syariah terus bertambahmengingat pada akhir 2003 beberapa bank konvensional sudah menggantungi izin Bank Indonesia untuk membuka unit atau divisi syariah. Gadai (rahn) adalah salah satu produk syariah yang berarti tetap, kekal, dan jaminan. Ar-rahn dalam istilah hukum bisa juga disebut dengan barang jaminan, atau agunan. Dalam Islam ar-rahn merupakan sarana saling tolong menolong bagi umat islam.

Permasalahan yang akan di bahas pada penelitian ini dapat dirumuskan secara umum, adalah; Bagaimana pihak Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta melikuidasi pembiayaan kepada nasabahanya, mekanisme pembiayaan gadai emas syariah pada Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta, serta Analisis SWOT pada produk gadai emas syariah Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kiat-kiat pihak Bank Syariah Mandiri dalam menganalisa calon nasabahnya sebelum melikuidasi pembiayaan, serta mengetahui mekanisme Bank Syariah Mandiri, apakah sudah sesuai dengan prinsip syariah.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.teknik pengumpulan data dengan melakukan wawancara, observasi, dokumentasi, dan sumber-sumber lain yang terdapat pada Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif untuk memaparkan perumusan masalah.

Hasil analisis yang dilakukan menyimpulkan bahwa produk pembiayaan gadai emas syariah adalah produk pegadaian atau penyerahan hak penguasa secara fisik atas harta atau barang (emas) dari nasabah (arraahin) kepada bank (almurtahin) untuk dikelola dengan prinsip ar-rahnu yaitu sebagai jaminan atas peminjaman tersebut. Analisis yang dilakukan Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta sebelum melikuidasi pembiayaan kepada nasabah dengan menggunakan prinsip 5C kepada nasabah, guna mengurangi terjadinya resiko yang terjadi pada saat pembiayaan berlangsung.


(6)

ii

dan Hidayah serta Karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan laporan berwujud skripsi ini. Selanjutnya Shalawat serta Salam juga tiada hentinya kita panjatkan kepada pemimpin kita Nabi Muhammad SAW, sebagai suri tauladan kita dalam menjalankan kehidupan ini.

Dalam penyususnan skripsi ini tidak bisa dilepaskan dari adanya bantuan dari berbagai pihak yang telah mendukung serta membantu dalam penyelesaiannya. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam mensukseskan penulisan skripsi ini, terutama kepada:

1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Ibu Dr. Roudhonnah, M.Ag selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, dan Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerjasama Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(7)

iii

4. Bapak Drs. Cecep Castrawijaya, MA selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah (MD) dan Bapak Drs. Sugiharto, MA selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah (MD).

5. Bapak Drs. Sugiharto, MA selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan memotivasi dalam penyususnan skripsi ini.

6. Para jajaran Dosen Jurusan Manajemen Dakwah (MD) dan Konsentrasi Manajemen Lembaga Keuangan Syariah (MLKS) atas semua ilmunya yang telah diberikan.

7. Orang tua tercinta Bapak Wahyu dan Ibu Nuryani yang selalu memberikan cinta, dan kasih sayangnya kepada saya, dan juga mendoakan, memberikan motivasi serta memberikan dukungan moril maupun materil dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Para tim penguji sidang munaqosyah, yang sudah menguji serta membimbing saya hingga terselesaikannya skripsi ini.

9. Perpustakaan Fakultas dan perpustakaan umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sudah meminjamkan buku sebagai referensi penelitian penulis. 10.Keluarga besar PT Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta: Bapak

Edi Rosman (Kepala Kantor Wilayah III Jakarta, Ibu Megawati, Ibu Sansa, Ibu Dias, dan Mas Dean selaku Pelaksana SQO, Mas Fauqi (Officer Gadai Emas Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta), dan Ibu Tania


(8)

iv

semua yang namanya tidak bisa saya sebutkan satu-persatu.

12.Teman-teman seperjuangan di kelas MD B dan Konsentrasi Manajemen Lembaga Keuangan Syariah (MLKS) angkatan 2012 yang telah berbagi ilmu pengetahuan dan menjadi teman diskusi penulis selama berjalannya perkuliahan.

13.Sahabat saya Agung Saputro dan Moch. Noval Kurnia Sulaiman (duo bapuk), teman seperjuangan yang selalu menemani dan berjuang bersama selama empat tahun terakhir sampai saat ini. Serta khususnya Intan Rahman Pandini wanita yang selalu menemani saya, mendukung saya, dan membantu menyumbangkan pikiran untuk menyelesaikan skripsi ini.

Kritik dan saran akan diterima dengan lapang dada. Semoga Allah SWT membalas jasa budi baik Bapak, Ibu, dan rekan semua dengan balasan yang berlipat ganda. Aamiin Yaa Rabbal ‘Alamiin.

Jakarta, 25 Mei 2016


(9)

v DAFTRA ISI

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan Perumusah masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

D. Tinjauan Pustaka ... 9

E. Metodologi Penelitian ... 10

F. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II TINJAUAN TEORI A. Analisis ... 16

1. Pengertian Analisis ... 16

2. Jenis-jenis Analisis Data ... 17

3. Tekhnik Analisis Data ... 18

B. Pembiayaan ... 19

1. Pengertian Akademik ... 19

2. Jenis-jenis Pembiayaan ... 21


(10)

vi

2. Landasan Hukum Gadai Syariah... 30

3. Ketentuan Gadai Syariah ... 32

4. Manfaat dan Ketentuan Gadai Syariah ... 34

D. Bank Syariah ... 35

BAB III GAMBARAN UMUM BANK SYARIAH MANDIRI A. Sejarah Bank Syariah Mandiri ... 38

B. Visi dan Misi Bank Syariah Mandiri ... 40

C. Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri ... 42

D. Produk-produk dan Layanan Bank Syariah Mandiri ... 46

BAB VI ANALISIS DAN HASIL TEMUAN A. Analisis Kelayakan Pembiayaan Gadai Emas Syariah Dalam Meningkatkan Usaha Nasabah Pada Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta ... 50

B. Mekanisme Pembiayaan Gadai Emas Syariah Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta ... 59

C. Analisis SWOT Produk Pembiayaan Gadai Emas Syariah Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta ... 71


(11)

vii

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 74

B. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 77


(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

Pembiayaan yang sering digunakan dalam lembaga keuangan syariah diantaranya menggunakan system pembiayaan gadai emas syariah, yakni guna memperlancar roda perekonomian ummat, sebab dianggap mampu menekan terjadinya inflasi karena tidak adanya ketetapan bunga yang harus dibayarkan ke bank, selain itu juga dapat merubah haluan kaum muslimin dalam setiap transaksi perdagangan dan keuangan yang sejalan dengan ajaran syariah Islam.1

Pembiayaan gadai emas syariah secara tidak langsung adalah sebuah bentuk penolakan terhadap sistem bunga yang diterapkan oleh bank konvensional dalam mencari keuntungan, karena itu pelarangan bunga ditinjau dari agama Islam merupakan perbuatan riba yang diharamkan dalam Al-Qur‟an, sebab larangan riba tersebut bukanlah meringankan beban orang yang di bantu yang dalam hal ini adalah nasabah, melainkan merupakan tindakan yang dapat memperalat dan memakan harta orang lain.2

Emas dalam sejarah perkembangan sistem ekonomi dunia, sudah dikenal sejak 40 ribu tahun sebelum masehi. Emas seringkali diidentikan dengan sesuatu yang nomer satu, prestitius, dan elegan. Hal ini dikarenakan

1

Agustianto, Percikan Pemikiran Ekonomi Islam, (Bandung: Cipta Pustaka Media, 2002), h. 123.

2

Yusuf Qardawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta: Gema Insani Perss, 1997), h. 184.


(13)

emas adalah logam mulia. Disebut logam mulia karena dalam keadaan murni dalam udara biasanya emas tidak dapat teroksidasi atau dengan kata lain akan tahan karat. Emas banyak digunakan sebagai standart keuangan dibanyak Negara dan juga sebagai perhiasan, cadangan devisa, dan sampai saat ini emas merupakan alat pembayaran yang paling utama di dunia.3

Emas juga memiliki manfaat emosional untuk dinikmati keindahannya. Nilai keindahannya berpadu dengan harganya yang menarik hingga emas menajdi sarana mengekspresikan diri, dan emas telah menjadi symbol status di berbagai sub kultur masyarakat Indonesia. Dengan melihat kebutuhan masyarakat Indonesia dan ketertarikannya terhadap nilai emas yang fluktuatif, selain hanya digunakan untuk menghiasi penampilan agar terlihat sempurna termasuk kaum hawa, ternyata emas juga bisa juga digunakan sebagai investasi.4

Secara umum, operasional gadai emas mirip dengan jasa konvensional, yaitu menyimpan barang untuk memperoleh pendapatan uang dalam jumlah tertentu. Untuk jasa ini dalam gadai konvensional dikenakan beban bunga, layaknya system keuangan yang diterapkan bank konvensional. Sementara dalam gadai emas syariah, nasabah hanya membayar biaya penitipan, pemeliharaan, penjagaan, serta penaksiran barang yang digadaikan. Perbedaan utama dari gadai emas syariah dan konvensional adalah dari sifat bunga yang

3

Joko Salim, Jangan Investasi Emas Sebelum Baca Buku ini !, (Jakarta: Transmedia Pustaka, 2010), Cet. IV, h. 160.

4

Muhammad Ihsan, Tita Agustini, Rudi Kurniawan, Kemilau Investasi Emas: Menjaga dan Melejitkan Kesehatan Finansial dengan Emas, (Jakarta: Science Research Fondation, 2006), h. 69.


(14)

bisa berakumulasi dan berlipat ganda, sementara biaya gadai emas syariah hanya sekali dan ditetapkan dimuka.

Dalam pembiayaan gadai emas syariah tidak mengenakan biaya jasanya dengan system bunga, dipandang memberatkan dan dapat mengarahkan kepada system riba dalam Islam diharamkan, seperti yang terdapat dalam Al-Qur‟an surah Al-Baqarah ayat 275.

ۚ اب ا ح عي ا ه ا حأ

Artinya: “Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”

Ayat Al-Qur‟an diatas menjelaskan tentang bagaimana transaksi jual beli yang benar dalam Islam sehingga didalamnya tidak mengandung unsure riba. Jadi karena itu diperlukan adanya pembahasan lebih lanjut mengenai pembiayaan gadai syariah ini agar dapat berjalan sesuai dengan ajaran agama Islam yang berpedoman kepada Al-Qur‟an dan Hadits guna mewujudkan kesejahteraan rakyat Indonesia secara keseluruhan serta khususnya untuk kaum muslim melalui bentuk penyaluran pembiayaan.

Gadai pada emas adalah salah satu jenis instrument yang banyak dianjurkan oleh banyak tokoh dan pakar dibidang gadai emas, karena gadai emas pada jenis instrument ini memiliki banyak keunggulan yang tidak dimiliki oleh instrument gadai emas lainnya. Fakta membuktikan, semakin tinggi laju inflasi maka semakin tinggi harga emas.5 Harga emas dipercaya

5

Sofiniah Ghufron, Mengatasi Masalah Dengan Pegadaian Syariah, (Jakarta: Renaisan, 2005), Cet. 1, h.14.


(15)

akan selalu bisa mengamankan kemampuan beli kita, artinya harga emas akan naik, setidaknya sama dengan tingkat inflasi dalam suatu waktu tertentu. Jelas bahwa emas adalah investasi yang paling aman dan menguntungkan karena relatif tahan terhadap inflasi. Emas juga sering disebut sebagai produk invenstasi penangkat inflasi. Sedangkan definisi deflasi adalah kebalikannya, yaitu suatu kondisi di mana harga yang turun terus-menerus disebabkan menurunnya jumlah uang yang beredar secara drastis. Deflasi yang kisarannya juga lepas kontrol disebut kepanikan atau depresi ekonomi, di mana daya beli melambung karena harga barang dan jasa menurun, sedangkan harga emas cenderung konstan.6

Memang masyarakat Indonesia pada umumnya telah

mengimplementasikan gadai emas dengan menggunakan emas sejak dulu. Dengan cara membeli emas dengan harga tertentu dan karat tertentu, dalam bentuk perhiasan untuk digunakan atau disimpan. Kemudian emas yang telah dibeli tersebut disimpan dalam kurun waktu tertentu sampai tiba nanti saat harga emas tersebut naik, baik naik secara signifikan ataupun tidak, baru kemudian mereka jual emas tersebut. Selisih harga antara beli emas di masa lalu dengan harga jual emas di masa kini adalah merupakan keuntungan yang diperoleh.

Dengan melihat perkembangan pesat yang terjadi di pegadaian, beberapa lembaga keuangan khususnya perbankan syariah mulai membuka

6

Muhammad Ihsan, dkk, Kemilau Investasi Emas: Menjaga dan Melejitkan Kesehatan Finansial dengan Emas, h. 70.


(16)

produk gadai syariah atau disebut juga rahn. Namun untuk saat ini lembaga keuangan seperti perbankan syariah hanya menerima barang gadai berupa emas lantakan, perhiasan maupun koin emas. Hal ini disebabkan oleh kecilnya nilai resiko yang akan terjadi dan keberadaan nilai emas itu sendiri naik dari tahun ke tahun serta tidak terkena dampak inflasi.

Suatu lembaga keuangan yang berorientasi terhadap perolehan laba (keuntungan) sudah pasti membutuhkan apa yang disebut strategi pembiayaan, pengertian pembiayaan bank itu sendiri adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jatuh tempo dengan imbalan atau bagi hasil.7

Sedangkan pembiayaan berpangkal pada kebutuhan ekonomi masyarakat. Pembiayaan bukan satu-satunya penjamin kepuasan, akan tetapi ada beberapa variable lain yang mempengaruhi kepuasan konsumen yakni harga yang ditawarkan, lokasi dan distribusi. Pembiayaan berhubungan dan berkaitan dengan suatu proses mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan masyarakat. Muhammad Syafi‟i Antonio memberikan definisi bahwa “pembiayaan adalah salah satu tugas pokok bank yaitu memberikan fasilitas dana untuk memenuhi pihak-pihak yang defisit unit”.8

7

UU No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan

8M. Syafi‟i Antonio,

Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2001), h. 160.


(17)

Sebelum suatu pembiayaan diputuskan, maka terlebih dahulu perlu dianalisis kelayakan pembiayaan tersebut. Analisis pembiayaan merupakan analisis yang digunakan untuk menilai layak tidaknya suatu kredit dikucurkan oleh lembaga keuangan seperti bank. Tujuannya jangan sampai pembiayaan yang dibiayai nantinya tidak layak. Kalau ini yang terjadi maka kemungkinan besar bank akan menderita kerugian karena ketidak mampuan nasabah untuk mengembalikan pinjamannya alias macet. Tidak hanya itu saja ketidak mampuan membayar angsuran pembiayaan, bagi nasabah juga akan terkena dampak dari beban yang harus dibayar yang justru dapat mengancam kelangsungan hidup perusahaan lebih lanjut.

Macetnya pembayaran pembiayaan nasabah memang bukan hanya karena salah perhitungan dalam analisis pembiayaan yang sesungguhnya, akan tetapi dapat terjadi karena factor lainnya, misalnya objek kredit yang dibiayai terkena bencana alam. Namun paling tidak apabila pembiayaan telah dinilai secara baik, maka resiko pembiayaan macet dapat diminimalkan. Oleh karena itu, sebelum pembiayaan dikucurkan wajib untuk terlebih dahulu dianalisis kelayakannya.9

Bank Syariah Mandiri merupakan salah satu Lembaga Keuangan Makro Syariah (LKMS), yaitu lembaga keuangan makro yang system operasionalnya berlandaskan syariah Islam. Di tengah semakin pesatnya perkembangan ekonomi syariah di Indonesia. Keberadaan BSM mempunyai peranan penting dalam upaya mempercepat sosialisasi pengembangan

9


(18)

keuangan syariah khususnya dikalangan masyarakat ekonomi menengah ke bawah.

Berdasarkan uraian di atas, maka pembahasan ini layak untuk diangkat dan dikaji melalui penelitian dengan topik analisis kelayakan pembiayaan gadai emas syariah, dan menuangkan ke dalam bentuk skripsi dengan judul “Analisis Kelayakan Pembiayaan Gadai Emas Syariah Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari terlalu luasnya pembahasan ini maka dalam penelitian ini dibatasi pada analisis kelayakan pembiayaan gadai emas syariah dalam meningkatkan usaha nsabah, mekanisme pembiayaan gadai emas syariah, serta analisis SWOT produk gadai emas syariah Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta.

2. Rumusan Masalah

Adapun masalah pokok yang akan dibahas pada dalam penelitian ini adalah mengenai hal sebagai berikut:

a. Bagaimana analisis kelayakan pada pembiayaan gadai emas syariah dalam meningkatkan usaha nasabah pada Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta?

b. Bagaimana mekanisme produk pembiayaan gadai emas syariah pada Bank Syariah Mandiri Kantor Kantor Wilayah III Jakarta?


(19)

c. Analisis SWOT produk pembiayaan gadai emas syariah di Bank Syariah Mandiri Kantor Kantor Wilayah III Jakarta?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui analisis kelayakan pada pembiayaan gadai emas syariah dalam meningkatkan usaha nasabah ini melalui analisis pembiayaan 5C.

b. Untuk mengetahui bagaimana Mekanisme pembiayaan gadai emas syariah dalam meningkatkan usaha nasabah yang di terapkan oleh Bank Syariah Mandiri Kantor Kantor Wilayah III Jakarta.

c. Untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman produk pembiayaan gadai emas syariah di Bank Syariah Mandiri Kantor Kantor Wilayah III Jakarta.

2. Manfaat Penelitian ini adalah: a. Bagi Penulis

Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan tentang mekanisme dan analisis pembiayaan gadai emas syariah dalam meningkatkat usaha nasabah dan dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ekonomi, umumnya pada pegadaian syariah dan khususnya Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.


(20)

b. Bagi Pihak Lain

Dapat dijadikan informasi dan sumber pengetahuan serta memberikan gambaran tentang mekanisme dan operasional pembiayaan gadai emas syariah yang dilakukan oleh pihak Bank Syariah Mandiri.

D. Tinjauan Pustaka

Berkaitan dengan penelitian ini peneliti telah melakukan tinjauan pustaka dari skripsi-skripsi terdahulu yang mengangkat variable penelitian mengenai mekanisme pembiayaan. Meskipun begitu, substansi dari penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya sangatlah berbeda. Adapun substansi dari skripsi-skripsi terdahulu yang telah menjadi tinjauan pustaka peneliti adalah sebagai berikut:

1. Skripsi Ahmad Zaki, Jurusan Menejemen Dakwah Konsentrasi Lembaga Keuangan Syariah, 2014 yang menjelaskan tentang Strategi Pemasaran Produk Gadai Emas Syariah Pada Bank BNI Syariah Cabang Fatmawati. Pada skripsi ini penulis menjelaskan tentang produk gadai emas syariah ini adalah produk unggulan dan banyak diminati oleh masyarakat serta strategi pemasaran yang dilakukan Bank BNI syraiah dengan beberapa tahapan yaitu formulasi strategi yang dilakukan Bank BNI Syariah alam memasarkan produk gadai emas melalui kerjasama dengan para krlompok penjual emas ataupun kelompok komunitas.

2. Skripsi M. Romi Neskens, Jurusan Muamalat (Ekonomi Islam) Konsentrasi Perbankan Syariah, penulis menjelaskan Analisis SWOT Terhadap Deposito Mudharabah (study kasus; PT. Bank Muamalat


(21)

Indonesia Tbk. Cabang Pembantu Kalimalang). Hasil penelitian ini adalah analisis SWOT Deposito Mudharabah tentang kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan ancaman.

3. Skripsi Nuraeni, Jurusan Muamalat (Ekonomi Islam) Konsentrasi Perbankan Syariah, 2004 yang menjelaskan tentang Konsep dan Aplikasi Gadai Emas pada Bank Syariah (Studi Kasus Pada PT. Bank Danamon Syariah). Metode yang digunakan oleh penulis adalah kualitatif dengan desain penelitiannya deskriptif. Analisis yaitu kegiatan penelitian yang dilakukan dengan menguraikan dan menjelaskan berbagai permasalahan gadai emas syariah pada Bank Danamon Syariah meliputi, barang jaminan yang dibawa nasabah akan ditaksir oleh spesialis gadai emas untuk mengetahui besar pinjaman yang diberikan oleh pihak bank kepada nasabah dan biaya pemeliharaan yang ditanggung oleh nasabah. Biaya pemeliharaan berdasarkan pada nilai taksir marhun, yaitu 2,2% perbulan sebagai antisipasi terhadap resiko kerusakan dan kehilangan atas barang yang digadaikan.

E. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif dengan metode pendekatan kualitatif, menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Lexy J. Moleong, pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis, atau


(22)

lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.10 Penelitian deskriftif yaitu mencatat secara teliti segala gejala-gejala (fenomena) yang dilihat, didengar dan dibacanya (melalui wawancara, foto, video, tape, dokumen pribadi, brosur, dll) dan peneliti juga membanding-bandingkan, mengkombinasikan, dan menarik kesimpulan.11

1. Subjek dan Objek Penelitian

Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah analisis kelayakan pembiayaan gadai emas syariah dalam meningkatkan usaha nasabah, sedangkan yang menjadi objeknya adalah Bank Syariah Mandiri Kantor Kantor Wilayah III Jakarta.

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta yang bertempat di gedung graha mandiri lantai 22, Jl. Imam Bonjol No. 61 Jakarta Pusat. Penelitian ini dilakukan mulai dari 20 Maret 2016 sampai dengan 20 April 2016.

3. Sumber Data

Sumber data merupakan sesuatu hal yang sangat penting untuk digunakan dalam penelitian guna menjelaskan real atau tidaknya suatu penelitian tersebut. Dalam hal ini penulis menggunakan beberapa data, diantaranya adalah:

10

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. Ke-23, h.6.

11

Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), h. 324.


(23)

a. Data Primer

Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama baik individu atau perseorangan seperti dari hasil wawancara atau hasil observasi yang biasa dilakukan oleh peneliti.12 Dalam data primer, peneliti atau observer melakukan sendiri observasi di lapangan, pelaksanaannya dapat berupa survey langsung ke lembaga terkait. b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen grafis seperti table, catatan, notulen rapat, foto-foto, dan lain sebagainya yang dapat memperkaya data primer.13

4. Tekhnik Pengumpulan Data

Tekhnik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi (pengamatan) adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti.14 Observasi dilakukan guna mendapatkan data dengan melakukan pengamatan langsung ketempat penelitian yaitu Bank Syariah Mandiri Kantor Kantor Wilayah III Jakarta, untuk mendapatkan data yang relevan, mencari tahu kegiatan-kegiatan yang ada di instansi tersebut.

12

Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, h. 42.

13

Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 22.

14

Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian dasar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), h.53.


(24)

b. Wawancara

Wawancara adalah metode pengumpulan data atau informasi dengan cara tanya-jawab sepihak, dikerjakan secara sistematik dan berlandaskan pada tujuan penyelidikan.15 Adapun instrument yang digunakan adalah pedoman wawancara terpimpin, yaitu pedoman wawancara yang disusun secara terperinci dan lengkap dengan sederetan pertanyaan.16 Dalam hal ini peniliti mengajukan pertanyaan kepda pihak-pihak terkait.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah kumpulan data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, agenda dan sebagainya yang berkaitan dengan penelitian. Dalam hal ini peneliti mengumpulkan data-data yang sudah tersimpan di Bank Syariah Mandiri Kantor Kantor Wilayah III Jakarta.

5. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif secara teoritis merupakan proses penyusunan data untuk memudahkan penafsirannya. Data yang dikumpulkan dalam penelitian kualitatif biasanya berbentuk data deskriptif, yaitu data yang berbentuk uraian yang memaparkan keadaan objek yang diteliti berdasarkan fakta-fakta aktual atau sesuai kenyataannya. Sehingga menuntut penafsiran peneliti yang di nyatakan oleh sasaran peneliti yang bersangkutan secara tertulis atau lisan, dan

15

Arief Subiantoro dan FX. Suwarto, Metode dan Penelitian Sosial, (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2007), hy.97.

16


(25)

perilaku nyata, yang diteliti dan dipelajari adalah objek kajian utuh. Dalam menganalisis data penulis menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif terhadap kelayakan pembiayaan gadai emas syariah dalam meningkatkan usaha nasabah pada Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta, yaitu suatu tekhnik analisis data di mana penulis terlebih dahulu memaparkan semua data yang diperoleh dari hasil pengamatan secara sitematis kemudian diklasifikasikan untuk dianalisis sesuai dengan perumusan masalah dan tujuan penelitian, untuk selanjutnya disajikan dalam bentuk laporan ilmiah dengan berpedoman pada buku pedoman penulisan karya ilmiah.

6. Tekhnik penulisan

Adapun tekhnik penulisan yang digunakan berpedoman pada buku pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) Tim Penulis Hamis Nasuhi dkk. Diterbitkan oleh CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Cetakan II, April 2007.

F. Sistematika Penulisan

BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini berisi mengenai latar belakang masalah, pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.


(26)

BAB II: LANDASAN TEORI

Bab ini berisi mengenai landasan teori, pengertian analisa, pengertian pembiayaan, jenis-jenis pembiayaan, produk-produk pembiayaan, tujuan dan fungsi pembiayaan, pengertian gadai syariah, landasan hukum gadai syariah, ketentuan hukum gadai syariah, manfaat dan keuntungan gadai syariah, pengertian bank syariah.

BAB III: GAMBARAN UMUM BANK SYARIAH MANDIRI

Bab ini berisi tentang sejarah umum Bank Syariah Mandiri, perkembangan Bank Syariah Mandiri, visi dan misi Bank Syariah Mandiri, struktur organisasi Bank Syariah Mandiri, produk dan layanan Bank Syariah Mandiri.

BAB IV: ANALISIS KELAYAKAN PEMBIAYAAN GADAI EMAS SYARIAH BANK SYARIAH MANDIRI KANTOR WILAYAH III JAKARTA

Bab ini berisi tentang analisis kelayakan pembiayaan gadai emas syariah Bank Mandiri Syariah Kantor Wilayah III Jakarta, mekanisme pembiayaan gadai emas syariah Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta, dan strategi pemasaran produk pembiayaan gadai emas syariah Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta.


(27)

16

BAB II

LANDASAN TEORI A. Analisis

1. Pengertian Analisis

Analisis berasal dari kata Yunani kuno analusis yang artinya melepaskan. Analusis terbentuk dari dua suku kata, yaitu Ana yang berarti kembali, dan Luein yang berarti melepas sehingga jika digabungkan maka artinya adalah melepas kembali atau menguraikan. Kata Anlusis ini di serap kedalam bahasa Inggris menjadi analysis yang kemudian di serap juga ke dalam bahasa Indonesia menjadi analisis.17 Analisis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penelaahan yang dilakukan oleh peneliti atau pakar bahasa dalam menggarap data kebahasaan yang diperoleh dari penelitian lapangan atau dari pengumpulan teks (penelitian kepustakaan)18

Definisi analisis menurut beberapa ahli;

Menurut Komarudin; analisis adalah kegfiatan berfikir untuk menguraikan suatu keseluruhan menjadi komponen sehingga dapat mengenal tanda-tanda komponen, hubungannya satu sama lain dan fungsi masing-masing dalam satu keseluruhan yang terpadu.

Menurut Dwi Prastowo Darminto & Rifka Julianti; analisis merupakan penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian

17

http://www.kamusq.com/2013/04/analisa-adalah-definisi-dan-arti-kata.html

18

http://kbbi.web.id/analisis


(28)

itu sendiri, serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.

Menurut Wirardi; analisis adalah aktivitas yang memuat sejumlah kegiatan seperti mengurai, membedakan, memilih sesuatu untuk digolongkan dan dikelompokkan kembali menurut kriteria tertentu kemudian dicari kaitannya dan ditaksir maknanya.19

2. Jenis-jenis Analisis Data20

Analisis data merupakan salah satu langkah penting dalam rangka memperoleh temuan-temuan hasil penelitian. Hal ini disebabkan, data akan menuntun kita ke arah temuan ilmiah, bila dianalisis dengan tekhnik-tekhnik yang tepat. Data yang belum dianalisis masih merupakan data mentah. Dalam kegiatan penelitian, data mentah akan memberikan arti, bila dianalisis dan ditafsirkan.

a. Data bermuatan kualitatif

Data bermuatan kualitatif disebut juga dengan data lunak. Data semacam ini diperoleh melalui penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, atau penilaian kualitatif. Keberadaan data bermuatan kualitatif adalah catatan lapangan yang berupa catatan atau rekaman kata-kata, kalimat, atau paragraph yang diperoleh dari wawancara menggunakan pertanyaan terbuka, observasi parsitipatoris, atau pemaknaan peneliti terhadap dokumen atau peninggalan.

19

http://www.kamusq.com/2013/04/analisa-adalah-definisi-dan-arti-kata.html

20


(29)

b. Data bermuatan kuantitatif

Keberadaan data bermuatan kuantitatif adalah angka-angka (kuantitas), baik diperoleh dari jumlah suatu penggabungan ataupun pengukuran. Data bermuatan kuantitaif yang diperoleh dari jumlah suatu penggabungan selalu menggunakan bilangan cacah. Contoh data seperti ini adalah angka-angka hasil sensus, angka-angka hasil tabulasi, terhadap jawaban angket atau wawancara terstruktur. Adapun data bermuatan kuantitatif hasil pengukuran adalah skor-skor yang diperoleh melalui pengukuran, seperti skor tes prestasi belajar, skor skala motivasi, skor timbangan, dan semacamnya.

3. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data ada dua, yaitu teknik analisis data kualitatif dan dan teknik analisis data kuantitatif. Teknik analisis data kualitatif berbeda dengan teknik analisis data kuantitatif. Perbedaannya sebagai berikut;21 a. Teknik analisis data kualitatif

Analisis data kualitatif dilakukan dari sebelum penelitian, selama penelitian, dan sesuadah penelitian.

b. Teknik analisis data kuantitatif

Teknik analisis data kuantitatif menggunakan pendekatan statistik. Dalam teknik analisis data menggunakan statistic, terdapat dua macam statistik yang digunakan yaitu statistik deskriptif dan diferensial.

21


(30)

B. Pembiayaan

1. Pengertian Pembiayaan

Istilah pembiayaan pada dasarnya lahir dari pengertian I believe, I

trust, yaitu „saya percaya‟ atau „saya menaruh kepercayaan‟. Perkataan

pembiayaan yang artinya kepercayaan (trust) yang berarti bank menaruh kepercayaan kepada seseorang untuk melaksanakan amanah yang diberikan oleh bank selaku shohibul maal. Dana tersebut harus digunakan dengan benar, adil, dan harus disertai dengan ikatan dan syarat-syarat yang jelas serta saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.22

Pada dasarnya fungsi utama Bank Syariah tidak jauh beda dengan bank konvensional yaitu menghimpun dana dari masyarakat kemudian menyalurkannya kembali atau lebih dikenal sebagai fungsi intermediasi. Dalam prakteknya bank syariah menyalurkan dana yang diperoleh dalam bentuk pemberian pembiayaan, baik itu pembiayaan modal usaha maupun untuk konsumsi.

Adapun pengertian pembiayaan menurut berbagai leteratur yang ada sebagai berikut, menurut UU. No. 10 tahun 1998 tentang perbankan bab I pasal 1 No. 12 bahwasannya pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dan pihak lain yang

22

Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Bangking: Sebuh Teori, Konsep, dan Aplikasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 698.


(31)

mewajibkan pihak yang membiayai untuk mengembalikan uang tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.23

Pembiayaan yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak lain, untuk mendukung investasi yang akan direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan.24

Dalam perbankan konvensional, pembiayaan biasa disebut dengan kredit. Kredit sering diartikan memperoleh barang dengan membayar cicilan atau angsuran sesuai dengan membayar cicilan atau angsuran sesuai dengan perjanjian. Dapat diartikan bahwa kredit bisa berbentuk barang atau bentuk uang. Baik kredit berbentuk barang atau berbentuk uang dalam hal pembayarannya adalah dengan metode angsuran.25 Dalam perbankan syariah, istilah kredit tidak dikenal, karena bank syariah memiliki skema yang berbeda dengan bank konvensional dalam menyalurkan dananya kepada nasabah dalam bentuk pembiayaan.26

Agar sesuai dengan aturan norma Islam, lima unsur keagamaan yang ditekankan dalam prinsip pembiayaan Islam yaitu;27

23

M. Syarif Arbi, Lembaga; Perbankan, Keuangan dan Pembiayaan, (Yogyakarta: BFE, 2013), h. 233.

24

Yusak Laksmana, Panduan Praktis Account Officer Bank Syariah, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2009), h.20.

25

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), h. 72.

26

Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Prenada Group, 2011), h. 103.

27

Mervyn K. Lewis dan Latifa M. Algoud, Perbankan Syariah Prinsip dan Prospek, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2001), h 37.


(32)

a. Tidak ada transaksi keuangan berbasis bunga (riba) b. Pengenalan pajak religious atau pemberian sedekah, zakat

c. Pelarangan produksi barang dan jasa yang bertentangan dengan hukum Islam (haram)

d. Penghindaran aktivitas ekonomi yang melibatkan maysir (judi), gharar (transaksi yang tidak jelas)

e. Penyediaan takaful (asuransi syariah)

Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan, bahwa pembiayaan adalah suatu dana yang dikucurkan oleh suatu pihak kepada pihak yang lain untuk membantu berjalannya suatu perusahaan yang sedang membutuhkan dana, baik dilakukan secara sendiri maupun secara lembaga. Dengan demikian diadakan perjanjian terlebih dahulu perjanjian antara sipeminjam dengan yang meminjamkan untuk mengembalikan dana tersebut setelah jatuh tempo yang telah ditentukan dengan imbalan atau bagi hasil.

2. Jenis-Jenis Pembiayaan

Jenis-jenis pembiayaan di bank syariah maupun non bank pada umumnya dapat dilihat dari;

Kegunaannya, dibedakan dalam:

a. Pembiayaan modal kerja, yakni pembiayaan yang ditujukan untuk memberikan modal usaha untuk mendukung operasional perusahaan sehari-hari sehingga perusahaan dapat beroperasi secara normal dan


(33)

lancar. Seperti pembelian bahan baku, pembayaran upah buruh, atau barang yang diperdagangkan.

b. Pembiayaan investasi, pembiayaan yang ditunjukan untuk modal usaha pembelian sarana alat produksi atau pembelian barang modal berupa aktiva tetap/inventaris. Pembiayaan investasi yaitu pembiayaan jangka menengah atau jangka panjang untuk pembelian barang-barang modal diperlukan, untuk;

1) Pendirian proyek baru, yakni pendirian atau pembangunan proyek/ pabrik dalam rangka usaha baru

2) Rehabilitasi, yakni penggantian mesin/peralatan lama yang sudah rusak dengan mesin atau peralatan baru dengan mesin atau peralatan baru yang lebih baik

3) Modernisasi, yaitu penggantian menyeluruh mesin atau peralatan yang lama dengan mesin atau peralatan baru yang tingkat tekhnologinya lebih baik atau tinggi.

4) Ekspansi, yakni penambahan mesin atau peralatan yang telah ada dengan mesin atau peralatan baru dengan tekhnologi yang sama atau lebih baik.

5) Relokasi proyek yang sudah ada, yakni pindahan lokasi proyek secara keseluruhan (termasuk saran penunjang kegiatan pabrik, seperti laboratorium dan gudang) kesuatu tempat ke tempat yang lain.


(34)

c. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang ditunjukan untuk pembelian suatu barang yang digunakan untuk kepentingan perseorangan (pribadi) diluar usaha.

Dalam menetapkan akad pembiayaan konsumtif, langkah-langkah yang perlu dilakukan bank adalah sebagai berikut:

1) Apabila kegunaan pembiayaan yang dibutuhkan nasabah adalah kebutuhan konsumtif semata, dilihat dari sisi apakah pembiayaan tersebut terbentuk pembelian barang atau jasa.

2) Jika untuk pembelian barang factor selanjutnya yang harus dilihat berbentuk ready stock atau good in process.

3) Jika pembiayaan tersebut dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan nasabah dibidang jasa, pemberian yang diberikan adalah ijarah.28

3. Produk Pembiayaan

Dalam menyalurkan dananya pada nasabah secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi kedalam empat kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu:29

a. Pembiayaan dengan prinsip jual beli

Produk-produk yang terdapat dalam pembiayaan jual-beli yaitu:

1. Murabahah

Pembiayaan dengan akad jual beli dimana harga dan keuntungan disepakati antara penjual dan pembeli.

28

Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), edisi-3, h. 231-234.

29


(35)

2. Ba’i Assalaam

Perjanjian jual beli barang dengan cara pemesanan dengan syarat-syarat tertentu dan pembayaran harga terlebih dahulu.

3. Ba’i Istitsna

Pembiayaan yang dilakukan dengan cara pembeli dengan memesan barang yang akan dibuat oleh penjual.

b. Pembiayaan dengan prinsip sewa Adapun produknya yaitu:

1. Al-ijarah

Akad pembiayaan hak guna atas barang dan jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri.

2. Al-ijarah muntahiya biltamlik/waiqtina

Adalah perjanjian sewa menyewa suatu barang yang diakhiri dengan perpindahan kepemilikan barang dari pihak yang memberikan sewa kepada pihak penyewa.

c. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil

1. Musyarakah

Adalah perjanjian diantara pemilik dana/modal untuk mencampurkan dana/modal mereka pada suatu usaha tertentu dengan pembagian keuntungan diantara pemilik dana/modal berdasarkan nisbah yang telah disepakati di awal.


(36)

2. Al-Mudharabah

Adalah perjanjian antara penanam dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati. 3. Al-Muzara’ah

Bagi hasil dengan konsep Al-muzara’ah merupakan kerja sama pengelolaan pertanian antara pemilik lahan dengan penggarap lahan. Konsep hasil muzara’ah ini dalam perbankan diaplikasikan dalam bidang plantation atas dasar bagi hasil di mana pemilik lahan menyediakan lahan, benih, tenaga, dan waktu.

4. Al-musaqah

Pembiayaan bagi hasil dengan system musaqah ini merupakan bentuk yang lebih sederhana dari system muzara’ah karena keterlibatan penggarap lebih sedikit. Dalam system musaqah ini penggarap hanya bertugas dengan bertanggung jawab untuk penyiraman dan memelihara lahan pertanian tersebut atas jasa ini ia dapat bagian hasil rasio tertentu.

d. Pembiayaan dengan akad pelengkap/ jasa layanan 1. Rahn (gadai)

Rahn adalah gadai yang dilakukan nasabah kepada pihak yang bertujuan untuk memberikan kepastian pembayaran kembali kepada pihak bank atas pembiayaan yang dilakukannya. Barang


(37)

gadaian dalah hal ini harus milik nasabah sendiri dengan ukuran dan sifat yang jelas.

2. Qard (pinjaman)

Qard adalah pinjaman uang yang diberikan oleh pihak perbankan syariah kepada nasabahnya.

3. Wakalah

Wakalah merupakan tindakan member mandat atau kuasa kepada

pihak lain untuk melakukan suatu pekerjaan atau jasa, maka kedua belah pihak harus capak hukum. Dalam hal ini, nasabah bisa memberikan kuasa kepada satu bank atau lebih jika dianggap sesuai dan memungkinkan.

4. Kafalah (garansi)

Kafalah dapat diartikan sebagai jaminan yang diberikan oleh pihak penanggung kepada pihak ke tiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau pihak yang ditanggung.

5. Hiwalah

Hiwalah bermakna pengalihan utang dari pihak yang berutang

kepada pihak lain (pihak ke tiga) yang kemudian berkewajiban melunasi utang tersebut kepda pihak pertama.


(38)

4. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan

a. Tujuan Pembiayaan

Tujuan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah untuk meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi sesuai dengan nilai-nilai Islam. Pembiayaan tersebut harus dapat dinikmati oleh sebanyak-banyaknya pengusaha yang bergerak dibidang industri, pertanian, dan perdagangan untuk menunjang kesempatan kerja dan menunjang produksi dan distribusi barang-barang dan jasa-jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor.30

b. Fungsi Pembiayaan

Keberadaan bank syariah yang menjalankan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah bukan hanya untuk mencari keuntungan dan meramaikan bisnis perbankan di Indonesia, tetapi juga untuk menciptakan lingkungan bisnis yang aman, diantaranya:

1. Memberikan pembiayaan dengan prinsip syariah yang menerapkan system bagi hasil yang tidak memberatkan debitur.

2. Membantu kaum dhuafa yang tidak tersentuh dengan bank konvensional karena tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh bank konvensional.

30

Yusuf, Ayus Ahmad, dan Abdul Aziz, Menejemen Operasional Bank Syariah, (Cirebon: STAIN press, 2009), h.68.


(39)

3. Membantu masyarakat ekonomi lemah yang selalu dipermainkan oleh rentenir dengan membantu melalui pendanaan untuk usaha yang dilakukan.31

C. Gadai Emas Syariah

1. Pengertian Gadai Emas Syariah (Rahn)

Gadai dalam bahasa Arab disebut dengan Rahn. Rahn menurut bahasa Arab adalah: jaminan hutang, gadaian.32 seperti juga dinamai Al-Habsu, artinya: penahanan.33

Ar-Rahn adalah menahan salah satu harta milik sipeminjam sebagai

jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn adalah semacam jaminan piutang atau gadai.34

Kita ketahui dalam kitab Undang-undang Hukum Pasal 1150 yang menyatakan bahwa: gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berutang atau seorang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari

31

Yusuf, Ayus Ahmad, dan Abdul Aziz, Menejemen Operasional Bank Syariah, h.69.

32

A.W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), Edisi. II, h. 542.

33

A.W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir, Edisi. II, h. 231.

34

Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, (Beirut: Daarul Kitab Al-Arabi, 1987), cet, 8, Vol. III, h. 169.


(40)

barang tersebut secara didahulukan dari orang-orang untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan.35

Gadai adalah menjadikan suatu benda bernilai menurut pandangan syara‟ sebagai tanggungan utang, dengan adanya benda yang menjadi tanggungan itu seluruh atau sebagian utang dapat diterima.36

Sedangkan menurut Hasbi Ash Shiddieqy, rahn adalah akad yang objeknya menahan harga terhadap sesuatu hak yang mungkin diperoleh bayaran dengan sempurna dirinya.37

Adapun pengertian rahn menurut Imam Ibnu Qudhamah dalam Kitab al-Mughni adalah sesuatu benda yang dijadikan kepercayaan dari suatu utang untuk dipenuhi dari harganya, apabila yang berhutang tidak sanggup membayarnya dari orang yang berpiutang.38

Gadai Emas Syariah adalah penggadaian atau penyerahan hak penguasa secara fisik atas harta atau barang (berupa emas) dari nasabah

(ar-rahin) kepada bank (al-murtahin) untuk dikelola dengan prinsip

35

Andri Soemitra, M.A. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), h. 187.

36

Ahmad Azhar Basyir, Riba, Utang-Piutang, dan Gadai, (Bandung: Al-Ma‟rif, 1984), h. 86-87.

37

Hasbi Ash-Siddieqy, Pengantar Fiqih Muamalah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), h. 86-87.

38


(41)

Rahnu yaitu sebagai jaminan (al-marhun) atas peminjaman atau utang

(al-marhunbiih) yang diberikan kepada nasabah atau peminjaman tersebut.39

Kesimpulannya bahwa rahn adalah menahan barang jaminan milik si peminjam (rahin), baik yang bersifat materi atau manfaat tertentu, sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang diterima tersebut memiliki nilai ekonomis, sehingga pihak yang menahan (murtahin) memperoleh jaminan untuk mengambil kembali seluruh atau sebagian hutangnya dari barang gadai tersebut apabila pihak yang menggadaikan tidak dapat membayar hutang tepat pada waktunya.

2. Landasan Hukum Gadai Emas Syariah

a. Al-Qur‟an

اضعب ضعب أ ف ض ق اه ف ا تاك ا دجت فس ع ت ك

دا ش ا ا ت ت ا هب ه ا قتي هت ا أ تؤا ا د ي ف

ثآ ه ف ا ت ي

ي ع

عت ا ب ه ا ه ق

“Jika kamu dalam perjalanan (dan kamu melaksanakan muamalah

tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dapat dijadikan sebagai pegangan (oleh yang mengutangkan), tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian orang lain, maka hendaklah yang dipercaya itu menunaikan amanah (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah SWT, Tuhannya. Dan janganlah kamu

menyembunyikan kesaksian, karena barang siapa yang

menyembunyikan nya, sungguh, hatinya kotor, (berdosa). Allah Maha

Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Baqarah (20): 283).

Ayat tersebut secara spesifik menyebutkan “barang tanggungan yang dapat dijadikan sebagai pegangan (oleh yang mengutangkan)”.

39

Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan Ilustrasi, (Yogyakarta: Ekonosia, 2003), Cet. 1 hal. 164-165.


(42)

Dalam dunia financial, barang tanggungan bisa dikenal sebagai jaminan collateral atau objek pegadaian.

b. Al-Hadits

س أ ع –

ه ع ها ض –

ا ه دق : اق –

س هي ع ها ص –

ه اع د د ع يد اب

ه هأ ا يعش ه خأ ، د ي

“Anas Radhiyallahu „Anhu berkata: “Sesungguhnya Nabi Shalallahu „Alaihi wa Sallam pernah menggadaikan baju besinya di Madinah kepada orang Yahudi, sementara Beliau mengambil gandum dari orang tersebut untuk memenuhi kebutuhan keluarga Beliau.”40

Dari Hadits diatas dapat dipahami bahwa bermuamalah dibenarkan juga dengan non muslim dan harus ada jaminan sebagai pegangan, sehingga tidak terjadi kekhawatiran bagi yang member utang.

c. Ijtihad Ulama

Para ulama sependapat, bahwa perjanjian gadai hukumnya mubah (boleh). Namun ada yang berpegang kepada zakir ayat, yaitu gadai hanya diperbolehkan dalam keadaan bepergian saja, seperti paham yang dianut oleh Madzhab Zahiri, Mujahid dan al-Dhahak. Sedangkan jumhur (kebanyakan Ulama) membolehkan gadai, baik dalam bepergian maupun tidak, seperti telah disebutkan dalam Hadits diatas. Jadi secara umum rahn (gadai) boleh dilakukan, karena kegiatan tersebut pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW.

40


(43)

3. Ketentuan Hukum Gadai Emas Syariah

Transaksi gadai menurut syariah haruslah memenuhi rukun dan syarat tertentu, yaitu:

a. Rukun gadai: adanya ijab dan kabul; adanya pihak yang berakad, yaitu pihak yang menggadaikan (rahn) dan yang menerima gadai

(murtahin); adanya jaminan (marhun) berupa barang atau harta;

adanya utang (marhun bih).

b. Syarat sah gadai: rahn dan murtahin dengan syarat-syarat: kemampuan juga berarti kelayakan seseorang untuk melakukan transaksi pemilikan, setiap orang yang sah melakukan jual beli sah melakukan gadai. Sighat dengan syarat tidak boleh terkait dengan masa yang akan datang dan syarat-syarat tertentu. Utang (marhun bih) dengan syarat harus merupakan hak yang wajib diberikan atau diserahkan kepada pemiliknya, memungkinkan pemanfaatannya bila sesuatu yang menjadi utang itu tidak bisa dimanfaatkan maka tidak sah, harus dikuantifikasi atau dapat dihitung jumlahnya bila tidak dapat diukur atau tidak dikuantifikasi, rahn itu tidak sah. Barang (Marhun) dengan syarat harus bisa diperjual belikan, harus berupa harta yang bernilai, marhun harus bisa dimanfaatkan secara syariah, harus diketahui keadaan fisiknya, harus dimiliki oleh rahn setidaknya harus seizin pemiliknya.41

41


(44)

Menurut Fatwa DSN-MUI No. 26/ DSN-MUI/III/2002 gadai emas syariah harus memenuhi ketentuan umum berikut:

1. Rahn emas dibolehkan berdasarkan prinsip rahn.

2. Ongkos dan biaya penyimpanan barang (marhun) ditanggung oleh penggadai (rahn).

3. Ongkos penyimpanan besarnya didasarkan pada pengeluaran yang nyata-nyata diperlukan.

4. Biaya penyimpanan barang (marhun) dilakukan berdasarkan akad ijarah.

Pada dasarnya pegadaian syariah berjalan di atas dua akad transaksi syariah, yaitu:42

1) Akad rahn. Rahn yang dimaksud adalah menahan harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk mengambil kembali seluruh sebagian piutangnya. Dengan akad ini, pegadaian menahan barang bergerak sebagai jaminan atas utang nasabah.

2) Akad Ijarah. Yaitu akad pemindahan hak guna atas barang dan/atau jasa melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barangnya sendiri. Melalui akad ini dimungkinkan bagi pegadaian untuk menarik sewa atas penyimpanan barang bergerak milik nasabah yang telah melakukan akad.

42

Andri Soemitra, M.A. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), h. 391.


(45)

4. Manfaat dan Keuntungan Gadai Emas

a. Manfaat Gadai Emas

Manfaat yang dapat diambil oleh bank dari prinsip rahn adalah sebagai berikut:

1. Menjaga kemungkinan nasabah untuk lalai atau bermain-main dengan fasilitas pembiayaan yang diberikan oleh bank.

2. Memberikan keamanan bagi semua penabung dan pemegang deposito bahwa dananya tidak akan hilang begitu saja jika nasabah peminjam ingkar janji karena ada suatu asset atau barang marhun yang dipegang oleh bank.

3. Jika rahn diterapkan dalam mekanisme pegadaian atau gadai, sudah barang tertentu akan sangat membantu saudara kita yang kesulitan dana, terutama di daerah-daerah terpencil.

4. Adapun manfaat yang langsung di dapat oleh bank adalah biaya-biaya kongkret yang harus dibayar oleh nasabah untuk pemeliharaan dan keamanan asset tersebut.

Jika penahanan asset berdasarkan fidusia (penahanan barang bergerak maupun tidak bergerak sebagai jaminan pembayaran), nasabah juga harus membayar biaya asuransi yang besarnya sesuai dengan yang berlaku secara umum.43

43Muhammad Syafi‟I Antonio,

Bank Syariah:Dari Teori Ke Prakti, (Jakarta: Gema Insani, 2001), Cet. 1, h. 130.


(46)

b. Keuntungan Gadai Emas Syariah

Gadai Emas Syariah memiliki sejumlah keuntungan, keuntungan gadai emas syariah yang bisa kita dapatkan diantaranya adalah:

1. Gadai emas syariah tidak mengandung unsur riba, seperti bunga pinjaman, sehingga produk ini benar-benar mencerminkan semangat tolong menolong sesama yang sedang mengalami kesulitan keuangan jangka pendek.

2. Gadai emas syariah tergolong jenis pembiayaan yang likuid (mudah dicairkan). Bagi nasabah yang membutuhkan pinjaman cepat dan mudah, produk gadai emas syariah dapat dijadikan pilihan.

3. Prosedur gadai emas syariah tergolong mudah dan tidak berbelit-belit.

4. Gadai emas syariah tergolong aman bagi bank pemberi pinjaman sebeb emas memiliki nilai yang relatif stabil dibandingkan dengan barang jaminan lainnya.44

D. Bank Syariah

Kata bank berasal dari kata Banque dalam bahasa Prancis, dan dari kata Banco dalam bahasa Italy, yang berarti peti atau lemari atau bangku. Kata

44

http://www.bisnisemas1.com/keuntungan-gadai-emas-syariah.htm, di akses melalui internet pada hari Sabtu 16 April 2016, pkl: 20.00. WIB.


(47)

peti atau lemari menyiratkan fungsi sebagai tempat menyimpan benda-benda berharga, seperti emas, berlian, uang, dan sebagainya.45

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.46

Kata syariah berasal dari bahasa Arab, dari akar syara’, yang berarti jalan, cara, aturan. Syariah digunakan dalam arti luas dan sempit. Dalam arti luas, syariah dimaksudkan sebagai seluruh ajaran dan norma-norma yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, yang mengatur kehidupan manusia baik dalam aspek kepercayaan maupun dalam aspek tingkah laku praktisnya. Singkatnya, syariah adalah ajaran-ajaran agama islam itu sendiri, yang dibedakan menjadi dua aspek, yaitu ajaran tentang kepercayaan (akidah) dan ajaran tentang tingkah laku (amaliah). Dalam hal ini, syariah dalam arti luas identik dengan syara’ (asy-syar’) dan ad-din (agama islam). Dalam arti sempit, syariah merujuk kepada aspek praktis (amaliah) dari syariah dalam arti luas, yaitu aspek yang berupa kumpulan ajaran atau norma yang mengatur tingkah laku konkret manusia. Syari‟ah dalam arti sempit inilah yang lazim diidentikkan dan diterjemahkan sebagai hukum islam.

Jadi bank syariah adalah bank yang melakukan kegiatan usaha perbankan berdasarkan prinsip syariah. Sebagaimana telah ditegaskan dalam

45

Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, (Yogyakarta: Ekonisia, 2003), h. 27.

46

A. Wangsawidjaja Z, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012), h.1.


(48)

penjelasan UU Perbankan Syariah bahwa kegiatan usaha yang tidak mengandung unsur riba, maisir, gharar, haram, dan zalim.47

Menurut Heri Sudarsono, pada umumnya yang dimaksud bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroprasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah. Oleh karena itu, usaha bank akan selalu berkaitan dengan masalah uang yang merupakan barang dagangan utamanya.48

47

A. Wangsawidjaja Z, Pembiayaan Bank Syariah, h. 15-16.

48

Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, (Yogyakarta: Ekonisia, 2003), h. 27.


(49)

38

BAB III

PROFIL UMUM BANK SYARIAH MANDIRI KANTOR WILAYAH III JAKARTA

A. Sejarah Bank Syariah Mandiri

Nilai – nilai perusahaan yang menjunjung tinggi kemanusiaan dan integritas telah tertanam kuat pada segenap insan Bank Syariah Mandiri (BSM) sejak awal pendiriannya. Kehadiran BSM sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997 – 1998. Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk di panggung politik nasional, telah menimbulkan beragam dampak yang negatif yang sangat hebat terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut, industri perbankan nasional yang didominasi oleh bank – bank konvensional mengalami krisis luar biasa. Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank – bank di Indonesia.

Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari situasi tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta mengundang investor asing. Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan (merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank


(50)

Bumi Daya, Bank Exim dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Sebagai pemilik mayoritas baru BSB.

Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah. Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas berlakunya UU No. 10 Tahun 1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking system). Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari konvensional menjadi bank syariah. Oleh karenanya, Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23 tanggal 8 September 1999.

Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/ KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya melalui surat keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul


(51)

pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999.49

PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai – nilai rohani, yang melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni dan idealisme usaha dan nilai – nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama membangun Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik.

B. Visi dan Misi Bank Syariah Mandiri50

Tageline Bank Syariah Mandiri: “Terdepan , Modern, Menentramkan”. Terdepan, Adalah komitmen BSM untuk selaliu menjadi bank syariah yang terbaik dan terbesar.

Modern, Adalah komitmen BSM untuk terus berinovasi dari sisi produk, layanan, teknologi dan sumber daya manusia yang professional sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan perbankan syariah.

Menentramkan, Adalah komitmen BSM untuk memberikan rasa aman dan nyaman dalam melakukan aktifitas perbankan sesuai prinsip syariah bagi seluruh stakeholder.

49

Company Profile, Bank Syariah Mandiri. Tbk.

50


(52)

a. Visi Bank Syariah Mandiri

“Bank Syariah Terdepan dan Modern” (The Leading & Modern Sharia Bank).”

Bank Syariah Terdepan, Menjadi bank syariah yang selalu unggul di antara industry perbankan syariah di Indonesia pada segmen consumer, micro, SME, Commercial, dan Corporate.

Bank Syariah Modern, Menjadi bank syariah dengan system layanan dan teknologi mutakhir yang melampaui harapan nasabah.

b. Misi Bank Syariah Mandiri

1. Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan di atas rata-rata industry yang berkesinambungan.

2. Meningkatkan kualitas produk dan layanan berbasis teknologi yang melampaui harapan nasabah.

3. Mengutaman penghimpunan dana murah dan penyaluran pembiayaan pada segmen ritel.

4. Mengembangkan bisnis atas dasar nilai-nilai syariah universal.

5. Mengembangkan manajemen talenta dan lingkungan kerja yang sehat. 6. Meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan.


(53)

C. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta;

Sekretaris

Sumber: Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta D. Produk-produk dan Layanan Bank Syariah Mandiri51

Bank Syariah Mandiri merupakan salah satu Bank Syariah yang banyak diminati oleh masyarakat luas saat ini. Oleh karena itu upaya untuk senantiasa melayani dan memenuhi kebutuhan nasabah dalam pengelolaan keuangan secara syariah akan terus selalu dikembangkan. Dalam perbankan

51

Data Bagian Marketting, Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta, diperoleh pada tanggal 12 April 2016.

Bisnis Operasional

Marketing

Kantor Wilayah III

Legal

Staff General Affair

Staff Performance & Budgeting

Staff HCG


(54)

syariah yang mengutamakan keseimbangan layanan untuk kesejahteraan financial dan spiritual maka produk dan layanan yang kini terdapat di Bank Syariah Mandiri saat ini meliputi:

a. Produk Pendanaan Bank Syariah Mandiri:

1. BSM Tabungan, Tabungan dalam mata uang rupiah dengan akad

Mudharabah Mutlaqah yang penarikannya sesuai syarat tertentu yang

disepakati.

2. BSM Tabungan Berencana, Tabungan berjangka dengan nisbah bagi hasil berjenjang serta kepastian bagi penabung maupun ahli waris untuk memperoleh dananya sesuai target waktu dan perlindungan asuransi gratis.

3. BSM Tabungan Simpatik, Tabungan dalam mata uang rupiah berdasarkan prinsip Wadiah, yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat berdasarkan syarat – syarat tertentu yang telah disepakati.

4. Tabungan Ku BSM, Tabungan untuk perorangan dengan persyaratan mudah dan ringan yang diterbitkan secara bersama oleh bank-bank di Indonesia guna menumbuhkan budaya menabung serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

5. BSM Tabungan Mabrur, Tabungan untuk membantu masyarakat untuk merencanakan ibadah haji dan umrah.

6. BSM Tabungan Mabrur Junior, Tabungan dalam mata uang rupiah untuk membantu pelaksanaan ibadah haji & umrah khusus untuk usia dibawah 17 Tahun.


(55)

7. BSM Tabungan Dollar, Tabungan dalam mata uang Dollar yang penarikan dan setorannya dapat dilakukan setiap saat atau sesuai ketentuan dengan menggunakan slip penarikan.

8. BSM Tabungan Investa Cendekia (TIC), Tabungan berjangka yang diperuntukkan bagi masyarakat dalam melakukan perencanaan keuangan, khususnya pendidikan bagi putra/putrid.

9. BSM Deposito, Produk investasi berjangka yang penarikannya hanya dapat dilakukan setelah jangka waktu tertentu sesuai kesepakatan. 10.BSM Deposito Valas, Produk investasi berjangka yang penarikannya

hanya dapat dilakukan setelah jangka waktu tertentu sesuai kesepakatan dalam bentuk valuta asing.

11.BSM Giro, Simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro atau alat perintah bayar lainnya dengan prinsip Wadiah Yad Adh – Dhamanah.

12.BSM Giro Valas, Simpanan dalam mata uang dollar Amerika yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan prinsip Wadiah Yad

Adh – Dhamanah.

13.BSM Giro Singapore Dollar, Simpanan dalam mata uang Dollar Singapore yang penarikkannya dapat dilakukan setiap saat dengan prinsip Wadiah Yad Adh – Dhamanah.

14.BSM Giro Euro, Simpanan dalam mata uang Euro yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan prinsip Wadiah Yad Adh


(56)

15.BSM Obligasi, Surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang mewajibkan Emiten (Bank Syariah Mandiri) untuk membayar pendapatan Bagi Hasil / kupon dan membayar kembali Dana Obligasi Syariah pada saat jatuh tempo.

16.BSM Tabungan Perusahaan, Tabungan yang hanya berfungsi untuk menampung kelebihan dana rekening giro yang dimiliki Institusi/ Perusahaan berbadan hokum dengan menggunakan fasilitas autosave.

b. Produk Pembiayaan Bank Syariah Mandiri:

1. BSM OTO, Memberikan kemudahan kepada nasabah untuk memiliki pemilikan kendaraan roda empat baik baru maupun bekas dengan sistem murabahah.

2. BSM MMOB (Mudharabah Muqayyadah On Balance Sheet), Fasilitas pembiayaan dengan alokasi sumber dana yang terikat (Spesifik) dari pemilik dana (Shahibul Maal).

3. BSM Gadai Emas, Penyerahan barang/harta dari nasabah kepada bank sebagai jaminan sebagian atau seluruh hutang.

4. BSM MMOB Dana Putar, Pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan modal kerja sementara dan bukan untuk permanent working capital. Bersifat selft liquidating seiring dengan menurunnya aktivitas bisnis pada periode.

5. BSM Warung Mikro, Pembiayaan yang khusus diperuntukan untuk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang jumlahnya khusus untuk 1 juta kebawah.


(57)

6. BSM Griya, Memberikan kemudahan kepada nasabah untuk memiliki rumah idaman sesuai dengan prinsip syariah.

c. Produk Layanan Bank Syariah Mandiri:

1. BSM Electronic Payroll, Pembayaran gaji karyawan institusi melalui

tekhnologi terkini BSM secara mudah, aman dan fleksibel.

2. BSM SKBD, Janji tertulis berdasarkan permintaan tertulis nasabah

(applicant) yang mengikat BSM sebagai bank pembuka untuk

membayar kepada penerima atau menerima dan membayar wesel pada saat jatuh tempo yang ditarik penerima atau memberi kuasa kepada bank lain untuk melakukan pembayaran kepada penerima atau untuk menegosiasikan wesel – wesel yang ditarik oleh penerima atas penyerahan dokumen. (untuk saat ini khusus BSM dengan BSM).

3. BSM Letter of Credit, Janji tertulis berdasarkan permintaan tertulis

nasabah (applicant) yang mengikat BSM sebagai bank pembuka untuk membayar kepada penerima atau ordernya atau menerima dan membayar wesel pada saat jatuh tempo yang ditarik penerima atau pemberi kuasa kepada pihak lain untuk melakukan pembayaran kepada penerima atau untuk menegosiasikan wesel – wesel yang ditarik oleh penerima atas penyerahan dokumen.

4. BSM Transfer Western Union, Jasa pengiriman Uang/ Penerimaan kiriman uang secara cepat (real time on line).

5. BSM Card, Merupakan sarana untuk melakukan transaksi penarikan, pembayaran,dan pemindahbukuan dana pada ATM BSM, ATM


(58)

Mandiri, ATM Bersama maupun ATM Bank Card. Selain itu juga berfungsi sebagai kartu debit yang dapat digunakan untuk transaksi belanja di Mercant – merchant yang berlogokan “Gunakan BSM Card Anda disini”.

6. BSM Sentra Bayar, Merupakan layanan bank dalam menerima pembayaran tagihan pelanggan pada pihak ketiga (PLN, Telkom, Indosat, Telkomsel). Layanan sentra bayar dapat dilakukan dengan setoran uang kas atau debet rekening melalui teller, ATM, SMS

Banking, atau proses autodebet secara bulanan.

7. BMS Mobile Banking, Merupakan Produk layanan perbankan berbasis

tekhnologi SMS telepon seluler (Handphone/Ponsel) yang memberikan kemudahan untuk melakukan berbagai transaksi perbankan dimana saja, kapan saja.

8. BSM Net Banking, Merupakan fasilitas layanan bank bagi nasabah

untuk melakukan transaksi perbankan (ditentukan bank) melalui jaringan internet dengan sarana komputer.

9. BSM Mobile Banking GPRS, Merupakan produk layanan perbankan

yang berbasis tekhnologi GPRS telepon seluler (Ponsel) yang memberikan kemudahan kepada nasabah untuk melakukan berbagai transaksi perbankan dimana saja, kapan saja.

10.PPBA (Pembayaran melalui menu Pemindah Bukuan di ATM), Merupakan layanan pembayaran institusi (lembaga pendidikan,


(59)

asuransi, lembaga khusus, lembaga keuangan non bank) melalui menu pemindah bukuan di ATM.

11.BSM Pooling Fund, merupakan fasilitas yang disediakan oleh Bank

yang memudahkan nasabah untuk yang dilakukan lintas Negara atau dalam satu Negara (domestik).

12.BSM Kliring, Penagihan warkat bank lain dimana lokasi bank tertariknya berada dalam satu wilayah kliring.

13.BSM Inkaso, Penagihan warkat bank lain dimana bank tertariknya berbeda wilayah kliring atau berada di luar negeri, hasilnya penagihan akan dikredit ke rekening nasabah.

14.BSM Intercity Clearing, Jasa penagihan warkat (cek/bilyet giro valuta

rupiah) bank diluar wilayah kliring dengan cepat sehingga nasabah dapat menerima dana hasil tagihan cek atau bilyet giro tersebut pada keesokan harinya.

15.BSM RTGS (Real Time Gross Settlement), Jasa transfer uang valuta rupiah antar bank baik dalam satu kota maupun dalam kota yang berbeda secara real time.

16.Transfer Dalam Kota (LLG), Jasa pemindahan dana antar bank dalam satu wilayah kliring lokal.

17.Transfer D.U.I.T (Dana Untuk Indonesia Tercinta), Jasa pengiriman uang dari luar negeri ke Indonesia. Saat ini BSM bekerjasama dengan


(60)

18.BSM Pajak Online, Memberikan kemudahan kepada wajib pajak untuk membayar kewajiban pajak (bukan dalam rangka pembayaran pajak impor) secara otomatis dengan mendebet rekening atau secara tunai. 19.BSM Pajak Impor, Memberikan kemudahan kepada importer untuk

membayar pajak barang dalam rangka impor secara Online sebagai syarat untuk mengeluarkan barangnya dari gudang kantor bea dan cukai.


(61)

50

BAB IV

ANALISIS DAN HASIL TEMUAN

A. Analisa Kelayakan Pembiayaan Gadai Emas Syarian Dalam Meningkatkan Usaha Nasabah Pada Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta

Prinsip pemberian pembiayaan gadai emas syariah yang diterapkan oleh Bank Syariah Mandiri itu pastinya menggunakan prinsip kehati-hatian, bank yang menggunakan prinsip syariah bertujuan untuk mencegah adanya kredit bermasalah atau macet. Pembiayaan yang macet dan bermasalah ini lah yang membuat bank berprinsip syariah mengalami yang namanya kerugian atau bangkrut.

Dalam mencairkan pembiayaan Bank Syariah Mandiri tidak diperbolehkan melanggar norma agama, norma yang dilarang pemerintah, serta norma kesusilaan.

Sebelum pihak bank melikuidasi pembiayaan kepada nasabah, harus di analisa terlebih dahulu kelayakannya, guna mencegah adanya kredit bermasalah atau macet. Kebanyakan lembaga keuangan seperti bank menggunakan yang namanya prinsip 5C dalam menganalisa kelayakan pembiayaannya.

Adapun factor yang mendasari di terapkannya prinsip 5C yaitu: 1. Mencegah terjadinya pembiayaan bermasalah atau macet.

2. Meminimalisir terjadinya resiko pembiayaan yang kemungkinan akan muncul pada saat pembiayaan berjalan.


(62)

3. Meningkatkan profitabilitas Bank.

4. Mengatahui keadaan calon nasabah sebelum pembiayaan yang diberikan oleh bank cair. Dengan melihat ke berbagai segi yaitu:

Character, Capacity, Capital, Colleteral, dan Condition.

Jadi sebelum pihak bank mencairkan pembiayaan kepada nasabah, nasabah harus memenuhi kriteria prinsip 5C ini. Dan jika nasabah tidak memenuhi kriterianya maka pihak bank tidak akan mencairkan pembiayaan. Diterapkannya analisa kelayakan pembiayaan 5C ini agar meminimalisir terjadinya pembiayaan bermasalah dan pembiayaan macet, sebab masih banyak pembiayaan bermasalah atau macet walau sudah diterapkan analisis 5C ini, apalagi jika tidak diterapkan kepada nasabah.52

Pada proses analisis ini, petugas lapangan dari bank akan mensurvei dan mengajukan beberapa pertanyaan kepada calon nasabahnya, meliputi: pendapatan calon nasabah, keterangan mengenai calon nasabah, agunan atau jaminan yang akan diserahkan, kemampuannya dalam melunasi pembiayaan, dan lain sebagainya. Pihak dari bank juga akan mencari informasi tambahan tetang profil nasabah kepada masyarakat sekitar, serta keberadaan calon nasabah, untuk menganalisis layak atau tidaknya pembiayaan dicairkan kepada nasabah, analisa ini bertujuan untuk mengetahui dan menilai seberapa kemampuan dan kesediaan nasabah membayar pembiayaan yang mereka pinjam dan melunasinya sesuai perjanjian di awal akad.

52

Wawancara bersama Bpk. Ahmad Fauqi, Officer Gadai Emas Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta, pada tanggal 12 April 206.


(63)

Data yang didapatkan oleh pihak bank harus valid, akurat dan benar-benar apa adanya yang terjadi di lapangan. Sehingga bisa dijadikan rujukan untuk langkah pengambilan keputusan pembiayaan.

Berdasarkan hasil wawancara yang didapat adalah:

1. Analisis Character (karakter/watak)

Analisa ini merupakan analisa kualitatif yang tidak dapat dideteksi secara numeric. Namun, hal ini merupakan awal utama proses persetujuan pembiayaan. Kesalahan dalam menilai karakter calon nasabah dapat berakibat fatal pada kemungkinan pembiayaan terhadap orang yang beritikad jahat seperti berniat membobol bank, penipu, pemalas, pemabuk, pelaku kejahatan, dan lain-lain. Analisis karakter ini dinilai dari sifat, kepribadian dan tingkah laku nasabah dalam kehidupan sehari-hari dilingkungan tempat ia tinggal. Nasabah yang ingin mengajukan pembiayaan harus memiliki kepribadian yang baik, dan memiliki sifat jujur, rajin, dan dapat dipercaya.

Pada analisis karakter ini pihak Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah II Jakarta akan mengumpulkan data-data nasabah secara lengkap, dengan menganalisa riwayat hidupnya, latar belakang pendidikan, watak calon nasabah dikalangan masyarakat, keadaan keluarga, serta usaha yang sedang digeluti calon nasabah. Data ini bisa diperoleh dari masyrakat yang tinggal disekitar rumah nasabah, tetangganya, ketua RT/RW setempat, dan lain sebagainya. Semakin banyak data dan informasi yang diperoleh maka


(64)

nantinya dapat dijadikan acuan oleh pihak bank untuk mengambil keputusan pembiayaan untuk nasabah.

Untuk memperkuat informasi nasabah pihak Bank Syariah Mandiri melakukan hal-hal seperti;

Wawancara, karakter yang dimiliki dapat dilihat ketika pihak Bank Syariah Mandiri melakukan wawancara/interview kepada calon nasabah. Jika nasabah benar dan jujur, maka seharusnya nasabah dapat menjawab seluruh pertanyaan dengan mudah, benar, dan yakin. Apabila terjadi kesalahan dalam prinsip nasabah, maka hal ini bisa merupakan indikasi awal sebuah rencana buruk.

Trade Checking, yaitu mencari informasi calon nasabah kepada rekan

kerja, mitra bisnis, pesaingnya, maupun pemilik usaha yang sejenisnya untuk memperoleh informasi mengenai reputasi calon nasabah, etika calon nasabah, dan perilaku bisnis calon nasabah.

BI Checking, BI checking adalah analisis pembiayaan yang dilakukan

terhadap calon nasabah dengan melihat dari Daftar Hitam Bank Indonesia, untuk melihat kolektabilitas pembiayaan calon nasabah. Penerapan BI checking ini merupakan prosedur yang ditetapkan untuk mengetahui karakter calon nasabah sebagai implementasi asas kehati-hatian.

Tujuan dari analisa karakter calon nasabah dalam memberikan pembiayaan, yaitu untuk meminimalisir terjadinya resiko pembiayaan yang kemungkinan muncul ketika pembiayaan sedang berlangsung.


(65)

Manfaat dari analisa karakter ini untuk mengetahui sejauh mana tingkat kejujuran dan integritas serta tekad baik calon nasabah yaitu mau untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya sebagai nasabah. Oleh karena itu, pemilihan karakter calon nasabah yang baik dan tepat merupakan lankah awal untuk menentukan baik tidaknya pembiayaan tersebut dilikuidasi.53

Jadi, dalam penelitian Character ini Pembiayaan Gadai Emas Syariah Bank Syariah Mandiri menganalisa data calon nasabah yang sudah didapatkan oleh pihak bank dari lapangan, berupa kepribadian calon nasabah, BI Checking, Trade Checking, watak, sifat yang dimiliki calon nasabah seperti i’tikad baik, patuh terhadap peraturan bank, dan hubungan baik yang terjalin dengan pihak bank.

2. Analisa Capacity (kapasitas/kemampuan)

Capacity yaitu kapasitas/kemampuan calon nasabah dalam

mengembalikan pembiayaan yang sudah dilikuidasi oleh pihak bank. Kapasitas ini sangat penting diketahui untuk memahami kemampuan seseorang dalam berbisnis. Hal ini dapat dipahami bahwa watak yang baik dan jujur tidak dapat menjamin seseorang mampu berbisnis dengan baik.

Pihak Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta dalam memberikan pembiayaan akan melikuidasi pembiayaan dilihat dari nilai taksiran emas atau logam mulia yang akan digadaikan, agar pihak dari Bank Syariah Mandiri tidak membebani calon nasabah dalam membayar

53

Wawancara bersama Bpk. Ahmad Fauqi, Officer Gadai Emas Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta, pada tanggal 12 April 2016.


(66)

hutangnya, dengan tujuan agar calon nasabah dapat meningkatkan usaha nasabah dan memenuhi kebutuhan konsumtifnya, pada pembiayaan ini tidak ada pihak yang saling dirugikan satu sama lain.

Capacity merupakan pengukuran dari ability to pay atau kemampuan

dalam membayar angsuran, analisa ini dapat dilihat dari angsuran nasabah lancar atau tidaknya pembayaran nasabah kepada pihak bank. Jika lancar, nasabah akan datang dengan sendirinya, dan jika tidak lancar pihak bank akan menghubungi, atau mendatangi nasabah ke tempat nasabah tinggal, atau bekerja.54

Jadi, Capacity Pembiayaan Gadai Emas Syariah di Bank Syariah Mandiri di analisa dari kemampuan/kapasitas calon nasabah dalam melaksanakan kewajibannya dalam membayar pembiayaan yang sudah dilikuidasi.

3. Analisa Capital (modal)

Analisa Capital (modal) dapat diarahkan untuk mengetahui seberapa besar tingkat keyakinan calon nasabah terhadap usahanya sendiri. Jika nasabah tidak yakin akan usahanya, maka orang lain akan lebih tidak yakin. Pada analisa ini pihak Bank Syariah Mandiri akan melihat dari emas atau logam mulia yang akan dijadikan gadai ke pihak bank.

Ditahap ini pihak Bank Syariah Mandiri akan membuat pertimbangan yang cermat dalam memberikan pembiayaan, hal ini didasari dengan

54

Wawancara bersama Bpk. Ahmad Fauqi, Officer Gadai Emas Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta, pada tanggal 12 April 2016.


(1)

4. Penanya : Apa tugas pokok dari petugas frontliners?

Penjawab : Tugas teller itu lebih ke transaksi, kalau seperti di swalayan teller itu seperti kasirnya, melayani uang masuk dan uang keluar dari nasabah. Untuk CS lebih ke menjual produk dan melayani keluhan nasabah.Sedangkan untuk securityyaitu bertugas sebagai keamanan dalam melayani nasabah menjadi nyaman.

5. Penanya : Bagaimana deskripsi kondisi kerja petugas frontliners?

Penjawab : Aturan jam kerja petugas frontlinerssama dengan pegawai yang lain, namun untuk petugas frontliners ada namanya jam tutup kas pada jam 16.00. Pada jam itu aktivitas petugas frontliners sudah berhenti, tetapi masih berada di dalam kantor dan masih bekerja selain aktivitas kas.Kemudian untuk kondisi meja kerja harus senantiasa rapi, semua berkas maupun brosur tersusun rapi.

6. Penanya : Targetapa yang hendak dicapai dari kinerja petugas

frontliners?

Penjawab : Kalau target semua petugas frontliners yakni melebihi harapan nasabah dalam memberikan pelayanan, seperti CS punya target pendanaan sekian, buka rekening sekian, lebih ke target penjualan. Sedangkan teller dan security targetnya


(2)

memperoleh nilai di atas nilai standar pelayanan yang berlaku di BSM yang juga mengacu pada instansi MRI.

Jakarta, 11 April 2016 Telah Dijawab Oleh: Staff Pelaksana SQO,

Ediastuti


(3)

“MONITORING dan EVALUASI PELAYANAN PRIMA PETUGAS FRONTLINERS BANK SYARIAH MANDIRI KANTOR WILAYAH III

JAKARTA”

Penanya : Agung Saputro (NIM. 1112053000058)

Penjawab : Ibu Tania Rahma (NIP. )

Jabatan : Staff Pelaksana SDI (Sumber Daya Insani)

Tanggal Pelaksanaan : 12 April 2016

Lokasi : Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III.

Gd. Graha Mandiri Lt. 22, Jl. Imam Bonjol No. 61

1. Penanya : Bagaimana perkembangan aktifitas perbankan di Bank

Syariah Mandiri Kantor Wilayah III tahun 2015?

Penjawab : Kalau untuk perkembangan aktivitas perbankan itu bisa ditanyakan bagian atau bidan SQO atau marketing karena mereka kan termasuk unit bisnis.

2. Penanya :Berapa jumlah Kantor Cabang (KC) dan Kantor Cabang

Pembantu (KCP) tahun 2015?

Penjawab : Sebanyak 38 kantor cabang dan 188 kantor cp


(4)

Penjawab : Untuk seluruh pegawai sebanyak 1653.

4. Penanya : Dan berapa jumlah pegawai untuk petugas frontliners?

Penjawab : 515 pegawai frontliners.

Jakarta, 12 April 2016 Telah Dijawab Oleh: Staff Pelaksana SDI,


(5)

Gambar 5.1:

Foto Bersama Officer Gadai dan Cicil Emas Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta

Gambar 5.2:


(6)

Gambar 5.3:

Foto Bersama Bapak Sutrisno Bagian Marketing di Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta