Dasar Tindak pidana dirumuskan

commit to user 20 Sumber : Jurnal Mahmud Mulyadi.

b. Dasar

Restorative Justice United Nations, Basic Principles On The Use Of Restoratif Justice Programmes In Criminal Matters ECOSOC Res. 200014, U.N. Doc. E2000INF2Add.2 at 35 2000, yang berisi sejumlah prinsip-prinsip mendasar dari penggunaan pendekatan restorative justice . Prinsip-prinsip restorative justice antara lain sebagai berikut Unicef, 2004 : 357 : 1. Membuat pelanggar bertangung jawab untuk memperbaiki kerugian yang ditimbulkan oleh kesalahannya; 2. Memberikan kesempatan kepada pelanggar untuk membuktikan kapasitas dan kualitasnya disamping mengatasi rasa bersalahnya secara konstruktif; 3. Melibatkan para korban, orangtua, keluarga besar, sekolah, dan teman sebaya; 4. Menciptakan forum untuk bekerjasama dalam menyelesaikan masalah; menetapkan hubungan langsung dan nyata antara kesalahan dengan reaksi sosial yang formal. pidana sebagai rasionalisasi pembalasan pelanggar dengan korbannya Pemidanaan Pidana bersifat pembalasan atas pelanggaran hukum pidana Pertanggung jawaban pelanggar terhadap akibat perbuatannya Korban dalam Sistem Peradilan Pidana Bersifat pasif Bersifat aktif commit to user 21 c. Variasi Penerapan Restorative Justice Bentuk-bentuk praktek restorative justice yang telah berkembang di negara Eropa, Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan New Zealand dapat dikelompokan dalam empat praktek yang menjadi dasar pioneer penerapan restorative justice di beberapa negara yaitu, Victim Offender Mediation VOM , ConferencingFamily Group Conferencing FGC , Circles , dan Restorative Board Youth Panels Marlina, 2009:180-196 : 1. Victim Offender Mediation VOM Program Victim Offender Mediation pertama kali dilaksanakan sejak tahun 1970 di Amerika bagian utara dan Eropa seprti Norwegia dan Firlandia. Tujuan dilaksanakan Victim Offender Mediation adalah memberikan penyelesaian terhadap peristiwa yang terjadi, di antaranya dengan membuat sanksi alternatif bagi pelaku atau untuk melakukan pembinaan di tempat khusus bagi pelanggaran yang benar-benar serius. Dalam bentuk dasarnya proses ini melibatkan dan membawa bersama korban dan pelakunya kepada satu mediator yang mengkoordinasikan dan memfasilitasi pertemuaan. Sasaran dari Victim Offender Mediation adalah proses penyembuhan korban dengan menyediakan wadah bagi semua pihak untuk bertemu dan berbicara secara sukarela serta memberikan kesempatan pada pelaku belajar terhadap akibat dari perbuatanya dan mengambil tanggung jawab langsung atas perbuatanya itu serta membuat rencana penyelesaian yang terjadi. 2. ConferencingF amily Group Conferencing F GC ConferencingFamily Group Conferencing dikembangkan pertama kali di Negara New Zealand pada tahun 1989 dan di Australia pada tahun 1991 dan mulanya merupakan refleksi atau gambaran aspek proses secara tradisional masyarakat yang diperoleh dari penduduk asli New Zealand yaitu bangsa Maori. Tujuanya adalah mendapatkan kejelasan dari peristiwa yang terjadi dengan memberi semangat kepada commit to user 22 pelaku, mengembalikan kerugian korban, melakukan reintegrasi korban ke masyarakat dan pertanggungjawaban bersama. Sasaranya memberikan kesempatan kepada korban untuk terlibat secara langsung dalam diskusi dan pembuatan keputusan mengenai pelanggaran yang terjadi padanya dengan sanksi yang tepat bagi pelaku serta mendengar secara langsung penjelasan dari pelaku tentang pelanggaran yang terjadi.

3. Circles