commit to user 18
Tabel 1
Perbandingan Konsep Keadilan Retributif dan Keadilan Restoratif
No. Retributive Justice
Restorative Justice
1. Kejahatan
dirumuskan sebagai
pelanggaran terhadap
negara, hakekat konflik dari kejahatan
dikaburkan dan ditekan. Kejahatan
dirumuskan sebagai
pelanggaran seseorang
terhadap orang lain, dan diakui sebagai
konflik.
2.
Perhatian diarahkan pada penentuan kesalahan pada masa lalu.
Titik perhatian pada pemecahan masalah pertanggungjawaban dan
kewajiban pada masa depan.
3.
Hubungan para
pihak bersifat
perlawanan, melalui proses teratur dan bersifat normatif.
Sifat normatif dibangun atas dasar dialog dan negosiasi.
4.
Penetapan penderitaan untuk penjeraan dan pencegahan.
Restitusi sebagai sarana perbaikan para pihak,
rekonsiliasi dan restorasi sebagai tujuan utama.
5.
Keadilan dirumuskan
dengan kesengajaan dan dengan proses.
Keadilan dirumuskan
sebagai hubungan hak, dinilai atas dasar
hasil.
6.
Kerugian sosial yang satu digantikan dengan yang lain.
Sarana perhatian pada perbaikan sosial.
7.
Masyarakat berada pada garis samping dan ditampilkan secara
abstrak oleh negara. Masyarakat merupakan fasilitator
di dalam proses restoratif.
8.
Aksi diarahkan dari negara pada pelaku tindak pidana.
Peran korban dan pelaku kejahatan diakui, baik dalam masalah maupun
penyelesaian hak-hak
dan
commit to user 19
Sumber : Jurnal Rena Yulia
Tabel 2
Pergeseran Keadilan
Retributif
kepada Keadilan
Restoratif
terhadap Penyelenggaraan Sistem Peradilan Pidana
kebutuhan korban, pelaku kejahtan di
dorong untuk
melakukan pertanggung jawaban.
9.
Pertanggungjawaban si pelaku tindak pidana dirumuskan dalam
rangka pemidanaan. Pertanggungjawaban si pelaku
dirumuskan sebagai
dampak pemahaman terhadap perbuatan dan
untuk memutuskan yang terbaik.
10. Tindak pidana dirumuskan
dalam terminology hukum yang bersifat
teoritis dan murni tanpa dimensi moral, sosial dan ekonomis.
Tindak pidana dipahami dalam konteks menyeluruh, moral, sosial
dan ekonomis.
11.
Stigma kejahatan tidak dapat dihilangkan.
Stigma dapat dihapus dengan restoratif.
Tema Pokok Keadilan Retributif
Keadilan Restoratif Orientasi keadilan
Kepada pelanggar dan karena pelanggarannya
Kepada kepentingan korban
Kejahatan Melanggar negara
Melanggar hak
perseorangan Korban
Negara Orang yang dirugikan
langsung, masyarakat,
negara dan pelanggar sendiri
Sistem Peradilan Pidana
Mengadili pelanggar
dan menjatuhkan
Menyelesaikan konflik
antara
commit to user 20
Sumber : Jurnal Mahmud Mulyadi.
b. Dasar
Restorative Justice
United Nations, Basic Principles On The Use Of Restoratif Justice Programmes In Criminal Matters
ECOSOC Res. 200014, U.N. Doc. E2000INF2Add.2 at 35 2000, yang berisi sejumlah prinsip-prinsip
mendasar dari penggunaan pendekatan
restorative justice
. Prinsip-prinsip
restorative justice
antara lain sebagai berikut Unicef, 2004 : 357 :
1. Membuat pelanggar bertangung jawab untuk memperbaiki kerugian
yang ditimbulkan oleh kesalahannya; 2.
Memberikan kesempatan kepada pelanggar untuk membuktikan kapasitas dan kualitasnya disamping mengatasi rasa bersalahnya
secara konstruktif; 3.
Melibatkan para korban, orangtua, keluarga besar, sekolah, dan teman sebaya;
4. Menciptakan forum untuk bekerjasama dalam menyelesaikan
masalah; menetapkan hubungan langsung dan nyata antara kesalahan dengan reaksi sosial yang formal.
pidana sebagai
rasionalisasi pembalasan
pelanggar dengan
korbannya
Pemidanaan Pidana
bersifat pembalasan
atas pelanggaran
hukum pidana
Pertanggung jawaban pelanggar
terhadap akibat perbuatannya
Korban dalam
Sistem Peradilan Pidana
Bersifat pasif Bersifat aktif
commit to user 21
c.
Variasi Penerapan
Restorative Justice
Bentuk-bentuk praktek
restorative justice
yang telah berkembang di negara Eropa, Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan New Zealand
dapat dikelompokan dalam empat praktek yang menjadi dasar pioneer penerapan
restorative justice
di beberapa negara yaitu,
Victim Offender Mediation
VOM
,
ConferencingFamily Group Conferencing FGC
,
Circles
, dan
Restorative Board Youth Panels
Marlina, 2009:180-196 :
1.
Victim Offender Mediation VOM
Program
Victim Offender Mediation
pertama kali dilaksanakan sejak tahun 1970 di Amerika bagian utara dan Eropa seprti Norwegia
dan Firlandia. Tujuan dilaksanakan
Victim Offender Mediation
adalah memberikan penyelesaian terhadap peristiwa yang terjadi, di antaranya
dengan membuat sanksi alternatif bagi pelaku atau untuk melakukan pembinaan di tempat khusus bagi pelanggaran yang benar-benar serius.
Dalam bentuk dasarnya proses ini melibatkan dan membawa bersama korban dan pelakunya kepada satu mediator yang mengkoordinasikan
dan memfasilitasi pertemuaan. Sasaran dari
Victim Offender Mediation
adalah proses penyembuhan korban dengan menyediakan wadah bagi semua pihak untuk bertemu dan berbicara secara sukarela serta
memberikan kesempatan pada pelaku belajar terhadap akibat dari perbuatanya dan mengambil tanggung jawab langsung atas
perbuatanya itu serta membuat rencana penyelesaian yang terjadi.
2.
ConferencingF amily Group Conferencing F GC
ConferencingFamily Group Conferencing
dikembangkan pertama kali di Negara New Zealand pada tahun 1989 dan di Australia
pada tahun 1991 dan mulanya merupakan refleksi atau gambaran aspek proses secara tradisional masyarakat yang diperoleh dari penduduk asli
New Zealand yaitu bangsa Maori. Tujuanya adalah mendapatkan kejelasan dari peristiwa yang terjadi dengan memberi semangat kepada
commit to user 22
pelaku, mengembalikan kerugian korban, melakukan reintegrasi korban ke masyarakat dan pertanggungjawaban bersama. Sasaranya
memberikan kesempatan kepada korban untuk terlibat secara langsung dalam diskusi dan pembuatan keputusan mengenai pelanggaran yang
terjadi padanya dengan sanksi yang tepat bagi pelaku serta mendengar secara langsung penjelasan dari pelaku tentang pelanggaran yang
terjadi.
3. Circles
Pelaksanan
Circles
pertama kali sekitar tahun 1992 di Yukon, Canada.
Circles
sama halnya dengan
Conferencing
yang dalam pelaksanaanya memperluas partisipasi para peserta dalam proses
mediasi di luar korban dan pelaku utama. Tujuanya membuat penyelesaian terhadap suatu tindak pidana dengan mempertemukan
korban, pelaku, masyarakat, dan pihak lainya yang berkepentingan dengan terjadinya suatu tindak pidana. Sasaran yang ingin di capai
adalah terlaksananya penyembuhan pada pihak yang terluka karena tindakan pelaku dan memberi kesempatan kepada pelaku untuk
memperbaiki dirinya
dengan tanggungjawab
penyelesaian kesepakatan.
4.
Restorative Board Youth Panels
Program ini mulai dilaksanakan di negara bagian Vermont pada tahun 1996 dengan lembaga pendamping
Bureau of Justice Assictance
setelah melihat respon yang baik dari warga terhadap studi yang dilakukan oleh Spring tahun 1994 yang memaparkan keikutsertaan
masyarakat dalam program
reparative
tersebut dan sifat perbaikan yang menjadi dasarnya. Tujuan menyelesaikan perkara tindak pidana
yang dilakukan oleh anak dengan melibatkan pelaku, korban, masyarakat, mediator dan juga hakim, jaksa dan pembela secara
bersama merumuskan bentuk sanksi yang tepat bagi pelaku dan anti rugi bagi korban atau masyarakat. Sasaranya adalah peran aktif
commit to user 23
anggota masyarakat secara langsung dalam proses peradilan tindak pidana, kemudian memberikan kesempatan kepada korban dan anggota
masyarakat untuk melakukan dialog secara langsung dengan pelaku.
3. Tinjauan Umum Tentang Pengadilan Anak