Dasar Hukum yang Mengatur Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Perdagangan Derivatif

C. Dasar Hukum yang Mengatur Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Perdagangan Derivatif

Efek derivatif merupakan Efek turunan dari Efek “utama” baik yang bersifat penyertaan maupun utang. Efek turunan dapat berarti turunan langsung dari Efek “utama” maupun turunan selanjutnya. Derivatif merupakan kontrak atau perjanjian yang nilai atau peluang keuntungannya terkait dengan kinerja aset lain. Aset lain ini disebut sebagai underlying assets. 39 Dalam pengertian yang lebih khusus, derivatif merupakan kontrak finansial antara 2 dua atau lebih pihak-pihak guna memenuhi janji untuk membeli atau menjual assetscommodities yang dijadikan sebagai obyek yang diperdagangkan pada waktu dan harga yang merupakan kesepakatan bersama antara pihak penjual dan pihak pembeli. Adapun nilai di masa mendatang dari obyek yang diperdagangkan tersebut sangat dipengaruhi oleh instrumen induknya yang ada di spot market. Derivatif yang terdapat di Bursa Efek adalah derivatif keuangan financial derivatif . Derivatif keuangan merupakan instrumen derivatif, di mana variabel- variabel yang mendasarinya adalah instrumen-instrumen keuangan, yang dapat berupa saham, obligasi, indeks saham, indeks obligasi, mata uang currency, tingkat suku bunga dan instrumen-instrumen keuangan lainnya. Instrumen-instrumen derivatif sering digunakan oleh para pelaku pasar pemodal dan perusahaan efek sebagai sarana untuk melakukan lindung nilai hedging atas portofolio yang mereka miliki. 39 http:www.idx.co.idid-idberandaprodukdanlayananderivatif.aspx, diakses tanggal 1 Maret 2015 Universitas Sumatera Utara Dasar Hukum 1. UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal 2. Peraturan Pemerintah no.45 tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal 3. SK Bapepam No. Kep.07PM2003 Tgl. 20 Februari 2003 tentang Penetapan Kontrak Berjangka atas Indeks Efek sebagai Efek 4. Peraturan Bapepam No. III. E. 1 tgl. 31 Okt 2003 tentang Kontrak Berjangka dan Opsi atas Efek atau Indeks Efek 5. SE Ketua Bapepam No. SE-01PM2002 tgl. 25 Februari 2002 tentang Kontrak Berjangka Indeks Efek dalam Pelaporan MKBD Perusahaan Efek 6. Persetujuan tertulis Bapepam nomor S-356PM2004 tanggal 18 Pebruari 2004 perihal Persetujuan KBIE-LN DJIA DJ Japan Titans 100 Dalam perkembangannya, Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 2374KEPDIR tanggal 18 Februari 1991 tentang Margin Trading tersebut kemudian diubah dengan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 28119KEPDIR dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 2813UD tanggal 29 Desember 1995 tentang transaksi Derivatif. Pertimbangan dikeluarkannya Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 28119KEPDIR tanggal 29 Desember 1995 tentang transaksi derivatif adalah : 1. Iklim perbankan dan pasar financial yang sehat memiliki pilihan utama dalam menunjang perkembangan perekonomian rasional dan stabilitas moneter. Universitas Sumatera Utara 2. Era globalisasi yang ditunjang oleh teknologi sistem informasi dan komunikasi yang semakin canggih telah mendorong berkembangnya produk pasar financial internasional termasuk transaksi derivatif. 3. Transaksi derivatif khususnya di pasar uang dan valuta asing, disadari memberikan manfaat namun mengandung risiko yang tinggi bagi pelaku pasar, termasuk perbankan dalam negeri. Berdasarkan ketentuan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 28119KEPDIR Tahun 1995 tersebut, pengaturan tentang transaksi derivatif dimaksudkan untuk menciptakan iklim perbankan dan pasar financial yang sehat agar menunjang pembangunan nasional dan stabilitas moneter. Hal ini juga dipicu oleh perkembangan teknologi dan informasi yang semakin canggih sehingga mendorong berkembangnya produk pasar financial internal termasuk transaksi derivatif yang melibatkan pergerakan dana lintas batas cross border transaction baik dalam valuta asing maupun mata uang domestik. 40 Dampak dari adanya perkembangan teknologi dan informasi yang semakin canggih tersebut juga mengakibatkan terjadinya internasionalisasi rupiah. Permasalahan yang muncul dari adanya internasionalisasi rupiah tersebut adalah dimanfaatkannya rupiah sebagai kegiatan spekulasi, yang pada akhirnya memicu volatilitas dan depresiasi rupiah. Semula internasionalisasi rupiah ini dipandang mendorong arus modal masuk yang berasal dari investasi asing. Namun dalam perkembangannya dengan sistem devisa bebas yang belum disertai dengan rambu- rambu yang memadai kemajuan rekayasa keuangan financial engineering, telah 40 Lastuti Abubakar, Op.Cit, hlm 118 Universitas Sumatera Utara mengakibatkan internasionalisasi rupiah di pasar keuangan mempunyai andil dalam menimbulkan gejolak nilai tukar di Indonesia. Dalam kenyataannya, pemilikan rupiah yang dimiliki non resident, selain dimanfaatkan untuk kegiatan transaksi ekonomi, dapat pula digunakan dan pada akhirnya sulit dipisahkan. Perlindungan hukum terhadap investor oleh pialang berjangka berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi yang diatur dalam Pasal 52 ayat 1 serta ketentuan dalam penyelenggaraan terhadap Undang-undang Nomor 32 tahun 1997 yaitu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Perdagangan Berjangka Komoditi. Praktiknya dalam pelaksanaannya oleh Perusahaan Pialang Berjangka atau Wakil Pialang tidak terimplementasikan dengan semestinya. Berdasarkan hasil wawancara terkait perlindungan hukum terhadap investor dalam transaksi forex margin trading. Terhadap Peraturan Perundang- undangan dan Peraturan Bappebti tidak menyebutkan lebih jelas tentang bentuk upaya perlindungan hukum yang harus dilakukan Perusahaan Pialang Berjangka terhadap Investor. Peraturan Bappebti No.64BappebtiPer12009 hanya mengatur tentang Ketentuan Teknis Perilaku Pialang Berjangka. Pialang Berjangka dalam pelaksanaan kegiatan Perdagangan Berjangka Komoditi, berkewajiban: a. Membuat dan melaksanakan Prosedur Operasional Standar POS tentang tata cara penerimaan Investor yang disetujui oleh Bappepti ; Universitas Sumatera Utara b. Membentuk unit yang berfungsi untuk menyelenggarakan pelatihan mengenai Perdagangan Berjangka kepada calon Investor ; c. Membuat materi pelatihan mengenai Perdagangan Berjangka yang paling sedikit meliputi d. Peraturan perundang-undangan di bidang perdagangan Berjangka ; e. Pengetahuan tentang komoditi dan kontrak Berjangka ; f. Pengetahuan tentang mekanisme transaksi dan risiko di bidang Perdagangan Berjangka ; g. Hak-hak dan kewajiban Investor ; h. Sarana penyelesaian peselisihan perdata ; Berdasarkan peraturan Perundang-undangan diatas hanya menyebutkan tentang ketentuan teknis perilaku pialang berjangka yang pada dasarnya belum dapat mengakomodir kepentingan investor sepenuhnya. Peraturan tersebut hanya berlaku sebagai ketentuan formal dan sebagai wujud upaya perlindungan hukum terhadap kepentingan investor dalam praktik transaksi perdagangan berjangka khususnya transaksi forex margin trading. Pelaksanaannya hanya saja masih ada penyimpangan-penyimpangan terhadap ketentuan yang sudah ada yang berakibat timbulnya kerugian bagi investor. Wanprestasi yang dilakukan Perusahaan Pialang tempat mereka berinvestasi ialah adanya pelanggaran terhadap Pasal 52 ayat 1 Undang-undang Nomor 32 tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi yang juga diatur dalam Peraturan Bappebti Nomor 64BAPPEBTIPer12009 tentang Ketentuan Teknis Perilaku Pialang Berjangka. Universitas Sumatera Utara

BAB IV AKIBAT HUKUM APABILA TERJADI KECURANGAN