commit to user
xi dari
sel‐sel tubuh, jaringan tubuh, organ‐organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian
rupa sehingga masing‐masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga
perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya Soetjiningsih, 1995 Lingkungan
asuhan anak merupakan faktor eksternal yang pengaruhnya paling kuat
terhadap tumbuh kembang anak, terutama interaksi ibu dan anak. Semakin muda
umur anak, semakin tinggi pengaruh interkasi ibu dan anak tersebut Satoto, 1990
Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya tumbuh dan berkembang dengan
baik, sehat, cerdas, dan kreatif. Namun belum semua orangtua memahami
bagaimana cara untuk menuju tercapainya keinginan tersebut. Di sinilah peran
dokter dan petugas kesehatan yang lain untuk memberikan edukasi kepada
masyarakat terutama para ibu agar anak‐anak dapat tumbuh kembang secara
optimal Soetjiningsih, 1995
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat disusun rumusan masalah: “Apakah
ada hubungan konflik peran ganda ibu terhadap tumbuh kembang anak usia
bawah dua tahun di Bandar Lampung?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum : Untuk menganalisis adakah hubungan konflik peran ganda ibu
terhadap tumbuh kembang anak usia bawah dua tahun di Bandar Lampung
commit to user
xii
2. Tujuan Khusus : Mengetahui kekuatan atau tingkat hubungan konflik peran ganda
ibu terhadap tumbuh kembang anak usia bawah dua tahun
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis: Dari
hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan
keilmuan, khususnya dalam usaha promosi tumbuh kembang anak
pada ibu yang berperan ganda. 2. Manfaat aplikatif
a. Memberikan sumbangan bagi pengembangan program usaha kesehatan
masyarakat dalam upayanya meningkatkan kualitas sumber daya manusia,
khususnya dalam kegiatan‐kegiatan yang bersifat promotif dan preventif.
b. Sebagai masukan bagi penyusunan kebijakan baru dalam mewujudkan
kesejahteraan tenaga kerja melalui peraturan ketenaga‐kerjaan, khususnya
bagi kaum ibu yang menjalankan peran ganda.
commit to user
xiii
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1.
Konflik Peran Ganda
Gregson dan Auno, 1994 mendefinisikan konflik peran sebagai
ketidaksesuaian pengharapan yang berhubungan dengan peran. Harapan akan
peran terjadi jika seseorang mengharapkan bagaimana orang lain melakukan
perilaku tertentu. Role conflict atau konflik peran didefinisikan sebagai “the
incongruity of expectations associated with a role”. Jadi, konflik peran tekanan
itu adalah adanya ketidak cocokan antara harapan‐harapan yang berkaitan
dengan suatu peran.
commit to user
xiv Menurut
Goode dalam Kaltsum, 2006, konflik peran ganda adalah kesulitan
‐kesulitan yang dirasakan dalam menjalankan kewajiban atau tuntutan peran
yang berbeda secara bersamaan. Luthans, 1979, menjelaskan bahwa seseorang
akan mengalami konflik peran jika seseorang memiliki dua tekanan atau
lebih yang terjadi secara bersamaan dan jika seseorang berusaha mematuhi
satu di antaranya, maka seseorang tersebut akan mengalami kesulitan
. Yang,
2000 mengidentifikasikan konflik peran pada pekerja perempuan menikah
work‐family conflict ke dalam 3 indikator yaitu: 1 Time based conflict.
Waktu yang dibutuhkan untuk menjalankan salah satu tuntutan keluarga
atau pekerjaan dapat mengurangi waktu untuk menjalankan tuntutan yang
lainnya pekerjaan atau keluarga. 2 Strain‐based conflict. Terjadi pada saat
tekanan dari salah satu peran mempengaruhi kinerja peran lainnya. 3 Behaviour
‐based conflict. Berhubungan dengan ketidaksesuaian antara pola perilaku
dengan yang digunakan oleh kedua bagian pekerjaan atau keluarga. Sumber
konflik dalam organisasi dapat ditelusuri melalui konflik dalam diri
individu intrapersonal conflict, konflik antar individu interpersonal conflict,
konflik antarkelompok intergroup conflict, ataupun konflik antar individu
dengan kelompok. Menurut
Luthans 1979 : 400 penyebab intrapersonal conflictkonflik dalam
diri individu bisa bersumber dari sifat‐sifat atau ciri‐ciri kepribadian dari orang
yang bersangkutan. Ia mengutip hasil penelitian Friedman dan Roseman tentang
kepribadian manusia yang mereka klasifikasikan dengan profil tipe A
commit to user
xv dan
tipe B. Ciri‐ciri orang berkepribadian tipe A adalah : tidak bisa diam, berjalan cepat,
makan cepat, bicara cepat, tidak sabar, melakukan dua hal sekaligus, tidak
menyukai waktu senggang, terobsesi dengan angka‐angka, mengukur kesuksesan
dengan kuantitas, agresif, kompetitif dan selalu merasa dikejar waktu.
Sedangkan kepribadian tipe B bercirikan : kurang peduli terhadap waktu, sabar,
tidak suka membual, bermain untuk kesenangan bukan kemenangan, santai,
tidak dikejar waktu, bertingkah laku tenang dan tidak pernah terburu‐ buru.
Orang‐orang bertipe A, lebih cenderung merasakan konflik di dalam diri mereka.
Kebanyakan dari mereka akan menderita serangan jantung.Selain itu, penyebab
konflik dalam diri adalah apa yang disebut goal conflict. Hal ini terjadi karena
seseorang diperhadapkan pada dua tujuan atau karena harus membuat keputusan
untuk memilih alternatif yang terbaik. Episode
konflik yang berlaku, adalah : a.
Approach‐approach Conflict Di
mana seseorang mengalami konflik karena dihadapkan pada dua tujuan
yang sama‐sama menguntungkan atau sama‐sama disukai, karena
memiliki daya tarik yang sama juga. Sebagai contoh, di waktu yang
sama, seseorang harus membuat pilihan menerima promosi jabatan
yang sudah lama didambakan atau pindah tempat tugas ke tempat
lain dengan iming‐iming gaji yang besar. b.
Avoidance‐avoidance Conflict Di
sini seseorang menghadapi situasi yang mengharuskannya terpaksa
memilih di antara dua alternatif yang sama‐sama tidak disukai
commit to user
xvi atau
sama‐sama dianggap buruk. Contoh konkrit, seumpama seseorang disuruh
memilih untuk dipindahkan kerja ke daerah lain pada lokasi yang
tidak menyenangkan, atau tidak pindah ke tempat baru yang disuruh
tapi gajinya diturunkan. c.
Approach‐avoidance Conflict Pada
kasus ini, seseorang harus menghadapi situasi di mana waktu seseorang
memilih harus menghadapi konsekuensi yang saling bertolak belakang.
Misalnya, orang itu akan memperoleh gaji yang sangat besar, tapi
harus pindah ke tempat terpencil yang sangat tidak disukai. Nelson
dan Quick 1997 : 385, mengemukakan tiga penyebab intrapersonal
conflict : a.
Inter‐role Conflict Di
mana seseorang mengalami konflik yang bertalian dengan peran dalam
hidupnya. Biasanya, pekerjapegawai mengalami konflik, yang disebut
workhome conflict. Contohnya, seorang ibu yang Pegawai Negeri
Sipil PNS terpaksa harus meninggalkan pekerjaannya, karena harus
menjaga anaknya yang dirawat di rumah sakit. b.
Intra‐role Conflict Ini
terjadi bila terdapat konflik yang bertalian dengan peran tunggal single
role, misalnya saat seseorang menerima perintah yang berbeda dari
dua atasannya. Atasan yang satu menyatakan harus menjaga jarak antarkaryawan
supaya kinerja tidak terganggu, sementara atasan yang
commit to user
xvii lain
meminta agar semua karyawan mengutamakan kerja tim, sehingga seseorang
kesulitan menjalankan perannya. c.
Person‐role Conflict Sebagai
konflik yang muncul dalam melakukan sesuatu yang bertentangan
dengan nilai hidup yang dianut. Contohnya, seseorang yang
harus menjual produk dengan harga tinggi, padahal seseorang sadar
bahwa calon konsumennya membutuhkan keuangan untuk ongkos
sekolahnya. Konflik
yang bersumber dari luar misalnya tuntutan lingkungan kerja yang
baru, kehilangan kebebasan pribadi, terus‐menerus dipaksa mempelajari keterampilan
kerja baru karena tuntutan pekerjaan, dan terlewatkan dalam promosi
jabatan. Beberapa
faktor yang dipertimbangkan berpengaruh untuk timbulnya konflik
peran ganda, antara lain adalah : a.
Jenis pekerjaan, di mana status pekerjaan tinggi seperti jabatan profesional dan
manajerial memiliki tingkat konflik yang tinggi Gutek dkk, 1991 b.
Lama jam kerja di luar rumah Moen dan McClain, 1987 c.
Keterlibatan orang tua dengan anak, di mana semakin muda usia anak semakin
tinggi keterlibatan orang tua Barnett dan Baruch, 1985 d.
Tingkat androginitas, lama kerja setelah menikah, jumlah anak, dan jumlah pembantu
pengganti peran ibu merupakan prediktor timbulnnya konflik peran
ganda Arinta dan Azwar, 1993
commit to user
xviii 2.
Tumbuh Kembang Anak Usia Bawah Dua Tahun a.
Definisi Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,
jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel, organ, maupun individu sebagai
hasil dari proses pematangan fungsi‐fungsi fisik. Hasil pertumbuhan antara
lain bertambahnya tinggi dan berat badan, tulang‐tulang menjadi lebih
besar–panjang–berat–kuat, perubahan pada sistem persarafan dan
perubahan – perubahan pada struktur jasmaniah lainnya. Pertumbuhan
dapat diamati dengan mengukur berat badan, tinggi badan, lingkar kepala,
lingkar dada, lingkar pinggul, lingkar lengan, dan lain‐lain.Latifah M., 2007;
Soetjiningsih, 1995
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan skill dalam struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan
sebagai hasil dari proses pematangan. Di sini menyangkut adanya
proses diferensiasi dari sel‐sel tubuh, jaringan tubuh, organ‐organ, dan
sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing‐ masing
dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual,
dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya Soetjiningsih,
1995 b.
Faktor‐faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak Secara umum terdapat tiga faktor utama yang berpengaruh terhadap
tumbuh kembang anak, yaitu : Soetjiningsih, 1995
1 Faktor Genetik
commit to user
xix Termasuk ke dalam faktor genetik ini antara lain adalah berbagai
faktor bawaan yang normal maupun patologik, ras dan jenis kelamin.
Di samping itu, beberapa penyakit keturunan yang disebabkan oleh
kelainan kromosom seperti sindrom Down dan sindrom Turner akan
berpengaruh terhadap hasil akhir dari proses tumbuh kembang.
2 Faktor Hormonal
Hormon‐hormon yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang antar
lain adalah : hormon pertumbuhan growth hormone, hormon tiroid,
hormon seks, insulin, IGF Insulin‐like growth factor, dah hormon
yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal. 3
Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan bagi tercapai
atau tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan
memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan lingkungan
yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan ini merupakan
lingkungan ” bio‐fisiko‐psiko‐sosial yang mempengaruhi individu
setiap hari, mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya. Secara garis besar, faktor lingkungan terhadap tumbuh kembang
anak dibagi menjadi faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada
waktu masih di dalam kandungan Faktor Pra‐natal dan faktor
lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir
Faktor Post‐natal.
commit to user
xx 1
Faktor Lingkungan Pra‐Natal
Faktor – faktor lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang
janin mulai dari konsepsi sampai dengan lahir antara lain
: nutrisi ibu selama kehamilan, mekanis trauma dan cairan ketuban,
toksin atau zat kimia, endokrin, infeksi, radiasi, stres, dan
imunitas. 2
Faktor Lingkungan Post‐Natal
a Lingkungan Biologis
Rassuku bangsa, jenis kelamin, dan usia merupakan bagian
dari lingkungan post natal yang mempengaruhi tumbuh
kembang anak. Nutrisi juga sangat penting dalam tumbuh
kembang anak, baik makronutrien maupun mikronutrien.
Pemenuhan kebutuhan zat gizi dilakukan melalui
pemberian ASI secara tunggal ASI eksklusif sejak hari
pertama anak dilahirkan hingga usia enam bulan.Imunisasi
memiliki peran yang penting untuk meningkatkan
ketahanan tubuh anak supaya terhindar dari penyakit
‐penyakit yang sering menyebabkan kecacatan atau kematian.
b Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik meliputi cuaca, musim, keadaan
geografs, sanitasi, dan paparan terhadap radiasi.
c Lingkungan Psikososial
commit to user
xxi Stimulasi
merupakan hal yang sangat penting dalam tumbuh
kembang anak. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah
dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan
dengan anak yang kurangtidak mendapat stimulasi.
Semakin dini dan semakin lama stimulasi diberikan,
akan semakin besar manfaatnya. Pada usia bayi ‐6 bulan, penyesuaian dan persepsi ibu dapat terbentuk
melalui proses stimulasi, sedangkan pada usia 0‐36 bulan
intelektual dan perilaku mulai terbentuk, sementara pada
usia 0‐48 bulan kognitif, dan 0‐96 bulan keahlian membaca
dan menulis perlu dirangsang. Stimulasi sejak dini juga
sangat diperlukan dalam merangsang perkembangan otak,
baik itu otak kanan maupun otak kiri.
Kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang anak ini secara umum dapat
digolongkan menjadi 3 kebutuhan dasar Sularyo, 1993; Soetjiningsih,
1995, yaitu : 1
Kebutuhan fisik‐biomedis ” ASUH ” meliputi : pangangizi,
perawatan kesehatan dasar antara lain : imunisasi,
penimbangan berat badan, pemberian ASI, pemberian oralit,
papan pemukiman yang layak, sanitasi lingkungan, sandang.
2 Kebutuhan
emosikasih sayang ” ASIH ” meliputi ikatan yang erat,
serasi, selaras antara ibu dan anak, kehadiran ibu yang
commit to user
xxii memberikan
rasa aman, kehangatan. Kekurangan kasih sayang akan
menimbulkan sindroma deprivasi maternal. 3
Kebutuhan stimulasi mental “ ASAH “ meliputi rangsangan
visual, permainan, komunikasi verbal, interaksi sosial, dan
pengenalan lingkungan.
c. Tahap – tahap dalam proses tumbuh kembang
Masa balita terutama pada usia dua tahun pertama merupakan
masa pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat dibandingkan
dengan kelompok umur lainnya. Masa ini tidak terulang sehingga
disebut window of opportunity untuk menciptakan anak sehat dan
cerdas. Intervensi kesehatan dan gizi harus diberikan secara optimal
pada periode ini untuk menjamin kelangsungan hidup dan tumbuh
kembang anak.
1 Pertumbuhan
Fisik Pertumbuhan
fisik berupa tinggi dan berat badan akan terus
terjadi hingga seseorang berusia 15 – 20 tahun, dimulai dari bayi
dengan berat badan 3,5 kg dan panjang badan 50 cm pada kelahiran
cukup bulan hingga mencapai ukuran dewasa yang berbeda
‐beda pada masing – masing individu. Faktor genetik memiliki
peran utama dalam menentukan tingkat dan kecepatan dari
pertumbuhan fisik. Meskipun demikian pertumbuhan yang optimal
hanya dapat tercapai pada kondisi lingkungan yang mendukung,
seperti nutrisi dan tingkat kesehatan yang baik.
commit to user
xxiii 2
Pekembangan Motorik
Pertumbuhan fisik berkaitan erat dengan perkembangan
motorik anak. Perkembangan motorik merupakan perkembangan
pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir
antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Perkembangan
motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah
gerakan tubuh yang menggunakan otot‐otot besar atau sebagian
besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh
kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk,
menendang, berlari, naik turun tangga, dan sebagainya.
Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot‐
otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang
dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih.
Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan,
mencoret ‐coret, menyusun balok, menggunting, menulis, dan
sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak
dapat berkembang dengan optimal.Behrmann ; Vaughan , 1992
Perkembangan kognitifintelektual anak usia 1 – 2 tahun 12 –
24 bulan sangat pesat perkembangannya. Pada usia 1 – 2 tahun, anak
memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar. Pada usia ini juga, anak
mengembangkan rasa keingintahuannya melalui hal‐hal seperti : belajar
melalui pengamatanmengamati, meniru orang tua, belajar konsentrasi,
mengenal anggota badan, mampu berpikir antisipatif, memahami
commit to user
xxiv kalimat
yang terdiri dari beberapa kata, dan cepat menangkap kata‐kata baru.Hurlock,
Elizabeth B., 1992 Perkembangan
kognitifintelektual anak usia 2 – 3 tahun 24 – 36
bulan semakin kompleks. Perkembangan anak usia 2 – 3 tahun ditandai
dengan beberapa tahap kemampuan yang dapat dicapai anak, yaitu
sebagai berikut : berpikir simbolik, menghitung, berkembangnya pemahaman
konsep, puncaknya perkembangan bicara dan bahasa. Hurlock,
Elizabeth B., 1992 d.
Penilaian perrtumbuhan dan perkembangan anak Untuk
penilaian pertumbuhan fisik anak, sering digunakan ukuran –
ukuran antropometri yang dibedakan menjadi 2 kelompok yang meliputi
: 1
Tergantung umur age dependent
a Berat Badan BB terhadap umur
b TinggiPanjang Badan TBPB terhadap umur
c Lingkar Kepala LK terhadap umur
d Lingkar Lengan Atas LLA terhadap umur
2 Tidak
tergantung umur a
BB terhadap TB b
LLA terhadap TB Berat
badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk
menentukan status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan
dengan status gizi. Penggunaan indeks BBU , TBU dan
commit to user
xxv BBTB
merupakan indikator status gizi untuk melihat adanya gangguan fungsi
pertumbuhan dan komposisi tubuh. Ali , 2010
Tabel 2.1. Penilaian Status Gizi Berdasarkan Indeks BBU, TBU, BBTB z‐
score
No Indeks yang dipakai
Batas Pengelompokan
Sebutan Status Gizi
1 BBU
‐3 SD Gizi
buruk ‐ 3 sd ‐2 SD
Gizi kurang
‐ 2 sd +2 SD Gizi
baik +2 SD
Gizi lebih
2 TBU
‐3 SD Sangat
Pendek ‐ 3 sd ‐2 SD
Pendek ‐ 2 sd +2 SD
Normal +2 SD
Tinggi 3
BBTB ‐3 SD
Sangat Kurus
‐ 3 sd ‐2 SD Kurus
‐ 2 sd +2 SD Normal
+2 SD Gemuk
WHO, 2005
commit to user
xxvi Perkembangan
anak menggambarkan peningkatan kematangan fungsi
individu yang harus dipantau secara berkala, Penilaian perkembangan
anak dinilai melalui anamnesis yang lengkap dan teliti, evaluasi
lingkungan anak, evaluasi penglihatan dan pendengaran anak, evaluasi
bicara dan bahasa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan neurologis, evaluasi
penyakit metabolik, dan penggunaan perangkat – perangkat skrinning
guna mengetahui perkembangan anak , misalnya dengan menggunakan
tes IQ, Denver Developmental Screening Test DDST atau test
psikologis lainnya. Soetjiningsih, 1995 1
Uji Intelegensi Individual Uji Stanford Binet
Uji Intelegensi Stanford Binet adalah suatu perangkat yang
telah distandardisasi untuk melihat kecerdasan intelektual IQ
dan kemampuan kognitif pada anak – anak usia 2 tahun maupun
dewasa sampai dengan usia 23 tahun. Perangkat ini dirancang
untuk menguji empat area yaitu : verbal, kuantitatif, abstrak, dan
visual, serta ingatan jangka pendek. Walaupun sebagian besar
terdiri dari unsur – unsur verbal, tes ini dapat dipercaya dan valid.
Nilai yang didapat dari tes ini adalah nilai IQ dan umur mental.
Soetjiningsih, 1995
2 Tes
Psikomotorik Denver Developmental Screening Test DDST II
commit to user
xxvii DDST
adalah salah satu metode skrining terhadap kelainan perkembangan
anak untuk mengetahui sedini mungkin penyimpangan
perkembangan yang terjadi pada anak sejak lahir sampai
berumur 6 tahun. DDST memenuhi semua persyaratan yang
diperlukan oleh suatu metode skrining yang baik. Tes ini mudah
dan cepat dilakukan 15 – 20 menit, dapat diandalkan dan memiliki
validitas yang tinggi. Frankenburg melakukan revisi dan restandardisasi
DDST dan memberikan perubahan pada sektor bahasa,
dan hasil revisi dari DDST tersebut dinamakan Denver II. Bidangaspek
yang dinilai dalam Denver II yaitu : personal social,
Fine motor adaptive adaptif – motorik halus, language bahasa,
gross motor motorik kasar.Frankenburg; Dodds; Archer;
et al, 1992
B. Kerangka Pemikiran