HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA IBU TERHADAP TUMBUH KEMBANG ANAK USIA BAWAH DUA TAHUN DI BANDAR LAMPUNG
commit to user
HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA IBU TERHADAP TUMBUH KEMBANG ANAK USIA BAWAH
DUA TAHUN DI BANDAR LAMPUNG
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
METHARISA SUJANA G0007211
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2010
(2)
commit to user
PENGESAHAN SKRIPSISkripsi dengan Judul : Hubungan Konflik Peran Ganda Ibu terhadap Tumbuh Kembang
Anak Usia Bawah Dua Tahun di Bandar Lampung
Metharisa Sujana, NIM : G0007211, Tahun : 2010
Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada Hari Senin, Tanggal 27 Desember 2010
Pembimbing Utama
Nama : H. Zainal Abidin, dr., M.Kes ( ………... )
NIP : 19460202 197610 1 001
Pembimbing Pendamping
Nama : Dr. Diffah Hanim, Dra., MSi ( ………... )
NIP : 19640220 199003 2 001
Penguji Utama
Nama: Prof. Dr. H. Santosa, dr., MS.Sp.Ok ( ………... )
NIP : 1944 1124 1976 091 001
Anggota Penguji
Nama :Yulia Lanti Retno, dr., MSi ( ………... )
NIP :1961 0320 1992 032 001
Surakarta, ...
Ketua Tim Skripsi Dekan Fakultas Kedokteran UNS
Muthmainah, dr., M.Kes Prof. DR. H. A.A. Subijanto, dr., MS NIP : 19660702 199802 2 001 NIP : 19481107 197310 1 003
(3)
commit to user
DAFTAR ISI
PRAKATA...vi
DAFTAR ISI ...vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II LANDASAN TEORI...6
A. Tinjauan Pustaka ... 6
1. Konflik Peran Ganda Ibu... 6
2. Tumbuh Kembang Anak Usia Bawah Dua Tahun... 10
a. Definisi...10
b. Faktor‐faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang ... 11
c. Tahap‐Tahap dalam Proses Tumbuh Kembang... 15
d. Penilaian Pertumbuhan dan Perkembangan... 17
(4)
commit to user
C. Hipotesis ... 21
BAB III METODE PENELITIAN ... 22
A. Jenis Penelitian ...22
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22
C. Subjek Penelitian ... 22
D. Teknik Sampling dan Besar Sampel... 22
E. Rancangan Penelitian ... 24
F. Identifikasi Variabel Penelitian... 24
G. Definisi Operasional Variable Penelitian... 25
H. Bahan dan Instrumen Penelitian... 26
I. Cara Kerja ... 28
J. Teknik Analisis Data ... 29
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 30
A. Hasil Uji Normalitas Data... 30
B. Hasil Distribusi Data... 31
BAB V PEMBAHASAN... 34
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN... 39
A. Simpulan... 39
B. Saran ... 39
DAFTAR PUSTAKA... 40 LAMPIRAN
(5)
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Instrumen Penelitian
Lampiran 2. Hasil Analisis Data
Lampiran 3. Penilaian Status Gizi dengan Grafik WHO
Lampiran 4. Denver Developmental Screening Test (DDST) II
Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian
(6)
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penilaian Status Gizi Berdasarkan Indeks BB/U, TB/U (z‐score)...17
Tabel 3.1 Rancangan Instrumen Skala Konflik Peran Ganda Ibu... 26
Tabel 4.1. Uji Normalitas... 29
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Anak Usia Bawah Dua Tahun... 30
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Status Gizi Anak Usia Bawah Dua Tahun ……. 30
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Peran Ganda Ibu... 31
(7)
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran ……….. 20
Gambar 3.1 Skema Rancangan Penelitian ……….. 23
(8)
commit to user
ABSTRAK
Metharisa Sujana, G0007211, 2010, Hubungan Konflik Peran Ganda Ibu terhadap Tumbuh Kembang Anak Usia Bawah Dua Tahun di Bandar Lampung, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan konflik peran ganda ibu terhadap tumbuh kembang anak usia bawah dua tahun di Bandar Lampung.
Metode : Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni‐Juli 2010, yang bertempat di Puskesmas Rawat Inap Kedaton Bandar Lampung. Populasi sasaran adalah ibu yang bekerja dan memiliki anak usia bawah dua tahun yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Sampel diambil secara purposive random sampling. Jumlah sampel dalam penelitian sebanyak 30 orang. Jenis penelitian ini observasional dengan pendekatan
cross sectional. Data diuji dengan korelasi product moment Pearson dengan bantuan program SPSS for Windows versi 16.
Hasil : Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara konflik peran ganda ibu terhadap tumbuh kembang anak usia bawah dua tahun, dengan nilai p=0,003
Simpulan : Terdapat hubungan antara konflik peran ganda ibu terhadap tumbuh kembang anak usia bawah dua tahun di Bandar Lampung ( p<0,05 )
Kata kunci : Konflik Peran Ganda Ibu, Tumbuh Kembang Anak Usia Bawah Dua Tahun, Bandar Lampung.
(9)
commit to user
BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah
Perkembangan pesat yang terjadi dalam berbagai bidang telah membawa perubahan dalam bidang peran perempuan. Bila pada masa lalu tugas perempuan hanya di rumah mengurus anak, suami dan rumah tangga, maka saat ini peran tersebut sudah banyak bergeser. Saat ini sudah banyak kaum perempuan memiliki gelar kesarjanaan, memimpin suatu kelompok dan menduduki posisi istimewa di suatu perusahaan dan instansi pemerintahan yang semula banyak dijabat oleh kaum lelaki (Rustiani, 1996)
Hubungan antara seseorang dengan lingkungan pekerjaannya dapat menyebabkan terjadinya tekanan psikologis yang selanjutnya akan mempengaruhi perilaku, baik di lingkungan kerja maupun lingkungan keluarga. Bentuk nyata tekanan psikologis tersebut adalah konflik peran ganda. Konflik peran ganda di antaranya disebabkan oleh tekanan organisasional di tempat kerja dan atau ketidaksesuaian antara harapan dengan pencapaian hasil (Rustiani, 1996)
Pada realitasnya, ternyata perempuan di dunia kerja tidak selalu mendapat dukungan dari lingkungan terdekat seperti keluarga ataupun organisasi tempat bekerja. Kondisi seperti ini potensial memunculkan konflik, terutama pada karyawati yang sudah menikah. Pada karyawati yang berkeluarga, potensi munculnya konflik peran menjadi semakin besar. Hal tersebut disebabkan karyawati berkeluarga memiliki peran ganda, yaitu berperan sebagai ibu rumah tangga ( istri dan ibu dari anaknya ) yang mengatur urusan keluarga dan berperan sebagai anggota organisasi
(10)
commit to user
yang bertanggung jawab terhadap tugas yang diembannya. Setiap peran tentu saja menuntut konsekuensi dan tanggung jawab yang berbeda, yang kadang‐kadang saling bertentangan. Tuntutan‐tuntutan seperti itu memungkinkan terjadinya perasaan tertekan/stres dan beban pikiran. Menurut Luthans (1979) cit Wilson (1989), menjelaskan bahwa seseorang akan mengalami konflik peran jika seseorang memiliki dua tekanan atau lebih yang terjadi secara bersamaan dan jika seseorang berusaha mematuhi satu di antaranya, maka seseorang tersebut akan mengalami kesulitan.
Pertumbuhan (growth) dan perkembangan (development) sebenarnya memiliki makna yang berbeda. Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ/individu. Walaupun demikian kedua peristiwa tersebut terjadi secara sinkron dan tidak dapat dipisahkan pada setiap individu (Hurlock, 1978; Soetjiningsih, 1995)
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel, organ, maupun individu sebagai hasil dari proses pematangan fungsi‐fungsi fisik. Hasil pertumbuhan antara lain bertambahnya tinggi dan berat badan, tulang‐tulang menjadi lebih besar–panjang–berat–kuat, perubahan pada sistem persarafan dan perubahan – perubahan pada struktur jasmaniah lainnya. Pertumbuhan dapat diamati dengan mengukur berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul, lingkar lengan, dan lain‐ lain (Latifah, 2007; Soetjiningsih, 1995)
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan. Di sini menyangkut adanya proses diferensiasi
(11)
commit to user
dari sel‐sel tubuh, jaringan tubuh, organ‐organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing‐masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 1995)
Lingkungan asuhan anak merupakan faktor eksternal yang pengaruhnya paling kuat terhadap tumbuh kembang anak, terutama interaksi ibu dan anak. Semakin muda umur anak, semakin tinggi pengaruh interkasi ibu dan anak tersebut (Satoto, 1990)
Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya tumbuh dan berkembang dengan baik, sehat, cerdas, dan kreatif. Namun belum semua orangtua memahami bagaimana cara untuk menuju tercapainya keinginan tersebut. Di sinilah peran dokter dan petugas kesehatan yang lain untuk memberikan edukasi kepada masyarakat terutama para ibu agar anak‐anak dapat tumbuh kembang secara optimal (Soetjiningsih, 1995)
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat disusun rumusan masalah:
“Apakah ada hubungan konflik peran ganda ibu terhadap tumbuh kembang anak usia bawah dua tahun di Bandar Lampung?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum : Untuk menganalisis adakah hubungan konflik peran ganda ibu terhadap tumbuh kembang anak usia bawah dua tahun di Bandar Lampung
(12)
commit to user
2. Tujuan Khusus : Mengetahui kekuatan atau tingkat hubungan konflik peran ganda ibu terhadap tumbuh kembang anak usia bawah dua tahun
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis:
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan keilmuan, khususnya dalam usaha promosi tumbuh kembang anak pada ibu yang berperan ganda.
2. Manfaat aplikatif
a. Memberikan sumbangan bagi pengembangan program usaha kesehatan masyarakat dalam upayanya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, khususnya dalam kegiatan‐kegiatan yang bersifat promotif dan preventif.
b. Sebagai masukan bagi penyusunan kebijakan baru dalam mewujudkan kesejahteraan tenaga kerja melalui peraturan ketenaga‐kerjaan, khususnya bagi kaum ibu yang menjalankan peran ganda.
(13)
commit to user
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Konflik Peran Ganda
Gregson dan Auno, (1994) mendefinisikan konflik peran sebagai ketidaksesuaian pengharapan yang berhubungan dengan peran. Harapan akan peran terjadi jika seseorang mengharapkan bagaimana orang lain melakukan perilaku tertentu. Role conflict atau konflik peran didefinisikan sebagai “the incongruity of expectations associated with a role”. Jadi, konflik peran (tekanan) itu adalah adanya ketidak cocokan antara harapan‐harapan yang berkaitan dengan suatu peran.
(14)
commit to user
Menurut Goode (dalam Kaltsum, 2006), konflik peran ganda adalah kesulitan‐kesulitan yang dirasakan dalam menjalankan kewajiban atau tuntutan peran yang berbeda secara bersamaan. Luthans, (1979), menjelaskan bahwa seseorang akan mengalami konflik peran jika seseorang memiliki dua tekanan atau lebih yang terjadi secara bersamaan dan jika seseorang berusaha mematuhi satu di antaranya, maka seseorang tersebut akan mengalami kesulitan .
Yang, (2000) mengidentifikasikan konflik peran pada pekerja perempuan menikah (work‐family conflict) ke dalam 3 indikator yaitu: (1) Time based conflict. Waktu yang dibutuhkan untuk menjalankan salah satu tuntutan (keluarga atau pekerjaan) dapat mengurangi waktu untuk menjalankan tuntutan yang lainnya (pekerjaan atau keluarga). (2) Strain‐based conflict. Terjadi pada saat tekanan dari salah satu peran mempengaruhi kinerja peran lainnya. (3)
Behaviour‐based conflict. Berhubungan dengan ketidaksesuaian antara pola perilaku dengan yang digunakan oleh kedua bagian (pekerjaan atau keluarga).
Sumber konflik dalam organisasi dapat ditelusuri melalui konflik dalam diri individu (intrapersonal conflict), konflik antar individu (interpersonal conflict), konflik antarkelompok (intergroup conflict), ataupun konflik antar individu dengan kelompok.
Menurut Luthans (1979 : 400) penyebab intrapersonal conflict/konflik dalam diri individu bisa bersumber dari sifat‐sifat atau ciri‐ciri kepribadian dari orang yang bersangkutan. Ia mengutip hasil penelitian Friedman dan Roseman tentang kepribadian manusia yang mereka klasifikasikan dengan profil tipe A
(15)
commit to user
dan tipe B. Ciri‐ciri orang berkepribadian tipe A adalah : tidak bisa diam, berjalan cepat, makan cepat, bicara cepat, tidak sabar, melakukan dua hal sekaligus, tidak menyukai waktu senggang, terobsesi dengan angka‐angka, mengukur kesuksesan dengan kuantitas, agresif, kompetitif dan selalu merasa dikejar waktu. Sedangkan kepribadian tipe B bercirikan : kurang peduli terhadap waktu, sabar, tidak suka membual, bermain untuk kesenangan bukan kemenangan, santai, tidak dikejar waktu, bertingkah laku tenang dan tidak pernah terburu‐ buru. Orang‐orang bertipe A, lebih cenderung merasakan konflik di dalam diri mereka. Kebanyakan dari mereka akan menderita serangan jantung.Selain itu, penyebab konflik dalam diri adalah apa yang disebut goal conflict. Hal ini terjadi karena seseorang diperhadapkan pada dua tujuan atau karena harus membuat keputusan untuk memilih alternatif yang terbaik.
Episode konflik yang berlaku, adalah :
a. Approach‐approach Conflict
Di mana seseorang mengalami konflik karena dihadapkan pada dua tujuan yang sama‐sama menguntungkan atau sama‐sama disukai, karena memiliki daya tarik yang sama juga. Sebagai contoh, di waktu yang sama, seseorang harus membuat pilihan menerima promosi jabatan yang sudah lama didambakan atau pindah tempat tugas ke tempat lain dengan iming‐iming gaji yang besar.
b. Avoidance‐avoidance Conflict
Di sini seseorang menghadapi situasi yang mengharuskannya terpaksa memilih di antara dua alternatif yang sama‐sama tidak disukai
(16)
commit to user
atau sama‐sama dianggap buruk. Contoh konkrit, seumpama seseorang disuruh memilih untuk dipindahkan kerja ke daerah lain pada lokasi yang tidak menyenangkan, atau tidak pindah ke tempat baru yang disuruh tapi gajinya diturunkan.
c. Approach‐avoidance Conflict
Pada kasus ini, seseorang harus menghadapi situasi di mana waktu seseorang memilih harus menghadapi konsekuensi yang saling bertolak belakang. Misalnya, orang itu akan memperoleh gaji yang sangat besar, tapi harus pindah ke tempat terpencil yang sangat tidak disukai.
Nelson dan Quick (1997 : 385), mengemukakan tiga penyebab
intrapersonal conflict :
a. Inter‐role Conflict
Di mana seseorang mengalami konflik yang bertalian dengan peran dalam hidupnya. Biasanya, pekerja/pegawai mengalami konflik, yang disebut work/home conflict. Contohnya, seorang ibu yang Pegawai Negeri Sipil (PNS) terpaksa harus meninggalkan pekerjaannya, karena harus menjaga anaknya yang dirawat di rumah sakit.
b. Intra‐role Conflict
Ini terjadi bila terdapat konflik yang bertalian dengan peran tunggal
(single role), misalnya saat seseorang menerima perintah yang berbeda dari dua atasannya. Atasan yang satu menyatakan harus menjaga jarak antarkaryawan supaya kinerja tidak terganggu, sementara atasan yang
(17)
commit to user
lain meminta agar semua karyawan mengutamakan kerja tim, sehingga seseorang kesulitan menjalankan perannya.
c. Person‐role Conflict
Sebagai konflik yang muncul dalam melakukan sesuatu yang bertentangan dengan nilai hidup yang dianut. Contohnya, seseorang yang harus menjual produk dengan harga tinggi, padahal seseorang sadar bahwa calon konsumennya membutuhkan keuangan untuk ongkos sekolahnya.
Konflik yang bersumber dari luar misalnya tuntutan lingkungan kerja yang baru, kehilangan kebebasan pribadi, terus‐menerus dipaksa mempelajari keterampilan kerja baru karena tuntutan pekerjaan, dan terlewatkan dalam promosi jabatan.
Beberapa faktor yang dipertimbangkan berpengaruh untuk timbulnya konflik peran ganda, antara lain adalah :
a. Jenis pekerjaan, di mana status pekerjaan tinggi seperti jabatan profesional dan manajerial memiliki tingkat konflik yang tinggi (Gutek dkk, 1991) b. Lama jam kerja di luar rumah (Moen dan McClain, 1987)
c. Keterlibatan orang tua dengan anak, di mana semakin muda usia anak semakin tinggi keterlibatan orang tua (Barnett dan Baruch, 1985)
d. Tingkat androginitas, lama kerja setelah menikah, jumlah anak, dan jumlah pembantu pengganti peran ibu merupakan prediktor timbulnnya konflik peran ganda (Arinta dan Azwar, 1993)
(18)
commit to user
2. Tumbuh Kembang Anak Usia Bawah Dua Tahun a. Definisi
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel, organ, maupun individu sebagai hasil dari proses pematangan fungsi‐fungsi fisik. Hasil pertumbuhan antara lain bertambahnya tinggi dan berat badan, tulang‐tulang menjadi lebih besar–panjang–berat–kuat, perubahan pada sistem persarafan dan perubahan – perubahan pada struktur jasmaniah lainnya. Pertumbuhan dapat diamati dengan mengukur berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul, lingkar lengan, dan lain‐lain.(Latifah M., 2007; Soetjiningsih, 1995)
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan. Di sini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel‐sel tubuh, jaringan tubuh, organ‐organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing‐ masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 1995)
b. Faktor‐faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak
Secara umum terdapat tiga faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, yaitu : (Soetjiningsih, 1995)
(19)
commit to user
Termasuk ke dalam faktor genetik ini antara lain adalah berbagai faktor bawaan yang normal maupun patologik, ras dan jenis kelamin. Di samping itu, beberapa penyakit keturunan yang disebabkan oleh kelainan kromosom seperti sindrom Down dan sindrom Turner akan berpengaruh terhadap hasil akhir dari proses tumbuh kembang.
2) Faktor Hormonal
Hormon‐hormon yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang antar lain adalah : hormon pertumbuhan (growth hormone), hormon tiroid, hormon seks, insulin, IGF (Insulin‐like growth factor), dah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal.
3) Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan bagi tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan lingkungan yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan ini merupakan lingkungan ” bio‐fisiko‐psiko‐sosial yang mempengaruhi individu setiap hari, mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya.
Secara garis besar, faktor lingkungan terhadap tumbuh kembang anak dibagi menjadi faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih di dalam kandungan (Faktor Pra‐natal) dan faktor lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir (Faktor Post‐natal).
(20)
commit to user
1) Faktor Lingkungan Pra‐Natal
Faktor – faktor lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang janin mulai dari konsepsi sampai dengan lahir antara lain : nutrisi ibu selama kehamilan, mekanis (trauma dan cairan ketuban), toksin atau zat kimia, endokrin, infeksi, radiasi, stres, dan imunitas.
2) Faktor Lingkungan Post‐Natal a) Lingkungan Biologis
Ras/suku bangsa, jenis kelamin, dan usia merupakan bagian dari lingkungan post natal yang mempengaruhi tumbuh kembang anak. Nutrisi juga sangat penting dalam tumbuh kembang anak, baik makronutrien maupun mikronutrien. Pemenuhan kebutuhan zat gizi dilakukan melalui pemberian ASI secara tunggal (ASI eksklusif) sejak hari pertama anak dilahirkan hingga usia enam bulan.Imunisasi memiliki peran yang penting untuk meningkatkan ketahanan tubuh anak supaya terhindar dari penyakit‐penyakit yang sering menyebabkan kecacatan atau kematian.
b) Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik meliputi cuaca, musim, keadaan geografs, sanitasi, dan paparan terhadap radiasi.
(21)
commit to user
Stimulasi merupakan hal yang sangat penting dalam tumbuh kembang anak. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang/tidak mendapat stimulasi. Semakin dini dan semakin lama stimulasi diberikan, akan semakin besar manfaatnya. Pada usia bayi 0‐6 bulan, penyesuaian dan persepsi ibu dapat terbentuk melalui proses stimulasi, sedangkan pada usia 0‐36 bulan intelektual dan perilaku mulai terbentuk, sementara pada usia 0‐48 bulan kognitif, dan 0‐96 bulan keahlian membaca dan menulis perlu dirangsang. Stimulasi sejak dini juga sangat diperlukan dalam merangsang perkembangan otak, baik itu otak kanan maupun otak kiri.
Kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang anak ini secara umum dapat digolongkan menjadi 3 kebutuhan dasar (Sularyo, 1993; Soetjiningsih, 1995), yaitu :
1) Kebutuhan fisik‐biomedis (” ASUH ”) meliputi : pangan/gizi, perawatan kesehatan dasar antara lain : imunisasi, penimbangan berat badan, pemberian ASI, pemberian oralit, papan pemukiman yang layak, sanitasi lingkungan, sandang. 2) Kebutuhan emosi/kasih sayang (” ASIH ”) meliputi ikatan yang
(22)
commit to user
memberikan rasa aman, kehangatan. Kekurangan kasih sayang akan menimbulkan sindroma deprivasi maternal.
3) Kebutuhan stimulasi mental (“ ASAH “) meliputi rangsangan visual, permainan, komunikasi verbal, interaksi sosial, dan pengenalan lingkungan.
c. Tahap – tahap dalam proses tumbuh kembang
Masa balita terutama pada usia dua tahun pertama merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat dibandingkan dengan kelompok umur lainnya. Masa ini tidak terulang sehingga disebut window of opportunity untuk menciptakan anak sehat dan cerdas. Intervensi kesehatan dan gizi harus diberikan secara optimal pada periode ini untuk menjamin kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak.
1) Pertumbuhan Fisik
Pertumbuhan fisik berupa tinggi dan berat badan akan terus terjadi hingga seseorang berusia 15 – 20 tahun, dimulai dari bayi dengan berat badan 3,5 kg dan panjang badan 50 cm pada kelahiran cukup bulan hingga mencapai ukuran dewasa yang berbeda‐beda pada masing – masing individu. Faktor genetik memiliki peran utama dalam menentukan tingkat dan kecepatan dari pertumbuhan fisik. Meskipun demikian pertumbuhan yang optimal hanya dapat tercapai pada kondisi lingkungan yang mendukung, seperti nutrisi dan tingkat kesehatan yang baik.
(23)
commit to user
2) Pekembangan Motorik
Pertumbuhan fisik berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak. Perkembangan motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot‐otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik turun tangga, dan sebagainya. Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot‐ otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret‐coret, menyusun balok, menggunting, menulis, dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak dapat berkembang dengan optimal.(Behrmann ; Vaughan , 1992)
Perkembangan kognitif/intelektual anak usia 1 – 2 tahun (12 – 24 bulan) sangat pesat perkembangannya. Pada usia 1 – 2 tahun, anak memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar. Pada usia ini juga, anak mengembangkan rasa keingintahuannya melalui hal‐hal seperti : belajar melalui pengamatan/mengamati, meniru orang tua, belajar konsentrasi, mengenal anggota badan, mampu berpikir antisipatif, memahami
(24)
commit to user
kalimat yang terdiri dari beberapa kata, dan cepat menangkap kata‐kata baru.(Hurlock, Elizabeth B., 1992)
Perkembangan kognitif/intelektual anak usia 2 – 3 tahun (24 – 36 bulan) semakin kompleks. Perkembangan anak usia 2 – 3 tahun ditandai dengan beberapa tahap kemampuan yang dapat dicapai anak, yaitu sebagai berikut : berpikir simbolik, menghitung, berkembangnya pemahaman konsep, puncaknya perkembangan bicara dan bahasa. (Hurlock, Elizabeth B., 1992)
d. Penilaian perrtumbuhan dan perkembangan anak
Untuk penilaian pertumbuhan fisik anak, sering digunakan ukuran – ukuran antropometri yang dibedakan menjadi 2 kelompok yang meliputi :
1) Tergantung umur (age dependent) a) Berat Badan (BB) terhadap umur
b) Tinggi/Panjang Badan (TB/PB) terhadap umur c) Lingkar Kepala (LK) terhadap umur
d) Lingkar Lengan Atas (LLA) terhadap umur 2) Tidak tergantung umur
a) BB terhadap TB b) LLA terhadap TB
Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk menentukan status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status gizi. Penggunaan indeks BB/U , TB/U dan
(25)
commit to user
BB/TB merupakan indikator status gizi untuk melihat adanya gangguan fungsi pertumbuhan dan komposisi tubuh. (Ali , 2010)
Tabel 2.1. Penilaian Status Gizi Berdasarkan Indeks BB/U, TB/U, BB/TB (z‐ score)
No Indeks yang dipakai Batas Pengelompokan Sebutan Status Gizi
1 BB/U < ‐3 SD Gizi buruk
‐ 3 s/d <‐2 SD Gizi kurang
‐2 s/d +2 SD Gizi baik
> +2 SD Gizi lebih 2 TB/U < ‐3 SD Sangat Pendek
‐3 s/d <‐2 SD Pendek
‐ 2 s/d +2 SD Normal
> +2 SD Tinggi
3 BB/TB < ‐3 SD Sangat Kurus
‐ 3 s/d <‐2 SD Kurus
‐ 2 s/d +2 SD Normal
> +2 SD Gemuk
(26)
commit to user
Perkembangan anak menggambarkan peningkatan kematangan fungsi individu yang harus dipantau secara berkala, Penilaian perkembangan anak dinilai melalui anamnesis yang lengkap dan teliti, evaluasi lingkungan anak, evaluasi penglihatan dan pendengaran anak, evaluasi bicara dan bahasa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan neurologis, evaluasi penyakit metabolik, dan penggunaan perangkat – perangkat skrinning guna mengetahui perkembangan anak , misalnya dengan menggunakan tes IQ, Denver Developmental Screening Test (DDST) atau test psikologis lainnya. (Soetjiningsih, 1995)
1) Uji Intelegensi Individual (Uji Stanford Binet)
Uji Intelegensi Stanford Binet adalah suatu perangkat yang telah distandardisasi untuk melihat kecerdasan intelektual (IQ) dan kemampuan kognitif pada anak – anak usia 2 tahun maupun dewasa sampai dengan usia 23 tahun. Perangkat ini dirancang untuk menguji empat area yaitu : verbal, kuantitatif, abstrak, dan visual, serta ingatan jangka pendek. Walaupun sebagian besar terdiri dari unsur – unsur verbal, tes ini dapat dipercaya dan valid. Nilai yang didapat dari tes ini adalah nilai IQ dan umur mental. (Soetjiningsih, 1995)
(27)
commit to user
DDST adalah salah satu metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak untuk mengetahui sedini mungkin penyimpangan perkembangan yang terjadi pada anak sejak lahir sampai berumur 6 tahun. DDST memenuhi semua persyaratan yang diperlukan oleh suatu metode skrining yang baik. Tes ini mudah dan cepat dilakukan (15 – 20 menit), dapat diandalkan dan memiliki validitas yang tinggi. Frankenburg melakukan revisi dan restandardisasi DDST dan memberikan perubahan pada sektor bahasa, dan hasil revisi dari DDST tersebut dinamakan Denver II.
Bidang/aspek yang dinilai dalam Denver II yaitu : personal social, Fine motor adaptive (adaptif – motorik halus), language
(bahasa), gross motor (motorik kasar).(Frankenburg; Dodds; Archer; et al, 1992)
B. Kerangka Pemikiran
Faktor Internal : 1. Genetik 2. Hormonal
3. Lingkungan Pra‐Natal
(28)
commit to user
Gambar 2.1. Skema Kerangka Pemikiran
C. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini yaitu ada hubungan antara konflik peran ganda
ibu dengan tumbuh kembang anak usia bawah dua tahun di Bandar Lampung.
BAB III
Faktor Eksternal : 1. Lingkungan Biologis 2. Lingkungan Fisik 3. Lingkungan PsikoSosial*
(ASUH, ASIH, ASAH )
Keterangan
(29)
commit to user
METODE PENELITIANA. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah observasional
dengan pendekatan cross sectional.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Posyandu Balita yang terdapat di Puskesmas Rawat Inap Kedaton Bandar Lampung pada bulan Juni – Juli 2010
C. Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh ibu bekerja yang memiliki anak usia bawah dua tahun dan tinggal di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Kedaton Bandar Lampung.
D. Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan adalah purposive random sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Besarnya sampel ditentukan dengan menggunakan Rumus Slovin, dengan perhitungan sebagai berikut:
(30)
commit to user
1+Ne2
n : ukuran sampel N : ukuran populasi e : 0,05
Jadi besarnya sampel yang diperlukan, menurut rumus Slovin:
n = N = 32
1+Ne2 1+32(0,05) 2
= 29, 629
Dalam penelitian ini besarnya sampel menjadi 30 orang, dengan kriteria restriksi penelitian sebagai berikut:
1. Kriteria Inklusi
a.Karyawan perempuan yang masih aktif bekerja dan pekerjaannya menghasilkan uang yang dibutuhkan keluarga.
b. Anak usia bawah dua tahun ( < 24 bulan )
c.Anak yang dilahirkan normal dengan masa kehamilan aterm, tidak ditemukan kelainan kongenital atau penyakit genetik yang mudah dikenal melalui pemeriksaan fisik diagnostik.
d.Tinggal di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Kedaton Bandar Lampung
2. Kriteria Eksklusi
a. Ibu rumah tangga/tidak bekerja b. Anak usia > 24 bulan
(31)
commit to user
c. Anak kembar
E. Rancangan Penelitian
Gambar 3.1. Skema Rancangan Penelitian
F. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel bebas : konflik peran ganda ibu
2. Variabel terikat : tumbuh kembang anak bawah dua tahun
3. Variabel pengganggu : usia ibu , status gizi anak, sosial ekonomi, pendidikan
30 sampel ibu bekerja yang mempunyai anak usia bawah dua tahun
di Puskesmas Rawat Inap Kedaton di Bandar
Pengukuran variabel Konflik Peran Ganda Ibu
Pengukuran variabel 1. Tumbuh Anak ( BB/U)
2 K b A k (D T t II)
Analisis uji korelasi Pearson
Seluruh ibu bekerja yang mempunyai anak usia bawah dua tahun ( N=32)
(32)
commit to user
G. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Konflik Peran Ganda Ibu
Yang dimaksud konflik peran ganda ibu adalah kesulitan‐kesulitan yang dirasakan oleh seorang perempuan bekerja yang telah berkeluarga dan mempunyai anak dalam menjalankan kewajiban atau tuntutan peran yang berbeda secara bersamaan sebagai seorang ibu dan karyawan. sehingga ibu tersebut berusaha mematuhi satu di antaranya dan akan mengalami kesulitan.
Tingkat konflik ditentukan berdasarkan penilaian terhadap 6 aspek (menurut skala konflik peran ganda dari Sekaran, 1986 ) . yaitu aspek (1) pengasuhan anak, (2) bantuan pekerjaan di rumah tangga, (3) komunikasi dan interaksi dengan suami‐anak, (4)waktu yang digunakan untuk keluarga, (5) penentuan prioritas, (6) tekanan karier dan keluarga, ditambah dengan satu aspek (Arinta dan Azwar, 1993 ) tentang : (7) pandangan keluarga terhadap karier
Skala pengukuran adalah skala interval
Alat ukur menggunakan kuesioner dengan 41 pertanyaan
2. Tumbuh Kembang Anak Bawah Dua Tahun
Tumbuh kembang anak bawah dua tahun adalah tingkat tumbuh kembang anak usia < 24 bulan yang diukur secara antropometri (berat
(33)
commit to user
badan menurut umur) untuk aspek tumbuhnya dan menggunakan metode skrinning DDST II untuk aspek kembangnya.
a. Kriteria yang dipakai untuk aspek tumbuh adalah :
1. Berat badan anak yang sesuai umur, diberi nilai 1
2. Berat badan anak yang tidak sesuai umur, diberi nilai 0
b. Kriteria yang dipakai untuk aspek kembangnya adalah :
1. Empat aspek yang dites dengan DDST II lulus, diberi nilai 1
2. Empat aspek yang dites dengan DDST II gagal, diberi nilai 0
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala interval dengan rentang nilai 0‐2
H. Bahan dan Instrumen penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah :
1. Skala Konflik Peran Ganda
Skala ini disusun untuk mengungkap tingkat konflik peran ganda pada wanita karir, di mana konflik diperkirakan berasal dari peran dalam pekerjaan dan peran dalam keluarga. Skala ini dibuat dengan mengacu pada Skala Konflik Peran Ganda oleh Sekaran (1986) dan Work‐Family Conflict Scale dari Kopelman dkk. (1983) dan Burley (1989). Skala ini merupakan
(34)
commit to user
skala Likert (method of summated rating ) dimodifikasi dengan empat pilihan (Sutrisno, 1991).
Dalam penyusunan skala konflik peran ganda ada 41 butir pernyataan yang mencakup tujuh aspek dan memiliki koefisien rix bergerak dari 0,304
sampai dengan 0,701 dan koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,914. Ketujuh aspek tersebut, yaitu aspek (1) pengasuhan anak, (2) bantuan pekerjaan di rumah tangga, (3) komunikasi dan interaksi dengan suami‐anak, (4) waktu yang digunakan untuk keluarga, (5) penentuan prioritas, (6) tekanan karier dan keluarga, (7) pandangan keluarga terhadap karier.
Tabel 3.1.Rancangan Instrumen Skala Konflik Peran Ganda Ibu
No ASPEK Nomor butir Jumlah
1. Pengasuhan Anak 1, 7, 13,19, 24, 29, 33 7
2. Bantuan pekerjaan rumah tangga 8, 14 2
3. Komunikasi – interaksi dengan suami‐ anak
2, 9, 15, 20, 25, 30, 40, 41 8
4. Waktu untuk keluarga 3, 10, 21, 34, 37 5
5. Penentuan prioritas 4, 18, 26, 31, 38 5
6. Tekanan karier dan tekanan keluarga
(35)
commit to user
7. Pandangan keluarga terhadapkarier
6, 12, 23, 27, 28, 36, 39 7
2. Peralatan test DDST II, terdiri dari : Kartu Tumbuh Kembang Anak Denver II (Suprapti, 1992), delapan buah kubus kayu berwarna (merah, kuning, hijau, dan biru) masing‐masing dua buah, benang wol merah, manik‐manik, icik‐ icik dengan pegangan (handle) yang kecil, bola tenis, bel kecil, pensil, dan kertas.
3. Alat timbang untuk pengukuran berat badan anak dengan satuan gram
I. Cara Kerja
Tahap pertama dilakukan pemilihan sampel sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan, yaitu ibu yang bekerja dan mempunyai anak berusia antara 0 – 24 bulan , anak yang dilahirkan normal dengan masa kehamilan aterm, tidak ditemukan kelainan kongenital atau penyakit genetik yang mudah dikenal melalui pemeriksaan fisik diagnostik, dan tinggal di wilayah Puskesmas Rawat Inap Kedaton. Semuanya disusun dalam kerangka sampel dengan mengelompokkan berdasarkan desa tempat tinggal. Sampel yang dipilih pada tiap desa digunakan teknik acak sederhana (simple random sampling) yaitu dengan menggunakan kertas undian.
Tahap kedua dilakukan pengumpulan data tentang identitas, keadaan ibu, dan keadaan anak.
(36)
commit to user
Tahap ketiga dilakukan pemeriksaan tumbuh kembang anak. Pemeriksaan dilakukan di tiap Posyandu yang ada di desa tempat tinggal sampel (disesuaikan dengan jadwal hari kerja posyandu). Selain itu juga dilakukan pengisian kuesioner oleh ibu.
J. Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji korelasi Pearson. Data akan diolah dengan menggunakan Statistic Product and Service Solution (SPSS) 16.00 for Windows.
(37)
commit to user
BAB IV HASIL PENELITIAN
Penelitian ini berjenis observasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh ibu bekerja yang memiliki anak usia bawah dua tahun dan tinggal di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Kedaton Bandar Lampung. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive random sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu . Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 orang dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Adapun data penelitian diperoleh dari penyebaran angket kemudian dianalisis secara deskriptif dan statistik.
A. Hasil Uji Normalitas Data Tabel 4.1 Uji Normalitas
Variabel Kolmogorov‐Smirnov
(38)
commit to user
Konflik Peran ganda IbuTumbuh Kembang Anak
30
30
.233
.177
Berdasarkan hasil uji normalitas Kolmogorov‐Smirnov di atas diperoleh nilai Sig. untuk konflik peran ganda ibu sebesar 0,233 dan tumbuh kembang anak 0,177. Oleh karena kedua variabel tersebut memiliki nilai signifikansi lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 maka dapat dinyatakan seluruh data berdistribusi normal.
B. Hasil Distribusi Data
1. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Anak Usia Bawah Dua Tahun
Tabel 4.2.Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Anak Usia Bawah Dua Tahun No Jenis Kelamin Responden Jumlah Persen
1 Laki‐laki 14 46,7 %
2 Perempuan 16 53,3 %
Jumlah 30 100,0 %
Sumber: Data Primer diolah 2010
(39)
commit to user
Dari Tabel 4.2 sebagian besar anak usia bawah dua tahun berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 16 anak (53,3%) sedangkan responden berjenis kelamin laki‐laki sebesar 14 anak (46,7%).
2. Distribusi Frekuensi Status Gizi Anak Usia Bawah Dua Tahun
Tabel 4.3.Distribusi Frekuensi Status Gizi Anak Usia Bawah Dua Tahun
No Status Gizi Jumlah Persen
1 Buruk 1 3,3 %
2 Baik 21 70,0 %
3 Lebih 8 26,7 %
Jumlah 30 100,0 %
Sumber: Data Primer diolah 2010
Dari Tabel 4.3 sebagian besar status gizi anak usia bawah dua tahun baik yaitu sebesar 21 anak (70,0%) gizi anak usia bawah dua tahun lebih sebesar 8 anak (26,7%) dan gizi anak usia bawah dua tahun buruk 1 anak (3,3%).
3. Distribusi Frekuensi Peran Ganda Ibu
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Peran Ganda Ibu
(40)
commit to user
1 Tidak Konflik 5 16,7 %
2 Konflik 25 83,3 %
Jumlah 30 100,0 %
Sumber: Data Primer diolah 2010
Dari Tabel 4.4 sebagian besar peran ganda ibu menyebabkan konflik sebesar 25 orang (83,3%) sedangkan tidak konflik sebesar 5 orang (16,7%).
4. Sebaran Umur Anak Usia Bawah Dua Tahun
Umur anak usia bawah dua tahun pada penelitian ini adalah minimum 1 bulan dan maksimum 23 bulan. Nilai mean 13,13 dan standar deviasi 6,857. Anak berusia < 6 bulan sebanyak 6 anak dan yang berusia > 6 bulan sebanyak 24 anak.
5 . Nilai Konflik Peran Ganda Ibu
Kisaran nilai Konflik Peran Ganda Ibu pada penelitian ini adalah 27–86. Nilai mean 48,47 dan standar deviasi 17,51
6. Nilai Tumbuh Kembang
Kisaran nilai tumbuh kembang pada penelitian ini adalah 0–2. Nilai mean 1,03 dan standar deviasi 0,76
(41)
commit to user
Variabel tumbuh kembang anak usia bawah dua tahun yang berkategori buruk dan peran ganda ibu tidak ada konflik sebesar 4 (13,3%) dan yang ada konflik sebesar 4 (13,3%), variabel tumbuh atau kembang anak usia bawah dua tahun yang berkategori baik dan peran ganda ibu tidak ada konflik sebesar 1 (3,3%) dan yang ada konflik sebesar 12 (40%) Sedangkan tumbuh kembang anak usia bawah dua tahun baik dan peran ganda ibu tidak konflik sebesar 0 (0%) dan yang ada konflik sebesar 9 (30%).
Dalam penelitian ini rumus analisis yang digunakan yakni korelasi
product moment pearson untuk mencari hubungan antara variabel konflik peran ganda ibu terhadap tumbuh kembang anak usia bawah dua tahun dengan hasil uji normalitas Kolmogorov‐Smirnov memperlihatkan nilai P value
> 0.05 yang dianggap distribusinya normal. Dengan menggunakan SPSS dihasilkan korelasi product moment pearson atau
r
hitung sebesar 0,521dengan P value sebesar 0,003 < 0,05, yang berarti ada hubungan yang signifikan antara konflik peran ganda ibu terhadap tumbuh kembang anak usia bawah dua tahun, dan besarnya sumbangan 52,10%, sedangkan sisanya 47,90% dipengaruhi oleh variabel luar.
BAB V PEMBAHASAN
(42)
commit to user
Peran ganda ibu dengan anak usia bawah dua tahun sebagian besar mengalami konflik sebesar 83,3%, karena pada realitasnya, ternyata perempuan di dunia kerja tidak selalu mendapat dukungan dari lingkungan terdekat seperti keluarga ataupun organisasi tempat bekerja. Kondisi seperti ini potensial memunculkan konflik, terutama pada perempuan pekerja yang sudah menikah. Pada karyawan perempuan berkeluarga, potensi munculnya konflik peran menjadi semakin besar. Peran ganda bagi wanita dapat dikatakan memiliki konsep dualisme kultural, yakni adanya konsep lingkungan domestik dan konsep lingkungan masyarakat. Lingkungan domestik merupakan lingkungan yang terkait dengan kodratnya sebagai wanita, yaitu sebagai ibu yang melahirkan, menyusui, mendidik, mengasuh anak dan mendampingi suami. Sedangkan lingkungan publik adalah lingkungan pekerjaan di luar rumah yang diakui secara formal oleh masyarakat, seperti kedudukan, kepuasan, gaji, dan status sosial. Setiap peran tentu saja menuntut konsekuensi dan tanggung jawab yang berbeda, yang kadang‐kadang saling bertentangan. Tuntutan‐tuntutan seperti itu memungkinkan terjadinya perasaan tertekan/stres dan beban pikiran.
Menurut Rustiani (1996) hubungan antara seseorang dengan lingkungan pekerjaannya dapat menyebabkan terjadinya tekanan psikologis yang selanjutnya akan mempengaruhi perilaku, baik di lingkungan kerja maupun lingkungan keluarga. Bentuk nyata tekanan psikologis tersebut adalah konflik peran ganda. Konflik peran ganda di antaranya disebabkan oleh tekanan organisasional di tempat kerja dan atau ketidaksesuaian antara harapan dengan pencapaian hasil.
Pada tumbuh kembang anak sebagian besar tumbuh atau kembang baik yaitu sebesar 43,3%. Menurut Latifah (2007) pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel, organ, maupun
(43)
commit to user
individu sebagai hasil dari proses pematangan fungsi‐fungsi fisik. Hasil pertumbuhan antara lain bertambahnya tinggi dan berat badan. Pertumbuhan dapat diamati dengan mengukur berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul, lingkar lengan, dan lain‐lain. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan. Di sini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel‐sel tubuh, jaringan tubuh, organ‐organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing‐masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.
Masa balita terutama pada usia dua tahun pertama merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat dibandingkan dengan kelompok umur lainnya. Masa ini tidak terulang sehingga disebut window of opportunity untuk menciptakan anak sehat dan cerdas. Intervensi kesehatan dan gizi harus diberikan secara optimal pada periode ini untuk menjamin kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak. Faktor genetik memiliki peran utama dalam menentukan tingkat dan kecepatan dari pertumbuhan fisik. Meskipun demikian pertumbuhan yang optimal hanya dapat tercapai pada kondisi lingkungan yang mendukung, seperti nutrisi dan tingkat kesehatan yang baik Sedangkan menurut Behrmann ; Vaughan (1992) pertumbuhan fisik berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak. Perkembangan motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot‐otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang
(44)
commit to user
dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik turun tangga, dan sebagainya. Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot‐otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret‐coret, menyusun balok, menggunting, menulis, dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak dapat berkembang dengan optimal.
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan bagi tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan lingkungan yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan ini merupakan lingkungan ” bio‐fisiko‐psiko‐sosial”. Secara garis besar, faktor lingkungan terhadap tumbuh kembang anak dibagi menjadi faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih di dalam kandungan (Faktor Pra‐natal) dan faktor lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir (Faktor Post‐ natal). Lingkungan asuhan anak merupakan faktor eksternal yang pengaruhnya paling kuat terhadap tumbuh kembang anak, terutama interaksi ibu dan anak. Semakin muda umur anak, semakin tinggi pengaruh interkasi ibu dan anak tersebut (Satoto, 1990)
Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara konflik peran ganda ibu terhadap tumbuh kembang anak usia bawah dua tahun, dengan nilai p=0,003 (p<0.05) dengan besarnya sumbangan 52,10%, sedangkan sisanya 47,90% dipengaruhi oleh variabel luar Tumbuh kembang anak usia bawah dua tahun yang berkategori buruk dan peran ganda ibu tidak ada konflik sebesar 4 (13,3%) dan yang ada konflik sebesar 4 (13,3%), tumbuh atau
(45)
commit to user
kembang anak usia bawah dua tahun yang berkategori baik dan peran ganda ibu tidak ada konflik sebesar 1 (3,3%) dan yang ada konflik sebesar 12 (40%) Sedangkan tumbuh kembang anak usia bawah dua tahun baik dan peran ganda ibu tidak konflik sebesar 0 (0%) dan yang ada konflik sebesar 9 (30%). Berdasarkan hasil tersebut ibu yang mengalami konflik peran ganda belum tentu tumbuh kembang anaknya menjadi buruk. Hal ini mungkin dikarenakan adanya pemfungsian keluarga yang baik seperti menurut Monk (1996) bahwa kasih sayang yang sangat diperlukan bagi perkembangan anak bukan hanya berasal dai ibu biologik, tetapi dapat pula oleh orang lain yang berfungsi sebagai ibu pengganti. Ibu pengganti yang melaksanakan berbagai fungsi ibu ini dapat diperankan atau dibantu oleh anggota keluarga yang lain baik ayah, saudara atau oleh seorang pembantu rumah tangga. Fungsi ibu yang diperankan oleh anggota
keluarga lain tadi menurut Fuller (1993) disebut pemfungsian keluarga (family
functioningz). Pemfungsian keluarga tersebut sangat bermanfaat untuk menutupi
kekurangmampuan ibu biologik dalam merawat anaknya. Anak yang memperoleh kehangatan dan mendapatkan stimulasi yang penuh kasih sayang dari seseorang yang berperan sebagai ibu akan sangat berpengaruh positif bagi tumbuh kembangnya. ( Sularyo, 1993 )
Beberapa faktor yang dipertimbangkan berpengaruh untuk timbulnya konflik peran ganda, antara lain (1) Jenis pekerjaan, di mana status pekerjaan tinggi seperti jabatan profesional dan manajerial memiliki tingkat konflik yang tinggi (Gutek dkk, 1991), (2) Lama jam kerja di luar rumah dan keketatan alokasi jam kerja di mana karyawan perusahaan atau burh memiliki alokasi jam kerja yang lebih ketat
(46)
commit to user
dibandingkan pedagang dan buruh cuci, (3) Keterlibatan orang tua dengan anak, di mana semakin muda usia anak semakin tinggi keterlibatan orang tua (Barnett dan Baruch, 1985), (4) Tingkat androginitas, lama kerja setelah menikah, jumlah anak, dan jumlah pembantu pengganti peran ibu merupakan prediktor timbulnnya konflik peran ganda (Arinta dan Azwar, 1993)
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil penelitian sejumlah 30 responden yaitu hubungan antara konflik peran ganda ibu terhadap tumbuh kembang anak usia bawah dua tahun, dapat disimpulkan sebagai berikut:
(47)
commit to user
1. Ada hubungan yang signifikan antara konflik peran ganda ibu terhadap
tumbuh kembang anak usia bawah dua tahun dengan nilai p = 0,003 (p < 0,05)
2. Kekuatan atau tingkat hubungan konflik peran ganda ibu terhadap tumbuh
kembang anak usia bawah dua tahun mempunyai hubungan kuat dengan nilai koefisien korelasi nilai r = 0,521.
B. Saran
1. Bagi Instansi Terkait
Menjalin kerjasama dengan pemerintahan dan organisasi non pemerintah untuk memberikan penyuluhan kepada ibu yang bekerja diluar rumah tentang tumbuh kembang anak usia bawah dua tahun.
2. Bagi peneliti selanjutnya.
Penelitian lebih lanjut diharapkan lebih banyak menambahkan variabel yang diteliti, terutama faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak usia bawah dua tahun.
(1)
commit to user
Peran ganda ibu dengan anak usia bawah dua tahun sebagian besar mengalami konflik sebesar 83,3%, karena pada realitasnya, ternyata perempuan di dunia kerja tidak selalu mendapat dukungan dari lingkungan terdekat seperti keluarga ataupun organisasi tempat bekerja. Kondisi seperti ini potensial memunculkan konflik, terutama pada perempuan pekerja yang sudah menikah. Pada karyawan perempuan berkeluarga, potensi munculnya konflik peran menjadi semakin besar. Peran ganda bagi wanita dapat dikatakan memiliki konsep dualisme kultural, yakni adanya konsep lingkungan domestik dan konsep lingkungan masyarakat. Lingkungan domestik merupakan lingkungan yang terkait dengan kodratnya sebagai wanita, yaitu sebagai ibu yang melahirkan, menyusui, mendidik, mengasuh anak dan mendampingi suami. Sedangkan lingkungan publik adalah lingkungan pekerjaan di luar rumah yang diakui secara formal oleh masyarakat, seperti kedudukan, kepuasan, gaji, dan status sosial. Setiap peran tentu saja menuntut konsekuensi dan tanggung jawab yang berbeda, yang kadang‐kadang saling bertentangan. Tuntutan‐tuntutan seperti itu memungkinkan terjadinya perasaan tertekan/stres dan beban pikiran.
Menurut Rustiani (1996) hubungan antara seseorang dengan lingkungan pekerjaannya dapat menyebabkan terjadinya tekanan psikologis yang selanjutnya akan mempengaruhi perilaku, baik di lingkungan kerja maupun lingkungan keluarga. Bentuk nyata tekanan psikologis tersebut adalah konflik peran ganda. Konflik peran ganda di antaranya disebabkan oleh tekanan organisasional di tempat kerja dan atau ketidaksesuaian antara harapan dengan pencapaian hasil.
Pada tumbuh kembang anak sebagian besar tumbuh atau kembang baik yaitu sebesar 43,3%. Menurut Latifah (2007) pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel, organ, maupun
(2)
individu sebagai hasil dari proses pematangan fungsi‐fungsi fisik. Hasil pertumbuhan antara lain bertambahnya tinggi dan berat badan. Pertumbuhan dapat diamati dengan mengukur berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul, lingkar lengan, dan lain‐lain. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan. Di sini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel‐sel tubuh, jaringan tubuh, organ‐organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing‐masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.
Masa balita terutama pada usia dua tahun pertama merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat dibandingkan dengan kelompok umur lainnya. Masa ini tidak terulang sehingga disebut window of opportunity untuk menciptakan anak sehat dan cerdas. Intervensi kesehatan dan gizi harus diberikan secara optimal pada periode ini untuk menjamin kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak. Faktor genetik memiliki peran utama dalam menentukan tingkat dan kecepatan dari pertumbuhan fisik. Meskipun demikian pertumbuhan yang optimal hanya dapat tercapai pada kondisi lingkungan yang mendukung, seperti nutrisi dan tingkat kesehatan yang baik Sedangkan menurut Behrmann ; Vaughan (1992) pertumbuhan fisik berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak. Perkembangan motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot‐otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang
(3)
commit to user
dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik turun tangga, dan sebagainya. Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot‐otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret‐coret, menyusun balok, menggunting, menulis, dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak dapat berkembang dengan optimal.
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan bagi tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan lingkungan yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan ini merupakan lingkungan ” bio‐fisiko‐psiko‐sosial”. Secara garis besar, faktor lingkungan terhadap tumbuh kembang anak dibagi menjadi faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih di dalam kandungan (Faktor Pra‐natal) dan faktor lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir (Faktor Post‐ natal). Lingkungan asuhan anak merupakan faktor eksternal yang pengaruhnya paling kuat terhadap tumbuh kembang anak, terutama interaksi ibu dan anak. Semakin muda umur anak, semakin tinggi pengaruh interkasi ibu dan anak tersebut (Satoto, 1990)
Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara konflik peran ganda ibu terhadap tumbuh kembang anak usia bawah dua tahun, dengan nilai p=0,003 (p<0.05) dengan besarnya sumbangan 52,10%, sedangkan sisanya 47,90% dipengaruhi oleh variabel luar Tumbuh kembang anak usia bawah dua tahun yang berkategori buruk dan peran ganda ibu tidak ada konflik sebesar 4 (13,3%) dan yang ada konflik sebesar 4 (13,3%), tumbuh atau
(4)
kembang anak usia bawah dua tahun yang berkategori baik dan peran ganda ibu tidak ada konflik sebesar 1 (3,3%) dan yang ada konflik sebesar 12 (40%) Sedangkan tumbuh kembang anak usia bawah dua tahun baik dan peran ganda ibu tidak konflik sebesar 0 (0%) dan yang ada konflik sebesar 9 (30%). Berdasarkan hasil tersebut ibu yang mengalami konflik peran ganda belum tentu tumbuh kembang anaknya menjadi buruk. Hal ini mungkin dikarenakan adanya pemfungsian keluarga yang baik seperti menurut Monk (1996) bahwa kasih sayang yang sangat diperlukan bagi perkembangan anak bukan hanya berasal dai ibu biologik, tetapi dapat pula oleh orang lain yang berfungsi sebagai ibu pengganti. Ibu pengganti yang melaksanakan berbagai fungsi ibu ini dapat diperankan atau dibantu oleh anggota keluarga yang lain baik ayah, saudara atau oleh seorang pembantu rumah tangga. Fungsi ibu yang diperankan oleh anggota keluarga lain tadi menurut Fuller (1993) disebut pemfungsian keluarga (family
functioningz). Pemfungsian keluarga tersebut sangat bermanfaat untuk menutupi
kekurangmampuan ibu biologik dalam merawat anaknya. Anak yang memperoleh kehangatan dan mendapatkan stimulasi yang penuh kasih sayang dari seseorang yang berperan sebagai ibu akan sangat berpengaruh positif bagi tumbuh kembangnya. ( Sularyo, 1993 )
Beberapa faktor yang dipertimbangkan berpengaruh untuk timbulnya konflik peran ganda, antara lain (1) Jenis pekerjaan, di mana status pekerjaan tinggi seperti jabatan profesional dan manajerial memiliki tingkat konflik yang tinggi (Gutek dkk, 1991), (2) Lama jam kerja di luar rumah dan keketatan alokasi jam kerja di mana karyawan perusahaan atau burh memiliki alokasi jam kerja yang lebih ketat
(5)
commit to user
dibandingkan pedagang dan buruh cuci, (3) Keterlibatan orang tua dengan anak, di mana semakin muda usia anak semakin tinggi keterlibatan orang tua (Barnett dan Baruch, 1985), (4) Tingkat androginitas, lama kerja setelah menikah, jumlah anak, dan jumlah pembantu pengganti peran ibu merupakan prediktor timbulnnya konflik peran ganda (Arinta dan Azwar, 1993)
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil penelitian sejumlah 30 responden yaitu hubungan antara konflik peran ganda ibu terhadap tumbuh kembang anak usia bawah dua tahun, dapat disimpulkan sebagai berikut:
(6)
1. Ada hubungan yang signifikan antara konflik peran ganda ibu terhadap
tumbuh kembang anak usia bawah dua tahun dengan nilai p = 0,003 (p < 0,05)
2. Kekuatan atau tingkat hubungan konflik peran ganda ibu terhadap tumbuh kembang anak usia bawah dua tahun mempunyai hubungan kuat dengan nilai koefisien korelasi nilai r = 0,521.
B. Saran
1. Bagi Instansi Terkait
Menjalin kerjasama dengan pemerintahan dan organisasi non pemerintah untuk memberikan penyuluhan kepada ibu yang bekerja diluar rumah tentang tumbuh kembang anak usia bawah dua tahun.
2. Bagi peneliti selanjutnya.
Penelitian lebih lanjut diharapkan lebih banyak menambahkan variabel yang diteliti, terutama faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak usia bawah dua tahun.