Pengaruh Jenis Koil Terhadap Percikan Bunga Api Busi

Gambar diatas merupakan hasil pengujian percikan bunga api busi NGK Standar dengan variasi koil standar A, koil KTC Racing A’. Dari hasil pengujian, terdapat perbedaan ukuran dan warna bunga api yang cukup signifikan disebabkan oleh jenis koil yang digunakan. Pada pengujian ini, penggunaan koil KTC Racing yang menghasilkan arus listrik yang tinggi pada busi NGK Standar, menghasilkan ukuran percikan bunga api yang lebih besar dibandingkan dengan menggunakan koil standar dan menghasilkan warna bunga api biru. Warna tersebut menunjukkan bahwa penggunaan koil KTC Racing pada busi NGK Standar memiliki suhu bunga api yang lebih tinggi dibandingkan dengan penggunan koil standar dengan nilai suhu mencapai 9000 s.d. 10000 Kelvin.

2. Busi NGK G-Power

Pada gambar 4.4 merupakan perbandingan percikan bunga api yang dihasilkan pada busi NGK CPR6EAGP-9 NGK G-Power dengan menggunakan koil standar B dan koil KTC Racing B ’. Gambar 4.4. Percikan Bunga Api Busi dengan Menggunakan Koil Standar B, Koil KTC Racing B’, dan Busi NGK G-Power Gambar 4.4. merupakan hasil pengujian percikan bunga api busi NGK G- Power dengan variasi koil standar B, koil KTC Racing B’. Dari hasil pengujian, terdapat perbedaan ukuran dan warna bunga api yang cukup signifikan yang disebabkan oleh jenis koil yang digunakan. Pada pengujian ini, penggunaan koil KTC Racing yang menghasilkan arus listrik yang tinggi pada busi NGK G-Power, menghasilkan ukuran percikan bunga api yang lebih besar dibandingkan dengan menggunakan koil standar dan menghasilkan warna bunga api biru tua. Warna tersebut menunjukkan bahwa penggunaan koil KTC Racing pada busi NGK G- Power memiliki suhu bunga api yang lebih tinggi dibandingkan dengan penggunan koil standar dengan nilai suhu mencapai 10000 s.d. 12000 Kelvin. B B’ ’

3. Busi TDR Ballistic

Pada gambar 4.5 merupakan perbandingan percikan bunga api yang dihasilkan pada busi TDR Ballistic dengan menggunakan koil standar C dan koil KTC Racing C’. Gambar 4.5. Percikan Bunga Api Busi dengan Menggunakan Koil Standar C, Koil KTC Racing C’, dan Busi TDR Ballistic Gambar 4.5. merupakan hasil pengujian percikan bunga api busi TDR Ballistic dengan variasi koil standar C, koil KTC Racing C’. Dari hasil pengujian, terdapat perbedaan ukuran dan warna bunga api yang cukup signifikan yang disebabkan oleh jenis koil yang digunakan. Pada pengujian ini, penggunaan koil KTC Racing yang menghasilkan arus listrik yang tinggi pada busi TDR Ballistic menghasilkan ukuran percikan bunga api yang lebih besar dibandingkan dengan menggunakan koil standar dan menghasilkan percikan bunga api berwarna ungu. Warna tersebut menunjukkan bahwa penggunaan koil KTC Racing pada busi TDR Ballistic memiliki suhu bunga api yang lebih tinggi dibandingkan dengan penggunan koil standar dengan nilai suhu mencapai 6500 s.d. 8000 Kelvin.

4. Busi Denso Iridium

Pada gambar 4.6 merupakan perbandingan percikan bunga api yang dihasilkan pada busi DENSO Iridium dengan menggunakan koil standar D dan koil KTC Racing D’. Gambar 4.6. Percikan Bunga Api Busi dengan Menggunakan Koil Standar D, Koil KTC Racing D’, dan Busi Denso Iridium C C’ D D’ Gambar 4.6. merupakan hasil pengujian percikan bunga api busi Denso Iridium dengan variasi koil standar D, koil KTC Racing D’. Dari hasil pengujian, terdapat perbedaan ukuran dan warna bunga api yang cukup signifikan yang disebabkan oleh jenis koil yang digunakan. Pada pengujian ini, penggunaan koil KTC Racing yang menghasilkan arus listrik yang tinggi pada busi Denso Iridium menghasilkan ukuran percikan bunga api yang lebih besar dibandingkan dengan menggunakan koil standar dan menghasilkan warna bunga api kombinasi biru muda dan ungu. Warna tersebut menunjukkan bahwa penggunaan koil KTC Racing pada busi Denso Iridium memiliki suhu bunga api yang lebih tinggi dibandingkan dengan penggunan koil standar dengan nilai suhu mencapai 8000 s.d. 9000 Kelvin. Dari pengujian percikan bunga api busi, dapat disimpulkan bahwa busi NGK G-Power dengan koil KTC Racing merupakan busi yang paling baik diantara 3 busi yang lainnya. Hal ini disebabkan oleh inti elektroda busi NGK G-Power yang terbuat dari Platinum merupakan penghantar panas yang baik, bentuk elektroda busi NGK G-Power yang runcing merupakan penghasil bunga api yang besar, dan juga koil KTC Racing yang merupakan penghasil arus yang tinggi. Jika ketiga keunggulan yang dimiliki oleh busi dan koil tersebut disatukan, maka akan diperoleh percikan bunga api dan suhu busi yang tinggi yang dapat membantu proses pembakaran dalam ruang bakar menjadi lebih sempurna dan dapat menghasilkan torsi dan daya yang maksimum.

4.2. Hasil Pengujian Kinerja Mesin

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan torsi dan daya kinerja mesin 4 langkah 135cc dengan variasi pada penggunaan 2 jenis koil dan 4 jenis busi dengan menggunakan bahan bakar pertamax plus. Pengujian dilakukan pada putaran mesin 4000 sampai dengan 9500 rpm pada mesin sepeda motor dengan menggunakan dynamometer. 4.2.1. Karakteristik Torsi dan Daya Mesin dengan Variasi 4 Jenis Busi 4.2.1.1. Torsi Mesin dengan 4 Jenis Busi Pada tabel dibawah ini menunjukkan data hasil pengujian torsi N.m terhadap variasi putaran mesin rpm dengan kondisi mesin standar menggunakan bahan bakar pertamax plus dengan kondisi pengujian menggunakan CDI standar, 2 jenis koil yaitu koil standar dan koil KTC Racing, dan 4 jenis busi yaitu busi NGK Standar, busi NGK G-Power Platinum, busi TDR Ballistic, dan busi Denso Iridium. Tabel 4.1. Perbandingan torsi pada 4 jenis busi dengan koil standar RPM NGK Standar N.m NGK G-Power N.m TDR Ballistic N.m Denso Iridium N.m 4000 10.79 10.89 10.87 10.6 4250 10.79 10.89 10.87 10.73 4500 11.28 11.24 11.19 11.14 4750 12.01 11.77 11.76 11.65 5000 12.04 12.13 12.07 11.8 5250 12.32 11.87 12.02 12.05 5353 12.38 11.87 12.02 12.05 5500 12.14 12.27 12.14 11.82 5750 12.17 12.07 12.05 11.97 5944 12.17 12.39 12.05 11.97 6000 11.95 12.34 12.04 12.06 6250 12.17 12.11 12.36 12.07 6270 12.17 12.11 12.36 12.07 6432 12.17 12.11 12.36 12.25 6500 12.07 11.97 11.91 12.09 6750 11.73 11.92 11.63 11.95 7000 11.65 11.62 11.65 11.54 7250 11.53 11.38 11.36 11.17 7257 11.53 11.38 11.36 11.17 7500 11.11 10.91 11.17 10.83 7725 11.11 10.91 11.17 10.81 7750 10.66 10.46 10.64 10.65 8000 10.19 10.29 10.41 10.16 8096 10.19 10.29 10.53 10.16 8250 9.77 10.06 9.97 9.97 8404 9.77 10.03 9.97 9.97 8500 9.58 9.69 9.77 9.37

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENGGUNAAN VARIASI 3 JENIS BUSI TERHADAP KARAKTERISTIK PERCIKAN BUNGA API DAN KINERJA MOTOR BENSIN 4 LANGKAH HONDA BLADE 110 CC BERBAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX 95

1 9 6

KAJIAN EKSPERIMENTAL TENTANG PENGARUH PENGGUNAAN VARIASI 2 JENIS CDI RACING TERHADAP KINERJA MOTOR DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR MOTOR BENSIN 4 LANGKAH 125CC BERBAHAN BAKAR PERTALITE

0 26 100

KAJIAN EKSPERIMENTAL TENTANG PENGARUH PENGGUNAAN VARIASI 2 JENIS KOIL DAN VARIASI 4 JENIS BUSI TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN 4 LANGKAH 135 CC BERBAHAN BAKAR PERTALITE

5 23 103

KAJIAN EKSPERIMENTAL TENTANG PENGARUH PENGGUNAAN VARIASI 2 JENIS KOIL DAN VARIASI 4 JENIS BUSI TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN 4 LANGKAH 135 CC BERBAHAN BAKAR PERTAMAX

1 19 150

KAJIAN EKSPERIMENTAL TENTANG PENGARUH VARIASI 2 JENIS KOIL DAN 4 JENIS BUSI TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN 4 LANGKAH 135 CC BERBAHAN BAKAR PREMIUM

2 19 137

KAJIAN EKSPERIMENTAL TENTANG PENGARUH VARIASI CDI DAN KNALPOT TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN EMPAT LANGKAH 150 CC BERBAHAN BAKAR PERTAMAX

5 25 90

KAJIAN EKSPERIMENTAL TENTANG PENGARUH VARIASI CDI DAN KNALPOT TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN EMPAT LANGKAH 150 CC BERBAHAN BAKAR PERTAMAX PLUS

0 15 84

PENGARUH PENGGUNAAN VARIASI 2 JENIS KOIL DAN VARIASI 3 JENIS BUSI TERHADAP KARAKTERISTIK PERCIKAN BUNGA API DAN KINERJA MOTOR BENSIN 4 LANGKAH HONDA BLADE 110 CC BERBAHAN BAKAR PREMIUM

1 12 103

PENGARUH PENGGUNAAN VARIASI 3 JENIS BUSI TERHADAP KARAKTERISTIK PERCIKAN BUNGA API DAN KINERJA MOTOR BENSIN 4 LANGKAH HONDA BLADE 110 CC BERBAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX 95

2 20 106

ANALISA VARIASI BUSI TERHADAP PERFORMA MOTOR BENSIN 4 LANGKAH Analisa Variasi Busi Terhadap Performa Motor Bensin 4 Langkah.

0 2 18