dilakukan merupakan bagian dari misinya sebagai kontrol sosial dalam masyarakat baik kepada lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, maupun masyarakat pada
umumnya.
2. Ki Enthus Susmono dan Keterlibatannya dalam Politik Lokal di Tegal
Sebelum terjun secara langsung ke ranah politik lokal di Kabupaten Tegal mencalonkan diri sebagai Bupati Kabupaten Tegal, Ki Enthus Susmono telah
melakukan beberapa aktifitas atau aksi yang berkaitan dengan kondisi politik yang terjadi di daerah yang terkenal dengan sebutan kota warteg tersebut. Ki Enthus
Susmono aktif dalam mengawasi segala macam segi kehidupan yang ada di Kabupaten Tegal. Seperti yang sebelumnya dijelaskan, kontrol sosial yang
dilakukan Ki Enthus Susmono terhadap kondisi yang terjadi di masyarakat sering dilakukan dengan ditampilkan melalui pentas pewayangannya.
Tidak hanya melalui media wayang, kontrol dan kritik sosial yang dilakukan Ki Enthus Susmono juga dilakukan dengan langsung bertindak atau aksi.
Tercatat Ki Enthus Susmono telah melakukan beberapa aksi terkait kondisi politik yang terjadi di Tegal. Salah satu aksi yang dilakukan Ki Enthus Susmono terjadi di
era orde baru pada saat turut serta dengan para demonstran dari berbagai kalangan baik mahasiswa, aktifis, aliansi, ormas seperti Muhammadiyah dan NU, serta
masyarakat hingga tokoh dan ulama di Tegal dalam menuntut pencopotan Walikota Kota Tegal, HM Zakir, dari jabatannya. Pada tahun 1998, hampir bersamaan
60
dengan runtuhnya rezim Soeharto, tepatnya pada tanggal 20 Mei 1998, Ki Enthus Susmono selaku pimpinan Kiret Komite Reformasi Tegal, bersama dengan
berbagai aliansi seperti FKMPT Forum Komunikasi Mahasiswa dan Pemuda Tegal, dan KAMUR Kesatuan Aksi Mahasiwa Untuk Reformasi menyuarakan
tuntutan agar Walikota Kota Tegal HM Zakir diturunkan dari jabatannya karena dianggap telah melakukan banyak tindakan korupsi dan kolusi. Pada tanggal 9 Juni
1998, Ki Enthus Susmono menjadi salah satu pemimpin aksi yang dilakukan di Pendopo kantor Kotamadya sebelum pemerintah Kabupaten Tegal pindah ke
Slawi. Ki Enthus Susmono dan pimpinan KAMUR, Bambang Siregar melakukan orasi yang berisi tentang tuntutan-tuntutan yang intinya adalah agar Walikota HM
Zakir segera melepas jabatannya. Di kesempatan lain, masih dalam rangka menuntut Walikota HM Zakir
untuk turun dari jabatannya, pada tanggal 17 Agustus 1998 Ki Enthus Susmono di hadapan massa yang merupakan mahasiswa Universitas Pancasakti Tegal UPS
menyampaikan akan menggelar pentas seni wayang selama satu minggu dengan kisah “Reformasi Lupit”. Kisah Reformasi Lupit yang dimainkan oleh Ki Enthus
Susmono adalah representasi kondisi Kota Tegal saat itu yang sedang dipimpin oleh seorang raja bernama Kalamuzakar. Lupit sendiri merupakan tokoh yang
merepresentasikan rakyat Tegal. Kisah yang dipentaskan Ki Enthus Susmono yang lain sebagai bentuk aksi perlawanan dalam situasi yang terjadi di Tegal adalah
kisah Gareng Gugat, dimana di akhir kisah tersebut salah satu tokoh wayang
61
sebagai Walikota muncul kemudian mati tercebur ke dalam sumur. Kematian tokoh wayang tersebut dianggap sebagai ritual penggulingan Walikota HM Zakir
dan dirayakan oleh 70.000 orang yang bertempat di alun-alun Tegal.
32
Tahun 2008 kembali menjadi tahun politik bagi Kabupaten Tegal yakni dengan diselenggarakannya pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Tegal,
dan pada tahun itu juga Ki Enthus Susmono kembali bertingkah. Dalam perhelatan 5 tahunan tersebut, Ki Enthus Susmono beserta massanya melakukan protes terkait
hasil pemilihan Bupati dan Wakil Bupati. Ki Enthus Susmono dan masa memprotes hasil pemilihan yang dianggap telah terjadi penggelembungan suara pada pasangan
calon Agus Riyanto – Hery Soelistiyawan. Protes tersebut berujung aksi yang dikomando oleh Ki Enthus sendiri dihadapan kurang lebih 500 orang. Selain itu Ki
Enthus Susmono juga membawa masanya ke kantor Radio Pertiwi yang kemudian melakukan siaran dan pengrusakan pagar kantor tersebut. Akibatnya tindakan
tersebut dianggap sebagai tindakan provokasi sehingga Ki Enthus Susmono dilaporkan dan didakwa melanggar pasal 160 KUHP tentang Penghasutan, dan
untuk tindakannya terhadap kantor Radio Pertiwi Ki Enthus Susmono didakwa melanggar pasal 335 KUHP ayat 1 ke 1 junto pasal 55 KUHP tentang Perbuatan
Tidak Menyenangkan
33
. Kemudian Ki Enthus yang di sidang dengan tanpa
32
Anton Lucas, Reformasi Lokal di Jawa Pesisir : Kasus Jatuhnya Seorang Walikota di Tegal dalam buku Jalan Terjal Reformasi Lokal Dinamika Politik di Indonesia, 2003, penerbit Program
Pascasarjana Politik Lokal dan Otonomi Daerah Program Studi Ilmu Politik UGM, hal. 161
33
Kompas.com, Dalang Kondang Enthus Susmono Mulai Disidang, Senin, 22 Desember 2013. Diakses pada Minggu, 4 September 2016 pukul 06.37
62
didampingi pengacara ditahan di Lembaga Pemasyarakatan Slawi selama 2 bulan 15 hari.
Pada perhelatan Pilkada Kabupaten Tegal selanjutnya yaitu pada tanggal 2013, kali ini Ki Enthus Susmono tidak hanya berdiri di garda depan kelompok
massa pendukung salah satu pasangan calon, melainkan menjadikan dirinya sebagai salah satu calon Bupati Kabupaten yang terkenal dengan teh poci tersebut. Pada
hari Kamis 25 Juli 2013, melalui Partai Kebangkitan Bangsa PKB Ki Enthus Susmono didaftarkan sebagai calon Bupati Kabupaten Tegal dengan disandingkan
dengan Umi Azizah sebagai calon Wakil Bupatinya. Umi Azizah merupakan Ketua Muslimat NU Kabupaten Tegal sekaligus tokoh Muslimat NU Provinsi Jawa
Tengah. Keseriusan Ki Enthus Susmono mencalonkan diri sebagai Bupati Kabupaten Tegal bahkan diperlihatkan dengan melakukan sowan langsung ke Cak
Imin Abdul Muhaimin Iskandar selaku Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Kebangkitan Bangsa.
34
Dengan tanpa koalisi, pasangan eN-U Enthus-Umi akhirnya memenangkan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Tegal untuk periode
2014-2019. Enthus-Umi memenangkan pemilihan dengan perolehan suara 233.313 suara 35,21 persen. Perolehan suara hasil pemilihan calon Bupati dan Wakil
34
http:www.pkb.or.id, Nyalon Bupati, Ki Enthus Minta Restu Cak Imin, Senin 22 Juli 2013. Diakses pada Senin, 5 September 2016 pukul 05.27
63
Bupati Kabupaten Tegal dapat dilihat dalam rangkuman rekapitulasi hasil penghitungan suara berikut :
Tabel 2.5 Perolehan Suara Pilkada Kabupaten Tegal Tahun 2013
No Nama Pasangan Calon Bupati dan
Wakil Bupati Kabupaten Tegal Tahun 2013 Jumlah Suara
Prosentase
1 H Rojikin AH, S.E. dan H. Budhiharto, S.H.,
M.M. 116.234
17,54
2 R. Himawan Kaskawa, S.H., M.H. dan
dr. Budi Sutrisno, M.Kes. 44.189
6,67
3 Drs. H. Abdul Fikri, M.M., dan Drs. Kahar
Mudakir 45.563
6,87 4
Enthus Susmono dan Dra. Hj. Umi Azizah 233.318
35,21 5
dr. H. Moh. Edi Utomo dan Drs. H. Abasari, M. Hum.
223.436 33,71
Sumber :
kpud-tegalkab.go.id
Meski kemenangan Enthus-Umi terbilang tipis dengan kompetitor utamanya yaitu Edi-Abasari, namun Enthus-Umi tetap melenggang menjadi orang
nomor satu dan dua di Kabupaten Tegal dalam kurun waktu 5 tahun kedepan 2014- 2019. Pasangan yang memiliki visi terwujudnya masyarakat Kabupaten Tegal
yang Mandiri, Unggul, Berbudaya, Religius dan Sejahtera dengan program unggulan empat cinta cinta rakyat, cinta produk lokal, cinta desa, dan cinta
64
budaya tersebut secara resmi dilantik oleh Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo pada hari Rabu, 8 Januari 2014 yang bertempat di Gedung Paripurna
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD Kabupaten Tegal, Jawa Tengah.
65
BAB III KEPEMIMPINAN ALA KI ENTHUS SUSMONO
3.1. Kepemimpinan Transformasional Ki Enthus Susmono
Setelah dua tahun menjelang tiga tahun berjalannya kepemimpinan Ki Enthus Susmono sebagai Bupati Kabupaten Tegal periode 2014-2019, banyak
perkataan, tindakan, hingga kebijakan yang telah dikeluarkannya. Segala tingkah dan kebijakan Ki Enthus Susmono ini bahkan menjadi sorotan media baik lokal maupun
nasional. Apa yang dilakukan Ki Enthus Susmono selaku Bupati Kabupaten Tegal yang notabene juga sebagai dalang wayang ini dapat dikatakan sebagai hal yang baru
dan unik, salah satu contohnya adalah pada saat Ki Enthus Susmono melantik bawahannya di kuburan. Kebiasaan mendalang yang terkadang diluar pakem
perwayangan menjadikan Ki Enthus Susmono sebagai Bupati yang juga tidak mau biasa-biasa saja, banyak perkataan, tindakan, hingga kebijakan yang dikeluarkannya
yang baru, dan antimainstream. Tindakannya sama sekali belum pernah terjadi sebelumnya, dan hal itu menjadi sorotan dari berbagai macam kalangan termasuk
media nasional. Tindakan Ki Enthus Susmono yang belum pernah terjadi sebelumnya serta unik ini kemudian peneliti coba teliti dan analisa, apakah kepemimpinan ki
enthus susmono dapat dikatakan sebagai kepemimpinan transformasional atau bukan .
Menurut Bass dan Avolio, sebuah kepemimpinan dapat dikatakan sebagai kepemimpinan transformasional jika memenuhi empat komponen sebagai berikut :
66