Proses Rekrutmen DPC PDIP Kabupaten Lampung Utara Terhadap Calon Bupati Periode 2014-2019

ABSTRAK
PROSES REKRUTMEN DPC PDIP KABUPATEN LAMPUNG UTARA TERHADAP
CALON BUPATI PERIODE 2014-2019
Oleh
Natasya Zakia Gibran
Salah satu persyaratan mewujudkan demokrasi adalah adanya partai politik. Partai politik
memiliki fungsi dalam bidang organisasi yaitu untuk melakukan rekrutmen kepemimpinan
politik dalam mengisi jabatan pemerintahan maupun politik. Partai politik pada saat ini dalam
melakukan rekrutmen lebih mengutamakan bakal calon yang memiliki kemampuan finansial
dibandingkan bakal calon yang memiliki kualitas dan berpengalaman. Pencalonan lewat
partai politik masih dominan nuansa oligarki elit partai politik dan kecenderungan memilih
calon berdasarkan ukuran materi (kapital/modal). Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana proses rekrutmen DPC PDIP Kabupaten Lampung Utara Terhadap
Calon Bupati Periode 2014-2019 berjalan.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan metode kualitatif. Penelitian dilakukan
di Lingkungan DPC PDIP Kabupaten Lampung Utara. Teknik pengumpulan data dengan
menggunakan teknik wawancara, adapun informan yang diwawancarai berjumlah 6 (enam)
orang.
Hasil penelitian ini adalah, 1) DPC PDIP dalam melaksanakan proses rekrutmen bersifat
tertutup, dikarenakan proses penetapan tidak dilakukan secara terbuka melainkan melalu
rapat internal pengurus fungsionaris DPP. 2) ada 4 (empat) faktor yang menjadi bahan

pertimbangan untuk menentukan calon yang akan diusung. 3) pada proses rekrutmen ini DPC
PDIP mengutamakan kader potensial untuk diusung pada pemilihan kepala daerah di
Lampung Utara. 4) PDIP dalam proses pembuatan keputusan bersifat informal-terpusat,
dimana keputusan berada ditangan DPP dengan melalui rapat pengurus fungsionaris setelah
mendengarkan masukan serta saran dari pengurus di daerah. Calon yang diusung ditetapkan
tanpa melalui proses pemilihan dan bersifat sentralistik dikarenakan keputusan berada
ditangan DPP.

Kata kunci: Rekrutmen, Partai Politik, Pemilihan Kepala Daerah

ABSTRACT
The process of recruitment DPC PDIP district North Lampung against the candidate of
a regent a period of 2014-2019
By
Natasya Zakia Gibran
One of the requirements embody democracy were the political parties. Political party having
the function in the organization which is to do recruitment leadership political in fill the
office government and politics. Political party at the moment in doing recruitment prioritize
candidates for having financial condition than the candidate having the quality and
inexperienced. Nominate passing political party still dominant shades oligarchic elite political

party and tendency select a candidate based on size matter ( kapital / capital ). Research
purposes this is to see how process recruitment DPC PDIP district North Lampung against
prospective regent period 2014-2019 walk.
This research is descriptive by using the method qualitative.Research is done in the
neighborhood of dpc pdip district north lampung. The technique of collecting data with uses
the technique interview the informant who is interviewed number 6 ) a person.
This research result is, 1) DPC PDIP in carrying out the process is spatially closed,
recruitment because the process of determination of openly but not done through internal
meeting of the functionaries DPP. 2) There are 4 factors that was the consideration to
determine a candidate to be supported. 3) In the process of recruitment this DPC PDIP
priority on member potential for surmounted in the regional election in North Lampung.4 )
Pdip in decision making process is informal-centralized, in which the decision was on the dpp
with through a meeting of the functionaries after listening to advice from the input as well as
in the region. The candidate supported established beyond through the process of selection in
nature due to a decision and sentralistik be on the DPP.
Keywords: recruitment, political parties, the regional election

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotabumi pada tanggal 22 Agustus

1991. Nama lengkap penulis Natasya Zakia Gibran, putri
ketiga dari pasangan Bapak Drs. Hi. M. Guri Gani, Alm dan
Ibu Hj. Muharlenni Nurdin, A.Md. Penulis merupakan anak
ketiga dari lima bersaudara.

Jenjang pendidikan penulis diawali pada RA. Tunas Harapan Kementerian Agama
Kotabumi. Sekolah Dasar di SD Negeri 1 Teladan kotabumi lulus pada tahun
2003. Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 7 Kotabumi lulus pada tahun
2006.. Sekolah Menengah Akhir, SMA Negeri 3 Kotabumi lulus pada tahun 2009
di SMA penulis mengikuti kegiatan ekstrakulikuler PASPALMSTHREE (Palang
Merah Remaja SMA Negeri 3), mengikuti lomba PMR tingkat sesumatera dan
jawa di SMA Negeri 5 Bengkulu pada tahun 2007, lomba PMR tingkat nasionaldi
Universitas Lampung pada tahun 2008. Penulis melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi dengan mengikuti Seleksi Nasional Masuk Perguruan
Tinggi Negeri pada tahun 2009, dan diterima sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu
Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Pada
saat kuliah penulis dipercayai menjadi Ketua Minat Bakat Badan Eksekutif

Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung Pada
Tahun 2011.


PERSEMBAHAN

Kupersembahkan tulisan ini kepada:

Kedua Orangtuaku, Papa dan Mama
Terimakasih atas segala perhatian, rasa cinta dan kasih sayang serta doa tulus
yang tiada henti-hentinya selalu diberikan untukku. Kalian selalu mengajarkan
kesabaran kepadaku, mengajarkan arti perjuangan,mengajarkan arti ikhlas yang
sebenarnya. terimakasih atas tetesan keringat yang kalian curahkan kepada Tata
selama ini.

Atu, Uni, Ajo, Adek, Puan, dan Kak Rian
Terimakasih sudah menjadi orang-orang yang ada di samping saya di saat saya
terpuruk. Di saat saya jatuh kalian ada, memberikan dukungan agar saya tetap
bisa bangkit dan menjalani hidup ini.

Mohd. Hinjida Alghifari
Seorang malaikat penyemangat hidupku, kehadiranmu pengobat untuk semua
luka.


Seorang Imam yang terbaik yang Allah.SWT Berikan kepada saya
Kelak waktu yang akan menjawab semuanya.

MOTO

Semua yang terbaik akan datang di
waktu yang tepat. Yakin dan
berusahalah.
( Natasya Zakia Gibran )

Ketika kamu bisa membuat orang lain
berhasil karenamu, sesungguhnya kamu
yang berhasil atas itu.
( Drs. Hi. M. Guri Gani )

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan hanya kepada
Allah SWT, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, Maha Menguasai Ilmu

Pengetahuan dan Maha Adil Bijaksana yang telah memberikan nikmat, berkat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam
semoga selalu tercurah kepada nabi besar Muhammad SAW, para sahabat, keluarga serta
pengikutnya hingga akhir zaman.
Penulisan skripsi yang berjudul “Proses rekrutmen DPC PDIP Kabupaten lampung
Utara Terhadap Calon Bupati Periode 2014-2019” ini merupakan salah satu syarat
dalam rangka mencapai gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan pada Jurusan Ilmu
Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung. Segala
kemampuan telah pernulis curahkan untuk menyelesaikan skripsi ini, namun tidak
menutup kemungkinan masih terdapat kekurangan, baik yang menyangkut isi maupun
tulisannya. Untuk itu segala kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Penulis juga menyadari, bahwa tanpa bantuan dan dukungan serta bimbingan dari
berbagai pihak dalam hal materil maupun spiritual, penulisan skripsi ini tidak akan

terlaksana dengan baik. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis dengan segala
hormat mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Denden Kurnia Drajat, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
3. Bapak DR. Suwondo, M.A selaku pembimbing utama, yang telah bersedia
meluangkan waktunya, dan memberikan motivasi serta arahan selama proses
bimbingan skripsi.
4. Ibu Dwi Wahyu Handayani, S.IP M.Si. selaku pembimbing kedua, yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan motivasi
serta arahan selama proses bimbingan skripsi.
5. Ibu DR. Ari Darmastuti, M.A selaku dosen pembahas, yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, kritik dan saran selama
proses bimbingan skripsi.
6. Bapak Roby Cahyadi K, S.IP, M.A selaku pembimbing akademik yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing penulis selama masa perkuliahan.
7. Seluruh dosen Ilmu Pemerintahan, Pak Sigit (selaku Sekretaris Jurusan), Pak
Syafar, Pak Yana, Pak Syarif Makhya, Pak Piping, Pak Budi, Pak Arizka, Pak
Pitojo, Pak Amantoto, Pak Darma, Bu Tabah, terimakasih atas ilmu yang telah
diberikan selama masa perkuliahan.

8. Pengurus DPC PDIP Kabupaten lampung Utara serta informan yang telah bersedia
untuk memberikan informasi yang di perlukan penulis terimakasih telah

mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian.
9. My Big Boss yang sudah disurga, Papaku tersayang Drs. Hi. M. Guri Gani.
Apa kabar?, maaf Tata sudah buat papa kecewa dan gak bisa nepatin janji Tata ke
papa. Ternyata sulit pa, berjuang tanpa sosok seorang papa. Tapi dengan ini saya
belajar untuk berusaha dan berdiri di kaki sendiri tanpa mengharapkan orang lain.
Mungkin kalau papa masih ada enggak seperti ini ceritanya dan Mama tersayang
Hj. Muharlenni Nurdin, A.Md, Wanita paling kuat, paling sabar, paling tangguh.
Semoga saya bisa seperti mama. terimakasih atas segala perhatian, rasa cinta dan
kasih sayang serta doa tulus yang tiada henti-hentinya selalu di berikan untuk saya.
Terimakasih atas pelajaran hidup yang kalian berikan. Beribu maaf atas kesalahan
yang sudah Tata perbuat. Maaf sudah mengecewakan kalian. Semoga kelak Tata
bisa menebus kekecewaan kalian dengan sebuah kebanggaan, Aamiin.
10. Saudara-saudaraku, penerus keturunan Papa dan Mama. Nastiti Amiranti Gibran,
S.E, Paramadina Gibran, S.Pd, Mohammad Alfin Garaudi Gibran dan Achmad
Gibriel Gibran. Maaf saya sudah buat kalian kecewa. Terimakasih sudah menjadi
kakak dan adik yang bisa menerima salah saya. Mungkin kalau saya gak keras
kepala dan bisa denger omongan gak akan kayak gini ceritanya Terimakasih atas
kebersamaan selama ini. Buat ajo dan adek, mau kami jadi orang hebat seperti apa
kalau kalian bukan siapa-siapa, maka kami juga bukan siapa-siapa. Semoga kita
bisa buat bangga Papa dan Mama. Kita harus jadi orang sukses. Aamiin.


11. Mohammad

Hinjida

Alghifari,

seorang

malaikat

penyemangat

hidupku.

Kehadirannya adalah pengobat segala luka. Sehat terus ya nak, jadi anak yang
sholeh. Semoga kamu kelak jadi anak kebanggan mama. Kamu harta yang paling
berharga buat mama.
12. Kakak Iparku, Muhammad Amran Faisol, S.H dan M. Rianda Putra, S.H.
terimakasih banyak atas saran dan masukkan kalian selama ini.

13. Keponakanku yang hobi nangis, Achmad Zlatan Argufa. Sehat terus ya nak. Jadi
teman dan adik yang baik ya buat mpun 
14. Datukku, Nurdin Ismail. Si bibir tipis yang cerewet banget. Akhirnya cucung
cantikmu jadi sarjana juga. Semoga datuk sehat terus ya, sampe Tata jadi orang
sukses.
15. Keluarga besar yang ada di Kotabumi dan Bandarlampung. Terimakasih banyak
atas saran, masukkan dan nasihat kalian.
16. Teman-teman seperjuangan 2009, terimakasih sudah menjadi bagian hari-hari saya
selama dikampus. Kenapa kita harus berteman betahun-tahun, kalau pertemanan
itu hilang hanya karena gelar sarjana. Sukses kawan dengan perjuangan kalian
masing-masing.
17. Spesial pake bangettss, buat mbul (Goestyari Kurnia Amantha), Siti Fei Kenia
Nournabilla, Dhesthoni Chandra. Terimakasih banyak. Sudah menjadi pendengar
yang baik buat gw. Semoga kita bisa tetap seperti ini sampai jadi kakek-nenek :D
18. Pengurus dan informan di lingkungan DPC PDIP Kabuapten Lampung Utara.
Terimakasih kerjasamanya, bersedia meluangkan waktu untuk memberikan
informasi kepada penulis. Sukses buat semuanya.

19. Almamaterku tercinta, Universitas Lampung dan terakhir untuk seluruh rekan
yang telah berpartisipasi, baik langsung maupun tidak langsung sehingga skripsi

ini dapat terselesaikan dengan baik.
Demikianlah kata pengantar ini disusun, mohon maaf atas semua kekurangannya dan
semoga skripsi ini dapat digunakan sebagai referensi tambahan oleh berbagai pihak,
selamat membaca dan terima kasih.
Bandar Lampung, 13 Oktober 2014
Penulis,

Natasya Zakia Gibran

i

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 10
C. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 10
D. Kegunaan Penelitian ........................................................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Partai Politik........................................................................................ 12
1. Pengertian Partai Politik ................................................................................. 12
2. Fungsi Partai Politik ....................................................................................... 13
B. Tinjauan Tentang Rekrutmen ............................................................................. 18
1. Pengertian Rekrutmen .................................................................................... 18
2. Proses Rekrutmen ........................................................................................... 20
3. Tahapan Rekrutmen ....................................................................................... 22
C. Proses Pembuatan Keputusan ............................................................................. 22
D. Seleksi Kandidat ................................................................................................. 24
E. Tinjauan Tentang Pemilihan Kepala Daerah ...................................................... 26
1. Pengertian Pemilihan Kepala Daerah ............................................................. 26
2. Syarat Umum Calon Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah ..................... 27
F. Penelitian Terdahulu ........................................................................................... 29
G. Kerangka Pikir.................................................................................................... 31
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian.................................................................................................... 33
B. Fokus Penelitian ................................................................................................. 34
C. Lokasi Pnelitian .................................................................................................. 35
D. Sumber Data ....................................................................................................... 36
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................. 37
F. teknik Pengolahan Data ...................................................................................... 40
G. Teknik Analisis Data .......................................................................................... 41
BAB IV GAMBARAN UMUM
A. Sejarah PDI Perjuangan ..................................................................................... 42
B. Visi dan Misi PDI Perjuangan ............................................................................ 45

ii

C. Fungsi Partai ....................................................................................................... 46
D. Tugas Partai ........................................................................................................ 47
E. Jenjang Kepengurusan PDI Perjuangan.............................................................. 47
F. Struktur Pengurus DPC PDI Perjuangan Kabupaten lampung Utara ................. 55
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Data Informan .................................................................................................... 56
B. Sistem Rekrutmen Calon Bupati Oleh DPC PDIP Kabupaten Lampung Utara 57
C. Proses Pelaksanaan Rekrutmen Calon Bupati Oleh DPC PDIP Kabupaten
Lampung Utara........................................................................................................ 61
D. Proses Pembuatan Keputusan............................................................................. 66
E. Seleksi Kandidat ................................................................................................. 68
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ............................................................................................................ 74
B. Saran ................................................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

i

DAFTAR TABEL
Halaman
1. Struktur Pengurus DPC PDIP Kabupaten Lampung Utara .................. 56
2. Daftar Nama Bakal Calon Bupati dan Wakil Bupati yang Mendaftar dari
DPC PDIP Kabupaten Lampung Utara ................................................ 68
3. Daftar Nama Bakal Calon Bupati dan Wakil Bupati yang Lolos Verifikasi
Tingkat Provinsi ................................................................................... 70

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hubungan antara pemerintah dengan warga negara atau rakyat selalu berada
dalam bingkai interaksi politik dalam wujud organisasi negara. Hubungan
negara dan rakyat ini dapat tergambarkan dalam ikon yang diberi label
demokrasi. Sejak lama, sebagai gambaran besar, demokrasi menjadi cara
terbaik dalam perkembangan organisasi negara modern.

Pada masa Orde Baru, Indonesia sesungguhnya telah menerapkan demokrasi.
Melalui pemilihan umum yang diselenggarakan teratur setiap lima tahun
sekali, lahir anggota legislatif yang dipilih atas nama rakyat. Akan tetapi,
demokrasi yang berjalan di Indonesia pada masa Orde Baru dianggap hanya
bentuk lain dari otoriterisme birokratik.

Sesuai dengan UU nomor 1 Tahun 1957, pemilihan kepala daerah ditetapkan
berdasarkan undang-undang oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan
memperhatikan

syarat-syarat

kecakapan

dan

pengetahuan

yang

diperlukan bagi jabatan tersebut. Era Orde Baru pemilihan kepala daerah
tidak dapat dilepaskan dari keterlibatan (intervensi) elit politik di pusat atau di
lingkaran kekuasaan Presiden. Kepala daerah dipilih dan dicalonkan oleh

2

DPRD. Hasil pemilihan lalu diajukan kepada pemerintah untuk diangkat.
Pengangkatan kepala daerah oleh pemerintah tidak terikat oleh hasil pemilihan
yang dilakukan oleh DPRD. Dengan demikian DPRD hanya sebagai
pelaksana keinginan politik pemerintah pusat. Hal ini karena DPRD tidak
memiliki kewenangan atau hak untuk menentukan siapa yang harus menjadi
kepala daerah, meski calon kepala daerah memperoleh suara terbanyak.
Wewenang dan hak menentukan kepala daerah ada pada pemerintah pusat.
Hal tersebut tidak terlepas dari sistem pemerintahan yang lebih menekankan
asas dekonsentrasi (yang dalam pelaksanaannya asas sentralisasi) daripada
desentralisasi.

Ketidakpercayaan rakyat dengan era orde baru, mendorong adanya pemilihan
langsung sejak tahun 2004. Adanya pemilihan langsung menunjukkan
demokrasi di Indonesia telah terlaksana. Salah satu persyaratan mewujudkan
demokrasi adalah adanya partai politik. Partai politik berfungsi maksimal dan
efektif sebagai wadah aspirasi politik masyarakat dan sebagai media untuk
melakukan bargaining kebijakan dengan negara. Sebagai perwujudan dan
tersalurnya aspirasi publik oleh partai politik maka efektivitas fungsi partai
politik harus dijunjung tinggi.

Penyelenggaraan pemerintahan daerah diterapkannya prinsip demokrasi.
Sesuai dengan Pasal 18 ayat (4) UUD 1945, kepala daerah dipilih secara
demokratis. Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, diatur mengenai pemilihan kepala daerah dan wakil
kepala daerah yang dipilih secara langsung oleh rakyat

3

Pemilihan kepala daerah dengan di pilih secara langsung oleh rakyat telah
menjadi gaya baru dalam menerapkan demokrasi di Negara Indonesia. Dalam
menegakkan demokrasi, pemilihan kepala daerah (Pilkada) semacam ini
memberikan wewenang yang besar bagi masyarakat dalam memilih
pemimpinnya, di mana masyarakat dapat menentukan pilihan secara langsung
sesuai dengan kehendaknya.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, peserta pilkada adalah
pasangan calon yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik.
ketentuan ini diubah dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 yang
menyatakan bahwa peserta pilkada juga dapat berasal dari pasangan calon
perseorangan yang didukung oleh sejumlanh orang (independen) yang
memenuhi persyaratan sebagaimana ketentuan dalam Undang-Undang.

Dari pengalaman pilkada di Indonesia selama ini tidak sampai 5% calon
independen dapat memenangkan pemilihan tersebut. Contoh terakhir pilkada
DKI pada putaran pertama dua pasangan dari calon independen terkapar
(sumber:kompas.com).

Dari data tersebut, dapat dikatakan peserta pilkada melalui jalur partai politik
sangat besar kemungkinan menang dibandingkan dengan jalur independen.
Oleh karena itu, banyak bakal calon yag mendambakan dan berusaha keras
dengan berbagai cara agar diusung partai politik yang mempunyai kursi di
DPRD.

4

Hazan dalam buku Sigit Pamungkas (2011:98), menyatakan bahwa ketika
kandidat diseleksi secara eksklusif oleh penyeleksi partai pada tingkat
nasional tanpa prosedur yang mengikutinya, seperti representasi teritorial atau
fungsional, maka disebut metode sentralistik. Sedangkan, pada metode
desentralisasi kandidat diseleksi secara eklusif oleh penyeleksi partai lokal
atau kelompok sosial intra partai atau kelompok-kelompok seksional.

Desentralisasi teritorial adalah ketika penyeleksi lokal menominasikan
kandidat partai yang diantaranya dilakukan oleh pemimpin partai loka, komite
dari cabang sebuah partai , semua anggota atau pemilih dalam sebuah distrik
pemilihan. Desentralisasi fungsional ialah ketika seleksi dilakukan oleh
korporasi yang kemudian memberikan jaminan representasi kelompokkelompok dagang, perempuan, minoritas dan sebagainya.

Para pemikir Frankfurt school mengungkapkan teori menarik bahwa dunia
politik adalah panggung transaksional antara kepentingan ekonomi dan politik
(kekuasaan). Ada kesan yang muncul ditengah masyarakat, bahwa dunia
politik itu syarat dengan tukar-menukar jasa atau dalam bahasa perniagaan
disebut sebagai proses transaksional. Artinya ada tukar menukar jasa dan
barang yang terjadi antara para politikus dengan konstituen yang diwakili
maupun dengan partai politik.

Kacung Marijan (2006:46) menyatakan, Pelaksanaan fungsi parpol sebagai
agen rekrutmen politik pun belum berjalan optimal dalam menghasilkan calon
yang berkualitas sebagaimana harapan masyarakat. Pencalonan lewat parpol

5

masih dominan nuansa oligarki elit parpol dan kecenderungan memilih calon
berdasarkan ukuran materi (kapital/modal).

Hal yang sama diungkapkan oleh Didied Maheswara ketua forum president
centre mengatakan bahwa:
“Tak bisa dibantah bahwa pola rekrutmen partai sangat tertutup dalam
memilih capres, calon bupati, walikota dan gubernur. Yang selama ini dipilih
hanyalah ketua umum atau ketua dewan Pembina, sedangkan figur
potensialnya disikat” (Sindonews.com. Selasa,20/11/2012)
Bahkan di sejumlah pilkada seringkali konflik terjadi dalam proses pencalonan
ini. Dalam sejumlah kasus, konflik dipicu oleh calon yang ditentukan oleh elit
parpol di tingkat pusat, namun ditolak oleh para fungsionaris parpol di daerah.
Di sejumlah pilkada lainnya, konflik dipicu oleh munculnya calon di luar
kader parpol yang bersangkutan.

Hal seperti ini terjadi karena UU No. 32 Tahun 2004 dalam proses pencalonan
di dalam internal partai politik tidak memberikan ketentuan yang tegas dan
mengikat partai-partai politik. UU No. 32 Tahun 2004 Pasal 59 Ayat (1) hanya
menyatakan ”Peserta pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah
pasangan calon yang diusulkan secara berpasangan oleh partai politik atau
gabungan partai politik.” Selanjutnya, pada Ayat (3) hanya disebutkan ”Partai
politik atau gabungan partai politik wajib membuka kesempatan yang seluasluasnya bagi bakal calon perseorangan yang memenuhi syarat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 58 dan selanjutnya memproses bakal calon dimaksud
melalui mekanisme yang demokratis dan transparan.” Dengan ketentuan

6

tersebut, partai politik dapat sebebasnya dalam mengajukan calon kepala
daerah.

Prakteknya pencalonan lewat partai politik sering terdistorsi oleh praktek
politik yang bukan saja tidak mengakomodir aspirasi publik dalam penentuan
calon namun juga terjadi manipulasi aspirasi atas nama politik uang.
Pencalonan melalui parpol bukan lagi menjadi ajang kontestasi kapasitas dan
kapabilitas tetapi juga ajang pertarungan (kekuatan) modal/kapital. Dengan
model pencalonan seperti ini, sulit mengharapkan partai politik dapat
mengakomodir figur-figur potensial di masyarakat, apalagi jika mereka tidak
memiliki modal (kapital) yang cukup.

Calon yang memiliki modal finansial yang kuat, akan menjadi prioritas oleh
partai politik. Meski ada faktor-faktor lain yang cukup berpengaruh pada
kesuksesan seorang calon memenangi pemilu dan pilkada. Misalnya,
dukungan massa dan relasi, popularitas dan keberuntungan. Dalam proses ini,
parpol yang mempunyai kursi cukup memadai di legislatif pada umumnya
secara formal seolah-olah membuka pendaftaran bakal calon sebagai awal
rekrutmen. Bakal calon pun beramai-ramai mengambil formulir pendaftaran.

Bakal calon yang ingin menempuh jalur parpol harus melewati jalur yang
berliku, rumit dan berbelit serta mahal agar dapat diusung oleh parpol. Ini
merupakan titik lemah dari jalur parpol. Parpol bersikap menerima bakal calon
yang sudah matang karena tidak beresiko

mengeluarkan biaya untuk

sosialisasi, mengontrak lembaga survei dan sebagainya, bahkan masih
meminta mahar politik yang sangat tinggi.

7

Jika sudah ditetapkan sebagai calon dari parpol, bukanlah parpol yang bekerja
keras dan mengeluarkan biaya untuk biaya politik, kampanye dan lainlainnya. Calon yang harus mengeluarkan dana besar untuk membiayai parpol
berkampanye. Dikemukakan Kementerian Dalam Negeri bahwa untuk biaya
pilkada calon bupati/walikota dapat menelan biaya antara 50-70 milyar rupiah
dan calon gubernur berkisar 80-100 milyar rupiah. Untuk memenuhi biaya
tersebut, bagi calon yang tidak mempunyai dana besar terpaksa harus mencari
sponsor (pengusaha) yang tidak gratis. Timbal baliknya adalah janji proyek
jika telah terpilih nanti, maka terjadi politik kartel antara penguasa dan
pengusaha.

Di dalam Naskah mengatur Pemilukada oleh DPR juga dijelaskan bahwa
proses mencari bakal calon, parpol memang menggunakan strategi tarik ulur,
menciptakan ketidakpastian dan enggan mengeluarkan biaya tetapi justru
berusaha mendapatkan keuntungan. Parpol dalam menentukan bakal calon
yang diusung menunggu detik-detik terakhir pendaftaran sehingga resiko
mengeluarkan biaya yang besar dapat dihindari. Buktinya tidak ada satupun
dalam sosialisasi bakal calon

kepala daerah baik bupati/walikota/dan

gubernur yang diusung oleh parpol. Semua dilakukan dan menjadi tanggung
jawab bakal calon.

Sebagai contoh di Provinsi Lampung saat ini khususnya Kabupaten Lampung
Utara yang pada bulan September 2013 lalu telah melaksanakan pesta
demokrasi untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah yang baru.
Gambar-gambar bakal calon bupati di berbagai sudut kota tidak didampingi

8

dengan gambar parpol. Begitupun dengan bakal calon yang merupakan kader
parpol tertentu juga tidak didampingi dengan gambar parpol. Ini
mengindikasikan parpol tidak berperan dalam sosialisasi karena belum ada
ikatan

dan

tampaknya

parpol

akan

menerima

bakal

calon

yang

elektabilitasnya tinggi dan cukup banyak uang untuk biaya politik

Hal yang dijelaskan diatas merupakan titik kelemahan bagi bakal calon yang
menempuh jalur parpol. Sedangkan untuk kekuatannnya adalah parpol
mempunyai organisasi terstruktur sampai di tingkat desa dan massanya relatif
banyak

sehingga

dapat

dijadikan

sarana

untuk

memobilisasi

dan

mempengaruhi pemilih untuk memperoleh kemenangan pilkada. Dengan
organisasi parpol yang solid, khususnya parpol besar, maka bakal calon
mempunyai mesin politik yang bakal bergerak relatif cepat dan efektif
dibandingkan dengan calon independen yang tidak mempunyai mesin politik.

Masing-masing calon baik yang dari parpol maupun independen akan dipilih
oleh masyarakat melalui pemilihan kepala daerah langsung. Sejak tahun 2004,
presiden yang sebelumnya dipilih oleh MPR telah dipilih langsung oleh
rakyat. Begitupun dengan kepala daerah yang dulunya dipilih oleh DPRD,
maka sejak tahun 2005 kepala daerah dipilih langsung oleh rakyatnya. Ini
merupakan salah satu bentuk penyempurnaan dari UU otonomi daerah yang
baru UU No.32 Tahun 2004 yang menyebutkan bahwa kepala daerah dipilih
langsung oleh masyarakat. Inilah salah satu pencapaian terbaik otonomi
daerah, dimana masyarakat akan langsung dilibatkan untuk memilih langsung

9

pemimpin yang akan memerintah mereka selama pembatasan masa jabatan
seorang kepala daerah, yaitu satu periode 5 (lima) tahun kedepan.

Menurut Schiller (1999) dalam teori demokrasi liberal, pemilu langsung
memiliki 5 (lima) fungsi khusus dalam mendidik orang, kandidat dan partai.
Pertama, orang akan tahu tentang keprihatinan utama, rekam jejak, karakter
dan visi dari para calon. Kedua, orang akan memiliki kesempatan untuk
menjelaskan kebutuhan utama dan tuntutan mereka untuk calon pemimpin
masa depan mereka. Ketiga, orang yang memiliki hak untuk memilih akan
lebih diberdayakan melalui proses pemilihan langsung. Keempat, orang akan
lebih banyak pilihan untuk memilih pemimpin lokal mereka berdasarkan ciri
masing-masing, dan kelima pemimpin lokal terpilih akan memiliki legitimasi
kuat sebagai amanat publik ketika mereka menjalankan pemerintahan.

Dengan demikian, pemilihan langsung memberikan peluang lebih besar bagi
masyarakat lokal untuk berpartisipasi dalam memilih pemimpin lokal mereka.
Selain itu, orang dapat sepenuhnya menikmati kedaulatan fundamental
mereka pada mekanisme pemilihan langsung sebagaimana yang dimaksud
dalam pasal 1 ayat (2) UUD 1945. Mekanisme pemilihan langsung
memungkinkan calon independen memiliki kesempatan untuk mencalonkan
diri untuk jabatan dalam pemilihan lokal.

PDIP merupakan salah satu partai politik yang akan melakukan proses
rekrutmen untuk menentukan calon bupati/dan wakil bupati yang akan
diusung oleh DPC PDIP dalam pemilihan kepala daerah langsung di
Kabupaten Lampung Utara. PDIP sebagai partai politik memiliki andil yang

10

cukup besar dalam hal menyiapkan kader-kader dalam pimpinan politik,
melakukan seleksi terhadap kader-kader yang dipersiapkan, serta perjuangan
untuk penempatan kader yang berkualitas, berdedikasi, dan memiliki
kredibilitas yang tinggi serta

mendapat dukungan dari masyarakat pada

jabatan-jabatan politik yang bersifat strategis.

PDIP merupakan partai pemenang pilkada pada pilkada periode sebelumnya
di Kabupaten Lampung Utara. Salah satu bakal calon bupati yang
mendaftarkan diri merupakan calon incumbent sekaligus menjabat sebagai
ketua umum DPC PDIP Kabupaten lampung Utara. Oleh sebab itu peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian di DPC PDIP Kabupaten lampung Utara.

Berdasarkan pemikiran-pemikiran diatas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “proses rekrutmen DPC PDIP Kabupaten
Lampung Utara Terhadap Calon Bupati Periode 2014-2019”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalahnya adalah “Bagaimana
proses rekrutmen DPC PDIP Kabupaten Lampung Utara Terhadap Calon
Bupati Periode 2014-2019 ?”

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses
rekrutmen DPC PDIP Kabupaten Lampung Utara Terhadap Calon Bupati
Periode 2014-2019.

11

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara teoritis, sebagai kajian, wahana berfikir bagi mahasiswa ilmu
pemerintahan mengenai pelaksanaan proses rekrutmen dalam partai
politik.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini:
a. Dapat bermanfaat bagi aktor politik dan masyarakat pemilih atas yang
dilakukan DPC PDIP Kabupaten Lampung Utara tentang proses
rekrutmen terhadap pencalonan bupati.
b. Merumuskan beberapa saran untuk mewujudkan pola rekrutmen partai
politik yang baik.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Partai Politik
1. Pengertian Partai Politik
Menurut Sigmund Neumann (1963:352) partai politik adalah organisasi
artikulasi dalam masyarakat yaitu mereka yang memusatkan pada
pengendalian kekuasaan pemerintah yang bersaing untuk mendapat
dukungan rakyat dengan kelompok lain yang mempunyai pandangan
berbeda.

Menurut Miriam Budiardjo (1998:16) partai politik merupakan suatu
kelompok yang terorganisir, yang anggota-anggotanya mempunyai
orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama.

Huszar dan Stevenson dalam buku Sukarna (1981:89) mengatakan, partai
politik adalah sekelompok orang yang terorganisir serta berusaha untuk
mengendalikan pemerintahan agar dapat melaksanakan programnya dan
menempatkan atau mendudukkan anggota-anggotanya dalam jabatan
pemerintahan.

Menurut Carl J. Friedrich (Mirriam Budiardjo, 1982:161) Partai Politik
adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan

13

merebut atau mempertahankan kekuasaan pemerintah bagi pemimpin
partainya, dan berdasarkan penguasa ini memberikan kepada anggota
partainya manfaat yang bersifat ideal maupun materil.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan secara umum partai politik
adalah suatu organisasi yang disusun secara rapi dan stabil oleh
sekelompok orang secara sukarela dan mempunyai kesamaan kehendak,
cita-cita dan persamaan ideologi tertentu dan berusaha untuk mencari dan
mempertahankan kekuasaan melalui pemilihan umum untuk mewujudkan
alternatif kebijakan dan program-program yang telah mereka susun.

2. Fungsi Partai Politik
Menurut Russel J.Dalton dan Martin P. Wattenberg (Sigit Pamungkas,
2011:15-20) fungsi partai terbagi menjadi 3 yaitu:
1. Partai di elektorat (parties in the electorate)
Pada bagian ini fungsi partai menunjuk pada penampilan partai politik
dalam menghubungkan individu dalam proses demokrasi. Terdapat 4
(empat) fungsi partai yang termasuk dalam fungsi partai dielektorat.
a. Menyederhanakan pilihan bagi pemilih
Politik adalah fenomena yang komplek. Pemilih rata-rata
mengalami kesulitan dalam memahami semua persoalan dan
mengkonfrontasi berbagai isu-isu dalam pemilu. Partai politik
membantu untuk membuat politik “user friendly” bagi warga
negara.

14

b. Pendidikan warga negara
Partai politik adalah edukator. Pada konteks itu partai politik
adalah mendidik, menginformasikan dan membujuk masyarakat
untuk berprilaku tertentu. Partai politik bertugas memberikan
informasi yang penting bagi warga negara. Selain itu, partai politik
juga mendidik warga negara mengapa mereka harus mengambil
posisi kebijakan tertentu.
c. Membangkitkan symbol identifikasi dan loyalitas
Dalam sistem politik yang stabil, pemilih membutuhkan jangkar
politik, dan partai politik dapat memenuhi fungsi ini. Lebih lanjut,
partai politik menyediakan basis identifikasi politik yang terpisah
dari negara itu sendiri, dan ketidakpuasan terhadap hasil
pemerintahan dapat langsung ditujukan kepada institusi-institusi
spesifik dari negara itu sendiri.
d. Mobilisasi raakyat untuk berpartisipasi
Dihampir semua negara demokratis, partai politik memainkan
peran penting dalam mendapatkan orang untuk memilih dan
berpartisipasi dalam proses pemilihan. Partai politik memainkan
peran itu secara langsung dan tidak langsung.
2. Partai sebagai organisasi (Parties in the organization)
Pada fungsi ini menunjuk pada fungsi-fungsi yang melibatkan partai
sebagai organisasi politik, atau proses-proses didalam organisasi partai
itu sendiri. Pada bagian ini partai politik memiliki 4 (empat) fungsi,
yaitu:

15

a. Rekrutmen

kepemimpinan

politik

dan

mencari

pejabat

pemerintahan
Fungsi ini ini sering disebut sebagai salah satu fungsi paling
mendasar dari partai politik. Pada fungsi ini, partai politik mencari,
meneliti, dan mendesain kandidat yang akan bersaing pada pemilu.
Desain rekrutmen kemudian menjadi aspek penting yang harus
dipikirkan partai untuk menjalankan fungsi ini.
b. Pelatihan elit politik
Pada fungsi ini, partai politik melakukan pelatihan dan pembekalan
terhadap elit yang prospektif untuk mengisi jabatan-jabatan politik.
Fungsi ini dipercaya menjadi bagian vital kesuksesan kerja-kerja
dari sistem demokrasi.
c. Pengartikulasian kepentingan politik
Pada fungsi ini, partai politik menyuarakan kepentingan –
kepentingan pendukungnya melalui pilihan posisi dalam berbagai
isu politik dan dengan mengekspresikan pandangan pendukungnya
dalam proses pemerintahan.
d. Pengagresian kepentingan politik
Fungsi ini membedakan membedakan partai dengan kelompok
kepentingan, yaitu partai melakukan atikulasi dan agregasi
kepentingan sedangkan kelompok kepentingan terbatas pada
artikulasi kepentingan. Fungsi agregasi kepentingan menunjuk
pada aktivitas partai untuk menggabungkan dan menyeleksi

16

tuntutan kepentingan dari berbagai kelompok sosial ke dalam
alternatif-alternatif kebijakan atau program pemerintahan.
3. Partai di pemerintahan (Parties in the government)
Pada arena ini, partai bermain dalam pengelolaan dan penstrukturan
persoalan-persoalan pemerintahan. Partai telah identik dengan
sejumlah aspek kunci proses demokratik. Terdapat 7 (tujuh) fungsi
utama yaitu:
a. Menciptakan mayoritas pemerintahan
Fungsi ini dilakukan setelah pemilihan. Partai-prtai yang
memperoleh kursi diparlemen dituntut

untuk

mayoritas
membentuk

politik

agar,

menciptakan

dalam

sistem

parlementer,

atau

dalam

sistem

pemerintahan,

dapat

presidensiil,

mengefektifkan pemerintahan.
b. Pengorganisasian pemerintahan
Pada fungsi ini partai politik menyediakan mekanisme untuk
pengorganisasian kepentingan dan menjamin kerjasama diantara
individu-individu legislator.
c. Implementasi tujuan kebijakan
Ketika dipemerintahan, partai politik adalah aktor sentral yang
menentukan

output

kebijakan

pemerintahan.

Normalnya,

pelaksanaan fungsi ini dibentukdari transformasi manifestopartai
dan janji kampanye. Manifesto partai atau platform partai dan janji
kampanye dengan kebijakan semestinya adalah linier.

17

d. Mengorganisasikan ketidaksepakatan dengan oposisi
Fungsi ini diperankan oleh partai-partai yang tidak menjaadi
bagian dari penguasa (eksekutif). Pada fungsi ini, partai oposisi
mengembangkan alternatif kebijakan diluar kebijakan yang
ditempuh penguasa. Harapannya, partai oposisi dapat menarik
simpati pemilih sehingga dipemilihan berikutnya kekuasaan dapat
diambil alih.
e. Menjamin tanggung jawab tindakan pemerintah
Partai penguasa bertanggungjawab terhadap berbagai tindakan
yang dilakukan pemerintah. Mekanisme ini menjadikan pemilih
lebih mudah untuk memberikan kredit atau penghukuman atas
keberhasilan dan kegagalan sebuah pemerintahan.
f. Kontrol terhadap administrasi pemerintahan
Fungsi ini terkait dengan peran partai dalam ikut mengkontrol
birokrasi pemerintahan. Peran itu diwujudkan dalam keterlibatan
partai

menyeleksi

sejumlah

individu-individu

yang

akan

menempati jabatan politik tertentu yang sudah disepakati.
g. Memperkuat stabilitas pemerintahan
Stabilitas pemerintahan secara langsung terkait dengan tingkat
kesatuan

partai

politik.

Stabilitas

partai

membuat

stabil

pemerintahan, dan stabilitas pemerintahan berhubungan dengan
stabilitas demokrasi.
Melihat dari fungsi-fungsi partai yang ada, fungsi partai di organisasi yaitu
fungsi rekrutmen kepemimpinan politik dan mencari pejabat pemerintahan

18

merupakan fungsi yang terkait dengan apa yang dilakukan oleh DPC PDIP
Kabupaten Lampung Utara terhadap Calon Bupati periode 2014-2019.
DPC PDIP melakukan proses rekrutmen untuk menentukan calon bupati
yang akan diusung pada PEMILUKADA September mendatang.

B. Tinjauan Tentang Rekrutmen

1. Pengertian Rekrutmen
Secara bahasa rekrutmen berasal dari bahasa inggris “recruit” yang berarti
mendapatkan. Sedangkan rekrutmen berarti proses mencari atau
mendapatkan anggota baru yang dilakukan oleh organisasi atau lembaga
yang bersifat politik ataupun non politik.

Menurut Haryanto (1982:45) Rekrutmen merupakan sebagai penyelesaian
individu-individu yang berbakat untuk dapat menduduki jabatan politik
maupun jabatan pemerintahan.

Sedangkan menurut Lester G. Seligmen (1961:55) memberikan batasan
sebagai berikut: rekrutmen adalah seleksi, pemilihan atau pengangkatan
tokoh-tokoh yaitu suatu transformasi seleksi terhadap anggota masyarakat
dari berbagai subkultur, kelas status, keagamaan dan atas dasar isme-isme
kesukuan, dan kualifikasi tertentu yang kemudianbmemperkenankan
mereka kepada peran-peran khusus.

Menurut Ramlan Surbakti (1992:118) rekrutmen adalah seleksi dan
pemilihan mengenai pengangkatan seseoramg atau sekelompok orang

19

untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem politik pada
umumnya dan pemerintahan pada khususnya.

Fadilah Putra (1991:32) rekrutmen adalah suatu proses seleksi anggotaanggota kelompok untuk mewakili kelompoknya dalam jabatan-jabatan
administratif maupun politik. Anggota kelompok yang direkrut atau yang
diseleksi adalah yang memiliki kemampuan atau bakat yang sangat
dibutuhkan untuk suatu jabatan atau fungsi politik.

Rekrutmen merupakan bagian dalam manajemen sumber daya manusia,
maka dapat dipahami perannya sangat besar dalam pengembangan
manajemen sumber daya manusia. Batasan peran rekrutmen adalah
memberikan kontribusi yang sangat penting didalam mendapatkan sumber
daya manusia yang dibutuhkan oleh lembaga/birokrasi pada konteks
ini.Sesuai dengan tuntutan kualifikasi minimal yang dikehendaki. Dengan
demikian proses rekrutmen menjadi bagian penting dalam mencari sumber
daya manusia sehingga kebutuhan dalam suatu lembaga/birokrasi dapat
terpenuhi, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.

Dalam hazanah ilmu politik rekrutmen politik berarti proses mencari
anggota partai politik yang berbakat untuk dijadikan pengurus organisasi
politik atau dicalonkan untuk menduduki jabatan di legislatif maupun
eksekutif, baik ditingkat daerah maupun ditingkat pusat. Upaya ini
dilakukan dengan sadar oleh pengurus organisasi politik dalam rangka
mengembangkan organisasi kearah yang lebih baik dan bermartabat.

20

Sedangkan menurut Cholisin (2007), rekrutmen politik adalah seleksi dan
pengangkatan seseorang atau kelompok untuk melaksanakan sejumlah
peran dalam sistem politik pada umumnya dan pemerintahan pada
khususnya.

Rekrutmen merupakan salah satu fungsi yang dijalankan dengan
mengadakan proses-proses seleksi penjaringan, rotasi dan mobilitas politik
pada anggota masyarakat untuk penempatan jabatan baik legislatif
maupun eksekutif berupa jabatan administratif maupun jabatan politis
yang berdasarkan kemampuan, kinerja, bakat serta pengalaman dari
anggota tersebut dengan memperhatikan faktor-faktor partisipasi dari
sejumlah masyarakat.

Dilihat dari berbagai pengertian rekrutmen tersebut, dapat disimpulkan
bahwa rekrutmen atau penerimaan calon anggota atau dalam sebuah
lembaga atau badan merupakan bentuk upaya untuk mendapat calon yang
dibutuhkan seperti halnya DPC Partai PDIP sebagai badan legislatif
dengan kata lain sebagai power dari aspirasi masyarakat, untuk dapat
menentukan bakal calon bupati yang qualified.

2. Proses rekrutmen
Menurut Nazaruddin Syamsudin ( Hesel Nogi Tangkilisan, 2003:189),
proses rekrutmen politik dibagi menjadi dua pola yaitu:
1. Rekrutmen terbuka yaitu dengan menyediakan dan memberikan
kesempatan yang sama bagi seluruh warga negara untuk ikut bersaing
dalam proses penyeleksian. Dasar penilaian dilaksanakan melalui

21

proses

dengan

syarat-syarat

yang

telah

ditentukan,

melalui

pertimbangan-pertimbangan yang objektif rasional, di mana setiap
orang yang memenuhi syarat untuk mengisi jabatan politik yang
dipilih oleh rakyat mempunyai peluang yang sama dalam melakukan
kompetisi untuk mengisi jabatan baik jabatan politik maupun
administrasi atau pemerintahan.
2. Rekrutmen tertutup yaitu adanya kesempatan untuk masuk dan dapat
menduduki posisi politik tidaklah sama bagi setiap warga negara,
artinya hanya individu-individu tertentu yang dapat direkrut untuk
menempati posisi dalam politik maupun pemerintah. Dalam sistem
yang tertutup ini orang yang mendapatkan posisi elite melalui caracara yang tidak rasional seperti pertemanan, pertalian keluarga dan
lain-lain.
Adapun beberapa pertimbangan partai politik dalam proses rekrutmen
politik adalah sebagai berikut;

1. Partisan, yaitu merupakan pendukung yang kuat, loyalitas tinggi
terhadap partai sehingga bisa direkrut untuk menduduki jabatan
strategis.
2. Compartmentalization, merupakan proses rekrutmen yang didasarkan
pada latar belakang pendidikan dan pengalaman organisasi atau
kegiatan sosial politik seseorang, misalnya aktivis LSM.
3. Immediate survival, yaitu proses rekrutmen yang dilakukan oleh
otoritas pemimpin partai tanpa memperhatikan kemampuan orangorang yang akan direkrut.

22

4. Civil service reform, merupakan proses rekrutmen berdasarkan
kemampuan dan loyalitas seorang calon sehingga bisa mendapatkan
kedudukan lebih penting atau lebih tinggi.

3. Tahapan Rekrutmen
Menurut Syamsuddin Haris, rekrutmen oleh partai politik secara umum
mencakup tiga tahapan penting yaitu:
1. Penjaringan calon, dimana dalam tahapan ini mencakup interaksi antara
elit partai ditingkat lokal atau ranting partai dengan elit partai di tingkat
atasnya atau anak cabang.
2. Penyaringan dan seleksi calon yang telah dijaring. Tahapan ini meliputi
interaksi antara elit tingkat anak cabang dan elit tingkat cabang
daerah.
3. Penetapan

calon.

Tahapan

ini

melibatkan interaksi antara elit

tingkat cabang daerah, terutama pengurus harian partai tingkat cabang
dengan tim kecil yang dibentuk dan diberikan wewenang menetapkan
calon.
Ketiga tahapan ini dijalankan secara berbeda-beda disetiap partai politik
disesuaikan dengan platform dan aturan main dari partai politik yang
bersangkutan.

Akibatnya,

derajat

demokratisasi

partai

politik

turut

menentukan kualitas calon kandidat.

C. Proses Pembuatan Keputusan
Rekrutmen partai merupakan sebuah proses dimana pada akhir proses tersebut
akan dicapai sebuah keputusan siapa yang menduduki jabatan dalam partai.

23

Pengambilan keputusan terakhir pada rekrutmen politik dilakukan secara
demokratis sesuai dengan pasal 22 yang menentukan kepengurusan partai
politik di setiap tingkatan dipilih secara demokratis sesuai dengan AD/ART.

Pasal 27 dan pasal 28 ditentukan pengambilan keputusan partai politik disetiap
tingkatan dilakukan secara demokratis sesuai dengan AD/ART. Pengambilan
keputusan akhir dalam rekrutmen sebuah partai dilakukan oleh pengurus,
pemimpin ataupun elit-elit partai. Para pembuat keputusan biasa disebut
sebagai agen pembuat keputusan.

Menurut Norris dan lovenduski (Sigit Pamungkas, 2011:98), agen pembuat
keputusan dalam rekrutmen politik terbagi menjadi dua dimensi yaitu:
1. Dimensi bagaimana kekuasaan disebarkan, yaitu apakah kekuasaan
tersentralisasi dipusat, regional atau lokal.
2. Bagaimana formalisasi keputusan dibuat, apakah dibuat secara formal atau
informal
Pembagian agen pembuat keputusan terbagi lagi menjadi beberapa model
yaitu:
1. Informal-terpusat, model ini mekanismenya kemungkinan konstitusional
tetapi

dalam

prakteknya

dikarakteristikan

sebagai

petronase

kepemimpinan. Anggota partai memainkan peran sangat terbatas dalam
proses. Aturan sekedar melayani fungsi simbolik.
2. Informal-regional, pada model ini faksi pemimpin tawar-menawar dengan
masing-masing yang lain untuk menempatkan kandidat atau calon favorit
diposisi terbaik.

24

3. Informal-terlokal, pada model ini penguasa lokal memutuskan prosedur
umum yang digunakan untuk rekrutmen politik. Tanpa panduan yang
mapan, sangat mungkin berubah-ubah. Sehingga rawan dimanipulasi oleh
kelompok-kelompok kecil.
4. Formal-terpusat,

yaitu

eksekutif

partai

pusat

memiliki

otoritas

konstitusional untuk memutuskan calon dan pemimpinnya.
5. Formal-regional, pada model ini sama seperti formal terpusat dimana
eksekutif regional memiliki otoritas konstitusional untuk memutuskan
calon
6. Formal-terlokal, pada model ini aturan konstitusional dan panduan
nasional dimapankann untuk menstabilkan proses rekrutmen. Sistem ini
memungkinkan proses yang transparan dan aturan yang adil.

D. Seleksi kandidat (Candidate Selection)
Norris (Sigit Pamungkas, 2011:93) mengungkapkan terdapat 4 (empat) hal
penting yang dapat menunjukkan bagaimana pengorganisasian partai politik
dalam rekrutmen politik
a. Siapa Kandidat yang dapat dinominasikan (candidacy)?
Partai Politik memberikan sejumlah persyaratan tambahan diluar yang
ditentukan negara. Regulasi negara biasanya meletakkan persyaratanpersyaratan dasar bagi individu yang boleh menominasikan diri,
diantaranya adalah persyaratan usia, kewarganegaraan, tempat tinggal,
kualifikasi literasi, batas deposit uang, jumlah dukungan dan sebagainya.

25

b. Siapa yang menyeleksi (selectorate)?
Penyeleksi adalah lembaga yang menyeleksi kandidat. Yang disebut
lembaga ini dapat berupa satu orang, beberapa atau banyak orang, sampai
pada pemilih. Menurut Rahat dan Hazan (Sigit Pamungkas, 2011:94)
penyeleksi dapat diklasifikasikan dalam sebuah kontinum, sama seperti
kontinum kandidasi, berdasarkan tingkat inklusifitas dan eklusifitas.

Pemilih

Anggota Partai

Agensi Partai Agensi Partai
Terseleksi
Non-Terseleksi

Inklusif

Anggota Partai+
Syarat Tambahan
Eklusif

Gambar 1. Penyeleksi Partai
Sumber: Sigit Pamungkas (2011:94)

c. Dimana kandidat diseleksi?
Hazan (Sigit Pamungkas, 2011:98) menyebutnya sebagai persoalan
desentralisasi. Secara ringkas ia menyatakan