Jenis Kecemasan Mekanisme Kecemasan

kondisi yang menimbulkan fobia. Menurut penelitian, 70 pasien yang fobia darah akan pingsan pada kondisi tersebut. Pingsan terjadi karena darah dan detak jantung pasien menurun ketika melihat darah tersebut. 23

2.1.3 Jenis Kecemasan

Kecemasan menurut Freud, terbagi atas tiga jenis, yaitu: a. Kecemasan realistik Kecemasan realistik adalah takut akan bahaya di dunia luar, didefinisikan sebagai perasaan yang tidak menyenangkan namun tidak spesifik. 16,24 Kecemasan realistik ini menjadi asal timbulnya kecemasan lainnya yaitu kecemasan neurosis dan kecemasan moral. 24 Contohnya, orang mengalami kecemasan realistik ketika berkendara dan melaju dengan cepat saat lalu lintas sedang padat di kota asing. 16 b. Kecemasan neurotik Kecemasan neurotik adalah rasa cemas karena bahaya yang tidak diketahui atau ketakutan akan hukuman yang diberikan oleh orang tua atau figur tertentu yang berkuasa kalau orang tersebut memuaskan insting dengan cara sendiri dan diyakininya akan diberi hukuman. 16,24 Namun hukuman tidak pasti diberikan sehingga dapat disimpulkan bahwa kecemasan neurotik bersifat khayalan. 24 Semasa kecil, perasaan marah sering diikuti dengan rasa takut akan hukuman dan rasa takut tersebut disamakan dengan kecemasan neurotik secara tidak sadar. 16 c. Kecemasan moral Kecemasan moral terjadi ketika orang melanggar nilai yang diberikan orang tua. Kecemasan moral dan kecemasan neurotik terlihat mirip namun perbedaannya berada pada prinsip yaitu tingkat kontrol ego. 24 Pada kecemasan moral, orang tetap memikirkan masalah dalam keadaan rasional sedangkan pada kecemasan neurotik, orang memikirkan masalah dalam keadaan distres atau panik sehingga orang dengan kecemasan neurotik terhambat dalam membedakan antara realitas dan khayalan. 16

2.1.4 Mekanisme Kecemasan

Bagian otak yang meregulasi kecemasan adalah area korteks prafrontal, amigdala dan hipotalamus pada subkorteks. Pemicu kecemasan yang diterima seseorang akan dikirim terlebih dahulu ke prafrontal korteks yang berperan dalam evaluasi kognitif dari pemicu kecemasan. Kemudian bagian dari sistem limbik yaitu amigdala yang berada di bagian bawah dari lubus temporalis akan memproses pemicu rasa cemas. 25 Amigdala terdiri dari tiga nukleus yaitu nukleus basolateral, nukleus kortikomedial dan nukleus sentral Gambar 1. Nukleus basolateral menerima aferen penglihatan, suara, rasa dan sentuh. Nukleus kortikomedial menerima aferen penciuman. Semua sistem sensori tersebut diproses di dalam nukleus amigdala sehingga terjadi integrasi informasi. Amigdala dan hipotalamus dihubungkan dengan jalur amigdalofungal dan stria terminalis. Proses ekspresi emosi dari amigdala yang dikirim ke hipotalamus akan menghasilkan respon otonom. 26 Gambar 1. Amigdala terdiri dari tiga nukleus. 26 Hipotalamus berada di bawah talamus pada dasar otak depan Gambar 2. Hipotalamus diketahui merupakan pusat integrasi dari berbagai fungsi homeostatik, menghubungkan dan mengaktivasi sistem saraf otonom serta sistem endokrin. 25,27 Fungsi hipotalamus salah satunya adalah sebagai pusat kordinasi sistem saraf pusat sehingga hipotalamus berperan juga dalam mengontrol semua otot polos, otot jantung dan kelenjar eksokrin serta berperan dalam pola emosi dan tingkah laku. 27 Fungsi utama hipotalamus dalam kondisi cemas adalah mengaktivasi dan meregulasi sistem otonom dan sistem endokrin. Hipotalamus memiliki jalur langsung ke kelenjar pituitari, struktur limbik, korteks dan talamus. Hipotalamus berhubungan dengan kelenjar pituitari melalui hubungan endokrin pada lobus anterior dan hubungan neuronal pada lobus posterior. Lobus anterolateral menghambat sistem saraf simpatetik dan mengaktivasi hormon yang dikeluarkan dari kelenjar pituitari, sedangkan lobus posteromedial memiliki efek yang berlawanan. 25 Gambar 2. Letak korteks prafrontal, hipotalamus dan amigdala. 28 Sistem saraf otonom memiliki dua sistem saraf, yaitu sistem saraf parasimpatetik dan sistem saraf simpatetik yang bekerja secara resiprokal Gambar 3. Jika salah satu sistem saraf dominan, maka efek sistem saraf lainnya berkurang. 25,26 Pada kecemasan, sistem yang mendominasi adalah sistem saraf simpatetik sedangkan pada saat tenang, sistem saraf parasimpatetik lebih dominan. 25 Tabel 2. Efek sistem saraf otonom pada organ tubuh. 27 Organ Efek Stimulasi Simpatis Efek Stimulasi Parasimpatis Jantung Meningkatkan kecepatan, kekuatan kontraksi jantung Menurunkan kecepatan, kekuatan kontraksi atrium Pembuluh darah Konstriksi Dilatasi pembuluh darah yang mendarahi penis dan klitoris Paru Dilatasi bronkiolus saluran nafas Konstriksi bronkiolus Saluran cerna Konstriksi sfingter Inhibisi sekresi pencernaan Dilatasi sfingter Stimulasi sekresi pencernaan Kandung kemih Relaksasi Kontraksi pengosongan Mata Dilatasi pupil Menyesuaikan mata untuk melihat jauh Konstriksi pupil Menyesuaikan mata untuk melihat dekat Hati simpanan glikogen Glikogenolisis glukosa dibebaskan Tidak ada Sel adiposa simpanan lemak Lipolisis asam lemak dibebaskan Tidak ada Kelenjar eksokrin Pankreas eksokrin Inhibisi sekresi pankreas eksokrin Stimulasi sekresi pankreas eksokrin penting untuk pencernaan Organ Efek Stimulasi Simpatis Efek Stimulasi Parasimpatis Kelenjar keringat Stimulasi sekresi sebagian besar kelenjar keringat Stimulasi sekresi beberapa kelenjar keringat Kelenjar liur Pengeluaran sedikit liur kental kaya mukus Pengeluaran banyak liur encer kaya enzim Kelenjar endokrin Medula adrenal Stimulasi sekresi epinefrin dan nonepinefrin Tidak ada Pankreas endokrin Inhibisi sekresi insulin, stimulasi sekresi glukagon Stimulasi sekresi insulin dan glukagon Genitalia Ejakulasi dan kontraksi orgasme pria, kontraksi orgasme wanita Ereksi akibat dilatasi pembuluh darah di penis [pria] dan klitoris [wanita] Aktivitas otak Meningkatkan kewaspadaan Tidak ada Gambar 3. Gambaran struktur yang disarafi sistem saraf simpatis dan parasimpatis. 27

2.1.5 Mengurangi Kecemasan

Dokumen yang terkait

Prevalensi Fraktur Gigi Premolar Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin yang Dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU Tahun 2010-2012

8 89 54

PENGARUH JENIS KELAMIN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN SEBELUM PENCABUTAN GIGI DI RSGMP UMY YOGYAKARTA

0 3 60

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN BERKOMPUTER BERDASARKAN TIPE KEPRIBADIAN DAN JENIS KELAMIN PADA Perbedaan Tingkat Kecemasan Berkomputer Berdasarkan Tipe Kepribadian dan Jenis Kelamin Pada Mahasiswa Akuntansi (Survei di Universitas Muhammadiyah Surakarta).

0 0 12

Pencabutan gigi berdasarkan usia dan jenis kelamin anak di Klinik Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak RSGMP USU tahun 2010-2015

0 0 13

Pencabutan gigi berdasarkan usia dan jenis kelamin anak di Klinik Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak RSGMP USU tahun 2010-2015

0 0 8

Pencabutan gigi berdasarkan usia dan jenis kelamin anak di Klinik Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak RSGMP USU tahun 2010-2015

0 0 12

Pencabutan gigi berdasarkan usia dan jenis kelamin anak di Klinik Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak RSGMP USU tahun 2010-2015

0 0 6

Pencabutan gigi berdasarkan usia dan jenis kelamin anak di Klinik Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak RSGMP USU tahun 2010-2015

0 0 12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecemasan Dental 2.1.1 Definisi Kecemasan - Tingkat Kecemasan Masyarakat Saat Pencabutan Gigi Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin Dan Asal Daerah Dengan Survei Online

0 0 22

TINGKAT KECEMASAN MASYARAKAT SAAT PENCABUTAN GIGI BERDASARKAN USIA, JENIS KELAMIN DAN ASAL DAERAH DENGAN SURVEI ONLINE SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

0 0 11