l. Gigi yang berhubungan dengan fraktur rahang
Pasien yang mengalami fraktur mandibula atau prosessus alveolaris kadang perlu dilakukan ekstraksi. Pada beberapa situasi, gigi yang terlibat pada garis fraktur
dapat dipertahankan namun jika gigi tersebut tidak sehat, infeksi atau luksasi parah dari jaringan sekitar gigi atau menganggu reduksi dan fiksasi fraktur, pencabutan
perlu dilakukan.
19
m. Alasan lain ekstraksi gigi
Semua alasan indikasi diatas tentang pencabutan gigi bisa menjadi lebih kuat jika pasien tidak ingin atau kurang mampu secara finansial untuk mempertahankan
gigi. Ketidakmampuan pasien membayar prosedur yang perlu dilakukan untuk mempertahankan gigi dapat menyebabkan solusi yang tersisa adalah pencabutan gigi.
Gigi juga bisa dicabut dengan alasan pasien tidak dapat mempertahankan kebersihan oral. Terutama gigi molar tiga diekstraksi karena alasan kebersihan rongga mulut dan
rekurensi perikoronitis.
19,34
2.3.2 Kontraindikasi Pencabutan Gigi
Kontraindikasi pencabutan gigi relatif kuat dibandingkan dengan indikasi pencabutan gigi. Pada beberapa situasi, kontraindikasi dapat dimodifikasi dengan
menggunakan perawatan tambahan sehingga gigi dapat ekstraksi. Pada kondisi lainnya, kontraindikasi pencabutan gigi sangat perlu diperhatikan sehingga gigi tidak
diekstraksi.
19
Kontraindikasi secara umumnya dibagi menjadi dua kelompok yaitu sistemik dan lokal.
19,34,35
a. Kontraindikasi sistemik
Kontraindikasi sistemik adalah sekumpulan kondisi yang dikenal sebagai penyakit metabolik tidak terkontrol yang parah, contohnya pasien dengan brittle
diabetes diabetes mellitus yang tidak terkontrol dan penyakit ginjal tahap akhir dengan kondisi uremia parah. Jika penyakit pasien termasuk kategori penyakit
sistemik tidak terkontrol maka pencabutan gigi tidak dapat dilakukan.
19
Pasien yang menderita leukemia tidak terkontrol dan limfoma tidak boleh dilakukan pencabutan gigi sampai keganasan telah di bawah kontrol. Komplikasi
yang bisa terjadi adalah infeksi karena sel darah putih yang tidak bekerja dan pendarahan yang berlebihan sebagai akibat platelet yang kurang. Pasien dengan
penyakit jantung tidak terkontrol, iskemik miokardial yang parah seperti angina pektoris yang tidak stabil dan pasien yang baru mengalami infark miokardial
signifikan tidak boleh dilakukan pencabutan gigi kecuali merupakan kondisi emergensi di rumah sakit.
19
Pasien dengan hipertensi maligna juga harus dihindari dari pencabutan karena akan terjadi pendarahan persisten, insufisiensi miokardial akut, dan gangguan
cerebrovaskular karena efek stres dari ekstraksi. Begitu juga dengan pasien dengan detak jantung tidak beraturan, harus menunda tindakan pencabutan gigi.
19
Pasien dengan kehamilan trimester pertama dan trimester ketiga harus menunda pencabutan gigi jika memungkinkan. Akhir trimester pertama, selama
semester kedua atau bulan pertama dari trimester ketiga, memungkinkan pencabutan gigi yang tidak menimbulkan komplikasi, namun operasi ekstensif yang memerlukan
obat selain anestesi lokal harus ditunda sampai pasien melahirkan.
19
Pasien hemofilia atau gangguan platelet parah harus menunda sampai koagulopati terkoreksi.
19,34
Kebanyakan gangguan pendarahan dapat terkontrol dengan administrasi faktor koagulan dan transfusi platelet. Koordinasi yang erat
dengan dokter pasien dapat menghasilkan proses penyembuhan yang tidak menimbulkan komplikasi. Sama halnya dengan pasien yang mengkonsumsi
antikoagulan dapat menjalani ekstraksi ketika dirawat dengan tepat.
19
Pasien yang mengonsumsi obat harus dilakukan operasi dengan hati-hati atau setelah konsultasi medis. Obat yang harus diperhatikan mencakup kortikosteroid,
agen imunosupresan, bifosfonat, dan agen kemoterapi kanker.
19,34
b. Kontraindikasi lokal
Hal yang paling penting diperhatikan dari kontraindikasi lokal adalah sejarah terapi radiasi kanker. Pencabutan gigi pada daerah radiasi dapat menyebabkan
osteoradionekrosis, oleh karena itu pencabutan gigi harus dilakukan dengan sangat hati-hati.
19,34
Gigi yang berada di lokasi sekitar tumor terutama tumor ganas tidak boleh dicabut karena akan menyebabkan metastase. Pasien dengan perikoronitis parah
disekitar impaksi gigi molar tiga mandibula tidak boleh dicabut sebelum perikoronitis di atasi.
34
Perawatan non bedah seperti irigasi, antibiotik dan operasi molar ketiga maksila, jika diperlukan, untuk meringankan tekanan dari jaringan
lunak edema yang menekan impaksi mandibula. Jika molar ketiga mandibula dioperasi saat perikoronitis parah, insiden komplikasi meningkat. Jika periokoronitis
ringan dan gigi dapat dicabut dengan mudah, maka pencabutan dapat dilakukan.
19
Pada pasien dengan abses dentoalveolar akut, terdapat banyak studi prospektif yang telah menunjukkan penanganan yang paling cepat dari infeksi
nekrosis pulpa adalah dengan mencabut gigi tersebut secepat mungkin sehingga infeksi akut bukan merupakan kontraindikasi ekstraksi. Namun, pencabutan gigi
akan susah dilakukan jika pasien tidak dapat membuka mulut cukup lebar, rasa sakit yang parah, bengkak dan susah mencapai fase anestesi lokal yang bekerja dengan
baik.
19,34
Jika akses dan anestesi bisa berjalan dengan baik, maka pencabutan gigi dilakukan sesegera mungkin. Sebaliknya, terapi antibiotik harus dimulai dan rencana
pencabutan gigi harus dibuat secepat mungkin.
19
2.4 Kerangka Teori