Benign Paroxysmal Positional Vertigo BPPV

yaitu benign paroxysmal positional vertigo BPPV 32, Menieres disease 12 dan vertigo vestibular lainnya sekitar 15-20. Sedangkan vertigo vestibular sentral yang paling sering yaitu space-occupying lesions SOL pada fossa posterior sekitar 1, infark serebelum sekitar 1,9 {abstrak} Sekine, 2005. 2.3.3 Gejala klinis Jika fungsi keseimbangan terganggu, gejala yang paling sering dirasakan pasien yaitu perasaan berputar terhadap sekitar, perasaan seperti hendak terjatuh, pingsan, pandangan kabur, dan bingung. Gejala lainnya seperti: penderita datang ke dokter untuk konsultasi medis karena sakitnya, izin dari pekerjaan, mempengaruhi aktivitas sehari-hari, dan menghindari untuk meninggalkan rumah karena gejala tersebut Neuhauser et al., 2008.

2.4 Benign Paroxysmal Positional Vertigo BPPV

2.4.1 Definisi Benign Paroxysmal Positional Vertigo BPPV merupakan penyebab pusing yang paling sering dialami khususnya pada usia tua Caldas et al., 2009. Sekitar 20- 30 dari diagnosis klinis pusing adalan BPPV von Brevern et al., 2005. BPPV merupakan suatu sindroma dari gejala sisa penyakit telinga dalam sehingga bukanlah suatu penyakit tertentu S., Andradi, 2002. BPPV adalah gangguan vestibuler dengan gejala pusing berputar yang tiba- tiba dan nistagmus yang dipicu oleh perubahan posisi kepala terhadap gaya gravitasi tanpa adanya keterlibatan lesi di susunan saraf pusat SSP Ropper dan Brown, 2005. Universitas Sumatera Utara 2.4.2 Epidemiologi Menurut penelitian Mizukoshi et al. 1988 di Jepang, insidensi BPPV sekitar 10,7 per 100.000 populasi sementara di Toyama diperkirakan sekitar 17,3 per 100.000 populasi. Penelitian lain yang dilakukan di Amerika menyebutkan bahwa insidensi BPPV sekitar 64 per 100.000 populasi per tahunnya dengan usia lebih dari 40 tahun. Sekitar 64 dari kasus BPPV ini diderita oleh wanita dan jarang pada usia di bawah 35 tahun tanpa ada riwayat trauma kepala John, 2012. Dalam penelitian lain yang dilakukan di Israel menyebutkan bahwa sekitar 25,6 pasien didiagnosa BPPV dari keseluruhan kunjungan ke dokter Pollak, 2009. 2.4.3 Etiologi Menurut Caldas et al. 2009 penyebab BPPV adalah sebagai berikut: a. Idiopatik penyebab terbanyak sekitar 74,8 b. Trauma kepala sekitar 15,0 c. Insufisiensi vertebrobasiler sekitar 10,8 d. Meinere disease sekitar 55,4 e. Vestibuar neuritis sekitar 29,2 f. Penyakit telinga dalam lainnya 4,6 2.4.4 Faktor resiko Beberapa penelitian menyatakan bahwa wanita memiliki prevalensi lebih tinggi menderita BPPV dibandingkan laki-laki sekitar 74 dari sampel. Hal ini disebabkan karena pengaruh hormon Dorigueto et al., 2009. Selain itu, usia lebih dari 60 tahun 7 kali lebih beresiko dibandingkan usia antara 18-39 tahun. Onset rata- rata penderita sekitar usia 49,4-80 tahun. Dalam penelitian yang sama disebutkan juga beberapa faktor resiko lain yang berhubungan dengan BPPV antara lain: a. Depresi b. Hipertensi c. Peningkatan lipid darah d. Diabetes Universitas Sumatera Utara e. Penyakit jantung koroner f. Stroke g. Indeks Massa Tubuh IMT h. Merokok, dan i. Migrain Faktor resiko di atas masih belum ada penelitian yang menghubungkannya dengan BPPV, tetapi secara teori hal tersebut dapat berkaitan dengan kerusakan pembuluh darah salah satunya di telinga dalam sehingga dapat menginduksi terjadinya BPPV von Brevern et al., 2006. 2.4.5 Klasifikasi Menurut Atlas dan Parnes 2001 dalam penelitian Dorigueto et al. 2009, BPPV terbagi 3 jenis menurut waktunya, yaitu: a. Hilang sendiri self-limited. Gejala hilang dalam beberapa minggu sampai bulan setelah dilakukan statocone repositioning maneuvers SRM. b. Kambuh lagi recurrent. Gejala hilang timbul dalam jangka waktu tertentu setelah dilakukan SRM. c. Menetap persistent. Gejala menetap kurang lebih 1 tahun. 2.4.6 Patofisiologi Menurut Andradi S. 2002, terdapat 2 teori penyebab BPPV, yaitu: a. Kupulolitiasis Bagian atas makula utrikulus terdapat partikel yang berisi kalsium karbonat yang berasal dari fragmen otokonia. Oleh karena proses degenerasi dari makula utrikulus, kalsium karbonat terlepas dan menempel di permukaan kupula kanalis semisirkularis khususnya bagian posterior karena letaknya di bawah makula utrikulus. Hal ini menyebabkan daerah ini lebih berat dari cairan endolimfa di sekitarnya sehingga menjadi lebih sensitif dengan sedikit perubahan arah gravitasi. Salah satu gejala yang timbul yaitu nistagmus kurang dari 1 menit. Universitas Sumatera Utara b. Kanalitiasis Menurut teori ini, partikel kalsium karbonat yang lepas tidak melekat pada kupula tetapi mengambang di endolimfa kanalis semisirkularis. Dengan adanya perubahan posisi kepala, parikel tersebut bergerak ke posisi paling bawah. Pada saat ini, endolimfa bergerak menjauh dari ampula dan merangsang nervus ampularis. Nistagmus bertahan lebih dari 1 menit. 2.4.7 Gejala klinis Gejala yang sering dikeluhkan pasien BPPV seperti vertigo yang timbul mendadak dan kadang disertai nistagmus karena perubahan posisi kepala misalnya miring ke satu sisi saat berbaring, bangkit dari posisi tidur, perubahan posisi saat tidur, dan gerakan leher yang hiperekstensi. Gejala lainnya seperti mual, muntah, tidak seimbang seperti melayang, takut jatuh, sakit kepala, cemas, gangguan tidur, tinnitus, gangguan mengingat, hipersensitif terhadap suara, dan lain sebagainya Vaz et al., 2013. 2.4.8 Diagnosis Menurut Andradi S. 2002, beberapa hal yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis BPPV, seperti: a. Anamnesis Pasien mengeluh vertigo berputar yang timbul mendadak pada perubahan posisi kepala kurang dari 30 detik dan dapat disertai mual dan kadang-kadang muntah. b. Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan kecuali penyebab mendasar BPPV adalah kelainan neurologi fokal atau sistemik. Universitas Sumatera Utara c. Test Dix Hallpike Dix Hallpike Maneuver Test ini dilakukan dengan cara sebagai berikut: - Inform concern pasien sebelum melakukan tindakan. - Pasien duduk di ujung meja periksa. - Kepala menghadap ke kiri atau kanan sekitar 45 , lalu dengan cepat badan pasien dibaringkan sehingga kepala menggantung di ujung meja periksa. - Lihat adatidaknya nistagmus dan keluhan vertigo. Pertahankan posisi selama 10-15 detik setelah itu pasien duduk kembali seperti posisi semula. - Ulangi maneuver dengan posisi kepala ke sisi berlawanan. Ulangi 2- 3 kali untuk melihat fatigue maneuver. Nistagmus adalah suatu gerakan refleks yang menyentak pada mata saat awal dan akhir rotasi untuk mempertahankan fiksasi penglihatan di titik diam saat tubuh berputar. Saat rotasi tubuh, mata bergerak lambat dengan arah berlawanan dengan arah rotasi untuk mempertahankan fiksasi penglihatan Ganong, 2008. Test Dix Hallpike dilakukan untuk menilai tipe BPPV dari riwayat perubahan posisi dan pola nistagmus. a. Kanalis semisirkularis posterior Rotasi dan sentakan nistagmus ke arah vertikal atas lesi di labirin kanan: berlawanan arah jarum jam, sedangkan lesi di labirin kiri: searah jarum jam. Gambar 2.6 Pola nistagmus pada kanalis semisirkularis posterior telinga kiri Hornibrook, 2011 Universitas Sumatera Utara b. Kanalis semisirkularis anterior Rotasi dan sentakan nistagmus ke arah vertikal bawah lesi di labirin kanan: berlawanan arah jarum jam, sedangkan lesi di labirin kiri: searah jarum jam. Gambar 2.7 Pola nistagmus pada kanalis semisirkularis anterior telinga kiri Hornibrook, 2011 c. Kanalis semisirkularis lateral Nistagmus yang terjadi ke arah horizontal. Gambar 2.8 Pola nistagmus pada kanalis semisirkularis lateral telinga kiri Hornibrook, 2011 Kanalis posterior frekuensinya lebih sering dari kanalis anterior dan lateral sekitar 78,8 dari semua kasus. Hal ini terjadi karena partikel kasium karbonat Universitas Sumatera Utara bergerak ke bawah yang merupakan posisi kanal posterior. Kasus terbanyak BPPV bersifat unilateral 91,8 Caldas et al., 2009. Gambar 2.9 Dix-Hallpike maneuver Ropper and Brown, 2005 2.4.9 Penatalaksanaan a. Canalith Repositioning Treatment CRT Dilakukan setelah test Dix Hallpike abnormal. Caranya: - Dimulai dengan posisi Dix Hallpike. Jika kanal telinga yang terganggu sebelah kanan, maka CRT juga kanan dan sebaliknya. - Pertahankan posisi saat berbaring dengan kepala yang menggantung di tepi meja periksa sekitar 1-2 menit. Universitas Sumatera Utara - Kemudian kepala diputar perlahan ke kiri 45 dan pertahankan beberapa saat. - Selanjutnya badan pasien dimiringkan sehingga pasien menghadap ke lantai. - Terakhir pasien kembali ke posisi duduk dengan kepala menghadap ke depan. Hindarkan kepala menunduk, berbaring, dan membungkukkan badan selama sehari. Test ini bertujuan untuk mendorong partikel keluar dari kanalis semisirkularis dan masuk kembali ke utrikulus. Gejala yang sering dikeluhkan pasien setelah test ini seperti: kaku leher, spasme otot karena kepala tegak dalam beberapa waktu, vertigo berat saat test, sering merasa mual dan muntah. Oleh karena itu, pasien disarankan untuk duduk tenang beberapa saat sebelum pulang. Gambar 2.10 Canalith Repositioning Treatment CRT = Epley Maneuver Solomon, 2000 Universitas Sumatera Utara b. Liberatory Semont Maneuver Test ini dilakukan sesuai dengan kanal yang terlibat. Misalnya kanal posterior kanan, maka test juga dilakukan ke arah kanan dengan posisi kepala diputar menghadap ke kiri dan sebaiknya. - Pasien duduk di meja periksa dengan kepala diputar menghadap ke kiri 45 . - Kemudian secara cepat pasien dibaringkan ke sisi kanan dengan kepala menggantung. - Setelah 1 menit, pasien kembali ke posisi duduk awal secara cepat dan kemudian ke posisi side lying kiri posisi baring ke sisi kiri dengan posisi kepala menoleh 45 ke kiri. Pertahankan selama 1 menit. - Terakhir kembali ke posisi duduk awal secara perlahan. Catatan : jika yang terlibat kanal anterior kanan: test dilakukan ke arah kanan dengan posisi kepala diputar menghadap ke kanan, begitu juga sebaliknya. Gambar 2.11 Liberatory Semont Maneuver Solomon, 2000 Universitas Sumatera Utara c. Brandt-Daroff exercises Latihan ini dapat dilakukan pasien di rumah tanpa bantuan therapist. Caranya : - Pasien dalam posisi duduk kepala menoleh ke arah berlawanan dari posisi pencetus vertigo misalnya kepala menoleh ke kanan. Tahan selama 30 detik. - Kemudian berbaring dengan cepat ke sisi berlawanan sisi kiri. Tahan selama 30 detik. - Secara cepat duduk kembali. - Selanjutnya posisi kepala menoleh ke sisi sebelahnya ke kiri. Tahan selama 30 detik. - Berbaring ke sisi berlawanan kanan selama 30 detik dan kembali duduk seperti semula. Latihan ini dilakukan secara rutin 10-20 kali, 3 kali sehari minimal 2 hari.sampai vertigo menghilang. Gambar 2.12 Brandt-Daroff exercises Solomon, 2000 Universitas Sumatera Utara

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL