BAB 5 PEMBAHASAN
Dari  hasil  penelitian  diperoleh  perbedaan  kekasaran  permukaan  sesudah direndam  untuk  masing-masing  kelompok  sampel  dengan  peningkatan    sebesar
0.02300 µm untuk 5 jam, 0.05300 µm untuk 10 jam dan 0.07600 µm untuk 15 jam. Hasil  ini  menunjukkan  adanya  peningkatan  kekasaran  permukaan  sesudah
perendaman minuman isotonik untuk setiap kelompok sampel. Dari  hasil  uji  post  hoc  tests  dengan  LSD  dapat  dilihat  kekasaran  antara
perendaman  5  jam  dengan  perendaman  10  jam  bermakna,  dengan  nilai  perbedaan sebesar 0.02100 µm dan p=0.044 p0.05, perendaman 5 jam dengan perendaman 15
jam  dengan  perbedaan  sebesar  0.04700  µm  dan  p=0.000  p0.05  begitu  juga  pada perendaman  10  jam  dengan  perendaman  15  jam  bermakna,  dengan  nilai  perbedaan
sebesar  0.02600  µm  dan  p=0.014  p0.05.  Perbedaan  kekasaran  yang  paling  besar terdapat  pada  perendaman  5  jam  dengan  15  jam  dengan  perubahan  sebesar  0.04700
µm. Hasil  uji  tersebut  menunjukkan  waktu  perendaman  semen  ionomer  kaca
dalam  minuman  isotonik  mempengaruhi  kekasaran  permukaan  bahan.  Dari  hasil  uji ini,  dapat  diketahui  bahwa  semakin  lama  waktu  perendaman  maka  nilai  kekasaran
permukaan semakin meningkat. Dari  hasil  penelitian  ini,  terjadinya  peningkatan  kekasaran  permukaan  pada
tiap  kelompok  sampel  dapat  disebabkan  oleh  lepasnya  partikel-partikel  dari  matriks bahan semen ionomer kaca yang menyebabkan terjadinya erosi pada bahan restorasi
akibat dari keasaman minuman  isotonik.  Dengan terlepasnya ikatan partikel-partikel bahan  restorasi  akan  menyebabkan  penurunan  sifat  fisik  dan  mekanik  dari  bahan
restorasi tersebut.
4
Kuhn and Wilson 1985 menyebutkan bahwa kelarutan semen ionomer kaca dan  semen  silikat  dipengaruhi  oleh  tiga  faktor  yaitu  surface  wash-off,  difusi  dan
korosi  permukaan. Menutur  Fukazawa  dkk  1987  kelarutan  semen  ionomer  kaca
Universitas Sumatera Utara
dalam  asam  dipengaruhi  oleh  difusi  ion  ke  dalam  matriks  semen.  Konsentrasi  dan konstanta  pembentukan  ion  H
+
pada  kelarutan  semen  mempengaruhi  derajat  erosi semen ionomer kaca dalam larutan asam organik.
20
Minuman isotonik yang digunakan pada penelitian ini mengandung asam dan salah  satu  sifat  semen  ionomer  kaca  adalah  kelarutan  yang  disebabkan  oleh  asam
yang  akan  menyebabkan  terjadinya  erosi  pada  bahan.  Pada  larutan  asam,  lepasnya partikel-partikel  dari  semen  disebabkan  oleh  difusi  ion  H
+
ke  dalam  semen  yang menggantikan  kation  yang  berikatan  silang  dengan  asam  poliakrilat  dalam  matriks
semen.  Kation  yang  bebas  tersebut  akan  berdifusi  keluar  dan  terlepas.  Dengan keluarnya  kation  akan  menyebabkan  peningkatan  oksigen  yang  tidak  berpasangan
pada jaringan kaca di permukaan. Permukaan kaca akan kaya dengan silanol -SiOH. Selanjutnya  perusakan  oleh  ion    H
+
dan  F
-
akan  memutuskan  Si-O-Si  pada  jaringan kaca.  Akibatnya,  perendaman  yang  lama  dalam  larutan  asam  akan  menyebabkan
lepasnya  partikel  kaca  dan  terjadinya  pori  pada  permukaan  semen.  Hal  ini  akan mengakibatkan permukaan semen ionomer kaca menjadi kasar.
20
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gabriela B dan  Ligia  2011,  dinyatakan  bahwa  semakin  lama  semen  ionomer  kaca  direndam
dalam  larutan  asam  maka  semakin  besar  pula  peningkatan  kekasaran  permukannya dimana mekanisme erosi larutan asam terhadap semen ionomer kaca bergantung pada
waktu, pH, dan konsentrasi asam.
3,20
Penelitian  ini  menunjukkan  adanya  peningkatan  kekasaran  permukaan  bahan restorasi  akibat  asam  yang  terkandung  dalam  minuman  isotonik.  Akan  tetapi,
peningkatan  kekasaran  permukaan  bahan  masih  dapat  diterima  karena  rata-rata kekasaran yang paling besar terdapat pada kelompok 3 15 jam perendaman dengan
nilai  kekasaran  sebesar    0,24  µm.  Nilai  kekasaran  tersebut  masih  sesuai  dengan parameter  nilai  kekasaran  yang  telah  dikemukakan  oleh  Bollen  dkk  1997  dan
Willems dkk 1991.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN