TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG PENDIDIKAN SEKS PADA ANAK SEKOLAH DI SD NEGERI NGRUKEMAN

(1)

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh:

FITRISARI YOISANGADJI 20120320088

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

i

KARYA TULIS ILMIAH

TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG PENDIDIKAN SEKS PADA ANAK SEKOLAH DI SD NEGERI NGRUKEMAN Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh:

FITRISARI YOISANGADJI 20120320088

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Fitrisari Yoisangadji NIM : 20120320088 Program Studi : Ilmu Keperawatan

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa karya tulis ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya tulis sendiri dan belum diajukan dalam bentuk atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebut dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir karya tulis ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan karya tulis ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 22 Agustus 2016 Yang membuat pernyataan


(4)

iii

HALAMAN MOTTO

“Janganlah membanggakan dan meyombongkan diri apa-apa yang kita peroleh, turut dan ikutilah ilmu padi makin berisi makin tunduk dan

makin bersyukur kepada yang menciptakan kita Allah SWT.”

“Bersikaplah kukuh seperti batu karang yang tidak putus-putusnya dipukul ombak, ia tidak saja berdirih kukuh, bahkan ia meneramkan

amarah ombak dan gelombang itu.” (Marcus Aurelius)


(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji syukur alhamdulillah atas terselesaikannya karya tulis ilmiah ini peneliti persembahkan kepada orang-orang yang selalu menginspirasi dan memotivasi dalam perjalanan hidup dan masa-masa kuliah. Tiada ada kata yang lebih pantas selain kata alhamdulillah dan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada semua yang membantu dan mendukung penulisan karya tulis imliah ini.

Terima kasih peneliti ucapkan kepada:

1. Ibu dan ayah yang sangat luar biasa mendidik, menyayangi, membesarkan peneliti hingga sekarang. Tiada henti ucapan terimakasih yang peneliti panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan orang tua yang luar biasa seperti mereka. Berkat kasih sayang, dukungan dan semangat serta doa restu mereka sehingga kuliah yang peneliti jalani terselesaikan dan berjalan dengan lancar.

2. Ibu Falasifah Ani Yuniarti, S.Kep.,NS.,MAN.,HNC., selaku dosen pembimbing yang selalu meluangkan waktu dan tiada hentinya memotivasi sehingga karya Tulis Ilmiah ini bisa terselesaikan.

3. Adik-adik terkasih Fitra Akbar Yoisangadji dan Apriansyah Yoisangadji yang selalu mendoakan dan memberikan semangat dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

4. Sahabat-sahabat seperjuangan Redha Pranasari, Inda Resky Aulia, Zolfika Anggraini, Sry Yulianti Yoisangadji, Pratiwi Nova Ariani, dan Dewi Arina, yang telah membantu dan memberikan semangat dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

5. Teman-teman satu bimbingan Linda, Shandy, Azam, terimaksih atas dukungan dan bantuan kalian, semoga kita menjadi yang terbaik.

6. Teman-teman angkatan 2012 yang selalu memberikan semangat dan kenangan dalam perkuliahan.


(6)

v

7. Semua yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu terima kasih atas segenap doa dan dukungan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.


(7)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul: “Tingkat Pengetahuan Orang Tua tentang Pendidikan Seks pada Anak Sekolah di SD Negeri Ngrukeman”. Karya Tulis Ilmiah ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari peran dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ayah dan ibu tercinta terima kasih telah mencucurkan keringat dan mencurahkan kasih sayang, dukungan, semangat, motivasi serta doa restu sehingga kuliah yang peneliti jalani terselesaikan dan berjalan dengan lancar.

2. dr. Ardi Pramono, Sp.,An.,M.Kes. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammdiyah Yogyakarta.

3. Ibu Sri Sumaryani, S.Kep.,Ns.,M.Kep,.Sp.Mat.,HNC. selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.


(8)

vii

4. Ibu Falasifah Ani Yuniarti, S.Kep.,NS.,MAN.,HNC. selaku dosen pembimbing yang penuh dengan kesabaran, kelembutan dan pengorbanan sehingga beliau mampu membimbing dan mengarahkan peneliti dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Ibu Ema Waliyanti, Ns.,M.P.H selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan bersedia meluangkan waktunya demi kelancaran sidang Karya Tulis Ilmiah peneliti.

6. Keluarga tercinta yang telah memberikan doa, semangat dan dukungan dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Teman-teman PSIK 2012 yang selalu memberikan semangat dan dukungan yang besar dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Peneliti menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini memiliki kekurangan, mengingat keterbatasan peneliti, oleh karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Amin Yaa Rabbal ‘Alamiin

Yogyakarta, 22 Agustus 2016


(9)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

LEMBAR PENGESAHAN ...ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...iii

HALAMAN MOTTO ...iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ...v

KATA PENGANTAR ...vii

DAFTAR ISI ...ix

DAFTAR TABEL ...xi

INTISARI ...xii

ABSTRAK ...xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah ...5

C. Tujuan Penelitian...5

D. Manfaat Penelitian...6

E. Penelitian Terkait ...6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan ...9

1. Definisi pengetahuan ...9

2. Tingkat pengetahuan ...9

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan...11

B. Peran Orang Tua...13

1. Tanggung jawab orang tua ...13

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi peran orang tua ...14

C. Pendidikan Seksual ...17

1. Definisi pendidikan seks ...17

2. Tahap-tahap pendidikan seksual berdasarkan usia ...18

D. Pentingnya Pendidikan Seksual Dini ...20

E. Dampak Tidak Dipaparkan Pendidikan Seks Dini ...22

F. Cara Memberikan Pendidikan Seksual ...23

G. Kerangka Konsep ...26

H. Pertanyaan Penelitian ...25

BAB III METODE PENELITIAN A.Desain Penelitian ...26

B. Populasi dan Sampel Penelitian ...26

C.Lokasi dan Waktu Penelitian ...26

D.Variabel Penelitian ...27

E. Definisi Operasional ...27

F. Instrument Penelitian ...27

G.Cara Pengumpulan Data ...29

H.Uji Validitas dan Reabilitas ...30


(10)

ix

J. Etika Keperawatan ...34 BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ...36 ...B. Pembahasan ...42 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

...A. Kesimpulan ...49 ...B. Saran ...50 DAFTAR PUSTAKA


(11)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kisi-Kisi Kuesioner Pengetahuan Orang Tua tentang Pendidikan Seks ...28

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Karateristik Demografi Responden di SD Negeri Ngrukeman ...38 Tabel 3 Distribusi Tingkat Pengetahuan Orang Tua tentang Pendidikan Seks pada Anak Sekolah di SD Negeri Ngrukeman ...39 Tabel 4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Orang Tau tentang Pendidikan Seks pada Anak Sekolah di SD Negeri Ngrukeman ...40


(12)

xi

Fitrisari Yoisangadji. (2016). Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Pendidikan Seks pada Anak Sekolah di SD Negeri Ngrukeman. Karya Tulis Ilmiah. Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Pembimbing : Falasifah Ani Yuniarti, S.Kep., Ns., MAN., HNC

INTISARI

Latar Belakang : Orang tua mempunyai peran yang sangat penting dalam memberikan pendidikan seks dini pada anak. Pendidikan seksual yang tidak diberikan secara dini akan mempengaruhi tingkah laku anak di masa depan dan anak akan salah mengartikan seks, karena kurangnya pengetahuan tentang seks. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karateristik demografi orang tua dan tingkat pengetahuan orang tua tentang pendidikan seks pada anak sekolah di SD Negeri Ngrukeman.

Metode penelitian : Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dan sampel pada penelitian ini adalah orang tua siswa-siswi kelas 1A dan 1B Sekolah Dasar Negeri Ngrukeman sebanyak 64 responden dengan teknik total sampling. Analisa menggunakan deskriptif dalam bentuk frekuensi dan prosentase.

Hasil Penelilitian : Hasil menunjukan tingkat pengetahuan orang tua tentang pendidikan seks pada anak baik sebanyak 50 orang (78,1%), cukup sebanyak 11 responden (17,2%) dan kurang sebanyak 3 responden (4,7%).

Kesimpulan dan saran : Sebagian besar orang tua termasuk kategori baik dalam pengetahuan pendidikan seks pada anak sehingga peneliti menyarankan perlu dilakukan penelitian selanjutnya mengenai cara orang tua dalam memberikan pendidikan seks pada anak usia dini.


(13)

xii

Supervisor : Falasifah Ani Yuniarti, S.Kep., Ns., MAN., HNC ABSTRACT

Background : Parents have very important role in giving children early sex education. Early sex education given will influence children behaviour in the future and children will misinterpret sex should they lack knowledge on sex.

Objective : This research aimed at finding out parents’ demography characteristic and the level of knowledge on sex education for children at SD Negeri Ngrukeman.

Research Method : The type of the research is descriptive quantitative and the sample of the research were 64 respondents from Grade IA and IB students of Sekolah Dasar Negeri Ngrukeman with total sampling technique. The analysis used was descriptive in the form of frequency and percentage.

Research Result : The result indicated that the level of parents’ knowledge on sex education for children in good category was 50 people (78,1%), in medium category was 11 respondents (17,2%) and in poor category was 3 respondents (4,7%).

Conclusion and suggestion : Most parents were included in the good category in the knowledge of sex education for children so that the researcher suggested that it was necessary to do further research on the way parents give children sex education at early age.


(14)

(15)

1 A. Latar Belakang Masalah

Orang tua mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan anak kedepannya. Peran orang tua secara umum yaitu sebagai pengurus keperluan materil anak, pemberi kasih sayang dan bertanggung jawab untuk memberikan pendidikan yang baik pada anak. Salah satu peran orang tua sebagai pendidik yaitu memberikan pendidikan seks dini pada anak. Orang tua harus mempunyai kesadaran bahwa anak memiliki hak untuk mendapatkan akses informasi yang benar tentang seksualitas (Nurlaili, 2011).

Prinsip dasar mengajarkan pendidikan seks pada anak seperti memberikan imunisasi, yaitu mencegah anak tertular penyakit tertentu dengan melakukan vaksinasi virus yang dimaksud. Pendidikan ini akan menyebabkan tumbuhnya kekebalan tubuh anak terhadap kontaminasi seks yang tidak benar. Anak yang telah diberikan “imunisasi” seks dengan lengkap diharapkan akan memiliki kekebalan dan kontrol diri yang tinggi dari serangan virus seks jahat (misalnya pornografi, penyimpangan dan penyalahgunaan seks) sehingga anak tidak mudah terinfeksi perilaku seks yang negatif (Yasmira, 2009).

Pendidikan seks merupakan solusi yang baik untuk membentuk kepribadian anak yang sehat. Pendidikan seks disini bukan berarti mengajarkan anak tentang hubungan seksual atau pun perilaku negatif


(16)

yang seharusnya tidak dilakukan seusia mereka, tetapi orang tua harus mengajarkan kepada anak agar dapat menjaga organ reproduksi mereka sehingga tidak salah digunakan (Avin & Paramastri, 2011). Pendidikan seks juga merupakan bagian penting dalam mendidik anak bukan perihal yang harus dipandang tabu. Orang tua sangat berperan penting dalam memberikan pendidikan seks pada anak, karena orang tua adalah orang yang paling dekat dengan anak (Fajar, Susanto & Achwandi, 2014).

Pendidikan seksual yang tidak diberikan secara dini akan mempengaruhi tingkah laku anak di masa depan dan anak akan salah mengartikan seks, karena kurangnya pengetahuan tentang seks. Hal ini disebabkan karena masih banyak orang tua yang menganggap bahwa pendidikan seks pada anak adalah hal yang tabu. Pandangan ini harus segera dihilangkan apabila anak tidak diberikan pendidikan seks langsung dari orang tuanya, maka anak akan mencari pengetahuan seks dari luar. Biasanya pihak luar yang akan suka rela memberikan informasi seks kepada anak adalah teman sebaya, majalah porno, dan pihak-pihak lainnya, yang belum tentu berdampak positif pada anak (Rahmawati, 2012).

Undang-Undang Dasar No. 23 Tahun 2002 ayat 1 tentang perlindungan anak menjelaskan tentang :

Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan Negara. Perlindungan khusus adalah perlindungan yang diberikan kepada anak dalam situasi darurat, anak yang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak yang dieksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual, anak yang


(17)

diperdagangkan, anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (napza), anak korban penculikan, penjualan, perdagangan, anak korban kekerasan baik fisik atau mental, anak yang menyandang cacat, dan anak korban perlakuan salah dan penelantaran”.

Berdasarkan undang-undang yang sudah ditetapkan oleh negara, maka kita harus menjaga dan melindungi anak dari berbagai masalah, sehingga kedepannya anak tidak melakukan perilaku seks yang salah.

Data dari KPAI (Komnas Perlindungan Anak Indonesia) yang berhasil dirangkum pada tanggal 15 Agustus 2014, yaitu pada bulan Januari sampai April 2014, terdapat 342 kasus kekerasan seksual terhadap anak. Data Polri 2014, mencatat di Indonesia ada 697 kasus kekerasan seksual terhadap anak yang terjadi di separuh tahun 2014. Dari jumlah tersebut, sudah 726 orang yang ditangkap dengan jumlah korban mencapai 859 orang. Tahun 2015 kasus penyimpangan seksual meningkat, pada tanggal 27 Mei 2015 beredar video anak sekolah dasar melakukan hal yang tidak pantas dilakukan oleh anak seusia mereka. Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Rifka Anisa dari tahun 2000-2007 di Yogyakarta didapatkan kasus kekerasan seksual usia 5-12 tahun sebanyak 16%, 12-15 tahun sebanyak 12% dan usia 15-18 tahun sebanyak 13,76% (Paramastri, Supriati & Priyanto, 2010).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 17 November 2015 di desa Ngrukeman dari 10 responden didapatkan data 1 responden mengatakan bahwa telah memberikan pendidikan seks pada anak sedangkan 9 responden lainnya mengatakan pendidikan seks itu penting tetapi, masih beranggapan pendidikan seks itu adalah hal tabu


(18)

yang seharusnya tidak diberikan pada anak usia dini dan masih belum mengetahui cara penyampaian pendidikan seks kepada anak sehingga pengetahuan anak tentang seks masih kurang. Peneliti juga mendapatkan informasi dari salah satu warga desa Ngrukeman bahwa pernah terjadi masalah pelecehan seksual pada anak. Masalah ini disebabkan karena kurangnnya pendidikan seks yang diberikan orang tua kepada anak sehingga menimbulkan masalah tersebut.

Qur’an Surah An-Nur Ayat 30 :

Artinya :

Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya, Allah maha mengetahui apa yang mereka perbuat”.

Berdasarkan latar belakang di atas dan fenomena yang terjadi peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul : Tingkat Pengetahuan Orang Tua tentang Pendidikan Seks pada Anak Sekolah di SD Negeri Ngrukeman.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana tingkat pengetahuan orang tua tentang pendidikan seksual pada anak sekolah di SD Negeri Ngrukeman ?


(19)

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan orang tua tentang pendidikan seks pada anak sekolah di SD Negeri Ngrukeman.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karateristik demografi orang tua.

b. Mengetahui tingkat pengetahuan orang tua tentang pendidikan seks pada anak.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi ilmu keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi ilmu keperawatan tentang peranan orang tua dalam memberikan pendidikan seksual pada anak dan menjadi bahan pertimbangan bagi ilmu keperawatan dalam memberikan pendidikan kesehatan khususnya pada anak usia sekolah tentang pendidikan seks.

2. Bagi peneliti

Menambah wawasan atau pengetahuan tentang pendidikan seks dini dan menambah pengalaman bagi peneliti.

3. Bagi orang tua

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada orang tua tentang peranan orang tua dalam memberikan pendidikan seks dini pada anak sekolah dasar.


(20)

4. Bagi sekolah

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak sekolah tentang pentingnya pendidikan seks dini untuk anak khususnya anak sekolah dasar, sehingga pihak sekolah dapat memberikan pendidikan seks melalui kurikulum sekolah.

E. Penelitian Terkait

Sejauh penelusuran kepustakaan yang telah penulis lakukan terdapat beberapa penelitian yang berhubungan antara lain :

1. Kulsum (2013), yang berjudul “Intensi dan Perilaku Orang Tua dalam Memberikan Pendidikan Seks pada Anak Usia Dini”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa intensi orang tua dalam memberikan pendidikan seks pada anak usia dini tergolong pada kriteria perilaku yang cukup cenderung kuat. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah metode yang digunakan yaitu deskriptif. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ibu yang memiliki anak berusia prasekolah (1 - 6 tahun), teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah one stage cluster random sampling, jumlah sampel sebanyak 108 orang, tempat penelitian di Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.

2. Sugiasih (2011), yang berjudul “Need Assessment Mengenai Pemberian Pendidikan Seksual yang Dilakukan Ibu untuk Anak Usia


(21)

3-5 Tahun”. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode diskusi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa, semua subyek berpendapat pendidikan seksual untuk anak penting, tetapi sebagian ibu mengatakan akan memberikannya nanti kalau anak sudah besar. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah menggunakan kuesioner tetapi penelitian ini menggunakan kuesioner hanya untuk mendapatkan biodata sampel sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan semua data yang berkaitan dengan penelitian. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah jenis penelitian yang digunakan yaitu kualitataif, populasi dan sampel ibu yang mempunyai anak usia 3-5 tahun berjumlah 7 orang, tempat penelitian di taman Posyandu Nirwana Bandung.

3. Fajar, Susanto & Achwandi (2014), yang berjudul “Strategi Optimalisasi Peran Pendidikan Seks Usia Dini di PAUD Dalam Menanggulangi Pelecehan Seks Terhadap Anak di Pekalongan“. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukan masih rendahnya tingkat kesadaran dan pengetahuan orang tua dan pihak sekolah dalam memberikan pendidikan seks dini pada anak. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah populasi orang tua dan pihak sekolah PAUD yang ada di Kecematan Pekalongan Utara, tehnik sampel yang digunakan adalah purposive sampling, tempat


(22)

penelitian di Kecamatan Pekalongan Utara yaitu Kelurahan Pabean, Panjang Baru, Kandang Panjang, Panjang Wetan, Dukuh, Bandengan, Degayu, Kraton, Krapyak Lor dan Krapyak Kidul.


(23)

(24)

9 1. Definisi pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah hasil yang didapatkan atau hasil yang diketahui dari penginderaan yang dimiliki seseorang seperti penglihatan, penciuman, pendengaran dan sebagainya. Berdasarkan pengetahuan tersebut orang tua dapat berperan sebagai edukator dan motivator untuk anaknya. Orang tua yang memiliki pengetahuan baik dapat melakukan pencegahan terhadap anak secara dini dengan cara memberitahukan hal-hal yang seharusnya dia lakukan dan yang seharusnya dihindari.

2. Tingkat pengetahuan

Menurut Efendi dan Makhfudli (2009) bahwa ada 6 tingkat pengetahuan yaitu :

a. Tahu (know)

Tahu dapat diartikan sebagai mengetahui dan mengingat apa yang sudah diterima dan dipelajari dengan cara menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan sebagainya.

b. Memahami (comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara langsung tentang apa yang sudah didapatkan dan dipelajari dengan benar. Orang yang telah paham terhadap


(25)

objek atau materi tersebut harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, menerangkan, menguraikan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah didapatkan dan dipelajari pada situasi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis merupakan satu tingkat diatas analisis. Seseorang yang berada ditingkat ini, akan mampu menjelaskan struktur atau pola dari materi yang sudah didapatkan dan mampu mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan.


(26)

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini merupakan suatu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi yang sudah dipelajari atau didapatkan berdasarkan pada suatu kriteria yang sudah ditentukan sendiri atau kriteria yang sudah ada. Pengetahuan tersebut dapat diukur dengan cara wawancara langsung atau menggunakan angket tentang materi yang akan diukur.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan

Menurut Mubarak (2007) , faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan, antara lain :

a. Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu upaya untuk mengembangkan kemampuan seseorang sehingga dapat berperilaku baik. Pendidikan bisa didapatkan dari sekolah maupun diluar sekolah. Pendidikan juga dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang semakin mudah dalam mencerna suatu informasi, dibandingkan dengan tingkat pendidikan rendah.

b. Minat

Minat merupakan suatu tingkat keinginan seseorang untuk memperolah sesuatu yang diinginkan baik pengetahuan maupun keterampilan. Hal ini dapat menjadikan seseorang dalam memiliki pengetahuan yang lebih dalam.


(27)

c. Pekerjaan

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Suatu pekerjaan harus dilakukan berdasarkan keahlian, pengetahuan, kemampuan dan pengalaman agar dapat menghasilkan suatu hasil yang baik. Pekerjaan dapat mempengaruhi sebuah tingkat pengetahuan berhubungan dengan lingkungan tempat kerja yang membuat seseorang dapat memperoleh pengetahuan secara langsung maupun tidak langsung. d. Informasi

Informasi adalah suatu data yang diperoleh dari orang lain, media cetak maupun media masa untuk dijadikan bahan pengetahuan yang baru. Cepat lambatnya mendapatkan pengetahuan baru, tergantung dari mudah tidaknya seorang tersebut mendapatkan informasi.

e. Kebudayaan

Kebudayaan adalah suatu kesatuan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kebiasaan seseorang. Kebudayaan juga dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang.

f. Umur

Seiring dengan bertambahnya usia seseorang, maka akan terjadi suatu perubahan fisik maupun psikologis, sehingga dapat


(28)

mempengaruhi pengetahuan seseorang terhadap daya tangkap dan pola pikir.

g. Pengalaman

Pengalaman adalah sesuatu yang pernah dilakukan seseorang di lingkunganya dalam berpartisipasi terhadap suatu kegiatan, seseorang yang mengalami pengalaman buruk, lebih cenderung untuk cepat melupakan dibandingkan dengan seseorang yang mempunyai pengalaman baik.

B. Peran Orang Tua

Monks & Knoers (2002), mengatakan bahwa hubungan orang tua dengan anak berperan penting dengan kehidupan anak di masa depan. salah satu cara menjaga hubungan dengan anak yaitu dengan cara menjaga komunikasi dengan baik. Orang tua yang jarang berkomunikasi dengan anak, maka anak akan sulit untuk mengikuti perintah dari orang tua, sehingga komunikasi antara orang tua dengan anak harus dijaga dengan baik.

1. Tanggung jawab orang tua

Menurut Monks & Knoers (2002) orang tua memiliki tiga tanggung jawab dan peran yaitu :

a. Mengurus keperluan materil anak

Tugas pertama orang tua yaitu mengurus keperluan materil anak seperti memberi makan, tempat perlindung dan pakaian pada anak, berhubung dengan anak yang belum mampu mencukupi kebutuhan


(29)

sendiri, sehingga hal ini merupakan tugas utama orang tua yang harus diberikan pada anak.

b. Menciptakan suatu “home” pada anak

Home di sini berarti orang tua harus memberikan kasih sayang, keramah tamahan, aman, dan rasa terlindung, sehingga dapat membuat anak tumbuh dengan baik sesuai dengan usianya karena home merupakan tempat terbaik bagi anak.

c. Tugas pendidikan

Tugas selanjutnya yaitu sebagai pendidik, pendidikan pertama yang anak dapatkan yaitu dari orang tua. Orang tua berperan untuk mengenalkan anak kepada Allah SWT, menghargai sesama manusia dan sekelilingnya. Titik tolak tugas pendidikan ini adalah seseorang yang masih muda. Anak-anak adalah titik tolak utama yang harus diberikan pendidikan. Syarat awal bagi berhasilnya suatu pendidikan pada anak yaitu menerima sebagaimana adanya, tidak memandang anak itu baik atau lemah, alim atau nakal. Peran orang tua sebagai pendidik sangat penting dalam menentukan pembentukan kerakter dan perkembangan kepribadian anak.

2. Faktor yang mempengaruhi peran orang tua

Menurut Hurlock (2005) faktor-faktor yang mempengaruhi peran orang tua yaitu :


(30)

a. Faktor internal 1) Umur

Seiring bertambahnya usia seseorang, maka semakin lebih baik seseorang tersebut dalam berfikir, berkarya dan cenderung lebih perhatian kepada anggota keluarganya.

2) Pendidikan

Tingginya tingkat pendidikan seseorang dapat meningkatkan pengetahuan, sehingga membuat orang tersebut lebih mudah untuk menerima informasi dan membedakan mana informasi yang baik dan mana informasi yang buruk, dibandingkan dengan tingkat pengetahuan seseorang yang rendah.

3) Pekerjaan

Pekerjaan merupakan kebutuhan yang harus dilakukan oleh orang tua untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarganya. Bekerja dapat menyita waktu, sehingga berpengaruh terhadap kehidupan keluarganya dan membuat orang tua tidak terlalu dekat dengan anak.

4) Informasi

Kurangnya informasi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang peran apa yang seharusnya dilakukan sebagai orang tua.


(31)

1) Lingkungan

Semua yang ada disekitar kita dapat mempengaruhi perkembangan atau perilaku seseorang sebagai orang tua baik mempengaruhi ke arah negatif atau pun positif.

2) Kebudayaan

Kebudayaan merupakan sesuatu yang komplek yang didalamnya tercantum ilmu pengetahuan, kebudayaan, kesenian moral, hukum adat istiadat, kemampuan lain serta kebiasaan lain yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. 3) Kepercayaan

Kepercayaan di sini adalah sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan, ini merupakan kepercayaan individu untuk mencari setiap informasi atau pengetahuan yang baik.

4) Ras

Ras berkaitan erat dengan kebudayaan dan kepercayaan seseorang dalam menerima informasi, hal ini merupakan kepribadian atau ciri khas yang terdapat dalam diri individu tersebut.

5) Sosial ekonomi

Keadaan ekonomi yang rendah pada umumnya karena ketidak mampuan dalam mengatasi suatu masalah yang mereka hadapi, sebaliknaya pada keadaan sosial ekonomi yang tinggi akan efektif dan mudah untuk berbagi usaha untuk masyarakat.


(32)

Faktor ini yang mempengaruhi peran seseorang sebagai orang tua.

C. Pendidikan Seksual

1. Definisi pendidikan seks

Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), pendidikan adalah proses mengubah sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok individu dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Menurut Safita (2013), Seksual secara umum berarti sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin laki-laki maupun perempuan, dan juga ada hubungannya dengan perilaku hubungan intim yang dilakukan oleh orang yang sudah ada ikatan pernikahan.

Pendidikan seks adalah suatu pengetahuan yang diajarkan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan jenis kelamin (laki-laki atau perempuan). Pendidikan tersebut meliputi perkembangan dan fungsi organ reproduksi dan juga tentang menstruasi, mimpi basah dan termasuk nantinya tentang masalah perkawinan, kehamilan dan lain sebagainya (Novianto, 2013).

Pendidikan seksual bertujuan untuk membuat anak mengerti terhadap masalah seksual yang sehat, membimbing anak dalam menjaga dan bertanggung jawab terhadap kehidupan seksualnya, sehingga kedepannya anak akan mengerti bahwa seusianya tidak boleh melakukan hubungan seksual (Avin & Paramastri, 2011).


(33)

2. Tahap-tahap pendidikan seksual berdasarkan usia

Tahapan pendidikan berdasarkan perkembangan pada anak :

a. Pada anak usia 0-2 tahun, anak mengenali jenis kelamin dan membedakan antara pria dan wanita, pada usia ini orang tua dapat menjelaskan organ tubuh pada anak seperti rambut, kepala, tangan, kaki, perut, dan jangan lupa penis dan vulva atau vagina (Potter & Perry, 2005). Ajarkan juga bagaimana berpakaian sopan. Orang tua juga harus membiasakan mengganti popok atau membersihkan organ reproduksi anak pada saat selesai BAB dan BAK, serta harus ditempat tertutup yang tidak bisa dilihat oleh orang lain agar membentuk rasa malu pada anak (Yasmira, 2009).

b. Usia 2-6 tahun anak harus memahami konsep reproduksi paling sederhana. Orang tua harus mempertegaskan tidak boleh berduaan atau main terlalu dekat dengan lawan jenis. Anak juga dapat diajarkan perbedaan antara sentuhan yang baik dan sentuhan yang buruk, tentang bagian-bagian tubuh tertentu yang tidak boleh disentuh oleh orang dewasa kecuali saat mandi atau selama pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh dokter, apabila ada yang menyentuh tanpa sepengetahuan orang tua anak harus berteriak keras-keras dan melaporkan pada orang tuanya (Yasmira, 2009). c. Usia 7-8 tahun, anak sudah harus memahami tentang perubahan

fisik yang akan terjadi pada diri mereka menginjak usia puberitas. Anak seusia ini membutuhkan informasi tentang perubahan tubuh


(34)

mana saja yang akan terjadi, apabila pada usia ini anak tidak mendapatkan informasi tentang puberitas maka anak akan mengalami ketakutan terutama pada anak perempuan dia akan berpikir bahwa menstruasi itu adalah suatu penyakit (Yasmira, 2009). Anak usia 7-8 tahun juga diajarkan arti tanggung jawab dalam menjaga organ reproduksinya, pada usia ini rasa keingintahuan tentang aspek seksual mulai muncul, anak mulai bertanya tentang hal yang berkaitan dengan organ reproduksinya, sehingga usia 7-8 tahun merupakan usia yang tepat untuk memberikan pendidikan seks dan reproduksi dalam istilah yang lebih rumit, misalnya perkembangan embrio di rahim ibu dan fungsi reproduksi (Irianto, 2014).

d. Menginjak usia pubertas 9-12 tahun, anak sudah harus memahami bagaimana menyikapi menstruasi ataupun mimpi basah yang akan mereka alami nanti (Potter & Perry, 2005). Anak usia 10 tahun, sebelum menjelang masa puber, harus mengetahui kesehatan alat kelaminnya antara lain mengetahui hal-hal yang dilarang seperti perilaku seks bebas diluar nikah, perilaku tersebut sangat berisiko menimbulkan gangguan kesehatan (Yasmira, 2009). Anak usia 9-11 tahun rasa keingintahuan semakin meningkat, anak mulai belajar bersosialisasi sehingga memerlukan bimbingan orang tua untuk mengendalikan emosinya terutama eksplorasi terhadap anggota tubuhnya. Pada fase ini orang tua berperan dalam


(35)

mengarahkan kegiatan yang lebih memperjelas identitas jenis kelaminnya seperti, bermain sesama jenis dan dibatasi bermain dengan lawan jenis (Irianto, 2014).

e. Menginjak usia remaja yaitu usia 13-15 tahun, anak cenderung tertutup tentang diskusi yang menyangkut seks, namun jika orang tua telah membiasakan mendiskusikan hal ini dari awal, anak akan lebih nyaman dan terbuka (Yasmira, 2009).

D. Pentingnya Pendidikan Seksual Dini

Pendidikan seksual sangat penting ditanamkan pada anak sekolah dasar karena seiring dengan berkembangnya remaja baik secara fisik, psikis, maupun sosial, remaja berusaha mencari dan mencoba serta ingin diakui jati dirinya. Pada masa tersebut apabila remaja kurang atau bahkan tidak mendapatkan arahan orang tuanya dari awal, maka dikhawatirkan akan terjadi perilaku mencoba dan meniru yang tidak sepantasnya dilakukan diusia mereka. Salah satu contoh misalnya berbagai berita di media massa akhir-akhir ini tentang “seks bebas”, “pil koplo”, “VCD porno”, prosentase remaja di lokalisasi pelacuran meningkat dan bahkan video “mesum” pun sudah dilakukan di usia mereka yang belum sepantasnya dilakukan pada usia tersebut (Irianto, 2014).

1. Menurut Satifa (2013), Ada beberapa manfaat pendidikan seks bagi anak, yaitu:

a. Agar anak menginjak masa remaja anak telah mengetahui informasi-informasi mengenai seksual.


(36)

b. Memiliki kesadaran akan pentingnya memahami masalah seksualitas.

c. Mengetahui fungsi-fungsi seksualnya.

d. Memahami masalah-masalah apabila hubungan seksual dilakukan oleh anak dibawah umur.

e. Memahami faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya masalah-masalah seksualitas.

2. Faktor mengapa pendidikan seks sangat penting bagi anak, menurut Satifa (2013), yaitu :

a. Faktor pertama dapat dilihat dari orang tua masih menganggap bahwa membicarakan tentang seks pada anak adalah hal yang tabu, sehingga apabila anak tumbuh menjadi remaja mereka belum paham dengan pendidikan seks, mereka akan merasa tidak bertanggung jawab dengan seks, dan tidak bisa menjaga kesehatan reproduksi.

b. Faktor kedua, dari ketidakpahaman remaja tentang seks dan kesehatan anatomi reproduksi mereka, di lingkungan sosial masyarakat, hal ini hanya dapat dilihat dari media-media yang menyajikan hal-hal yang bersifat pornografi, antara lain : VCD, majalah, internet, dan tayangan televisi saat ini juga sudah mengarah kepada hal yang berkaitan dengan perilaku seks yang salah. Dampak dari ketidakpahaman remaja tentang pendidikan seks ini, akan menyebabkan banyak hal-hal negatif terjadi, seperti


(37)

tingginya hubungan seks diluar nikah, kehamilan yang tidak diinginkan, penularan virus HIV dan sebagainya.

E. Dampak Tidak Dipaparkan Pendidikan Seks Dini

Anak adalah usia yang baik untuk diajarkan pendidikan, salah satunya yaitu pendidikan seksual. Beritahu pemahaman tentang seks yang utuh, lengkap dan benar kedalam diri anak agar anak tidak menganggapnya sebagai sesuatu yang tabu dan porno sehingga tidak menimbulkan rasa penasaran dan mau mencoba hal-hal yang seharusnya tidak dilakukan pada usianya (Yasmira, 2009).

Mengingat semakin berkembang ilmu pengetahuan dan teknologi, apabila anak tidak diberitahukan informasi seluas-luasnya tentang seks maka anak akan mendapatkan informasi dengan mudah tentang seks dari media masa atau teman sebaya. Orang tua tidak tahu isi informasi tersebut baik atau tidak. Semua itu akan menimbulkan dampak-dampak yang sangat tidak diinginkan oleh orang tua, yaitu dampak jangka pendeknya adalah anak akan menjadi korban pelecehan seksual, berhubungan dengan tidak diberikan pendidikan seks sehingga kurangnya pengetahuan anak tentang seks. Salah satu contoh jangka panjang yang sangat berbahaya adalah pornografi (Irianto, 2014).

Dampak kecanduan pornografi jauh lebih kompleks dibandingkan dengan jenis adiksi lainnya sebab kecanduan ini bukan hanya mempengaruhi fungsi otak, namun juga akan mempengaruhi seluruh tubuh, baik secara fisik maupun emosinya. Anak yang mengalami


(38)

kecanduan pornografi secara keseluruhan dapat menurunkan potensi sumber daya anak selaku manusia yang berkualitas. Seseorang yang mengalami kecanduan pornografi akan mengalami perubahan konstan pada neurotransmitter (pengirim pesan) dan fungsi kontrol otaknya. Anak yang sudah kecanduan pornografi tidak akan bisa mengontrol perilaku seksnya, mereka akan mengalami gangguan memori yang akan berujung pada munculnya gangguan perilaku, dan mengalami kemampuan inteligensi, selain itu juga dapat memunculkan kekerasan seksual (Yasmira, 2009).

Dampak lain akibat penyalahgunaan seks yang mungkin timbul yaitu promiskuitas. Promiskuitas adalah salah satu bentuk kelainan seksual, dimana pengidapnya akan sangat mudah melakukan hubungan seks dengan pasangan berganti-ganti. Salah satu contoh promiskuitas yang dilakukan demi mendapatkan materi (uang) yaitu pelakunya dapat dikategori sebagai pelacur (Yasmira, 2009).

F. Cara Memberikan Pendidikan Seksual Pada Anak

Menurut Anggraini (2014) & Suryadi (2007), beberapa hal penting dalam memberikan pendidikan seksual pada anak antara lain:

1. Cara menyampaikannya harus wajar dan sederhana, jangan terlihat ragu-ragu/malu.

2. Isi uraian harus disampaikan sesuai dengan kebutuhan dengan tahap perkembangan anak.


(39)

3. Pendidikan seksual harus diberikan secara pribadi dan harus disampaikan berulang-ulang (repetitive), karena pengetahuan anak pada tiap perkembangan tidak sama. Perlu untuk mengetahui seberapa jauh sesuatu pengertian baru dapat diserap oleh anak.

4. Hindari gaya mengajar seperti di sekolah. Pembicaraan hendaknya tidak hanya terbatas pada fakta-fakta biologis, melainkan juga tentang nilai, emosi dan jiwa. Jangan khawatir jika telah menjawab terlalu banyak terhadap pertanyaan anak. Mereka akan selalu bertanya tentang apa yang mereka tidak mengerti.

5. Anak-anak usia pra sekolah juga perlu tahu bagaimana melindungi dari penyimpangan dan kekerasan seksual yang dilakukan oleh orang dewasa. Ini berarti orang tua harus memberitahu anak bahwa mengatakan “tidak” kepada orang dewasa bukanlah sesuatu yang dilarang.

Jangan menunggu sampai anak mencapai usia belasan tahun untuk berbicara tentang masalah seks. Mereka harus sudah mengetahui masalah seks pada masa sebelumnya.


(40)

G. Kerangka Konsep

Keterangan :

Area yang diteliti : Tidak diteliti : H. Hipotesis

Tingkat pengetahuan orang tua tentang pendidikan seks pada anak mayoritas berkategori baik.

T

Tingkat pengetahuan orang tua tentang pendidikan seks dini

Baik

Cukup

kurang Faktor yang mempengaruhi

tingkat pengetahuan : 1. Umur

2. Pendidikan 3. Pekerjaan 4. Informasi 5. Kebudayaan 6. Minat 7. Pengalaman


(41)

26

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan rencangan deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk melihat data faktual tanpa melihat mengapa fenomena tersebut bisa terjadi. Penelitian ini akan mengidentifikasi tentang tingkat pengetahuan orang tua tentang pendidikan seks pada anak.

B. Populasi dan Sempel Penelitian 1. Populasi

Populasi adalah subjek yang termasuk dalam penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah orang tua murid di Sekolah Dasar Negeri Ngrukeman.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karateristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2011). Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik total sampling. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 64 orang tua siswa-siswi kelas 1A dan 1B Sekolah Dasar Negeri Ngrukeman yang bersedia menjadi responden.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Ngrukeman. Alasan peneliti memilih lokasi penelitian adalah dikarenakan wilayah sekitar SD Negeri


(42)

Ngrukeman (Desa Ngrukeman) pernah mengalami kejadian pelecehan seksual. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari 2016.

D. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini merupakan variabel tunggal yaitu tingkat pengetahuan orang tua tentang pendidikan seks pada anak Sekolah dasar.

E. Definisi Operasional

Tingkat pengetahuan orang tua adalah hal-hal yang diketahui oleh orang tua tentang pendidikan seks yang sesuai perkembangan anak. Alat yang digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan orang tua adalah kuesioner dengan cara ukur mengisi kuesioner. Skala yang digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan orang tua adalah skala ordinal dengan penilaian sebagai berikut (Arikunto, 2010) :

a. Baik = 76-100% b. Cukup = 60-75% c. Kurang = ≤ 60% F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih oleh peneliti dalam upaya untuk mengumpulkan data agar penelitian dapat berjalan dengan lancar (Arikunto, 2010).

Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner untuk mengukur tingkat pengetahuan orang tua tentang pendidikan seks pada anak. Jenis pertanyaan kuesioner yaitu pertanyaan tertutup dan menggunakan skala


(43)

guttman yang nantinya akan memberikan respon yang tegas. Sebelum dilakukan uji validitas jumlah kuesioner 25 pertanyaan dan setelah dilakukan uji validitas didapatkan 18 pertanyaan yang dinyatakan valid. Pilihan jawaban kuesioner terdiri dari ya, tidak dan tidak tahu. Responden yang menjawab pertanyaan benar bernilai 1 dan menjawab salah atau tidak tahu bernilai 0. Rentang nilai yang mungkin diperoleh dalam menjawab pertanyaan adalah 0-18. Responden akan dikategori memiliki tingkat pengetahuan sesuai dengan Arikunto (2010) menjadi baik jika mampu menjawab benar dengan prosentase nilai 76-100%, cukup jika mampu menjawab benar dengan prosentase nilai 60-75% dan kurang jika mampu menjawab benar dengan prosentase nilai < 60. Berikut adalah kisi-kisi kuesioner yang digunakan untuk mengumpulkan data :

Tabel 1. Kisi-kisi kuesioner pengetahuan orang tua tentang pendidikan seks.

Variabel Item Favourabel Unfavourabel Jumlah Tingkat

pengetahuan orang tua

Pengertian 1 1

Tujuan 2 3 2

Bagian tubuh yang tidak dan boleh disentuh

4, 5 2

Cara pemberian pendidikan seks

6 7, 8 3

Tahapan pendidikan seks berdasarkan usia (sekolah dasar) 9,10,11,12, 13 5

Dampak 14, 15 2

Waktu Pemberian pendidikan seks


(44)

TOTAL SOAL 18

G. Cara Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini dibagi menjadi 3 tahap sebagai berikut :

1. Tahap persiapan

Tahap persiapan dalam penelitian ini, pertama adalah proses pembuatan proposal hingga sidang proposal. Langkah kedua adalah mengajukan dan mendapatkan persetujuan resmi dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta untuk melakukan penelitian

Langkah ketiga, peneliti meminta izin kepada dinas terkait dan memberikan surat izin penelitian ke kepala sekolah SD Negeri Ngrukeman. Langkah ke empat, peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap instrumen yang akan digunakan sebelum proses pengambilan data dimulai untuk mengetahui kesahihan atau kevalidan instrumen yang akan digunakan. Peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas di SD Negeri Bibis dan akan meminta izin terlebih dahulu kepada kepala sekolah, kemudian dilanjutkan dengan pengambilan data untuk uji validitas dan reliabilitas. Tahap selanjutnya, sebelum dilakukan pengambilan data peneliti terlebih dahulu meminta alamat responden dari pihak sekolah dan dilanjtkan dengan pengumpulan data menggunakan kuesioner yang sudah dikatakan valid dan reliabel.


(45)

2. Tahap penelitian

Pada tahap ini tehnik pengumpulan data dilakukan selama 1 bulan. Data didapatkan dari pengisian kuesioner oleh responden. Kuesioner diisi oleh orang tua mudir kelas 1A dan kelas 1B SD Negeri Ngrukeman. Peneliti melakukan pengambilan data dengan cara mendatangi rumah responden satu persatu dan memberikan langsung kuesioner kepada orang tua murid kelas 1A dan kelas 1B.

3. Tahap penyusunan laporan dan penyajian hasil

Tahap ini peneliti menyusun laporan penelitian berupa karya tulis ilmiah yang harus dipertanggung jawabkan dalam sebuah hasil penelitian dan akan dipresentasikan dalam sidang atau ujian hasil penelitian berdasarkan data yang telah didapatkan selama proses penelitian.

H. Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang sahih atau valid mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Riyanto, 2013). Uji validitas dan reliabilitas dilakukan di SD Negeri Bibis karena sesuai dengan karateristik tempat penelitian yang akan dilakukan.

Metode yang digunakan dalam uji validitas penelitian ini adalah korelasi pearson product moment. Variabel dikatakan valid jika r


(46)

hitung > r tabel (0.349) maka artinya pertanyaan tersebut valid dan dapat digunakan dalam penelitian, sedangkan jika r hitung < r tabel (0.349) maka artinya pertanyaan tersebut tidak valid. (Riyanto, 2011)

Uji validitas telah dilakukan pada 32 responden, di SD Negeri Bibis pada tanggal 11-18 April 2016. Hasil uji validitas pada instrumen tingkat pengetahuan orang tua tentang pendidikan seks pada anak terdapat 18 item pertanyaan yang valid yaitu nomor 1, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 14, 16, 18, 19, 20, 21, 23, 24, 25 dan terdapat 7 item pertanyaan yang tidak valid yaitu nomor 2, 3, 8, 13, 15, 17, 22. Item pertanyaan yang tidak valid, tidak dilakukan revisi karena pertanyaan yang valid sudah mewakili penelitian yang akan dilakukan. Sehingga didapatkan 18 item pertanyaan untuk instrumen tingkat pengetahuan orang tua tentang pendidikan seks pada anak.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan kestabilan pengukuran. Instrumen dikatakan reliable jika alat ukur tersebut menunjukan hasil yang stabil atau konsisten walaupun digunakan berkali-kali dan dalam waktu yang berbeda (Setiawan dan Saryono, 2010).

Arikunto (2010) menyebutkan bahwa reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup diukur berkali-kali dalam waktu yang berlainan. Reliabilitas penelitian akan menggunakan pertanyaan yang dihitung dengan menggunakan analisis Alpha Cronbach yang dapat digunakan baik untuk instrument


(47)

yang jawabnya berskala maupun yang bersifat dikotomis (hanya mengenal dua jawaban yaitu benar dan salah).

Uji reliabilitas diperoleh hasil uji koesioner tingkat pengetahuan orang tua tentang pendidikan seks pada anak dengan menggunakan Alpha Cronbach’s dikatakan reliabel jika nilai r ≥ 0,6 (Arikunto, 2010). Hasil uji reliabel sebesar 0,907 sehingga kuisioner ini dinyatakan reliabel.

I. Metode Pengolahan dan Analisis Data 1. Metode pengolahan data

Menurut Martono (2014), data yang telah diperolah dari hasil kuesioner yang telah diberikan kepada responden selanjutkan diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Coding

Pada tahap ini mengklasifikasikan hasil dengan mengubah data yang berbentuk kalimat atau huruf menjadi kode dalam bentuk angka untuk mempermudah dalam analisis. Terdapat beberapa pengkodean dalam penelitian ini. Kode usia <20 tahun=1, 20-30 tahun=2, 31-40 tahun=3, >40 tahun=4. Kode tingkat pengetahuan yaitu baik=1, cukup=2, kurang=3.

b. Editing

Pada tahap ini sebelum dimasukan data kedalam komputer, peneliti terlebih dahulu akan melakukan pemeriksaan data yang


(48)

sudah terkumpul untuk memastikan kelengkapan data yang dibutuhkan.

c. Processing

Pada tahap ini peneliti memasukan data yang telah diperoleh ke dalam komputer kemudian akan diolah menggunakan program uji statistik.

d. Cleaning

Pada tahap ini peneliti melakukan pengecekan ulang data yang telah dimasukan agar tidak terjadinya kesalahan dalam pengolahan data.

e. Analysis

Tahap ini peneliti akan melakukan analisa kembali data yang telah selesai dimasukkan.

2. Analisa data Univariate analysis

Peneliti akan melihat distribusi frekuensi dari variabel yang diteliti dan dianalisa secara deskriptif dalam bentuk frekuensi dan prosentase. Analisa univariat dalam penelitian ini yaitu pengetahuan orang tua tentang pendidikan seks.

Hasil skoring penelitian dirumuskan ke dalam kategori kuantitatif dengan skala ordinal. Penilaian menggunakan kriteria kuantitatif yaitu baik bila prosentasenya 76-100%, cukup bila


(49)

prosentasenya 60-75%, dan kurang bila prosentasenya ≤60% (Arikunto, 2010).

J. Etika Penelitian

Etika dalam penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan sebuah penelitian, mengingat penelitian keperawatan akan berhubungan langsung dengan manusia dan dalam penelitian ini subyek yang digunakan adalah manusia. Secara umum etika penelitian yang digunakan peneliti adalah sebagai berikut :

1. Kemandirian (autonomy)

Responden mempunyai hak untuk memutuskan apakah mereka bersedia menjadi subyek penelitian tanpa adanya paksaan dari pihak manapun. Responden diberikan lembar informed consent sebagai bukti atas kesediannya menjadi responden dalam penelitian ini.

2. Kerahasiaan (confidentiality)

Peneliti memberikan kuesioner yang bersifat tertutup kepada responden untuk menjaga kerahasiaan masing-masing responden dan data dari hasil penelitian digunakan hanya untuk keperluan khusus dan tidak dipublikasikan.

3. Menghormati (privacy)

Peneliti berusaha menjaga nama baik responden dengan cara tidak mencantumkan nama responden, tetapi peneliti menggunakan inisial sebagai identitas dari responden.


(50)

Peneliti melakukan uji etik ke bagian devisi uji etik FKIK UMY dan didapatkan nomor etik : 059/EP-FKIK-UMY/II/2016.

4. Kesulitan penelitian

Kesulitian dalam penelitian ini adalah pada saat pengambilan data, peneliti mengalami kesulitan untuk mencari alamat responden sehingga membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikan proses pengambilan data.


(51)

36 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Sekolah Dasar Negeri Ngrukeman teletak di desa Ngrukeman, Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sejak tanggal 10 November 2012 mendapatkan Akreditasi A. Sekolah ini berada di pedesaan, kurang lebih 2 km dari pusat kecamatan kasihan.

SD Negeri Ngrukeman memiliki beberapa fasilitas penunjang kegiatan belajar seperti ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang TU, ruang BK, laboratorium IPA, toilet, musholla, UKS, perpustakaan, ruang komputer, ruang keterampilan, kantin, dan 12 ruangan kelas. Terdapat 18 tenaga pendidik dan jumlah siswa pada tahun ajaran 2015-2016 sebanyak 310 orang. Kelas satu A terdiri dari 32 siswa, kelas satu B 32 siswa, kelas dua A 25 siswa, kelas dua B 23 siswa, kelas tiga 20 siswa, kelas tiga B 21 siswa, kelas empat A 21 siswa, kelas empat B 22 siswa, kelas lima A 26, kelas lima B 27 siswa, kelas enam A 31 siswa, kelas enam B 30 siswa.

Kegiatan belajar mengajar di SD Negeri Ngrukeman terdiri dari kegiatan belajar pada jam sekolah dan diluar jam sekolah seperti les tambahan untuk kelas 6. SD Negeri Ngrukeman sendiri belum ada pelajaran khusus tentang pendidikan seks dikarenakan guru yang ada


(52)

di SD tersebut belum mengerti bagaimana cara menyampaikan pendidikan seks berdasarkan tahapan usia anak. Kegiatan ekstrakulikuler meliputi pramuka, komputer, seni membaca Al-Qur’an, catur, tenis meja, renang, paduan suara, dan tari. Selain kegiatan belajar mengajar di sekolah ada juga Kegiatan di luar sekolah yang rutin dilaksanakan antara lain outbond seperti memperingati hari bumi, hari air dan hari lingkungan hidup. Kegiatan ini dikemas dengan suasana menyenangkan agar siswa dapat belajar langsung dari lingkungan yang dikaitkan dengan pembelajaran di sekolah.

Misi SD Negeri Ngrukeman adalah terwujud sekolah bersih dan sehat yang unggul dalam prestasi, berwawasan lingkungan berkarakter, dilandasi iman dan taqwa. Sedangkan misi dari sekolah ini adalah mewujudkan lingkungan sekolah yang bersih, sehat dan hijau, membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat serta peduli terhadap lingkungan, melaksanakan pembelajaran secara aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan, mewujudkan peningkatan prestasi akademik dan non akademik bagi peserta didik dan sekolah, menerapkan manajemen berbasis sekolah yang partisipasif dengan melibatkan warga sekolah, mengembangkan pendidikan budaya dan karakter bangsa melalui pembelajaran dan pembiasaan, menumbuhkan penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran agama yang dianut sebagai sumber perilaku.


(53)

2. Karateristik Responden

Responden pada penelitian ini adalah orang tua murid SD Negeri Ngrukeman. Orang tua murid yang diambil sebagai responden yaitu kelas 1 A dan 1 B sebanyak 64 orang, masing-masing kelas terdiri dari 32 orang. Adapun karateristik responden dijelaskan dalam tabel 2 sebagai berikut :

Tabel 2. distribusi frekuensi karateristik demografi responden di SD Negeri Ngrukeman (N=64)

Karateristik Frekuensi (f) P Presentase (%) Usia :

<20 tahun 0 0%

20-30 tahun 14 21.9%

31-40 tahun 37 57.8%

>40 tahun 13 20.3%

Total 64 100%

Pendidikan terakhir :

SD 7 10.9%

SMP 15 23.4%

SMA 26 40.6%

Diploma 7 10.9%

S1 9 14.1%

S2 0 0%

Total 64 100%

Pekerjaan :

PNS 7 10.9%

Wiraswasta 29 45.3%

Petani 6 9.4%

Pedagang 5 7.8%

TNI/POLRI 0 0%

Lainnya: Ibu rumah tangga 12 18.8%

Lainnya: Buruh 4 6.2%

Lainnya: Paramedis 1 1.6%

Total 64 100%

Sumber informasi

Televisi 24 37.5%

Internet 13 20.3%

Teman 8 12.5%

Koran/majalah 7 10.9%

Buku 12 18.8%


(54)

Sumber: Data Primer

Tabel 2 menunjukan bahwa sebagian besar responden berusia 31-40 tahun yaitu sebanyak 37 orang (57,8%). Mayoritas pendidikan terakhir responden adalah SMA sebanyak 26 orang (40,6%). Mayoritas responden memiliki pekerjaan wiraswasta yaitu sebanyak 29 orang (45,3%). Sumber informasi yang didapatkan oleh responden terbanyak melalui televisi yaitu 24 orang (37,5%).

Tabel 3. distribusi tingkat pengetahuan orang tua tentang pendidikan seks pada anak sekolah di SD Negeri Ngrukeman

(N=64) Tingkat pengetahuan orang tua

tentang pendidikan seks

frekuensi (f) presentase (%)

Baik 50 78.1%

Cukup baik 11 17.2%

Kurang baik 3 4.7%

Total 64 100%

Sumber: Data Primer

Berdasarkan hasil diatas, dapat dilihat bahwa mayoritas responden berpengetahuan baik sebanyak 50 responden (78,1%).


(55)

Tabel 4. distribusi frekuensi pengetahuan orang tua tentang pendidikan seks pada anak sekolah di SD Negeri Ngrukeman

No Karateristik Pengetahuan tentang pendidikan seks pada anak sekolah

Jumlah Baik Cukup Kurang

F % F % F % F % 1 Usia

<20 tahun 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 20-30 tahun 10 15.6% 4 6.2% 0 0% 14 2 1.9% 31-40 tahun 32 50.0% 3 4.7% 2 3.1% 37 5 7.8% >40 tahun 8 12.5% 4 6.2% 1 1.6% 13 2 0.3% 2 Pendidikan

terakhir

SD 4 6.2% 3 4.7% 0 0% 7 1 0.9% SMP 10 15.6% 3 4.7% 2 3.1% 15 2 3.4% SMA 22 34.4% 3 4.7% 1 1.6% 26 4 0.6% Diploma 6 9.4% 1 1.6% 0 0% 7 1 0.9% S1 8 12.5% 1 1.6% 0 0% 9 1 4.1% S2 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 3 Pekerjaan

PNS 7 10.9% 0 0% 0 0% 7 10.9% Wiraswasta 23 35.9% 5 7.8% 1 1.6% 29 45.3% Petani 5 7.8% 1 1.6% 0 0% 6 9.4% Pedagang 2 3.1% 3 4.7% 0 0% 5 7.8% TNI/POLRI 0 0% 0 0% 0 0% 0 0%

Ibu rumah

Tangga 11 17.2% 0 0%

0 1.6% 12 18.8% Buruh 1 1.6% 2 3.1% 1 1.6% 4 6.2% Paramedis 1 1.6% 0 0% 0 0% 1 1.6% 4 Sumber

informasi

Televisi 16 25.0% 5 7.8% 3 4.7% 24 37.5% Internet 10 15.6% 3 4.7% 0 0% 13 20.3%

Teman 7 10.9% 1 1.6% 0 0% 8 12.5% Koran/majalah 6 9.4% 1 1.6% 0 0% 7 10.9% Buku 11 17.2% 1 1.6% 0 0% 12 18.8% Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 4, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yang berpengetahuan baik terbanyak berusia 31-40 tahun yaitu sebanyak 32 responden (50,0%) dan yang berpengetahuan baik terrendah yaitu responden yang berusia >40 tahun sebanyak 8 (12,5%).


(56)

Responden dengan pendidikan terakhir SMA merupakan responden yang pengetahuan baik dengan kategori terbanyak yaitu 22 responden (34,4%) dan responden yang berpendidikan terakhir SD memiliki tingkat pengetahuan baik dengan kategori terendah yaitu 4 responden (6,2%). Karateristik responden yang bekerja sebagai wiraswasta merupakan responden berpengetahuan baik terbanyak yaitu 23 responden (35,9%), sedangkan yang berpengetahuan paling sedikit adalah responden yang bekerja sebagai buruh dan wiraswasta yaitu 1 responden (1,6%). Sebagian besar responden yang mendapatkan informasi melalui televisi memiliki pengetahuan baik sebanyak 16 responden (25,0%) dan yang berpengetahuan baik terendah yaitu melalui koran/majalah sebanyak 6 responden (9,4%).


(57)

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian, tingkat pengetahuan orang tua tentang pendidikan seks pada anak sekolah dasar di SD Negeri Ngrukeman didapatkan hasil bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan baik. Pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia tersebut diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmodjo, 2010). Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa sebagian besar orang tua mengerti arti dari pendidikan seks, hal tersebut dapat dilihat dari mayoritas orang tua murid yang menjawab benar pada pertanyaan pertama tentang definisi pendidikan seks. Menurut Harjenti (2015) mengatakan bahwa perkembangan teknologi yang sangat pesat saat ini turut membentuk pengetahuan orang tua tentang pendidikan seks pada anak, karena berbagai media saat ini sering mengupas tentang masalah seksualitas, yang dapat didengar, dilihat dan dibaca oleh berbagai golongan umur tanpa ada yang dapat membendung/membatasinya, hal ini yang menyebabkan baiknya pengetahuan orang.

Tingginya tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain : usia, pendidikan, pekerjaan, dan informasi. Usia mempengaruhi pengetahuan seseorang karena pola pikir yang terus mengalami perubahan sepanjang hidupnya. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang daya tangkap juga pola pikir seseorang dan akan menurun sejalan bertambahnya usia pula (Riyanto, 2012). Karateristik


(58)

responden berdasarkan usia menunjukan mayoritas responden berusia 31-40 tahun sedangkan minoritas responden berusia >31-40 tahun.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sudiyanto dan Khikmawati (2014) mengatakan bahwa orang tua yang lebih muda dapat melakukan penerapan yang lebih baik pada anaknya dibandingkan dengan yang lebih tua karena mereka mempunyai kekuatan fisik yang bagus seperti tidak mudah sakit. Bukan hanya kekuatan fisik yang diperlukan tetapi juga kekuatan psikososial yang dimilikinya harus bagus seperti tidak mudah emosi, dapat berbicara dengan baik, daya ingat tidak menurun sehingga dapat memberikan pendidikan seks dengan baik pada anak.

Menurut Notoadmojo (2010), tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan orang tua tentang pendidikan seks pada anak. Pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu. Penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden berpendidikan terakhir SMA dan memiliki tingkat pengetahuan baik terbanyak, sedangkan responden yang berpengetahuan baik terendah yaitu pendidikan terakhir SD. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Suciemilia (2015) bahwa pendidikan orang tua merupakan domain yang sangat penting karena semakin tinggi jenjang pendidikan maka akan memperluas atau mendukung pengetahuan yang diberikan oleh anak dan dengan pendidikan yang baik, orang tua dapat dengan mudah menerima segala informasi dari luar tentang pendidikan seksual.


(59)

Terdapat beberapa responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang yaitu responden yang berpendidikan terkahir SMA dan SMP, sedangkan tidak terdapat responden yang berpengetahuan kurang pada tingkat pendidikan terakhir SD. Menurut Sudiyanto dan Khikmawati (2014) menjelaskan bahwa latar belakang pendidikan formal yang dimiliki oleh orang tua tidak menunjukan bahwa ia akan dapat berpengetahuan lebih baik tentang pendidikan seks, karena pengetahuan orang tua tidak hanya dapat diperoleh dari pendidikan formal saja melainkan berdasarkan pengalaman yang diperoleh.

Menurut Mubarak (2007), pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pekerjaan dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan berhubungan dengan lingkungan tempat kerja yang membuat seseorang dapat memperoleh pengetahuan secara langsung maupun tidak langsung. Karateristik responden berdasarkan pekerjaan paling banyak responden bekerja sebagai wiraswasta memiliki tingkat pengetahuan baik. Rusmanindar (2014) mengatakan bahwa orang yang bekerja sebagai wiraswasta adalah orang yang dapat menciptakan lapangan kerja sendiri sehingga menyebabkan orang tua sering berinteraksi dengan masyarakat. Melalui interaksi sosial dengan rekan kerja, membuat pengalaman dan pengetahuan orang tua bertambah sehingga semakin kritis menyikapi budaya dalam pendidikan seks terhadap anak.

Hasil penelitian juga menunjukan bahwa responden yang berpengetahuan kurang tentang pendidikan seks yaitu responden yang


(60)

bekerja sebagai ibu rumah tangga, buruh dan juga wiraswasta. Artanto (2014) menjelaskan bahwa orang tua yang tidak bekerja seperti ibu rumah tangga banyak menghabiskan waktu dirumah daripada diluar rumah sehingga dalam segi pengetahuan lebih rendah dibandingkan dengan orang yang memiliki pekerjaan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Suciemilia (2015) bahwa seseorang yang memiliki pekerjaan yang tidak tetap seperti wiraswasta dan buruh pada umumnya hanya akan disibukkan oleh pekerjaanya sendiri demi memenuhi kebutuhan sehari-hari, sehingga kurang mendapatkan informasi mengenai pendidikan seks.

Selain ketiga faktor di atas, sumber informasi juga menjadi faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Informasi ini berupa data, teks, gambar, suara, kode, program komputer, dan basis data yang dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact). Oleh karena itu, sumber informasi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang berupa perubahan atau peningkatan pengetahuan (Riyanto, 2013). Karateristik responden berdasarkan sumber informasi paling banyak responden mendapatkan informasi melalui televisi, sedangkan responden yang mendapatkan informasi melalui koran/majalah memiliki tingkat pengetahuan terendah. Menurut Rahmawati (2012) mengatakan bahwa di zaman yang semakin modern penggunaan media elektronik lebih sering dibandingkan dengan media cetak, khususnya penggunaan televisi sebagai sumber informasi tentang pendidikan seks karena televisi merupakan salah satu media elektronik yang mudah diakses dibandingkan dengan penggunaan


(61)

koran/majalah sebagai sumber informasi. Menurut Yayasan Pengembangan Media Anak (YPMA) dalam Daniel (2014) mengatakan bahwa program televisi yaitu acara edukasi laptop si unyil milik trans 7 masuk dalam kategori aman dan layak untuk ditonton oleh anak-anak. Program ini mengandung unsur pendidikan, dapat dilihat dari materi tayangan yang bersifat edukatif dengan menayangkan berbagai informasi mengenai pengetahuan salah satunya pernah menayangkan edukasi seks pada anak dalam unsur hiburan berupa parodi yang dimainkan oleh karakter si unyil dan kawan-kawan yang dikemas secara menarik.

Disamping memberikan pendidikan seks pada anak, tayangan televisi juga memberikan dampak negatif, terbukti dari semakin banyak keluhan masyarakat terhadap program-program televisi yang dapat dicermati pada berbagai media. Tayangan yang sering dikeluhkan masyarakat pada umumnya menyoroti tayangan bermuatan seksual dan pornografi, jenis program yang kerap mendapat sorotan, seperti sinetron, reality show, dan juga infotainment yang dinilai memberikan pengaruh negatif khususnya terhadap anak-anak dan remaja. Hal ini meresahkan orang tua dan menimbulkan kekhwatiran sehingga orang tua memang harus memberikan edukasi seks dini pada anak agar anak tidak terpengaruh dengan informasi negatif yang disampaikan melalui televisi (Komisi Penyiaran Indonesia dalam Subhanafifi, 2010).

Disamping pengetahuan orang tua baik, terdapat juga beberapa hal yang tidak ketahui oleh orang tua mengenai pendidikan seks yaitu tentang


(62)

cara memberikan pendidikan seks pada anak. Hasil penelitian menunjukan mayoritas orang tua murid belum mengerti bahwa pendidikan seks seharusnya diberikan langsung oleh orang tua. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Jatmikowati, Angin dan Ernawati (2015) bahwa masalah pendidikan seks kurang diperhatikan orang tua pada masa kini. Orang tua masih beranggapan bahwa pendidikan seks seharusnya diberikan oleh guru di sekolah, sehingga mereka menyerahkan semua pendidikan, termasuk pendidikan seks pada sekolah. Padahal, yang bertanggung jawab mengajarkan pendidikan seks di usia dini adalah orang tua, sedangkan sekolah hanya sebagai pelengkap dalam memberikan informasi kepada anak. Peranan orang tua sangat strategis dalam mengenalkan pendidikan seks sejak dini kepada anak-anak mereka, karena pendidikan seks juga harus diberikan dahulu sebelum anak masuk usia sekolah.

Selain itu dilihat dari jawaban orang tua murid pada pengisian koesioner penelitian menunjukan sebagian besar tidak mengetahui bahwa pendidikan seks seharusnya sudah diberikan pada usia sekolah dasar. Anggraini (2014) mengatakan bahwa masyarakat masih beranggapan bahwa membicarakan hal yang berkaitan dengan seks itu harus pada orang yang sudah dewasa, padahal materi seksualitas dapat diberikan dan dikemas sesuai usia anak, namun tanggapan masyarakat mengenai belum saatnya anak-anak sekolah dasar mengetahui topik seputar seksualitas tersebut menjadi penghambat komunikasi itu sendiri. Keterbukaan orang tua dalam memahami bagaimana membicarakan topik mengenai


(63)

seksualitas berdasarkan usia anak dinilai lebih diperlukan daripada menutup diri karena menganggap topik tersebut merupakan hal yang tabu untuk dibicarakan.


(64)

(65)

49

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

1. Tingkat pengetahuan orang tua tentang pendidikan seks pada anak Sekolah Dasar mayoritas dalam katagori baik sebanyak 50 responden (78,1%).

2. Tingkat pengetahuan orang tua tentang pendidikan seks pada anak sekolah dasar dalam katagori cukup sebanyak 11 responden (17,2%).

3. Tingkat pengetahuan orang tua tentang pendidikan seks pada anak sekolah dasar dalam kategori kurang sebanyak 3 responden (4,7%).

4. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar responden berusia 31-40 tahun, rata-rata berpendidikan SMA, bekerja sebagai wiraswasta, dan mayoritas mendapatkan informasi tentang pendidikan seks melalui televisi.

B. Saran

1. Bagi perawat

Memberikan masukan kepada perawat sebagai bahan penyuluhan kepada orang tua dan pihak sekolah tentang cara memberikan pendidikan seks pada anak berdasarkan usia.


(66)

Meningkatkan pengetahuan serta menerapkan dan memberikan pendidikan seks pada anak sesuai dengan apa yang diketahui.

3. Bagi sekolah

Dapat menerapkan pendidikan seks sebagai salah satu materi yang diajarkan pada anak di sekolah dan menambah kegiatan/pertemuan yang menghadirkan orang tua di sekolah.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Melakukan penelitian mengenai cara orang tua dalam memberikan pendidikan seks dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian pendidikan seks pada anak sekolah dasar.


(67)

Avin, F.H., & Paramastri, I. (2011). Efektifitas Pendidikan Seksual Dini Dalam Meningkatkan Pengetahuan Seksual Sehat. Jurnal psikologi. Vol. 25 (2).

Diakses pada tanggal 12 November 2015.

http://jurnal.psikologi.ugm.ac.id/index.php/fpsi/article/view/4

Arikunto , S. (2006). Prosedur Penilitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi VI. Jakarta : EGC.

Artanto. (2014). Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Sikap Dalam Memberikan Pendidikan Seksual Dini Pada Ibu Rumah Tangga Dengan Anak Usia 9 - 12 Tahun Di Padukuhan Pundung Dan Karang Tengah Nogotirto Gamping Sleman Yogyakarta. Diakses pada tanggal 12 mei 2016.

http://opac.unisayogya.ac.id/259/1/naskah%20publikasi%20artanto.pdf Anggraini, D, W. (2014). Komunikasi Untuk Pendidikan Seks Pada Anak Usia

Dini. Jurnal Undip. Diakses pada tanggal 21 Mei 2015. http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/interaksi-online

Departemen Agama Republik Indonesia. (2006). Al-Qur'an dan Terjemahan.

Surabaya : Duta Ilmu Surabaya.

Efendi, F & Makfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktek dalam Keperawatan. jakarta: Salemba Medika.

Fajar, A.D., Susanto, M.H., & Achwandi, R. (2014). Strategi Optimalisasi Peran Pendidikan Seks Usia Dini Di Paud. jurnal lintang kota pekalongan. Diakses pada tanggal 12 November 2015.

jurnal.pekalongankota.go.id/index.php/jp/article/download/11/11.

Hurlock, E.B. (2005). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentan Kehidupan, ed 5. Jakarta : Erlangga.

Herjanti. (2015). Pola Asuh Orang Tua tentang Pendidikan Seks Anak Usia Dini. Jurnal Ilmu Kebidanan Indonesia. Vol. 5 (2). Diakses pada tanggal 15 mei 2016. http://journal.stikim.ac.id/journal/pdf.


(1)

baik dengan kategori terbanyak yaitu 22 responden (34,4%) dan responden yang berpendidikan terakhir SD memiliki tingkat pengetahuan baik dengan kategori terendah yaitu 4 responden (6,2%). Karateristik responden yang bekerja sebagai wiraswasta merupakan responden berpengetahuan baik terbanyak yaitu 23 responden (35,9%), sedangkan yang

berpengetahuan paling sedikit adalah responden yang bekerja sebagai buruh dan wiraswasta yaitu 1 responden (1,6%). Sebagian besar responden yang mendapatkan informasi melalui televisi memiliki pengetahuan baik sebanyak 16 responden

(25,0%) dan yang

berpengetahuan baik terendah yaitu melalui koran/majalah sebanyak 6 responden (9,4%).

DISKUSI

Berdasarkan hasil penelitian, tingkat pengetahuan orang tua tentang pendidikan seks pada anak sekolah dasar di SD Negeri Ngrukeman didapatkan hasil bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan baik. Pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi karena panca indera manusia yakni panca indera penglihatan, penciuman, peraba, perasa dan pendengaran. Sebagian besar pengetahuan manusia tersebut

diperoleh melalui mata dan telinga8.

Tingginya tingkat pengetahuan seseorang di pengaruhi oleh berbagai faktor antara lain : usia, pendidikan, pekerjaan, dan informasi. Usia mempengaruhi pengetahuan seseorang karena pola pikir yang terus mengalami perubahan sepanjang hidupnya. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang daya tangkap juga pola pikir seseorang dan akan menurun sejalan bertambahnya usia pula9.


(2)

Karateristik responden berdasarkan usia menunjukan mayoritas responden berusia 31-40 tahun sedangkan minoritas responden berusia >40 tahun. Orang tua yang lebih muda dapat melakukan penerapan yang lebih baik pada anaknya dibandingkan dengan yang lebih tua karena mereka mempunyai kekuatan fisik yang bagus seperti tidak mudah sakit. Bukan hanya kekuatan fisik yang diperlukan tetapi juga kekuatan psikososial yang dimilikinya harus bagus seperti tidak mudah emosi, dapat berbicara dengan baik, daya ingat tidak menurun sehingga dapat memberikan pendidikan seks dengan baik pada anak10. Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan orang tua tentang pendidikan seks pada anak. Pendidikan merupakan suatu proses

pembelajaran untuk

mengembangkan atau

meningkatkan kemampuan tertentu8.

Penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden berpendidikan terakhir SMA memiliki tingkat pengetahuan baik terbanyak, sedangkan responden yang berpengetahuan baik terendah yaitu pendidikan terakhir SD.

Pendidikan orang tua merupakan domain yang sangat penting karena semakin tinggi jenjang pendidikan maka akan memperluas atau mendukung pengetahuan yang diberikan oleh anak dan dengan pendidikan yang baik, orang tua dapat dengan mudah menerima segala informasi dari luar tentang pendidikan seksual11.

Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pekerjaan dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan berhubungan dengan lingkungan tempat kerja yang membuat seseorang dapat memperoleh pengetahuan secara langsung maupun tidak langsung12.

Karateristik responden berdasarkan pekerjaan paling


(3)

banyak responden bekerja sebagai wiraswasta memiliki tingkat pengetahuan baik hal ini disebabkan karena orang yang bekerja sebagai wiraswasta adalah orang yang dapat menciptakan lapangan kerja sendiri sehingga menyebabkan orang tua sering berinteraksi dengan masyarakat. Melalui interaksi sosial dengan rekan kerja, membuat pengalaman dan pengetahuan orang tua bertambah sehingga semakin kritis menyikapi budaya dalam pendidikan seks terhadap anak13. Selain ketiga faktor di atas, sumber informasi juga menjadi faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Informasi ini berupa data, teks, gambar, suara, kode, program komputer, dan basi data yang dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact). Oleh karena itu, sumber informasi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang berupa perubahan atau peningkatan pengetahuan9. Karateristik responden berdasarkan sumber informasi

paling banyak responden mendapatkan informasi melalui televisi, sedangkan responden yang mendapatkan informasi melalui koran/majalah memiliki tingkat pengetahuan terendah. Hal ini disebabkan karena di zaman yang semakin modern penggunaan media elektronik lebih sering dibandingkan dengan media cetak, khususnya penggunaan televisi sebagai sumber informasi tentang pendidikan seks karena televisi merupakan salah satu media elektronik yang mudah diakses dibandingkan dengan penggunaan koran/majalah sebagai sumber informasi14.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1. Tingkat pengetahuan orang

tua tentang pendidikan seks pada anak Sekolah Dasar mayoritas dalam katagori baik sebanyak 50 responden (78,1%).

2. Tingkat pengetahuan orang tua tentang pendidikan seks


(4)

pada anak sekolah dasar dalam katagori cukup sebanyak 11 responden (17,2%).

3. Tingkat pengetahuan orang tua tentang pendidikan seks pada anak sekolah dasar dalam kategori kurang sebanyak 3 responden (4,7%).

4. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar responden berusia 31-40 tahun, rata-rata berpendidikan SMA, bekerja sebagai wiraswasta, dan mayoritas mendapatkan informasi tentang pendidikan seks melalui televisi.

SARAN

1. Bagi perawat

Memberikan masukan kepada perawat sebagai bahan penyuluhan kepada orang tua dan pihak sekolah tentang cara memberikan pendidikan seks pada anak berdasarkan usia.

2. Bagi orang tua

Meningkatkan pengetahuan serta menerapkan dan

memberikan pendidikan seks pada anak sesuai dengan apa yang diketahui.

3. Bagi sekolah

Dapat menerapkan pendidikan seks sebagai salah satu materi yang diajarkan pada anak di sekolah dan menambah kegiatan/pertemuan yang menghadirkan orang tua di sekolah.

4. Bagi peneliti selanjutnya Melakukan penelitian mengenai cara orang tua

dalam memberikan

pendidikan seks dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian pendidikan seks pada anak sekolah dasar.

DAFTAR PUSTAKA 1. Nurlaili. (2011).

Pendidikan Seks Pada Anak. jurnal uin. Vol. 10 (1). Diakses pada tanggal

29 Mei 2015.

http://ejournal.uinsuska.a c.id/index.php/marwah/ar ticle/view/487

2. Yasmira, H. (2009). Panduan A to Z orang tua untuk mengajarkan


(5)

seks pada anak. jakarta:

PT Alex Media

Komputindo.

3. Avin, F.H., & Paramastri, I. (2011). Efektifitas Pendidikan Seksual Dini Dalam Meningkatkan Pengetahuan Seksual Sehat. Jurnal psikologi. Vol. 25 (2). Diakses pada tanggal 12 November 2015.http://jurnal.psikolo gi.ugm.ac.id/index.php/fp si/article/view/4

4. Fajar, A.D., Susanto, M.H., & Achwandi, R. (2014). Strategi Optimalisasi Peran Pendidikan Seks Usia Dini Di Paud. jurnal lintang kota pekalongan. Diakses pada tanggal 12

November 2015.

jurnal.pekalongankota.go. id/index.php/jp/article/do wnload/11/11.

5. KPAI (2014), Indonesia

Darurat Kejahatan

Seksual Anak. Diakses pada tanggal 28 mei 2015.

http://www.kpai.go.id/ber ita/indonesia-darurat-kejahatan-seksual-anak/. 6. Paramastri, I., Supriyati.,

& Priyanto, M.A. (2010). Early Prevention Toward Sexual Abuse on Children. jurnal psikologi. Vol. 37 (1). Diakses pada tanggal 7 September 2015. http://jurnal.psikologi.ug m.ac.id/index.php/fpsi/iss ue/view/6

7. Arikunto , S. (2006). Prosedur Penilitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi VI. Jakarta : EGC. 8. Notoatmodjo, S. (2007).

Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.

9. Riyanto, B. A. (2013). Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan Sikap

Dalam Penilitian

Kesehatan. Jakarta :

Selemba Medika.

10.Sudiyanto, H., & Khikmawati, L. (2014). Peran Orang Tua Dengan Sikap Remaja Tentang Seks Bebas Di Madrasah

Aliyah Bi’rul-Ulum Di

Desa Gemurung

Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo. Vol. 6 (2). Diakses pada tanggal 24 juni 2016. http://ejurnalp2m.stikesm ajapahitmojokerto.ac.id/i ndex.php/MM/article/vie w/14

11. Suciemilia. (2015). Identifikasi Peran Orang Tua dalam Memberikan Pendidikan Seksual pada Anak Tunagrahita Di SLB N 1 Bantul Yogyakarta. Diakses pada tanggal 4 juli 2016. http://opac.unisayogya.ac .id/id/eprint/174

12.Mubarak. (2007).

Promosi Kesehatan.

Jogjakarta : Graha ilmu. 13. Rusmanindar, A. (2014).

Hubungan Peran Orang Tua Dalam Pencegahan Kehamilan Tidak


(6)

Diinginkan (Ktd) Dengan Tingkat Pengetahuan Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) Pada Siswi SMA N 1 Pundong Bantul Tahun 2014. Diakses pada tanggal 3

juni 2016.

http://opac.unisayogya.ac .id/911/1/naskah%20publ ikasi_astrid.pdf

14.Rahmawati, N. (2012). Gambaran Perilaku Seksual pada Anak Usia Sekolah Kelas 6 di Tinjau

dari Media Cetak dan Media Elektronik Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh Tahun 2012.

Jurnal Kesehatan

Masyarakat. Diakses

pada tanggal 7 september 2015.

http://ejournal.uui.ac.id/ju rnal/Nanda_Rahmawati-fb6-jurnal_nanda.pdf


Dokumen yang terkait

Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Orang Tua dengan Perilaku Pencegahan Diare Di Gampong Kuala Langsa Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa

7 85 115

Tingkat Pengetahuan Orang Tua Dan Anak-Anak Yang Berusia 13 – 15 Tahun Tentang Makanan Siap Saji Dan Makanan Seimbang Terhadap Kesehatan Di Smp Nurul Hasanah Padang Bulan, Medan

1 38 129

Perbedaan Kepedulian Orang Tua Pada Kegiatan Belajar Anak Sekolah Dasar Di Desa Dan Di Kota (Studi Komparasi di Kelurahan Batang Beruh dan Kota Sidikalang,Kabupaten Dairi)

2 54 160

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA TENTANG PENDIDIKAN SEKS DENGAN TINDAKAN ORANG TUA DALAM PEMBERIAN PENDIDIKAN SEKS PADA REMAJA (Studi di Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember)

0 3 21

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA TENTANG PENDIDIKAN SEKS DENGAN TINDAKAN ORANG TUA DALAM PEMBERIAN PENDIDIKAN SEKS PADA REMAJA (Studi di Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember)

0 6 21

Komunikasi Interaksional Orang Tua Pada Anak Usia Sekolah Dasar di Kota Bandung dalam Menyampaikan Pendidikan Seks (Studi Deskriptif Tentang Komunikasi Interaksional Orang Tua pada Anak Usia Sekolah Dasar di Kota Bandung dalam Menyampaikan Pendidikan Seks

0 26 113

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN GURU TENTANG KELAINAN REFRAKSI DI SD NEGERI NGRUKEMAN KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA

0 2 86

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Perawatan Karies Gigi Pada Anak Di TK Aisyiyah Temon Kabupaten Boyolali.

0 2 18

Pengaruh Pengetahuan Reproduksi Dan Tingkat Pendidikan Orang Tua, Terhadap Sikap Mahasiswa Tentang Seks Pranikah COVER

0 0 16

PERSEPSI ORANG TUA TENTANG PENDIDIKAN SEKS ANAK USIA DINI.

1 5 103