Bagian II “Pertempuran di Bukit Tugur”

21 dan pada biola dua memainkan tone painting untuk penggambaran gunung yang dilingkari oleh Baru Klinthing. Gambar 3.11. Birama 82-87 Pertapaan Baru Klinthing Akhirnya Baru Klinthing mampu meyakinkan bahwa ia benar-benar anak yang selama ini diharapkan Ki Hajar dalam pertapaanya, lalu Ki Hajar mengutus Baru Klinthing untuk bertapa agar kelak wujudnya dapat berubah menjadi manusia yang utuh, penggambaran suasana ini masih dalam tonalitas A mayor, instrumen viola dan cello hanya memainkan satu nada dengan pemakaian teknik legato untuk menggambarkan suasana tenang, menutup bagian satu ini penggunaan not utuh pada birama 87 menandakan keinginan Baru Klinthing untuk menjadi manusia seutuhnya.

2. Bagian II “Pertempuran di Bukit Tugur”

Secara garis besar bagian kedua ini menceritakan peperangan Baru Klinthing tepat dimana dia sedang melakukan pertapaan untuk menjadi manusia seutuhnya. 22 Gambar 3.12. Birama 1-10 Suasana Pesta Cerita berlanjut didekat bukit dimana Baru Klinthing bertapa, terdapat sebuah desa yang akan menyelenggarakan pesta sedekah bumi, bagian ini disampaikan pada birama 1-10 dengan tempo allegreto, ditangga nada D mayor dengan sukat 44. Gambar 3.13. Birama 11-23 Perburuan. Pada birama 11-23 merupakan gambaran penduduk desa melakukan perburuan dihutan untuk dijadikan hidangan pesta, kemudian ditemuilah Baru 23 Klinthing yang sedang dalam pertapaanya menjadi manusia, bagian ini disampaikan pada tonalitas Bm natural. 6 Gambar 3.14. Birama 24-31 Peperangan Berlanjut pada birama 24-31 yakni peperangan penduduk dengan Baru Klinthing masih dalam tonalitas Bm natural penggunaan triplet 7 dinada F pada biola satu dan biola dua yang bergantian menggambarkan peperangan antara Baru Klinthing dan penduduk desa, berlanjut pada birama 30 semua instrument memainkan tehnik tremolo dengan dinamika deccresendo untuk menandakan puncak peperangan sekaligus kekalahan Baru Klinthing, dalam bagian ini diakhiri dengan kadens setengah yakni mengarah kepada akor V. Cerita berlanjut pada birama 31-51 masih dalam tangga nada Bm meceritakan kematian Baru Klitnhing yang dagingnya dipotong-potong oleh penduduk 6 B minor natural adalah tangga nada yang terdiri dari : B, C, D,E,F,G,A,B 7 Triplet : tiga nada yang dikelompokan menjadi satu bagian. 24 desa, suasana ini ditandai dengan dimunculkanya kembali suasana perburuan pada birama 11 namun terdapat tehnik pizzicato 8 yang dimainkan oleh biola satu untuk menggambarkan tubuh Baru Klinthing yang sudah dipotong-potong dan dibawa kedesa untuk santapan pesta. Gambar 3.15 Birama 52-58 Penjelmaan Baru Klinthing. Birama 52-58 merupakan transisi perubahan tempo dari allegreto menjadi tempo lento disertai munculnya bentuk vareasi leitmotif Baru Klinthing yang di augmentasi 9 menjadi sukat 44 pada tonalitas F minor untuk menggambarkan suasana kesedian penjelmaan Baru Klinthing menjadi anak laki-laki kecil yang kotor dan terdapat banyak luka ditubuhnya, digunakanya kandens otentik yakni dari akor V menuju ke akor I untuk menandai berakhirnya bagian dua ini. 8 Pizzicato : dipetik. 9 Augmentasi : Tehnik pengolahan motif berupa penambahan harga not atau tanda istirahat pada sebuah motif atau tema. 25

3. Bagian III “Tenggelamnya Desa Pathok”