25
menemukan bahwa peranan pemberian saran
advisory
mendominasi aktivitas anggota dewan. Dengan menekankan pada fungsi ini, Dalton dan
Daily 1999 dalam Kusumawati dan Riyanto, 2005 menyatakan bahwa peranan keahlian atau konseling yang diberikan oleh anggota dewan tersebut
merupakan suatu jasa yang berkualitas bagi manajemen dan perusahaan yang tidak dapat diberikan oleh pasar. Anggota dewan komisaris yang mempunyai
keahlian dalam bidang tertentu juga dapat memberikan nasehat yang bernilai dalam penyusunan strategi dan penyelenggaraan perusahaan Fama dan
Jensen, 1983 dalam Young et al., 2001.
2.2.2 Dewan Komisaris Independen
Komisaris independen adalah komisaris yang bukan merupakan anggota manajemen, pemegang saham mayoritas, pejabat atau dengan cara lain
berhubungan langsung atau tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas dari suatu perusahaan yang mengawasi pengelola perusahaan. Pada
intinya komisaris independen merupakan suatu mekasnisme untuk memberikan petunjuk dan arahan pada pengelola perusahaan Surya dan
Yustiavandana. 2008 : 135. Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak
memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham danatau hubungan keluarga dengan anggota dewan komisaris lainnya, direksi danatau
pemegang saham pengendali atau hubungan lain yang dapat mempengaruhi
Universitas Sumatera Utara
26
kemampuannya untuk bertindak independen. Komisaris independen memiliki peranan penting dalam memonitor perusahaan FCGI, 2003.
Forum for Corporate Governance in Indonesia
FCGI mengemukakan kriteria tentang komisaris independen sebagai berikut :
1. Komisaris Independen bukan merupakan anggota manajemen;
2. Komisaris Independen bukan merupakan pemegang saham mayoritas,
atau seorang pejabat dari atau dengan cara lain yang berhubungan secara langsung atau tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas dari
perusahaan; 3.
Komisaris Independen dalam kurun waktu tiga tahun terakhir tidak dipekerjakan dalam kapasitasnya sebagai eksekutif oleh perusahaan atau
perusahaan lainnya dalam satu kelompok usaha dan tidak pula dipekerjakan dalam kapasitasnya sebagai komisaris setelah tidak lagi
menempati posisi seperti itu; 4.
Komisaris Independen bukan merupakan penasehat professional perusahaan atau perusahaan lainnya yang satu kelompok dengan
perusahaan tersebut; 5.
Komisaris Independen bukan merupakan seorang pemasok atau pelanggan yang signifikan dan berpengaruh dari perusahaan atau
perusahaan lainnya yang satu kelompok, atau dengan cara lain berhubungan secara langsung atau tidak langsung dengan pemasok atau
pelanggan tersebut;
Universitas Sumatera Utara
27
6. Komisaris independen tidak memiliki kontraktual dengan perusahaan
atau perusahaan lainnya yang satu kelompok selain sebagai komisaris perusahaan tersebut;
7. Komisaris Independen harus bebas dari kepentingan dan urusan bisnis
apapun atau hubungan lainnya yang dapat, atau secara wajar dapat dianggap sebagai campur tangan secara material dengan kemampuannya
sebagai seorang komisaris untuk bertindak demi kepentingan yang menguntungkan perusahaan
Forum for Corporate Governance in Indonesia
: 2000; p. 6.
Sedangkan berdasarkan peraturan Bursa Efek Indonesia BEI, komisaris independen memiliki kriteria sebagai berikut :
1. Pihak yang tidak terafiliasi pemegang saham pengendali perusahaan
lain. 2.
Pihak yang tidak memiliki hubungan afiliasi dengan manajer atau anggota direksi perusahaan lain.
3. Pihak yang bukan pemimpin di perusahaan lain yang terafiliasi dengan
perusahaan lain. 4.
Pihak yang memahami peraturan mengenai bursa efek.
Komisaris independen harus dapat melaksanakan tugasnya dengan tanggung jawab sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
28
1. Komisaris Independen memiliki tanggung jawab pokok untuk
mendorong diterapkannya prinsip tata kelola perusahaan yang baik
Good Corporate Governance
di dalam perusahaan melalui pemberdayaan dewan komisaris agar dapat melakukan tugas
pengawasan dan pemberian nasihat kepada direksi secara efektif dan lebih memberikan nilai tambah bagi perusahaan.
2. Dalam upaya untuk melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik
maka komisaris independen harus secara proaktif mengupayakan agar dewan komisaris melakukan pengawasan dan memberikan nasehat
kepada direksi yang terkait dengan, namun tidak terbatas pada hal-hal sebagai berikut:
a. Memastikan bahwa perusahaan memiliki strategi bisnis yang
efektif, termasuk di dalamnya memantau jadwal, anggaran dan
efektifitas strategi tersebut.
b. Memastikan bahwa perusahaan mengangkat eksekutif dan
manajermanajer professional.
c. Memastikan bahwa perusahaan memiliki informasi, sistem
pengendalian, dan sistem audit yang bekerja dengan baik.
d. Memastikan bahwa perusahaan mematuhi hukum dan perundangan
yang berlaku maupun nilai-nilai yang ditetapkan perusahaan dalam
menjalankan operasinya.
e. Memastikan resiko dan potensi krisis selalu diidentifikasikan dan
dikelola dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
29
f. Memastikan prinsip-prinsip dan praktek
Good Corporate Governance
dipatuhi dan diterapkan dengan baik, antara lain :
Menjamin transparansi dan keterbukaaan laporan keuangan
perusahaan.
Perlakuan yang adil terhadap pemegang saham minoritas dan
stakeholder yang lain.
Diungkapkannya transaksi yang mengandung benturan
kepentingan secara wajar dan adil.
Kepatuhan perusahaan pada perundangan dan peraturan yang
berlaku. Menjamin akuntabilitas organ perseroan.
Keberadaan komisaris independen dalam suatu perusahaan sangatlah penting. Dengan menambah proporsi komisaris independen, maka perusahaan
dapat melaksanakan tugasnya secara efektif dan meningkatkan pengawasan terhadap direksi dan manajer yang akan berpengaruh terhadap tingkat
konservatisme akuntansi perusahaan. Selain itu, kemampuan dan pemahaman komisaris independen terhadap bidang usaha emiten akan sangat
mempengaruhi persetujuan dan keputusan yang dibuat, sesuai dengan tanggung jawab hukum emiten kepada pemegang sahamnya, komisaris
independen tidak boleh secara gegabah memberikan persetujuannya terhadap transaksi transaksi atau kegiatan emiten, yang secara material mengandung
Universitas Sumatera Utara
30
informasi yang tidak benar atau menyesatkan Pasal 80 ayat 1 UU No.81995.
2.3
Management Ownership
Kepemilikan manajerial adalah tingkat kepemilikan saham pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan, misalnya
direktur dan komisaris Wahidahwati, 2002. Kepemilikan manajerial ini diukur dengan proporsi saham yang dimiliki perusahaan pada akhir tahun dan
dinyatakan dalam presentase. Semakin besar proporsi kepemilikan manajemen dalam perusahaan maka manajemen akan berusaha lebih giat
untuk kepentingan pemegang saham yang notabene adalah mereka sendiri Mahadwartha dan Hartono, 2002.
Cruthley Hansen 1989 serta Bathala et al 1994 menyatakan bahwa kepemilikan saham oleh manajer akan mendorong penyatuan kepentingan
antara prinsipal dan agen sehingga manajer bertindak sesuai dengan keinginan pemegang saham dan dapat meningkatkan kinerja perusahaan.
Kepemilikan saham manajerial akan mendorong manajer untuk berhati-hati dalam mengambil keputusan karena mereka ikut merasakan secara langsung
manfaat dari keputusan yang diambil dan ikut menanggung kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah Listyani, 2003.
Kepemilikan manajerial atau manajemen merupakan kepemilikan saham oleh manajemen perusahaan yang diukur dengan persentase jumlah saham
yang dimiliki oleh manajemen Sujono dan Soebiantoro, 2007. Manajer akan
Universitas Sumatera Utara
31
termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya yang juga merupakan keinginan dari para pemegang saham.
Ross et. al
2004 dalam Putri 2006 menyatakan bahwa semakin besar proporsi kepemilikan saham pada perusahaan maka
manajemen cenderung berusaha lebih giat bekerja untuk kepentingan pemegang saham yang tidak lain adalah dirinya sendiri. Saat kepemilikan
saham rendah, maka insentif terhadap kemungkinan terjadinya perilaku oportunistik manajer akan meningkat Shleifer dan Vishny, 1996.
Menurut
Warfield et. al
dalam Diastuty dan Machfoedz, 2003 menyatakan adanya kepemilikan manajerial dapat mengurangi dorongan
manajer untuk melakukan tindakan manipulasi sehingga laba yang dilaporkan merefleksikan keadaan ekonomi yang sebenarnya dari perusahaan tersebut.
Total saham manajerial yang dimaksud adalah jumlah persentase saham yang dimiliki oleh manajemen pada akhir tahun. Sedangkan total saham yang
beredar, dihitung dengan menjumlahkan seluruh saham yang diterbitkan oleh perusahaan tersebut pada akhir tahun.
Proporsi jumlah kepemilikan manajerial dalam perusahaan dapat mengindikasikan ada kesamaan kepentingan antara manajemen dengan
pemegang saham Faisal, 2005. Menurut
Mehran et. al
1992 dalam Aida 2004 kepemilikan saham manajerial adalah proporsi saham biasa yang
dimiliki oleh para manajemen. Kepemilikan saham manajerial akan membantu penyatuan kepentingan
antara manajer dan pemegang saham, sehingga manajer merasakan secara langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan ikut menanggung
Universitas Sumatera Utara
32
kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah. Kepemilikan saham manajerial juga dapat menyatukan kepentingan antara
manajer dan pemegang saham sehingga manajer akan berhati-hati dalam mengambil keputusan karena mereka ikut merasakan secara langsung
manfaat dari keputusan yang diambil dan ikut menanggung kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah Listyani, 2003.
2.4
Bank Size
Ukuran bank mencerminkan seberapa besar asset total yang dimiliki perusahaan. Total aset yang dimiliki perusahaan menggambarkan
permodalan, serta hak dan kewajiban yang dimilikinya. Semakin besar ukuran perusahaan, maka dapat dipastikan semakin besar juga dana yang dikelola
dan semakin kompleks pula pengelolaannya. Perusahaan besar pada dasarnya mempunyai kekuatan finansial yang
lebih besar dalam menunjang kinerja, tetapi disisi lain, perusahaan dihadapkan pada masalah keagenan yang lebih besar Darmawati, 2004.
Hesti 2010 Uyun 2010 dalam Nurcahyo 2014 dalam penelitiannya menemukan bukti bahwa ukuran bank berpengaruh positif signifikan terhadap
kinerja keuangan perusahaan. Perusahaan dengan asset besar biasanya akan mendapatkan perhatian lebih dari masyarakat. Hal ini akan menyebabkan
perusahaan agar lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangannya. Perusahaan diharapkan agar selalu berusaha untuk menjaga stabilitas kinerja
Universitas Sumatera Utara
33
keuangan mereka. Pelaporan kondisi keuangan yang baik ini tentu tidak dapat dilakukan tanpa melalui kinerja yang baik dari semua lini perusahaan.
Ukuran bank merupakan rata-rata dari total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun. Dalam hal ini penjualan lebih
besar daripada biaya variable dan biaya tetap, maka akan diperoleh jumlah pendapatan sebelum pajak. Sebaliknya jika penjualan lebih kecil dari biaya
variable dan biaya tetap maka perusahaan akan menderita kerugian Brigham dan Houston 2001.
Ukuran bank merupakan proksi volatilitas operasional dan
inventory controllability
yang seharusnya dalam skala ekonomis besarnya perusahaan menunjukkan pencapaian operasi lancar dan pengendalian persediaan
Mukhlasin, 2002. Sedangkan menurut Jones 1996, ukuran bank menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total
aktiva, jumlah penjualan, rata-rata total penjualan dan rata-rata total aktiva. Kesimpulannya, ukuran bank merupakan ukuran atau besarnya aset yang
dimiliki oleh suatu perusahaan. Fama dan French 1995 berpendapat bahwa perusahaan yang memiliki
nilai skala yang kecil cenderung kurang menguntungkan jika dibandingkan dengan perusahaan yang berskala besar. Perusahaan berskala kecil hanya
memiliki faktor-faktor pendukung untuk memproduksi barang dengan jumlah terbatas. Oleh karena itu, perusahaan dengan skala kecil mempunyai risiko
yang lebih besar jika dibandingkan dengan perusahaan besar. Perusahaan
Universitas Sumatera Utara
34
dengan risiko yang besar biasanya menawarkan
return
yang besar untuk menarik investor.
2.5 Peneliti Terdahulu