Hivoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi penggunaan O
2
tubuh atau untuk mengeluarkan CO
2
dengan cukup. Biasanya terjadi pada keadaan atelektasis kolaps paru.
Tanda-tanda dan gejala pada keadaan hipoventilasi adalah nyeri kepala, penurunan kesadaran, disorientasi, kardiakdistritmia, ketidakseimbangan elektrolit, kejang dan
kardiak arrest.
3. Hipoksia
Tidak adekuatnya pemenuhan O
2
seluler akibat dari defisiensi O
2
yang diinspirasi atau meningkatkan penggunaan O
2
pada tingkat seluler. Hipoksia dapat disebabkan oleh : a.
Menurunnya hemoglobin b.
Berkurangnya konsentrasi O
2
jika berada di puncak gunung. c.
Ketidakmampuan jaringan mengikat O
2
seperti pada keracunan sianida. d.
Menurunnya difusi O
2
dari alveoli ke dalam darah seperti pneumonia. e.
Menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok. f.
Kerusakangangguan ventilasi.
Tanda-tanda hipoksia antara lain : kelelahan, kecemasan, menurunnya kemampuan konsentrasi, nadi meningkat, pernapasan cepat dan dalam, sianosis, sesak napas, dan
clubbing Tawoto Wartonah,2006.
Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi 1. Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan
Riwayat keperawatan untuk status oksigenasi meliputi pengkajian tentang masalah pernafasan dulu dan sekarang ; gaya hidup ;adanya batuk, sputum, nyeri dan
adanya faktor resiko untuk gangguan status oksigenasi. 1.
Masalah pada pernafasan dulu dan sekarang 2.
Riwayat penyakit atau masalah pernafasan a.
Nyeri b.
Paparan lingkungan atau geografi c.
Batuk
Universitas Sumatera Utara
d. Bunyi nafas mengi
e. Faktor risiko penyakit paru mis perokok aktifpasif
f. Frekuensi infeksi pernafasan
g. Masalah penyakit masa lalu
h. Penggunaan obat
3. Adanya batuk dan penanganan
4. Kebiasaan merokok
5. Masalah pada fungsi sistem kardiovaskular
6. Faktor risiko yang memperberat masalah oksigenasi
a. Riwayat hipertensi, penyakit jantung,.
b. Merokok
c. Usia paruh baya atau lanjut
d. Obesitas
e. Diet tinggi-lemak
f. Peningkatan kolesterol
7. Riwayat penggunaan medikasi
8. Stresor yang dialami
9. Status atau kondisi kesehatan Mubarak, 2007
b. Pengkajian fisik Inspeksi
Mengamati dari kepala sampai ujung kaki klien untuk mengkaji kulit dan warna membran mukosa, penampilan umum, tingkat kesadaran, keadekuatan sirkulasi
sistemik, pola pernafasan, dan gerak dinding dada.
Palpasi
Dilakukan dengan meletakkan tumit tangan pemeriksa mendatar di atas dada klien. Saat palpasi, perawat menilai adanya fremitus taktil pada dada dan punggung
klien dengan memintanya menyebutkan “ tujuh-tujuh” secara berulang. Jika klien mengikuti instruksi tersebut secara tepat, perawat akan merasakan adanya getaran
pada telapak tanggannya Selain itu palpasi dilakukan untuk meraba adanya benjolan
Universitas Sumatera Utara
di aksila dan jaringan payudara. Palpasi pada ekstermitas menghasilkan data tentang sirkulasi perifer, adanya nadi perifer, temperatur kulit, warna dan pengisian kapiler.
Perkusi
Perkusi dilakukan untuk menentukan ukuran dan bentuk organ dalam serta untuk mengkaji adanya abnormalitas, cairan, atau udara dalam paru. Perkusi sendiri
dilakukan dengan menekan jari tengah pemeriksa mendatar di atas dada klien.Kemudian jari tersebut diketuk-ketuk dengan menggunakan ujung jari tengah
atau jari telunjuk tengah sebelahnya. Normalnya, dada menghasilkan bunyi resonan.Pada penyakit tertentu mis; pneumotoraks, emfisema , adanya udara pada
dada atau paru-paru menimbulkan bunyi hipersonan atau bunyi drum.
Auskultasi
Auskultasi adalah proses mendengarkan suara yang dihasilkan dalam tubuh. Auskultasi dapat dilakukan langsung atau dengan menggunakan stetoskop. Bunyi
yang terdengar digambarkan berdasarkan nada, intensitas, durasi, dan kualitasnya. Untuk mendapatkan hasil yang lebih valid dan akurat, auskultasi sebaiknya dilakukan
lebih dari satu kali. Pada pemeriksaan fisik paru, auskultasi dilakukan untuk mendengarkan bunyi nafas vesikuler, bronkial, bronkuvesikuler, ronkhi; juga untuk
mengetahui adanya perubahan bunyi nafas serta lokasi dan waktu terjadinya PotterPerry, 2005.
c. Pemeriksaan diagnostik