kayu yang merupakan hasil utama hutan, serta berbagai hasil- hasil yang lain seperti rotan, getah, buah- buahan, madu, dan lain- lain.
b. Manfaat Tidak Langsung
Manfaat tidak langsung, adalah manfaat yang tidak langsung dinikmati oleh masyarakat akan tetapi yang dapat dirasakan adalah
keberadaan hutan itu sendiri, berikut uraiannya; dapat mengatur uraian tata air, dapat mencegah erosi, penyaringan udara menjadi bersih, dapat
memberikan keindahan, dapat memberikan manfaat pada sektor pariwisata, dapat memberikan manfaat dalam bidang pertanahan dan
keamanan, dapat menampung tenaga kerja setiap perusahaan yang mengembangkan usahanya dibidang kehutanan pasti memerlukan tenaga
kerja dalam jumlah yang cukup besar sehingga dapat menurunkan angka penangangguran, dapat menambah devisa negara Salim, 2008: 46
2.3.2. Penyebab Kerusakan Hutan
Di Indonesia kerusakan hutan terutama disebabkan: 1
Sistem perladangan berpindah. Sistem ini dilakukan oleh penduduk yang tinggal di kawasan atau di pinggiran hutan. Akan tetapi, karena penduduk
bertambah terus dan teknologi sudah mulai mereka kenal, maka luas hutan yang dibuka makin luas dan waktu tanah yang di istirahatkan juga makin
singkat. 2
Perambahan hutan. Perambahan hutan adalah pemanfaatan kawasan hutan secara ilegal oleh masyarakat untuk digunakan sebagai lahan usaha tani
dan atau permukiman
Universitas Sumatera Utara
3 Pengusaha HPH Hak Pengusahaan Hutan. Pengusaha HPH merupakan
penyebab kerusakan hutan terbesar karena alasan keuntungan semata. Perusahaan tidak mematuhi persyaratan- persyaratan dan ketentuan yang
mengatur perhutanan yang disebabkan kurangnya pengawasan, mentalitas dan integritas pengawas yang bobrok dan pengusaha kurang peduli
terhadap lingkungan. Dalam hal ini, penebangan hutan yang dilakukan oleh perusahaan merupakan penebangan hasil kayu hutan yang digunakan
untuk kebutuhan manusia. 4
Bencana Alam. Bencana alam yang disebabkan oleh petir dan gunung meletus yang disebabkan oleh erupsi larva Manik, 2009: 74- 79
2.3.3. Konsep Pembangunan Berkelanjutan Sustainable Development
Pembangunan Berkelanjutan adalah proses pembangunan lahan, kota
, bisnis,
masyarakat , dan sebagainya yang berprinsip memenuhi kebutuhan
sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan Adapun menurut Brundtland Report dari
PBB ,
1987 disampaikan bahwa
Pembangunan berkelanjutan adalah terjemahan dari Bahasa Inggris, sustainable development. Salah satu faktor yang harus dihadapi untuk mencapai pembangunan
berkelanjutan adalah bagaimana memperbaiki kehancuran lingkungan
tanpa mengorbankan kebutuhan pembangunan
ekonomi dan keadilan sosial.
Banyak laporan PBB, yang terakhir adalah laporan dari KTT Dunia 2005
, yang menjabarkan pembangunan berkelanjutan terdiri dari tiga tiang utama
ekonomi, sosial, dan lingkungan yang saling bergantung dan memperkuat. Untuk sebagian orang, pembangunan berkelanjutan berkaitan erat dengan
Universitas Sumatera Utara
pertumbuhan ekonomi dan bagaimana mencari jalan untuk memajukan ekonomi dalam jangka panjang, tanpa menghabiskan modal alam. Namun untuk sebagian
orang lain, konsep pertumbuhan ekonomi itu sendiri bermasalah, karena sumberdaya bumi itu sendiri terbatas
Pembangunan berkelanjutan tidak saja berkonsentrasi pada isu-isu lingkungan. Lebih luas daripada itu, pembangunan berkelanjutan mencakup tiga
lingkup kebijakan: pembangunan ekonomi, pembangunan sosial dan perlindungan lingkungan. Dokumen-dokumen PBB, terutama dokumen hasil World Summit
2005 menyebut ketiga hal dimensi tersebut saling terkait dan merupakan pilar pendorong bagi pembangunan berkelanjutan.
Bagan 2.6. Pembangunan berkelanjutan: pada pertemuan tiga kesibukannya.
Skema pembangunan berkelanjutan pada titik temu tiga pilar tersebut, Deklarasi Universal Keberagaman Budaya UNESCO, 2001 lebih jauh menggali
konsep pembangunan berkelanjutan dengan menyebutkan bahwa ...keragaman budaya penting bagi manusia sebagaimana pentingnya keragaman hayati bagi
alam. Dengan demikian pembangunan tidak hanya dipahami sebagai pembangunan ekonomi, namun juga sebagai alat untuk mencapai kepuasan
Universitas Sumatera Utara
intelektual, emosional, moral, dan spiritual. dalam pandangan ini, keragaman budaya merupakan kebijakan keempat dari lingkup kebijakan pembangunan
berkelanjutan http:.id.wikipedia.orgwikiberkas;sustainable_development.svg
, diakses pada 24 Juli 2014 pukul 14:00 WIB
Dalam Laporan Jurnal Askar Jaya, disampaikan bahwa Konsep Pembangunan Berkelanjutan harus memperhatikan pemerataan, partisipasi,
keanekaragaman, integrasi, dan perspektif jangka panjang yang akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Pembangunan yang Menjamin Pemerataan dan Keadilan Sosial
Pembangunan yang berorientasi pemerataan dan keadilan sosial harus dilandasi hal-hal seperti ; meratanya distribusi sumber lahan dan faktor produksi,
meratanya peran dan kesempatan perempuan, meratanya ekonomi yang dicapai dengan keseimbangan distribusi kesejahteraan, Namun pemerataan bukanlah hal
yang secara langsung dapat dicapai. Pemerataan adalah konsep yang relatif dan tidak secara langsung dapat diukur. Dimensi etika pembangunan berkelanjutan
adalah hal yang menyeluruh, kesenjangan pendapatan negara kaya dan miskin semakin melebar, walaupun pemerataan dibanyak negara sudah meningkat. Aspek
etika lainnya yang perlu menjadi perhatian pembangunan berkelanjutan adalah prospek generasi masa datang yang tidak dapat dikompromikan dengan aktivitas
generasi masa kini. Ini berarti pembangunan generasi masa kini perlu mempertimbangkan generasi masa datang dalam memenuhi kebutuhannya.
b. Pembangunan yang Menghargai Keanekaragaman
Universitas Sumatera Utara
Pemeliharaan keanekaragaman hayati adalah prasyarat untuk memastikan bahwa sumber daya alam selalu tersedia secara berkelanjutan untuk masa kini dan
masa datang. Keanekaragaman hayati juga merupakan dasar bagi keseimbangan ekosistem. Pemeliharaan keanekaragaman budaya akan mendorong perlakuan
yang merata terhadap setiap orang dan membuat pengetahuan terhadap tradisi
berbagai masyarakat dapat lebih dimengerti. c. Pembangunan yang Menggunakan Pendekatan Integratif
Pembangunan berkelanjutan mengutamakan keterkaitan antara manusia dengan alam. Manusia mempengaruhi alam dengan cara yang bermanfaat atau
merusak. Hanya dengan memanfaatkan pengertian tentang konpleknya keterkaitan antara sistem alam dan sistem sosial. Dengan menggunakan pengertian ini maka
pelaksanaan pembangunan yang lebih integratif merupakan konsep pelaksanaan pembangunan yang dapat dimungkinkan. Hal ini merupakan tantangan utama
dalam kelembagaan. d. Pembangunan yang Meminta Perspektif Jangka Panjang
Masyarakat cenderung menilai masa kini lebih dari masa depan, implikasi pembangunan berkelanjutan merupakan tantangan yang melandasi penilaian ini.
Pembangunan berkelanjutan mensyaratkan dilaksanakan penilaian yang berbeda dengan asumsi normal dalam prosedur discounting. Persepsi jangka panjang
adalah perspektif pembangunan yang berkelanjutan. Hingga saat ini kerangka jangka pendek mendominasi pemikiran para pengambil keputusan ekonomi, oleh
karena itu perlu dipertimbangkan Askar Jaya , 2004
Universitas Sumatera Utara
Dalam Pembangunan Berkelanjutan Sustainable Development di negara Indonesia diterjemahkan dalam sebuah bentuk agenda, yang dinamakan dengan
Agenda 21. Dalam Agenda 21, Terdiri atas 4 bagian, yaitu: 1.
Pelayanan masyarakat yakni pengentasan kemiskinan, perubahan pola komsumsi, dinamika kependudukan, pengelolaan dan peningkatan kesehatan,
pengembangan perumahan dan permukiman, serta sistem perdagangan global, instrumen ekonomi, neraca ekonomi dan lingkungan terpadu
2. Pengelolaan limbah yakni perlindungan atmosfir, pengelolaan bahan beracun
dan berbahaya, pengelolaan limbah radio aktif, dan pengelolaan limbah padat dan cair
3. Pengelolaan sumber daya tanah, yakni mencakup perencanaan sumber daya
tanah, pengelolaan hutan, pengembangan pertanian dan pedesaan, dan pengelolaan sumberdaya air
4. Pengelolaan sumber daya alam yakni mencakup konservasi keanekaragaman
hayati, pengembangan bioteknologi, serta pengelolaan terpadu wilayah pesisir dan lautan
Pada bagian ketiga dan keeempat, ditekankan bahwa negara Indonesia harus mengambil perhatian pada pengelolaan sumber daya tanah dan sumber daya
alam, dimana pengelolaan hutan termasuk didalamnya Sumber
: Dokumen Earth Summit Agenda 21 Konferensi PBB tentang Lingkungan dan Pembangunan
2.3.4. Kebijakan Kehutanan
Pemerintah Indonesia mulai menerapkan Sistem Hak Pengelolaan Hutan HPH dan memberi hak tersebut kepada beberapa perusahaan besar. Yang
diterapkan di Indonesia sejak diundangkannya Undang - Undang Pokok
Universitas Sumatera Utara
Kehutanan No.1 Tahun 1967. Dalam sistem ini, perusahaan pembalakan swasta maupun Badan Usaha Milik Negara bisa memperoleh izin konsesi untuk
memanen kayu dalam kawasan yang ditetapkan sebagai hutan produksi dan hutan produksi terbatas dalam jangka waktu 20 tahun
Hak Pengusahaan Hutan menurut Undang- Undang No. 5 Tahun 1967 adalah pengusahaan hutan untuk mengusahakan hutan di dalam suatu kawasan
yang meliputi suatu kegiatan- kegiatan penebangan, permudaan, dan pemeliharaan kayu, pengolahan dan pemasaran hasil hutan sesuai dengan Rencana Karya
Pengusahaan Hutan menurut ketentuan- ketentuan yang berlaku serta berdasarkan azas perusahaan
Permasalahan lingkungan hutan akan terus muncul secara serius di berbagai pelosok bumi sepanjang penduduk bumi tidak memikirkan dan
mengusahakan keselamatan dan keseimbangan lingkungan hutan itu sendiri. Padahal pemanfaatan hutan produksi yang dilakukan oleh perusahaan seharusnya
dilaksanakan dengan tetap menjaga kelestarian hutan dan meningkatkan fungsi pokoknya. Penyelenggaraan kehutanan disebutkan berazaskan pada manfaat dan
lestari, kerakyatan, keadilan, kebersamaan, keterbukaan, dan keterpaduan. Asas manfaat dan lestari dimaksudkan agar setiap pelaksanaan
penyelenggaraan kehutanan memperhatikan keseimbangan dan kelestarian unsur lingkungan, sosial budaya dan ekonomi. Pengejawantahan asas itu kemudian
dilakukan dengan mengalokasikan kawasan hutan sesuai fungsinya menjadi hutan lindung, hutan produksi dan hutan konservasi alam. Pengaturan ini diharapkan
agar fungsi hutan tetap lestari
Universitas Sumatera Utara
Hukum sebagai salah satu perangkat yang mengatur norma- norma kehidupan bermasyarakat merupakan pendukung terciptaya aktivitas bisnis yang
sehat. Oleh karena itu, hukum berfungsi mengatur dan berfungsi memberi kepastian, pengamanan, pelindung, dan penyeimbang, yang sifatnya dapat tidak
sekedar adaptif dan fleksibel, melainkan juga prediktif dan antisipatif. Demikianlah kiranya segala bentuk tindakan yang bersinggungan dengan hutan
harus berada dibawah payung hukum. Hak dan kewajiban perusahaan pemegang Izin Pemanfaatan Hasil Hutan
Kayu, yakni dilihat berdasarkan Pasal 46 ayat 1 dan 2 Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2002, setiap pemegang izin pemanfaatan kayu berhak melakukan
kegiatan sesuai izin yang diperolehnya dan berhak memperoleh manfaat dari hasil usahanya. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2007, Pasal
70 ayat 1 dinyatakan bahwa setiap pemegang izin usaha pemanfaatan hutan berhak melakukan kegiatan dan memperoleh manfaat dari hasil usahanya.
Akan tetapi, disamping perusahaan yang memperoleh manfaat dari hasil hutan, terdapat kewajiban setiap pemegang izin pemanfaatan hutan berdasarkan
Undang- Undang Pasal 47 ayat 1 Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2002, setiap pemegang izin pemanfaatan hutan berkewajiban untuk
a. Membuat rencana kerja untuk seluruh areal kerja selama jangka waktu
berlakunya izin b.
Melaksanakan kegiatan nyata dilapangan selambat- lambatnya tiga bulan sejak diberikakn izin
c. Melaksanakan penataan batas areal kerja paling lambat tiga bulan
sejak diberikan izin usaha, kecuali izin pemungutan hasil hutan
Universitas Sumatera Utara
d. Membuat laporan hutan secara periodik
e. Melaksanakan perlindungan hutan di areal kerjanya dari gangguan
keamanan f.
Pemegang izin dalam bentuk Badan Usaha wajib menatausahakan keuangannya sesuai dengan stasndar akuntasi keuangan yang berlaku
g. Mempekerjakan tenaga profesional bidang kehutanan dan tenaga lain
yang memenuhi persyaratan sesuai kebutuhan h.
Membayar Provisi Sumber Daya Hutan PSDH Selanjutnya dalam Pasal 6 Undang- Undang No. 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup berbunyi seperti berikut: 1. Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah
dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup, dalam ayat 2 dikatakan bahwa setiap orang melakukan usaha danatau kegiatan berkewajiban
memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai pengelolaan lingkungan hidup, ayat ini dalam penjelasannya tertera: informasi yang benar dan akurat ini
dimaksudkan menilai ketaatan penanggungjawab usaha danatau kegiatan terhadap ketentuan peraturan perundang- undangan.
Selanjutnya pemanfaatan dan pengelolaan hutan secara lestari mencakup aspek ekonomi, sosial dan ekologi. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah
No. 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Tata Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan yang penjelasannya sebagai
berikut; Kriteria pengelolaan hutan secara lestari mencakup aspek ekonomi, sosial,
dan ekologi, antara lain meliputi
Universitas Sumatera Utara
a. Kawasan hutan yang mantap
b. Produksi yang berkelanjutan
c. Manfaat sosial bagi masyarakat di sekitar hutan
d. Lingkungan yang mendukung sistem penyangga kehidupan.
Di Indonesia, sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku, instrumen untuk pengendalian dampak lingkungan adalah menyusun Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan AMDAL atau Upaya Pengelolaan Lingkungan UPL dan Upaya Pengelolaan Lingkungan UPL, selanjutnya akan dijabarkan
sebagai berikut
2.3.4.1.AMDAL Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup a. Sejarah AMDAL
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan AMDAL mulai diterapkan di Indonesia setelah ditetapkannya Peraturan Pemerintah PP Nomor 29 Tahun
1986 tentang AMDAL dan diterbitkannya Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No Kep – 49MENKLH 6 1987 sampai
Kep -56 MENKLH6 1987 sebagai pedoman umum pelaksanaan AMDAL. Diberlakukannya Peraturan ini, dikenan dengan dua jenis kegiatan yang wajib
melakukan studi kelayakan lingkungan, yaitu; 1.
Kegiatan yang direncanakan belum berjalan. Untuk kegiatan ini, pemrakarsa diwajibkan menyusun dokumen PIL Penyajian Informasi
Lingkungan atau AMDAL. PIL adalah telaahan secara garis besar tentang rencana kegiatan yang dilaksanakan, rona lingkungan tempat kegiatan,
kemungkinan timbulnya dampak lingkungan oleh kegiatan tersebut, dan
Universitas Sumatera Utara
rencana tindakan pengendalian dampak negatifnya. AMDAL terdiri dari dokumen KA- AMDAL Kerangka Acuan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan, ANDAL Analisis Dampak Lingkungan, RKL Rencana Pengelolaan Lingkungan dan dokumen RPL Rencana Pemantauan
Lingkungan 2.
Kegiatan yang sudah berjalan beroperasi. Untuk kegiatan ini, pemrakarsa diwajibkan menyusun dokumen PEL Penyajian Evaluasi Lingkungan atau
SEMDAL. PEL adalah telahaan secara garis besar tentang kegiatan- kegiatan yang sudah berjalan, rona lingkungan pada saat penyajian itu dibuat, dampak
lingkungan yang ditimbulkan oleh kegiatan tersebut, tindakan pengendalian dampak negatifnya. SEMDAL adalah hasil studi mengenai dampak suatu
usaha atau kegiatan yang sudah berjalan terhadap lingkungan hidup, yang diperlukan untuk proses pengambilan keputusan. SEMDAL terdiri dari
dokumen KA- SEL Kerangka Acuan Studi Evaluasi Lingkungan, SEL Studi Evaluasi Lingkungan. Studi Evaluasi Lingkungan adalah telaahan
cermat dan mendalam tentang dampak penting suatu usaha atau kegiatan yang sudah berjalan.
b. Ruang Lingkup AMDAL
Sebelum masalah lingkungan hidup menjadi sorotan masyarakat dunia, kegiatan suatu proyek pembangunan hanya didasarkan pada kelayakan teknis dan
ekonomis. Akan tetapi, sejak diundangkannya Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1982 yang diganti dengan UU Nomor 23 Tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan diterbitkannya peraturan
Universitas Sumatera Utara
pendukungnya, maka setiap rencana suatu usaha atau kegiatan yang diperkirakan berdampak negatif penting dan wajib dilengkapi studi kelayakan lingkungan.
Penerapan studi kelayakan lingkungan merupakan wujud dan penopang konsep pembangunan berwawasan lingkungan yang telah dicanangkan di Indonesia.
Kelayakan lingkungan suatu rencana usaha atau kegiatan ditunjukkan oleh suatu hasil studi, yang disebut dengan AMDAL Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan. Dengan Pelaksanaan AMDAL diharapkan dampak positif yang ditimbulkan suatu proyek pembangunan dapat dimaksimalkan. Artinya
pelaksanaan AMDAL secara benar dan konsisten dalam berbagai proyek pembangunan akan menciptakan suatu era pembangunan ekonomi yang ramah
lingkungan. Adapun kegunaan AMDAL adalah untuk mencegah terjadinya perusakan
dan pencemaran lingkungan oleh suatu rencana usaha atau kegiatan. Dengan pelaksanaan AMDAL diperkirakan kemungkinan terjadinya dampak negatif besar
dan penting dapat ditangani dan ditanggulangi sejak dini. Dengan demikian, AMDAL merupakan alat atau instrumen bagi pengelolaan lingkungan hidup, baik
bagi pemrakarsa sebagai pengelola, instansi terkait sebagai pengawas atau pemantau, maupun bagi masyarakat Manik, 2009: 189- 192
2.4. Kesejahteraan sosial
Istilah kesejahteraan sosial social welfare tidak merujuk pada suatu kondisi yang baku dan tetap. Istilah ini dapat berubah-ubah karena ukuran
sejahtera atau tidak sejahtera kadang-kadang berbeda antara satu ahli dengan ahli yang lain. Pada umumnya orang kaya dan segala kebutuhannya tercukupi itulah
Universitas Sumatera Utara
yang disebut orang yang sejahtera. Namun demikian, dilain pihak orang yang miskin dan segala kebutuhannya tidak terpenuhi kadang juga dianggap justru
lebih bahagia karena tidak memiliki masalah yang pelik sebagaimana umumnya orang kaya.
Wilensky dan Lebeaux merumuskan kesejahteraan sosial sebagai sistem yang terorganisasi dari pelayanan-pelayanan dan lembaga-lembaga sosial, yang
dirancang untuk membantu individu-individu dan kelompok-kelompok agar mencapai tingkat hidup dan kesehatan yang memuaskan. Maksudnya agar tercipta
hubungan-hubungan personal dan sosial yang memberi kesempatan kepada individu-individu pengembangan kemampuan-kemampuan mereka seluas-luasnya
dan meningkatkan kesejahteraan mereka sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Rukminto, 2004:7.
Isbandi Adi Rukminto mengemukakan bahwa pembangunan tidak bisa dilepaskan dengan kesejahteraan sosial. Dimana pada intinya kesejahteraan sosial
dalam arti luas melibatkan berbagai domain, seperti; ekonomi, hukum, sosial termasuk didalamnya pekerjaan sosial dalam arti sempit, budaya, politik,
pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup, dan religi Rukminto, 2004: 19 Dalam Ilmu Kesejahteraan Sosial, sangat erat kaitannya dengan disiplin
Pekerjaan Sosial. Bahkan dapat dikatakan cikal bakal dari Ilmu Kesejahteraan Sosial itu sendiri adalah pekerjaan sosial. Terkait dengan faktor historis tersebut,
Ilmu Kesejahteraan Sosial juga merupakan ilmu yang memfokuskan pada human service practice, Ilmu Kesejahteraan Sosial secara langsung juga dapat dikatakan
sebagai ilmu yang terkait dengan profesi yang memberikan bantuan helping
Universitas Sumatera Utara
proffesions terhadap klien, beneficiaries penerima layanan ataupun kelompok sasaran target group Rukminto, 2004: 25
2.4.1. Nilai dalam Ilmu Kesejahteraan Sosial
Nilai dasar dalam ilmu ini pada awalnya dipengaruhi oleh nilai yang berkembang pada ‘profesi yang memberikan bantuan terhadap masyarakat’.
Berikut nilai yang harus termaktub dalam ilmu kesejahteraan sosial; 1.
Agen Perubah Change Agent- dalam hal ini praktisi kesejahteraan sosial- harus mempertimbangkan bahwa setiap manusia mempunyai hak untuk
memenuhi kebutuhan dasarnya, dengan memperhatikan hak anggota masyarakat yang lain.
2. Agen perubah harus mempertimbangkan bahwa setiap warga masyarakat
berhak untuk mendapatkan perlindungan dan kesempatan dalam memenuhi hak- hak dan kebebasannya asasinya yang sejalan dengan
kepentingan bersama tidak bertentangan dengan norma masyarakat secara umum
3. Perubahan sosial terencana yang dilakukan oleh agen perubah harus
memperhatikan unsur keterlibatan dan keikutsertaan partisipasi warga masyarakat sebagai hak dan juga kewajiban masyarakat.
4. Perubahan sosial terencana intervensi sosial yang dikembangkan oleh
agen perubah haruslah melihat dan memperhatikan unsur kesinambungan sustainability dari program tersebut.
Universitas Sumatera Utara
5. Perubahan sosial terencana intervensi sosial yang dikembangkan oleh
agen perubah harus memperhatikan dan mempertimbangkan unsur integrasi sosial dalam masyarakat.
6. Agen perubah haruslah memperhatikan hak penerima manfaat ataupun
komunitas sasaran dalam mengembangkan layanan ataupun program, sehingga tidak terjadi hubungan yang eskploitatif diantara mereka
Rukminto, 2004: 45 7.
2.4.2. Usaha Kesejahteraan Sosial