Kesulitan Keuangan LANDASAN TEORI

37

2.1.6 Kesulitan Keuangan

Financial Distress Menurut Martin 1995 dalam Supardi dan Mastuti 2003 Ramadhany 2004, sebuah perusahaan yang mengalami kebangkrutan didefinisakan ke dalam beberapa pengertian, yaitu : a Kegagalan ekonomi Economic distress Kegagalan dalam arti ekonomi biasanya berarti perusahaan kehilangan uang atau pendapatan sehingga tidak mampu menutupi biayanya sendiri, ini berarti tingkat labanya lebih kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas perusahaan lebih kecil dari kewajiban. Kegagalan terjadi bila arus kas sebenarnya dari perusahaan tersebut jauh di bawah arus kas yang diharapkan. Bahkan kegagalan dapat juga berarti bahwa tingkat pendapatan atas biaya historis dari investasinya lebih kecil daripada biaya modal perusahaan yang dikeluarkan untuk sebuah investasi tersebut. b Kegagalan keuangan Financial distress Pengertian financial distress mempunyai makna kesulitan dana baik dalam arti dana dalam pengertian kas atau dalam pengertian modal kerja. Sebagian asset liability management sangat berperan dalam pengaturan untuk menjaga agar perusahaan tidak terkena financial distress . Adapun kriteria dari perusahaan yang mengalami financial distress jika memenuhi paling sedikit satu dari kriteria berikut Mutcher, 1985 dan Hopwood et al . 1994 didalam Geiger dan Rama, 2006 dalam Herusetya 2008 yaitu : 1. Modal kerja negatif 38 2. Kerugian operasi dalam tiga tahun sebelum bangkrut 3. Memiliki saldo laba negatif dalam tiga tahun berturut-turut sebelum bangkrut 4. Mengalami rugi bersih dalam tiga tahun terakhir sebelum kebangkrutan. Dapat dikatakan bahwa kesulitan keuangan financial distress merupakan masalah-masalah likuiditas besar yang tidak dapat dipecahkan tanpa perubahan skala operasi atau struktur entitas. Dimana skala operasi atau struktur entitas tersebut dapat diketahui melalui perhitungan rasio-rasio keuangan yang dapat menggambarkan kondisi keuangan perusahaan. Apabila kondisi keuangan perusahaan sedang mengalami kesulitan, maka tingkat financial distress akan semakin tinggi sehingga memicu spekulasi perusahaan akan mengalami kebangkrutan. Oleh sebab itu untuk memberi peringatan akan hal tersebut, auditor dalam memberi laporan audit akan memberi opini audit going concern pada laporan perusahaan. SPAP Seksi 341 paragraf 06 dalam Ramadhany 2004 menyatakan bahwa, auditor dapat mengidentifikasi informasi mengenai kondisi atau peristiwa tertentu yang menunjukkan adanya kesangsian besar tentang kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas. Cara untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan, digunakan model prediksi Z score Altman. Menurut penelitian Fanny dan Saputra 2005 dalam Praptitorini dan Januarti 2011 dikemukakan bahwa penggunaan model prediksi kebangkrutan yang dikembangkan oleh Altman 39 mempengaruhi ketepatan pemberian opini audit. Altman dan McGough 1974 dalam Praptitorini dan Januarti 2011 menemukan bahwa tingkat prediksi kebangkrutan dengan menggunakan model prediksi mencapai tingkat keakuratan 82. Penelitian ini menggunakan model revisi prediksi kebangkrutan Altman 1993 dalam penelitian Susanto 2009. Berikut persamaan Z score Altman : Z = 0,717X 1 + 0,874X 2 + 3,107X 3 + 0,420X 4 + 0,998X 5 Keterangan : Z = bancrupcy Index X 1 = working capital current asset-current liabilities total assets X 2 = retained earning total assets X 3 = earning before interest and taxes total assets X 4 = book value of equity total liabilities X 5 = sales total assets Z score yang dikembangkan Altman ini dapat digunakan untuk menentukan kecenderungan kebangkrutan dan juga dapat digunakan sebagai ukuran dari keseluruhan kinerja keuangan perusahaan. Z score ini menjadi menarik dikarenakan keandalannya sebagai alat analisis tanpa memperhatikan bagaimana ukuran perusahaan. Meskipun bila sebuah perusahaan sangat makmur, namun jika Z score mulai turun dengan tajam, maka mengindikasikan adanya bahaya kebangkrutan. Atau, bila perusahaan baru saja survive , Z score 40 bisa digunakan sebagai alat bantu dalam melihat dampak yang telah diperhitungkan dari perubahan upaya-upaya manajemen perusahaan. Definisi dari kelima rasio yang dikembangkan Altman tersebut adalah sebagai berikut : 1. Z1 = Net Working Capital to Total Assets Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan modal kerja bersih dari keseluruhan total aktiva yang dimilikinya. Rasio ini dihitung dengan membagi modal kerja bersih dengan total aktiva. Modal kerja bersih diperoleh dengan cara aktiva lancar dikurangi dengan kewajiban lancar. Modal kerja bersih yang negatif kemungkinan besar akan menghadapi masalah dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya karena tidak tersedianya aktiva lancar yang cukup untuk menutupi kewajiban tersebut. Sebaliknya, perusahaan modal kerja bersih yang bernilai positif jarang sekali menghadapi kesulitan dalam melunasi kewajibannya. 2. Z2 = Retained Earnings to Total Assets Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba ditahan dari total aktiva perusahaan. Laba ditahan merupakan laba yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham. Dengan kata lain, laba ditahan menunjukkan berapa banyak pendapatan perusahaan yang tidak dibayarkan dalam bentuk dividen kepada para pemegang saham. Laba ditahan menunjukkan klaim terhadap aktiva, bukan aktiva per ekuitas pemegang saham. Laba 41 ditahan terjadi karena pemegang saham biasa mengizinkan perusahaan untuk menginvestasikan kembali laba yang tidak didistribusikan sebagai deviden. Dengan demikian, laba ditahan yang dilaporkan dalam neraca bukan merupakan kas dan “tidak tersedia” untuk pembayaran dividen atau yang lain. 3. Z3 = Earning Before Interest and Tax to Total Assets Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari aktiva perusahaan, sebelum pembayaran bunga dan pajak. 4. Z4 = Market Value of Equity to Book Value of Debt Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban dari nilai pasar modal sendiri saham biasa. Nilai pasar ekuitas sendiri diperoleh dengan mengalihkan jumlah lembar saham biasa yang beredar dengan harga pasar per lembar saham biasa. Nilai buku hutang diperoleh dengan menjumlahkan kewajiban lancar dengan kewajiban jangka panjang. 5. Z5 = Sales to Total Assets Rasio ini menunjukkan apakah perusahaan menghasilkan volume bisnis yang cukup dibandingkan investasi dalam total aktivanya. Rasio ini mencerminkan efisiensi manajemen dalam menggunakan keseluruhan aktiva perusahaan untuk menghasilkan penjualan dan mendapatkan laba. 42 Penelitian yang dilakukan Altman untuk perusahaan yang bangkrut dan tidak bangkrut menunjukkan nilai tertentu. Kriteria yang digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan model diskriminan adalah dengan melihat zone of ignorance yaitu daerah nilai Z, dimana dikategorikan sebagai berikut : Tabel 2.1 Kriteria Nilai titik cut off pada Model Z score Kriteria titik cut off Model Z Score Nilai Z Tidak bangkrut sehat jika Z lebih dari 2,99 Bangkrut jika Z kurang dari 1,81 Daerah rawan bangkrut grey area 1,81 – 2,99 Klasifikasi perusahaan yang sehat dan bangkrut didasarkan pada nilai Z score model Altman revisi yaitu jika nilai Z 1,81 maka termasuk perusahaan yang bangkrut. Jika nilai 1,81 Z 2,99 maka termasuk grey area tidak dapat ditentukan apakah perusahaan sehat ataupun mengalami kebangkrutan. Sedangkan jika nilai Z 2,99 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut. 43

2.2 PENELITIAN TERDAHULU