Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan Klien, Financial Distress, Opini Going Concern, dan Reputasi Auditor Terhadap Auditor Switching (studi kasus pada perusahaan manufaktur terdaftar di BEI periode 2008-2011).

(1)

SKRIPSI

Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan Klien, Financial Distress,

Opini Going Concern, dan Reputasi Auditor terhadap Auditor

Switching

(studi kasus pada perusahaan manufaktur terdaftar

di BEI periode 2008-2011)

OLEH

HARRY HUTABARAT 090503143

PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan Klien, Financial Distress, Opini Going Concern, dan Reputasi Auditor Terhadap Auditor Switching (studi kasus pada perusahaan manufaktur terdaftar di BEI periode 2008-2011).” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya dengan jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 1 Juli 2013

Yang Membuat Pernyataan,

Harry Hutabarat NIM: 090503143


(3)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN KLIEN, FINANCIAL DISTRESS, OPINI GOING CONCERN, DAN REPUTASI AUDITOR TERHADAP AUDITOR SWITCHING (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN

MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2008-2011) Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan pengaruh ukuran perusahaan klien, financial distress, opini going concern, dan reputasi auditor terhadap pelaksanaan auditor switching pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia antara tahun 2008 hingga 2011.

Populasi penelitian ini sebanyak 145 perusahaan manufaktur, dengan mengakses data laporan keuangan audited dan laporan auditor independennya melalui websit purposive sampling, sehingga diperoleh 12 perusahaan sampel untuk 4 tahun

pengamatan (2008 - 2011) dengan 48 unit analisis. Metode analisis data yang

digunakan adalah metode regresi logistik.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara bersamaan ukuran perusahaan klien, financial distress, opini going concern, dan reputasi auditor berpengaruh secara signifikan terhadap pelaksanaan auditor switching. Sedangkan secara parsial, hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh variabel tersebut tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pelaksanaan auditor switching.

Kata Kunci : ukuran perusahaan klien, financial distress, opini going concern, reputasi auditor, dan auditor switching


(4)

ABSTRACT

The goals of this research is to show the influence of firm size, financial distress, going concern audit opinionand auditor reputation with the implementation of auditor switching at manufacture company listed on Indonesia Stock Exchange between 2008 to 2011.

The population of this research are 145 manufacture companies with access the financial statement of auditee and independen audit report on website method, so I get 12 company samples to 4 years (2008-2011) with 48 analysis units. Analysis data method that is used in this research is logistic regression method.

The results of this research showed that partially firm size, financial distress, going concern audit opinion, and auditor reputation do not have significantly

influence to the implementation of auditor switching. On the other hand

simultaneously all of them have positive influence significantly to the implementation of auditor switching.

Keywords : Firm Size, Financial Distress, Going Concern Audit Opinion, Auditor Reputation, and Auditor Switching


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala rahmat dan karuniaNya serta kesehatan, kemampuan dan kelapangan berpikir yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul ” Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan Klien, Financial Distress, Opini Going Concern, dan Reputasi Auditor Terhadap Auditor Switching (studi kasus pada perusahaan manufaktur terdaftar di BEI periode 2008-2011)” ini ditujukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan berupa doa, bimbingan, pengarahan, keterangan dan dorongan moril maupun materil bantuan semua pihak yang telah turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Teristimewa untuk keluarga penulis tercinta ayahanda Ir. Menara Hutabarat, ibunda Dra. Saur Marthalena Pangaribuan, dan adek Carla Octaviany Hutabarat yang selalu memberikan doa, dorongan dan semangat kepada penulis selama ini. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak antara lain :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(6)

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen,MAFIS, Ak, CPA & Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak. selaku Ketua & Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak. & Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M., Ak. selaku Ketua & Sekretaris Departemen Akuntansi. Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Erwin Abubakar, MBA, Ak. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si., Ak., CA selaku dosen pembaca penilai yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan saran dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Teman-teman seperjuangan dan sepermainan di kampus seperti Febri, Monang, Maruli, Daniel, Frans, Samuel, Andre, Yudhis serta teman-teman lainnya yang tidak dapat penulis sampaikan satu per satu, yang telah memberikan semangat, bantuan dan dukungan doa.

Penulis juga berterima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu penulis dalam pengerjaan skripsi ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan yang telah kalian berikan.


(7)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan dan menerima saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini menjadi bahan acuan yang bermanfaat bagi pembaca dan peneliti lainnya.

Medan, 1 Juli 2013 Penulis,

Harry Hutabarat NIM : 090503143


(8)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN... I ABSTRAK... Ii ABSTRACT... Iii KATA PENGANTAR... Iv DAFTAR ISI... Vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... Ix DAFTAR LAMPIRAN... X BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Perumusan Masalah... 7

1.3. Tujuan Penelitian... 8

1.4. Manfaat Penelitian... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka... 10

2.1.1. Kewajiban Audit Suatu Perusahaan... 10

2.1.2. Auditor Switching... 14

2.1.3. Ukuran Perusahaan Klien... 15

2.1.4. Financial Distress... 16

2.1.5. Opini Audit Going Concern... 16

2.1.6. Reputasi Auditor... 20

2.2. Tinjauan Peneliti Terdahulu... 22

2.3. Kerangka Konseptual... 23

2.4. Hipotesis Penelitian... 26

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian... 31

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian... 32

3.3. Batasan Operasional... 33

3.4. Definisi Operasional... 33

3.5. Skala Pengukuran Variabel... 39

3.6. Populasi dan Sampel Penelitian... 42

3.7. Jenis Data... 46


(9)

3.10. Teknik Analisis Data... 48

3.10.1. Analisis Statistik Deskriptif... 48

3.10.2. Analisis Statistik Inferensial... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Deskriptif Penelitian... 53

4.2. Hasil Penelitian... 54

4.2.1. Hasil Analisis Statistik Inferensial... 54

4.2.2. Hasil Pengujian Hipotesis... 62

4.2.3. Hasil Pengujian Hipotesis Secara Simultan... 67

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian... 68

4.3.1. Hubungan Ukuran Perusahaan Klien terhadap Pelaksanaan Auditor switching... 68 4.3.2. Hubungan Financial Distress terhadap Pelaksanaan Auditor Switching... 69 4.3.3. Hubungan Opini Going Concern terhadap Pelaksanaan Auditor Switching... 70 4.3.4. Hubungan Reputasi Auditor terhadap Pelaksanaan Auditor Switching... 71 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan... 73

5.2. Keterbatasan... 74

5.3. Saran... 75

DAFTAR PUSTAKA... 78


(10)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Tinjauan Peneliti Terdahulu... 22

3.1 Jadwal Penelitian... 32

3.2 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel Penelitian... 40

3.3 Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian... 45

4.1 Tabel Likelihood Block 0... 55

4.2 Tabel Likelihood Block 1... 56

4.3 Tabel Hosmer and Lemeshaow Test... 59

4.4 Tabel Nagelkerke R Square... 60

4.5 Tabel Classification Table Prediksi... 61

4.6 Tabel Variables in the Equation... 62

4.7 Tabel Hasil Hipotesis... 64


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Pedoman Pernyataan Pendapat Going Concern... 19


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Daftar Populasi dan Perusahaan Sampel... 80 2. Hasil Regresi Logistik Pengujian... 88


(13)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN KLIEN, FINANCIAL DISTRESS, OPINI GOING CONCERN, DAN REPUTASI AUDITOR TERHADAP AUDITOR SWITCHING (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN

MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2008-2011) Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan pengaruh ukuran perusahaan klien, financial distress, opini going concern, dan reputasi auditor terhadap pelaksanaan auditor switching pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia antara tahun 2008 hingga 2011.

Populasi penelitian ini sebanyak 145 perusahaan manufaktur, dengan mengakses data laporan keuangan audited dan laporan auditor independennya melalui websit purposive sampling, sehingga diperoleh 12 perusahaan sampel untuk 4 tahun

pengamatan (2008 - 2011) dengan 48 unit analisis. Metode analisis data yang

digunakan adalah metode regresi logistik.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara bersamaan ukuran perusahaan klien, financial distress, opini going concern, dan reputasi auditor berpengaruh secara signifikan terhadap pelaksanaan auditor switching. Sedangkan secara parsial, hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh variabel tersebut tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pelaksanaan auditor switching.

Kata Kunci : ukuran perusahaan klien, financial distress, opini going concern, reputasi auditor, dan auditor switching


(14)

ABSTRACT

The goals of this research is to show the influence of firm size, financial distress, going concern audit opinionand auditor reputation with the implementation of auditor switching at manufacture company listed on Indonesia Stock Exchange between 2008 to 2011.

The population of this research are 145 manufacture companies with access the financial statement of auditee and independen audit report on website method, so I get 12 company samples to 4 years (2008-2011) with 48 analysis units. Analysis data method that is used in this research is logistic regression method.

The results of this research showed that partially firm size, financial distress, going concern audit opinion, and auditor reputation do not have significantly

influence to the implementation of auditor switching. On the other hand

simultaneously all of them have positive influence significantly to the implementation of auditor switching.

Keywords : Firm Size, Financial Distress, Going Concern Audit Opinion, Auditor Reputation, and Auditor Switching


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pihak manajemen suatu perusahaan berkepentingan untuk menyajikan laporan keuangan sebagai suatu gambaran prestasi kerja mereka. Laporan ini berpotensi dipengaruhi kepentingan pribadi, sementara pihak ketiga, yaitu pihak eksternal selaku pemakai laporan keuangan sangat berkepentingan untuk mendapatkan laporan keuangan yang dapat dipercaya. Secara umum, laporan keuangan menyediakan referensi tentang posisi keuangan pada saat tertentu, kinerja, dan arus kas dalam suatu periode yang ditujukan bagi pengguna laporan keuangan dari luar perusahaan untuk menilai dan mengambil keputusan yang bersangkutan dengan perusahaan. Sebagai sumber informasi, laporan keuangan harus disajikan secara wajib, transparan, dan mudah dipahami (Pedoman Penyajian Laporan Keuangan dan Peraturan BAPEPAM No. VIII.G:2000). Di sinilah peran akuntan publik sebagai pihak yang independen untuk menengahi kedua pihak (agen dan prinsipal) dengan kepentingan berbeda tersebut (Lee, 1993 dalam Damayanti dan Sudarma, 2007), yaitu untuk memberi penilaian dan pernyataan pendapat (opini) terhadap kewajaran laporan keuangan yang disajikan.

Dalam melaksanakan proses audit, akuntan publik memperoleh kepercayaan dari klien dan para pemakai laporan keuangan untuk membuktikan kewajaran laporan


(16)

keuangan yang disusun dan disajikan oleh klien. Oleh karena itu, dalam memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa, auditor harus bersikap independen terhadap kepentingan klien, para pemakai laporan keuangan, maupun terhadap kepentingan akuntan publik itu sendiri. Independensi secara esensial merupakan sikap pikiran seseorang yang dicirikan oleh pendekatan integritas dan obyektivitas tugas profesionalnya. Hal ini senada dengan America Institute of Certified Public Accountant (AICPA) dalam Meutia (2004) menyatakan bahwa independensi adalah suatu kemampuan untuk bertindak berdasarkan integritas dan objektivitas. Meskipun integritas dan objektivitas tidak dapat diukur dengan pasti, tetapi keduanya merupakan hal yang mendasar bagi profesi akuntan publik. Integritas merupakan prinsip moral yang tidak memihak, jujur, memandang dan mengemukakan fakta seperti apa adanya.

Di lain pihak, objektivitas merupakan sikap tidak memihak dalam mempertimbangkan fakta, kepentingan pribadi tidak terdapat dalam fakta yang dihadapi (Mulyadi, 2002). Dalam aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik disebutkan bahwa dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap mental independen di dalam memberikan jasa profesional sebagaimana diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik yang ditetapkan oleh IAI. Sikap mental independen tersebut harus meliputi independen dalam fakta (in fact) maupun dalam penampilan (in appearance) (Amani dan Sulardi, 2005). Wajar adanya jika pengguna laporan keuangan, regulator, dan pihak-pihak lain selalu


(17)

mempertanyakan apakah auditor bisa independen dalam menjalankan tugasnya. Keraguan tentang independensi ini bertambah berat karena kantor akuntan publik selama ini diberi kebebasan untuk memberikan jasa non-audit kepada klien yang mereka audit. Pemberian jasa non-audit ini menambah besar jumlah dependensi secara finansial kantor akuntan kepada kliennya.

Mautz dan Sharaf (1961) dalam Nasser, et al. (2006) percaya bahwa hubungan yang panjang bisa menyebabkan auditor memiliki kecenderungan kehilangan independensinya. Auditor yang memiliki hubungan yang lama dengan klien diyakini akan membawa konsekuensi ketergantungan tinggi atau ikatan ekonomik yang kuat antara auditor terhadap klien. Semakin tinggi keterikatan auditor secara ekonomik dengan klien, makin tinggi kemungkinan auditor membiarkan klien untuk memilih metode akuntansi yang ekstrim. Kekahawatiran ini dapat dibuktikan dengan adanya bebarapa kasus manipulasi pencatatan laporan keuangan pada perusahaan – perusahaan ternama, seperti Enron, Worldcom, Xerox dan lain-lain yang pada akhirnya menyebabkan kebangkrutan.

Oleh karena itu, untuk menjaga kepercayaan publik dalam fungsi audit dan untuk melindungi objektivitas auditor, melalui serangkaian ketentuan, profesi auditor dilarang memiliki hubungan pribadi dengan klien mereka yang dapat menimbulkan konflik kepentingan potensial. Salah satu anjuran adalah memiliki rotasi wajib auditor

(AICPA, 1978a; AICPA 1978b dalam Nasser et al., 2006) karena dapat


(18)

kewaspadaan untuk setiap kemungkinan ketidaklayakan, peningkatan kualitas pelayanan dan mencegah hubungan yang lebih dekat dengan klien (Mautz, 1974; Winters, 1976; Hoyle, 1978; Brody dan Moscove, 1998 dalam Nasser et al., 2006).

Indonesia adalah salah satu negara yang mewajibkan pergantian kantor akuntan dan mitra audit diberlakukan secara periodik. Pemerintah telah mengatur kewajiban rotasi auditor dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003 pasal 2 tentang “Jasa Akuntan Publik” (perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002). Peraturan ini menyatakan bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (selanjutnya disebut KAP) paling lama untuk 5 (lima) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang akuntan publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut. Peraturan tersebut kemudian diperbarui dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 dengan kewajiban mengganti KAP setelah melaksanakan audit selama 6 (enam) tahun berturut-turut dan oleh seorang akuntan publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun berturut-turut. Auditor switching tersebut dapat bersifat wajib (mandatory) ataupun sukarela (voluntary).

Auditor switching secara sukarela ini dapat dipicu oleh beberapa faktor, baik yang berasal dari klien maupun dari pihak auditor atau KAP. Menurut Wijayanti (2010), ketika klien mengganti auditor lamanya dengan yang baru akan terjadi informasi yang tidak simetris antara klien dengan auditor baru. Hal ini terjadi karena


(19)

klien lebih mengetahui informasi yang diperlukan untuk proses audit dari pada auditor. Pada saat itu, klien dipastikan akan mencari auditor yang kemungkinan akan sepakat dengan praktik akuntansi perusahaan. Sehingga akan ada dua kemungkinan yang terjadi ketika auditor menerima penugasan tersebut, pertama, auditor telah memiliki informasi yang cukup lengkap tentang usaha klien dan yang kedua, auditor tidak memiliki informasi yang lengkap tentang klien tapi menerima penugasan klien hanya karena alasan lain, misalkan alasan finansial.

Berdasarkan pemikiran tersebut dan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Nasser et al (2006), maka peneliti tertarik untuk meneliti kembali faktor-faktor

yang mempengaruhi terjadinya auditor switching di perusahaan manufaktur yang

terdaftar di BEI periode 2008-2011. Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian Nasser et al. (2006), yaitu ukuran KAP, ukuran klien, tingkat pertumbuhan klien, financialdistress. Sedangkan penelitian ini menggunakan variabel independen yaitu ukuran perusahaan klien, financial distres, opini going concern, dan reputasi auditor pengaruhnya terhadap variabel dependen auditor switching itu sendiri.

Menurut Evy (2011) ukuran klien adalah besar atau kecilnya ukuran sebuah perusahaan yang dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar. Ketika total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar semakin membesar, maka semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Menurut hasil penelitian Afriansyah dan Siregar (2007) menyatakan bahwa klien-klien dengan total aset kecil cenderung berpindah ke KAP yang bukan tergolong Big 4, sedangkan emiten dengan total aset


(20)

besar tetap memilih KAP Big 4 sebagai auditornya, yang mencerminkan kesesuaian

ukuran antara KAP dengan kliennya. Kesulitan keuangan (financial distress)

perusahaan sebenarnya mempunyai berbagai definisi, tergantung pada cara pengukurannya. Atmini dan Wuryana (2005) dalam Wijayanti (2010) mendefinisikan kesulitan keuangan jika beberapa tahun perusahaan mengalami laba bersih operasi negatif. Sedangkan Lau (1994) menyatakan bahwa perusahaan mengalami kesulitan keuangan jika melakukan pemberhentian tenaga kerja. Perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan memiliki dorongan kuat untuk melakukan auditor switching. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi perusahaan klien yang terancam bangkrut cenderung meningkatkan evaluasi subjektifitas dan kehati-hatian auditor sehingga dalam kondisi ini perusahaan akan cenderung melakukan auditor switching.

Penelitian mengenai pengaruh opini going concern terhadap pergantian

auditor masih jarang dilakukan. Maka peniliti akan menambahkan variabel tersebut ke dalam penelitian karena variabel independen opini going concern hasilnya tidak signifikan ketika diteliti oleh Sinarwati (2010) dan Rahmawati (2011) yang dilakukan di Indonesia. Reputasi auditor juga menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pelaksanaan auditor switching tersebut. Reputasi auditor dapat diukur dengan melihat ukuran dari KAP. KAP dikatakan sebagai KAP besar jika berafiliasi dengan Big 4 dan dikatakan kecil jika tidak berafiliasi dengan Big 4. Hal tersebut

sejalan dengan pendapat Arens et al., (2003) dalam Wijayanti (2010) yang


(21)

dikatakan besar jika kantor akuntan publik tersebut berafiliasi atau mempunyai cabang dan klienya perusahaan-perusahaan besar mempunyai tenaga profesional di atas 25 orang. Dikatakan kecil jika tidak berafiliasi, tidak mempunyai kantor cabang dan klienya perusahaan kecil dan jumlah profesionalnya kurang dari 25 orang.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1) Apakah faktor ukuran perusahaan klien berpengaruh terhadap pelaksanaan auditor switching pada perusahaan manufaktur?

2) Apakah faktor financial distress berpengaruh terhadap pelaksanaan auditor switching pada perusahaan manufaktur?

3) Apakah faktor opini going concern berpengaruh terhadap pelaksanaan

auditor switching pada perusahaan manufaktur?

4) Apakah faktor reputasi auditor berpengaruh terhadap pelaksanaan auditor swtiching pada perusahaan manufaktur?

5) Apakah faktor ukuran perusahaan klien, financial distress, opini going concern, dan reputasi auditor secara bersamaan berpengaruh terhadap pelaksanaan auditor switching pada perusahaan manufaktur?


(22)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh dari ukuran

perusahaan klien terhadap pelaksanaan auditor switching pada perusahaan manufaktur.

2) Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh financial distress

perusahaan klien terhadap pelaksanaan auditor switching pada perusahaan manufaktur.

3) Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh opini going concern

terhadap pelaksanaan auditor switching pada perusahaan manufaktur.

4) Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh reputasi auditor

terhadap pelaksanaan auditor switching pada perusahaan manufaktur.

5) Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh ukuran perusahaan

klien, financial distress, opini going concern, dan reputasi auditor secara

bersamaan terhadap pelaksanaan auditor switching pada perusahaan


(23)

1.4 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, antara lain:

1. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan apabila suatu saat diminta pendapat atau

masukan mengenai pengaruh ukuran perusahaan klien, financial distress,

opini going concern dan reputasi auditor terhadap pelaksanaan auditor

switching di perusahaan manufaktur.

2. Bagi Kantor Akuntan Publik, sebagai bahan informasi untuk mengetahui

faktor apa saja yang menyebabkan perusahaan di Indonesia melakukan auditor switching dan sebagai bahan masukan agar Kantor Akuntan Publik selalu mempertahankan independensi karena hubungan antara pihak principal dan agen dapat mempengaruhi independensi auditor.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya, diharapkan dari hasil penelitian bisa dijadikan referensi dan sebagai bahan acuan dan sumber informasi dalam melakukan penelitian selanjutnya sehingga hasilnya dapat lebih baik dari penelitian terdahulu.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka

Berikut akan diuraikan beberapa teori yang melandasi penelitian ini, yatu :

2.1.1 Kewajiban Audit Suatu Perusahaan

Audit atas laporan keuangan terutama diperlukan oleh perusahaan berbentuk Perseroan terbatas (PT) yang dikelola oleh manajemen profesional yang ditunjuk oleh pemegang saham. Biasanya setahun sekali dalam Rapat Umum pemegang saham (RUPS) para pemegang saham akan meminta pertanggungjawaban manajemen

perusahaan dalam bentuk laporan keuangan. Statement of Financial Accounting

Concepts No. 2 (Pernyataan Konsep Akuntansi Keuangan No. 2) yang dikeluarkan oleh FASB menyatakan bahwa relevansi dan reabilitas merupakan dua kualifikasi utama yang membuat informasi akuntansi dapat berguna bagi pengambilan keputusan. Pengguna laporan keuangan melihat adanya keyakinan bahwa kedua hal tersebut di atas telah dipenuhi sebagaimana tercantum dalam laporan auditor independen.

Laporan keuangan yang merupakan tanggung jawab manajemen perlu diaudit oleh KAP yang merupakan pihak ketiga yang independen, karena alasan sebagai berikut (Agoes, Sukrisno, 2004:9) :


(25)

a. Jika tidak diaudit, ada kemungkinan bahwa laporan keuangan tersebut mengandung kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Karena itu laporan keuangan yang belum diaudit kurang dipercaya kewajarannya oleh pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut.

b. Jika laporan keuangan sudah diaudit dan mendapat opini Unqualified

(wajar tanpa pengecualian) dari KAP, berarti pengguna laporan keuangan bisa yakin bahwa laporan keuangan tersebut bebas dari salah saji yang material dan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

c. Mulai tahun 2001 perusahaan yang total assetnya Rp. 25 milyar ke atas

harus memasukkan audited financial statements nya ke Departemen

Perdagangan dan Perindustrian.

d. Perusahaan yang sudah go public harus memasukkan audited financial

statements nya ke Bapepam paling lambat 90 hari setelah tahun buku. e. SPT yang didukung oleh laporan keuangan yang belum diaudit.

Berdasarkan ketentuan Bapepam dan LK, Laporan keuangan yang disampaikan baik untuk Penawaran Umum maupun untuk laporan berkala, wajib diaudit oleh akuntan publik yang terdaftar di Bapepam dan LK. Kewajiban audit tersebut berlaku bagi Emiten dan Perusahaan Publik yang merupakan entitas tunggal maupun sebagai induk perusahaan dari anak perusahaan yang dimilikinya.

Hal mengenai kewajiban audit laporan keuangan suatu perusahaan juga dapat dilihat dengan memperhatikan pasal 68 ayat (1) UU No. 40 tentang Perseroan Terbatas dan peraturan Bapepam dan LK, laporan keuangan Emiten atau Perusahaan Publik wajib diaudit. Jika anak perusahaan dan perusahaan asosiasi dari Emiten atau Perusahaan Publik tersebut bukan merupakan Emiten atau Perusahaan Publik namun memenuhi kriteria yang ada pada pasal 68 UUPT, maka laporan keuangan perusahaan tersebut wajib diaudit dan diberikan opini oleh akuntan. Peraturan Bapepam dan LK tidak mengatur secara khusus tentang kewajiban audit atas laporan


(26)

keuangan anak perusahaan dan perusahaan asosiasi dari Emiten atau Perusahaan Publik. Dalam hal tersebut, Bapepam dan LK mengikuti ketentuan yang diatur dalam standar profesi yang ditetapkan oleh asosiasi profesi bersangkutan. Berdasarkan UUPM (Undang-undang Pasar Modal) dan peraturan nomor IX.A.2, IX.C.1 serta IX.C.2 laporan keuangan yang disampaikan dalam Pernyataan Pendaftaran harus disajikan untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun terakhir atau sejak berdirinya bagi perusahaan yang berdiri kurang dari 3 (tiga) tahun buku dan seluruh periode yang disajikan tersebut wajib diaudit oleh akuntan yang terdaftar di Bapepam dan LK.

Basis teori yang mendasari praktik bisnis perusahaan yang telah cukup sering

digunakan selama ini adalah teori agensi (Agency Theory). Dalam teori agensi,

auditor independen berperan sebagai penengah kedua belah pihak (agent and

principle) yang berbeda kepentingan. Auditor independen juga berfungsi untuk mengurangi biaya agensi yang timbul dari perilaku mementingkan diri sendiri oleh agen (manajer).

Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak untuk kepentingan mereka sendiri. Prinsipal diasumsikan hanya tertarik pada pengembalian keuangan yang diperoleh dari investasi mereka di perusahaan tersebut sedangkan agen diasumsikan akan menerima kepuasan tidak hanya dari kompensasi keuangan tetapi juga dari tambahan yang terlibat dalam hubungan suatu agensi, seperti

memutuskan untuk melakukan auditor switching karena adanya ketidaksepakatan


(27)

bersepakat dengan agen. Teori agensi dalam penelitian ini sebagai dasar hipotesis pertama karena Menurut Jones (1996), Meludav dan Ziv (1997) dalam Sinarwati

bahwa jika suatu perusahaan mendapatkan opini audit going concern maka

perusahaan tersebut akan mendapatkan respon negatif terhadap harga sahamnya, sehingga perusahaan kemungkinan besar akan melakukan pergantian KAP.

Teori agensi juga digunakan sebagai dasar hipotesis keempat bahwa klien dengan tekanan finansial cenderung untuk menggantikan KAP mereka dibandingkan dengan rekan-rekan mereka yang lebih sehat (Schwartz dan Menon, 1985; Hudaib dan Cooke, 2005). Kemudian juga digunakan sebagai dasar hipotesis kelima karena menurut Schwartz dan Menon (1985) bahwa perusahaan yang melakukan pergantian manajemen akan mengganti KAP-nya karena manajemen akan mencari KAP yang sesuai dengan keinginan perusahaan.

Dalam menanggapi berbagai isu yang berkembang mengenai independensi auditor dalam pemberian jasa audit kepada sejumlah perusahaan, maka pemerintah selaku regulator yang diharapkan dapat memfasilitasi kepentingan semua pihak dalam pelaksanaan jasa audit telah menetapkan Keputusan Menteri keuangan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003 pasal 2 tentang “Jasa Akuntan Publik”. Keputusan tersebut dijadikan sebagai pedoman yang mengatur dan mewajibkan adanya rotasi auditor maupun masa kerja audit (audit tenure).

Peraturan tersebut kemudian diperbaharui dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 tentang “Jasa


(28)

Akuntan Publik” pasal 3. Peraturan ini mengatur tentang pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh KAP paling lama untuk 6 (enam) tahun buku berturut-turut, dan oleh seorang akuntan publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut.

2.1.2 Auditor Switching

Auditor switching merupakan perpindahan auditor (KAP) yang dilakukan oleh perusahaan klien. Bukti teoritis didasarkan pada teori agensi dan informasi ekonomi. Dalam kedua kasus, permintaan layanan audit muncul terutama dari adanya asimetri informasi. Dalam teori agensi, audit independen berfungsi untuk mengurangi biaya agensi yang timbul dari perilaku mementingkan diri sendiri oleh agen (manajer). Tingkat biaya tersebut bervariasi pada organisasi, tergantung pada variabel seperti

ukuran perusahaan, gearing, dan kepemilikan saham manajemen. Dalam informasi

ekonomi, pemilihan auditor yang dapat dipercaya digunakan sebagai sinyal kejujuran

manajemen (Dopuch dan Simunic, 1980; Dopuch dan Simunic, 1982 dalam Nasser et

al., 2006).

Pergantian auditor secara wajib dengan secara sukarela bisa dibedakan atas dasar pihak mana yang menjadi fokus perhatian dari isu independensi auditor. Jika pergantian auditor terjadi secara sukarela, maka perhatian utama adalah pada sisi klien. Sebaliknya, jika pergantian terjadi secara wajib, perhatian utama beralih kepada auditor (Febrianto, 2009). Klien mengganti auditornya ketika tidak ada aturan yang


(29)

mengharuskan pergantian dilakukan, yang terjadi adalah salah satu dari dua hal yaitu auditor mengundurkan diri atau auditor diberhentikan oleh klien. Manapun di antara keduanya yang terjadi, perhatian utama adalah pada alasan mengapa peristiwa itu terjadi dan ke mana klien tersebut akan berpindah. Jika alasan pergantian tersebut adalah karena ketidaksepakatan atas praktik akuntansi tertentu, maka diekspektasi klien akan pindah ke auditor yang dapat bersepakat dengan klien. Jadi, fokus perhatian peneliti adalah pada klien.

2.1.3 Ukuran Perusahaan Klien

Ukuran perusahaan klien merupakan suatu skala yang mengklasifikasikan besar

kecilnya perusahaan yang berhubungan dengan financial perusahaan. Dimana

perusahaan yang besar dipercayai dapat menyelesaikan kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapinya daripada perusahaan kecil (Mutchler, 1985). Dalam hal ini di proyeksikan pada total aset. Keputusan ketua Bapepam No. Kep.11/PM/1997 menyebutkan perusahaan kecil dan menengah berdasarkan aktiva (kekayaan) adalah badan hukum yang memiliki total aktiva tidak lebih dari seratus milyar, sedangkan perusahaan besar adalah badan hukum yang total aktivanya diatas seratus milyar. Simunic, et al. (1987), Francis,et al. (1988), dan Abbott,et al. (2000) menunjukkan adanya hubungan yang positif antara ukuran klien dengan pemilihan perusahaan audit yang memiliki kualitas yang tinggi. Idealnya, ukuran perusahaan audit harus sesuai dengan ukuran perusahaan klien dan jenis layanan yang


(30)

dibutuhkan. Sebuah ketidaksesuaian ukuran antara perusahaan klien yang besar diaudit oleh perusahaan audit yang kecil dapat menyebabkan berakhirnya keterlibatan audit (Hudaib dan Cooke, 2005), yaitu auditor switching.

2.1.4 Financial Distress

Financial distress merupakan kondisi perusahaan yang sedang dalam keadaan kesulitan keuangan. Perusahaan cenderung akan berpindah auditor ketika mengalami kesulitan keuangan. Ada dorongan yang kuat untuk berpindah auditor pada perusahaan yang terancam bangkrut. Kesulitan keuangan signifikan mempengaruhi perusahaan yang terancam bangkrut untuk berpindah KAP (Schwartz dan Menon, 1985).

Menurut Schwartz dan Soo (dalam Sinarwati, 2010) bahwa perusahaan yang bangkrut (kesulitan keuangan) lebih sering untuk berpindah KAP daripada perusahaan yang tidak bangkrut (tidak kesulitan keuangan). Auditor switching juga bisa disebabkan karena perusahaan sudah tidak lagi memiliki kemampuan untuk membayar biaya audit yang dibebankan oleh KAP yang diakibatkan penurunan kemampuan keuangan perusahaan (Wijayanti, 2010).

2.1.5 Opini Audit going concern

Auditor memiliki suatu tanggung jawab untuk mengevaluasi status kelangsungan hidup perusahaan dalam setiap pekerjaan auditnya. Mengacu pada PSA


(31)

29 paragraf 11 huruf d menyatakan bahwa keragu-raguan yang besar tentang kemampuan satuan usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya merupakan keadaan yang mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan lain) dalam laporan audit meskipun tidak mempengaruhi pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion), yang dinyatakan oleh auditor. Going concern (kelangsungan hidup) merupakan asumsi kelangsungan hidup dalam pelaporan keuangan suatu entitas sehingga jika suatu entitas mengalami kondisi sebaliknya, entitas tersebut menjadi bermasalah.

PSAK 30 (IAI, 2011) menyatakan bahwa going concern dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal yang berlawanan. Biasanya informasi yang secara signifikan dianggap berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup suatu badan usaha adalah berhubungan dengan asumsi kelangsungan hidup suatu badan usaha adalah berhubungan dengan ketidakmampuan satuan usaha dalam memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada pihak luar secara bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar atau kegiatan operasi lainnya.

Berdasarkan SA Seksi 341, (IAI, 2011: SPAP, paragraf 05) menyebutkan bahwa auditor harus mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas dengan cara sebagai berikut:


(32)

1. Auditor mempertimbangkan apakah hasil prosedur yang dilaksanakan dapat mengidentifikasi keadaan atau peristiwa yang secara keseluruhan menunjukkan adanya kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas. Mungkin diperlukan untuk memperoleh informasi tambahan mengenai kondisi dan peristiwa beserta bukti-bukti yang mendukung informasi yang mengurangi kesangsian auditor.

2. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, ia harus memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditujukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut, dan menentukan apakah kemungkinan bahwa rencana tersebut dapat secara efektif dilaksanakan.

3. Setelah auditor mengevaluasi rencana manajemen, ia mengambil kesimpulan

apakah ia masih memiliki kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas. Paragraf 11 sampai dengan 18 mengatur tindakan yang harus diambil oleh auditor apabila

auditor memiliki kesangsian mengenai kemampuan entitas dalam

mempertahankan kelangsungan hidupnya.

4. Auditor tidak bertanggung jawab untuk memprediksi kondisi atau

peristiwa yang akan datang. Fakta bahwa entitas kemungkinan akan berakhir kelangsungan hidupnya setelah menerima laporan dari auditor yang tidak memperlihatkan kesangsian besar, dalam jangka waktu satu tahun setelah tanggal laporan keuangan, tidak berarti dengan sendirinya menunjukkan kinerja audit yang tidak memadai. Oleh karena itu, tidak dicantumkannya kesangsian besar dalam laporan auditor tidak seharusnya dipandang sebagai jaminan mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Dalam SPAP (Standar Profesional Akuntan Publik) seksi 341 paragraf 05 juga dijelaskan panduan untuk mempertimbangkan pernyataan pendapat atau tidak memberikan pendapat dalam hal auditor menghadapi masalah kesangsian atas kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya, dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini


(33)

Ya

Ya Tidak

Ya

Tidak Tidak

Tidak Ya

SA Seksi 508 (PSA No. 29)

Apakah auditor sangsi atas kelansungan hidup entitas? Apakah ada rencana manjemen?

Apakah rencana manjemen dapat dilaksanakan? Tidak memberikan pendapat Tidak memberikan pendapat Apakah cukup pengungkapan? Pendapat wajar tanpa pengecualian

Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan berkaitan dengan kelangsungan hidup entitas atau penekanan

atas suatu hal (Emphasis of a Master)

Pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar Apakah ada kondisi

dan/ atau peristiwa yang berdampak

terhadap kelangsungan hidup

entitas?

Gambar 2.1


(34)

2.1.6 Reputasi Auditor

Reputasi auditor dapat dinilai dari besar kecilnya Kantor Akuntan Publik yaitu dengan melihat ukuran KAP tersebut. Ukuran Kantor Akuntan Publik dapat dikatakan besar jika KAP tersebut berafiliasi dengan Big 4, mempunyai cabang dan klienya perusahaan-perusahaan besar serta mempunyai tenaga profesional diatas 25 orang. Sedangkan Ukuran Kantor Akuntan Publik dikatakan kecil jika tidak berafiliasi dengan Big 4, tidak mempunyai kantor cabang dan klienya perusahaan kecil serta jumlah profesionalnya kurang dari 25 orang (Arens, etal,2003).

Investor akan lebih cenderung untuk memakai data akuntansi yang dihasilkan dari auditor yang bereputasi (Praptitorini dan Januarti, 2007, seperti dikutip Sinarwati, 2010). Dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 pasal 16 disebutkan bahwa KAP dapat berbentuk:

a. Perseorangan; KAP yang berbentuk badan usaha perseorangan hanya dapat

didirikan dan dijalankan oleh seorang Akuntan Publik yang sekaligus bertindak sebagai pemimpin.

b. Persekutuan; KAP yang berbentuk badan usaha persekutuan (persekutuan

perdata atau persekutuan firma) hanya dapat didirikan oleh paling sedikit 2 (dua) orang Akuntan Publik, dimana masing-masing sekutu merupakan rekan dan salah seorang sekutu bertindak sebagai Pemimpin Rekan.


(35)

Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, proksi yang sering digunakan untuk menilai reputasi Kantor Akuntan Publik adalah dengan menggunakan skala

Kantor Akuntan Publik. McKinley et al. (1985) dalam Fanny dan Saputra (2005)

menyatakan, ketika sebuah Kantor Akuntan Publik mengklaim dirinya sebagai KAP besar seperti yang dilakukan oleh big four firms, maka mereka akan berusaha keras untuk menjaga nama besar tersebut, mereka menghindari tindakan-tindakan yang dapat mengganggu nama besar mereka.

Adapun KAP yang termasuk dalam kelompok KAP Big 4 (data diperoleh dari

wikipedia.org)yaitu :

1. Deloitte Touche Tohmatsu (Deloitte) yang berafiliasi dengan Hans Tuanakotta Mustofa & Halim; Osman Ramli Satrio & Rekan; Osman Bing Satrio & Rekan. 2. Ernst & Young (EY) yang berafiliasi dengan Prasetio, Sarwoko & Sandjaja;

Purwantono, Sarwoko & Sandjaja.

3. Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG) yang berafiliasi dengan Siddharta Siddharta & Widjaja.

4. PricewaterhouseCooper (PwC) yang berafiliasi dengan Haryanto Sahari & Rekan; Tanudiredja, Wibisena & Rekan.

Selain daftar KAP big four di atas, berikut ini merupakan daftar susunan KAP non big four yang masuk dalam peringkat 10 besar (data diperoleh dari situs resmi Accounting Age: Thornton UK, BDO (Binder Dijker Otte & Co.), RSM Tenon Group UK, Smith &


(36)

Williamson UK, Baker Tilly UK, dan Moore Stephens UK. Dari argumen tersebut

dapat disimpulkan bahwa jika perusahaan diaudit oleh KAP Big four, maka

perusahaan cenderung akan mempertahankan KAP Big four daripada KAP non Big

four. Berarti bahwa perusahaan yang diaudit oleh KAP Big four memliki

kecendurungan untuk berpindah auditor lebih rendah daripada KAP non Big four.

Akan tetapi tidak selamanya perusahaan akan mempertahankan KAP Big four

tersebut karena adanya kewajiban rotasi auditor.

2.2 Tinjauan Peneliti Terdahulu

Penelitian ini merujuk pada penelitian terdahulu dalam tabel 2.1. berikut ini.

Riset Variabel Obyek

Penelitian

Alat Analisis

Variabel yang Signifikan Dependen Independen

Nasser ,et al.

(2006). Auditor client relationship. The case of audit tenure and auditor switching in malaysia auditor switching ukuran perusahaan klien, ukuran KAP, Financial distress, dan tingkat pertumbuhan klien. Perusahaan yang terdaftar di KLSE & Bursa Malaysia pada tahun 1990- 2000 dengan menggunakan metode purposive sampling dan terpilih 297 perusahaan . Regresi Logistik Ukuran perusahaan klien , financial distress


(37)

Sinarwati (2010). Mengapa perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI melakukan pergantian KAP auditor switching Pergantian manajemen, financial distress, opini going concern, dan reputasi auditor Perusahaan manufaktir yang terdaftar di BEI pada tahun 2003- 2007 menggunakan staritified random sampling dan terpilih 78 perusahaan manufaktur Regresi Logistik Pergantian manajemen, financial distress Suparlan dan Andayani (2010). Analisis Empiris pergantian KAP setelah ada kewajiban Rotasi Audit auditor switching kepemilikan publik, penambahan saham, ukuran klien, kepemilikan institusional, dewan komisaris, pergantian manajemen, leverage, dan ROE Perusahaan nonkeuangan dan investasi yang terdaftar di BEI pada tahun 2006- 2008 dan terpilih 76 perusahaan Regresi Logistik Kepemilikan publik, penambahan saham , ukuran klien Wijayani (2011). Alasan terjadinya pergantian auditor pada perusahaan go publik di BEI.

auditor switching

Pergantian

manajemen, ukuran KAP, opini audit, financial

distress, persentase perubahan

ROA, dan ukuran klien

Perusahaan go publik non keuangan yang terdaftar pada BEI antara tahun 2003-2009 menggunakan purposive sampling dan terpilih 912 perusahaan Regresi Logistik Pergantian manajemen, ukuran KAP

Sumber : Hasil Olahan Peneliti (2013)

2.3 Kerangka Konseptual

Auditor Switching merupakan perilaku pergantian auditor yang dilakukan oleh perusahaan. Pergantian tersebut wajib dilakukan untuk menjaga independensi auditor


(38)

yang mendasari terjadinya pengambilan keputusan pihak manajemen perusahaan termasuk pengambilan keputusan untuk melakukan pergantian KAP yang mengaudit laporan keuangan perusahaan bersangkutan. Beberapa hal yang mendasari pengambilan keputusan tersebut dapat dijelaskan dengan menggunakan pendekatan perilaku yang terdapat dalam perumusan teori akuntansi (pendekatan deksriptif). Pendekatan perilaku terhadap perumusan teori akuntansi menitikberatkan relevansi pengambilan keputusan dari informasi yang diberitakan dan pada perilaku individu serta perilaku kelompok yang disebabkan oleh pemberitaan informasi. Pendekatan perilaku terhadap perumusan suatu teori akuntansi dikaitkan dengan perilaku manusia selama perilaku manusia itu menyangkut masalah dan informasi akuntansi (dalam Belkaoui, 1986:48-49).

Oleh karena itu informasi akuntansi, ditinjau dari isi dan bentuknya, dapat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan individu. Terdapat beberapa faktor yang mendasari pendekatan perilaku ini, yaitu : kecukupan pengunkapan, kegunaan data laporan keuangan, sikap praktek pelaporan perusahaan, pertimbangan materialitas, dan akibat keputusan prosedur akuntansi alternatif (dalam Belkaoui, 1986:49). Berdasarkan pendekatan perilaku yang ada dalam perumusan teori akuntansi tersebut, maka terbentuklah suatu kerangka konseptual yang menjelaskan

bahwa pelaksanaan auditor switching berkaitan erat dengan perilaku pengguna

individu atau kelompok (dalam hal ini antara pihak manajemen perusahaan sebagai agen dan pihak investor selaku prinsipal serta auditor yang menjembatani


(39)

kepentingan pihak agen dan prinsipal) yang menggunakan informasi akuntansi dalam pengambilan keputusannya. Adapun terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku individu atau kelompok tersebut dalam pengambilan keputusan melakukan

pergantian KAP (auditor switching), yaitu ukuran perusahaan klien, financial

distress, opini going concern dan reputasi auditor. Hubungan antara ukuran perusahaan klien, financial distress, opini going concern dan reputasi auditor

terhadap pelaksanaan auditor switching dapat digambarkan dalam kerangka

konseptual penelitian pada gambar 2.2.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial dan tidak dapat mengetahui pengaruhnya secara Ukuran perusahaan klien (X1)

Financial distress (X2)

Opini going concern (X3)

Reputasi Auditor (X4)

Pelaksanaan

Auditor Swtiching

Variabel Independen Variabel Dependen

H1

H2

H3

H4

H5

Gambar 2.2


(40)

simultan karena hasil pengujian dengan metode regresi logistik hanya ada pengujian secara parsial.

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya atas suatu penelitian yang dilakukan agar dapat mempermudah dalam menganalisis. Hipotesis untuk hubungan masing-masing variabel indenpenden terhadap variabel dependen diuraikan berikut ini.

2.4.1. Pengaruh Ukuran Perusahaan Klien terhadap Auditor Switching

Selain efek kemungkinan jenis KAP pada panjangnya audit tenure, pilihan

perusahaan audit dapat dikaitkan dengan ukuran auditee dan jenis layanan yang

diperlukan. Auditee yang lebih besar, karena kompleksitas operasi mereka dan

peningkatan pemisahan antara manajemen dan kepemilikan, sangat memerlukan KAP

yang dapat mengurangi agency cost (Watts dan Zimmerman, 1986 dalam Nasser et

al., 2006) dan ancaman kepentingan pribadi auditor (Hudaib dan Cooke, 2005).

Selain itu, sebagai ukuran peningkatan perusahaan, kemungkinan bahwa jumlah konflik agensi juga meningkat dan ini mungkin akan meningkatkan permintaan untuk membedakan kualitas auditor (Palmrose, 1984 dalam Nasser et al., 2006).

Berdasarkan argumen di atas, audit tenure pada klien besar lebih panjang

daripada klien yang lebih kecil. Dengan kata lain, kecenderungan untuk beralih auditor lebih rendah untuk klien besar daripada rekan-rekan mereka yang lebih kecil. Hal ini membawa kepada hipotesis berikut:


(41)

H1 : Ukuran perusahaan klien berpengaruh negatif terhadap kemungkinan pelaksanaan auditor switching.

2.4.2. Pengaruh Financial Distress terhadap Auditor Switching

Ada dorongan yang kuat untuk berpindah auditor pada perusahaan yang terancam bangkrut. Kesulitan keuangan signifikan mempengaruhi perusahaan yang terancam bangkrut untuk berpindah KAP (Schwartz dan Menon, 1985). Selain itu, Schwartz dan Soo (1995) dalam Damayanti dan Sudarma (2007) menyatakan bahwa perusahaan yang bangkrut lebih sering berpindah auditor daripada perusahaan yang tidak bangkrut.

Posisi keuangan auditee mungkin memiliki implikasi penting pada keputusan

mempertahankan KAP. Kondisi perusahaan klien yang terancam bangkrut cenderung meningkatkan evaluasi subjektivitas dan kehati-hatian auditor. Dalam kondisi seperti ini suatu perusahaan akan cenderung melakukan auditor switching. Auditor switching juga bisa disebabkan karena perusahaan sudah tidak lagi memiliki kemampuan untuk membayar biaya audit yang dibebankan oleh KAP yang diakibatkan penurunan kemampuan keuangan perusahaan.

Klien dengan tekanan finansial cenderung untuk menggantikan KAP mereka dibandingkan dengan rekan-rekan mereka yang lebih sehat (Schwartz dan Menon,

1985; Hudaib dan Cooke, 2005). Dengan demikian, auditor pada distressed clients


(42)

mereka pada klien yang lebih sehat dan pada gilirannya akan cenderung diganti. Hipotesis berikutnya dinyatakan sebagai berikut:

H2 : Financial distress berpengaruh negatif terhadap kemungkinan pelaksanaan auditor switching.

2.4.3. Pengaruh Opini Going Concern terhadap Auditor switching

Jika auditor tidak dapat memberikan opini wajar tanpa pengecualian (tidak dengan harapan perusahaan), perusahaan akan berpindah KAP yang mungkin dapat memberikan opini sesuai dengan yang diharapkan perusahaan (Tandirerung, 2006 dalam Damayanti dan Sudarma, 2007). Manajemen akan memberhentikan auditornya atas opini yang tidak diharapkan perusahaan atas laporan keuangannya dan berharap untuk mendapatkan auditor yang lebih lunak/more pliable (Carcello dan Neal, 2003 dalam Damayanti dan Sudarma, 2007). Chow dan Rice (1982) mendapatkan bukti

empiris bahwa perusahaan cenderung berpindah KAP setelah menerima qualified

opinion atas laporan keuangannya. Oleh karena itu dapat dinayatakan hipotesis bahwa:

H3 : Opini going concern berpengaruh positif terhadap kemungkinan pelaksanaan auditor switching.

2.4.4. Pengaruh Reputasi auditor terhadap Auditor Switching

Perusahaan akan mencari KAP yang kredibilitasnya tinggi untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan di mata pemakai laporan keuangan itu


(43)

(Halim, 1997 dalam Damayanti dan Sudarma, 2007). Expertise KAP merupakan salah satu atribut dalam servis KAP besar (Mardiyah, 2002). Adanya faktor expertise itu akan menentukan perubahan auditor oleh perusahaan sehingga perusahaan lebih memilih KAP besar. Eichenseher dan Shields dalam Kartika (2006) mengemukakan

fenomena bahwa persepsi expensive/mahalnya kantor akuntan akan menentukan

kesuksesan klien.

Telah diusulkan dalam literatur bahwa KAP yang lebih besar (Big 4) biasanya dianggap lebih mampu mempertahankan tingkat independensi yang memadai daripada rekan-rekan mereka yang lebih kecil karena mereka biasanya menyediakan berbagai layanan untuk klien dalam jumlah yang besar, sehingga mengurangi ketergantungan mereka pada klien tertentu (Dopuch, 1984; Wilson dan Grimlund,

1990 dalam Nasser et al., 2006). Selain itu, KAP yang lebih besar umumnya

dianggap sebagai penyedia kualitas audit yang tinggi dan menikmati reputasi tinggi dalam lingkungan bisnis dan karena itu, akan berusaha untuk mempertahankan

independensi mereka untuk menjaga image mereka (DeAngelo, 1981; Dopuch, 1984;

Wilson dan Grimlund, 1990 dalam Nasser et al., 2006).

Terlebih lagi, KAP yang lebih besar juga dianggap lebih independen daripada rekan-rekan mereka yang lebih kecil dalam menahan tekanan manajemen pada saat terjadi perselisihan ketika mereka biasanya memiliki lebih banyak klien dan mampu untuk menyerahkan sebagian dari klien mereka yang lebih sulit (Chow dan Rice, 1982). Oleh karena itu, H4 dinyatakan sebagai berikut:


(44)

H4 : Reputasi auditor berpengaruh negatif terhadap kemungkinan pelaksanaan auditor switching.

2.4.5. Pengaruh Ukuran erusahaan Klien, Financial Distress, Opini Going Concern, dan Reputasi Auditor terhadap Auditor Switching Selain menetapkan hipotesis pengaruh tiap variabel independen secara individual terhadap variabel dependen yakni auditor switching, maka selanjutnya peneliti akan menetapkan hipotesis pengaruh keseluruhan variabel independen tersebut secara bersamaan terhadap variabel dependen. Penetapan hipotesis ini perlu dilakukan berkaitan dengan uji simultan yang akan dilakukan terhadap keseluruhan variabel independen dengan tujuan untuk melihat pengaruhnya secara bersamaan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu maka hipotesis lima (H5) dinyatakan sebagai berikut :

H5 : Ukuran perusahaan klien, Financial Distress, Opini Going Concern, dan Reputasi Auditor berpengaruh positif terhadap kemungkinan pelaksanaan auditor switching.


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian kausal komparatif yaitu penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab-akibat antara dua variabel atau lebih. Hubungan sebab-akibat yang dimaksud adalah dapat berbentuk hubungan korelasional atau saling hubungan, sumbangan atau kontribusi suatu variabel terhadap variabel lainnya. Penelitian kausal komparatif merupakan penelitian ex post facto, yaitu tipe penelitian terhadap data yang dikumpulkan setelah terjadinya suatu fakta atau peristiwa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penekanan pada pengujian teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik. Tujuan dalam penelitian ini adalah pengujian hipotesis dan menjelaskan hubungan variabel-variabel yang diteliti yaitu ukuran perusahaan klien, financial distress, opini going concern, dan reputasi auditor sebagai variabel independen dan variabel dependennya adalah pelaksanaan auditor switching.


(46)

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang diakses melalui media internet dengan situs menggunakan data yang disediakan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) dilihat melalui laporan keuangan perusahaan manufaktur.

Adapun jadwal penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Waktu Penelitian

Tahap Penelitian Jan. Feb. Mar. Apr. Mei. Juni. Juli.

Pengajuan Judul

Penyetujuan

Proposal

Penyelesaian

Proposal

Bimbingan Skripsi

Penulisan Skripsi

Penyelesaian

Skripsi


(47)

3.3. Batasan Operasional

Untuk menghindari timbulnya salah pengertian atau salah penafsiran. terhadap istilah-istilah dalam judul maka peneliti memberikan batasan operasional dalam penelitian ini. Batasan operasional adalah penarikan batasan yang lebih menjelaskan ciri-ciri spesifik yang lebih substantif dari suatu konsep. Tujuannya adalah agar peneliti dapat mencapai suatu alat ukur yang yang sesuai dengan hakikat variabel yang sudah di definisikan konsepnya, maka peneliti harus memasukkan proses atau operasionalnya alat ukur yang akan digunakan untuk kuantifikasi gejala atau variabel yang ditelitinya. Jadi, batasan operasional dalam penelitian ini adalah bahwa data yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008-2011.

3.4. Definisi Operasional

Pengoperasionalan konsep (operationalizing the concept) atau biasa juga disebut dengan mendefinisikan konsep secara operasional adalah menjelaskan karakteristik dari obyek ke dalam elemen-elemen yang dapat diobservasi yang menyebabkan konsep dapat diukur dan dioperasionalkan ke dalam penelitian. Menurut Kerlinger (2000), definisi operasional adalah melekatkan arti pada suatu variabel dengan cara menetapkan kegiatan atau tindakan yang digunakan


(48)

untuk mengukur variabel tersebut, dengan kata lain definisi oprasional merupakan spesifikasi kegiatan atau tindakan yang perlu untuk mengukur variabel. Dengan definisi operasional, peneliti dapat mengumpulkan, mengukur, atau menghitung informasi melalui logika empiris. Istilah-istilah dalam definisi operasional harus dapat diuji dan mempunyai rujukan empiris. Ada beberapa peneliti menganggap bahwa konsep sama dengan definisi operasional, jika ini terjadi maka akan menimbulkan permasalahan. Definisi operasional berbeda dengan konsep, sehingga definisi operasional antara satu penelitian dengan penelitian lainnya akan berbeda, meskipun topiknya sama (Erlina, 2011 : 48).

Variabel penelitian ada dua macam variabel ditinjau dari aspek hubungan antar variabel yang digunakan untuk penelitian. Pertama adalah variabel dependen (terikat). Variabel ini merupakan variabel terikat yang besarannya tergantung dari besaran variabel independen (bebas). Besarnya perubahan yang disebabkan oleh variabel independen ini, akan memberi peluang terhadap perubahan variabel dependen (terikat) sebesar koefisien (besaran) perubahan dalam variabel independen. Artinya, setiap terjadi perubahan sekian kali satuan variabel independen, diharapkan akan menyebakan variabel dependen berubah sekian satuan juga. Sebaliknya jika terjadi perubahan (penurunan) variabel independen (bebas) sekian satuan, diharapkan akan menyebabkan perubahan (penurunan) variabel dependen


(49)

(terikat) sebesar sekian satuan juga. Definisi operasional variabel dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:

1. Variabel Dependen (bebas)

Definisi operasional variabel terikat dalam penelitian ini adalah

pelaksanaan auditor switching. Auditor switching merupakan

pergantian Kantor Akuntan Publik yang dilakukan oleh perusahaan klien. Variabel auditor switching diukur dengan menggunakan variabel dummy , jika perusahaan melakukan pergantian KAP diberi kode 1 dan jika tidak melakukan pergantian diberi kode 0. Maksud pergantian KAP disini adalah jika perusahaan menggunakan KAP yang berbeda di tiap tahunnya dan bukan bersifat mandatory. Jika terjadi pergantian salah satu partner atau lebih, dimaksudkan sebagai rotasi partner dan bukan pergantian KAP.

2. Variabel Independen (bebas)

a. Ukuran Perusahaan Klien

Ukuran klien merupakan besarnya sebuah perusahaan yang diukur berdasarkan total aset. Total aset yang dimaksud adalah jumlah aset yang dimiliki perusahaan klien yang tercantum pada laporan keuangan perusahaan pada akhir periode yang telah diaudit. Variabel ukuran klien dalam penelitian ini dihitung dengan


(50)

melakukan logaritma natural atas total aset perusahaan (Nasser et al.,2006).

b. Financial Distress

Financial distress merupakan kondisi perusahaan yang sedang dalam keadaan kesulitan keuangan. Perusahaan cenderung akan berpindah auditor ketika mengalami kesulitan keuangan. Dalam penelitian ini variabel financial distressdiproksikan dengan rasio DAR (Debt to Asset Ratio). Semakin tinggi proporsi debt to asset ratio, maka semakin besar risiko keuangan bagi kreditor maupun pemegang saham.

Total Hutang DAR (Debt to Asset Ratio) =

. Total Asset

Tingkat rasio DAR yang aman adalah 50%. Rasio DAR di atas 50% merupakan salah satu indikator memburuknya kinerja keuangan sehingga perusahaan akan mengalami kesulitan keuangan atau financial distress (Subramanyam, 2011). Variabel financial distress diukur menggunakan variabel dummy untuk membedakan perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan dan perusahaan yang sehat. Jika perusahaan klien memiliki rasio DAR di atas 0,5 maka diberikan nilai 1 , sedangkan jika perusahaan klien memiliki rasio DAR di bawah 0,5 maka diberikan nilai 0.


(51)

c. Opini Going Concern

Opini going concern merupakan opini yang dikeluarkan auditor

untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (SPAP,2001). Termasuk dalam opini audit going concern ini adalah opini going concern unqualified with explanatory language, qualified dan going concern disclaimer opinion. Maksud dari opini going concern adalah jika dalam laporan auditor independen terdapat pernyataan auditor atas kelangsungan hidup entitas, baik yang tertera dalam paragraf ke empat laporan auditor independen maupun dalam penjelasan atas laporan keuangan auditan (Sinarwati, 2010). Variabel opini going concern diukur dengan menggunakan variabel dummy, jika perusahaan mendapatkan opini going concern diberi kode 1 dan jika tidak diberi kode 0.

d. Reputasi Auditor

Reputasi auditor sangat mempengaruhi hasil dari kualitas audit, di mana kualitas audit sangat mempengaruhi investor dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi terhadap suatu perusahaan. Reputasi auditor merupakan prestasi dan kepercayaan publik yang disandang auditor atas nama besar yang dimiliki


(52)

auditor tersebut. Variabel ini diukur menggunakan variabel dummy. Angka 1 diberikan pada perusahaan yang menggunakan

jasa KAP yang berafiliasi dengan KAP The Big Four Auditor.

Sedangkan angka 0 diberikan kepada perusahaan yang

menggunakan jasa KAP yang tidak berafiliasi dengan KAP The

Big Four Auditor. Auditor yang termasuk dalam afiliasi KAP Big Four dan Non Big Four telah disebutkan pada bab sebelumnya.

Dalam penelitian ini, yang merupakan variabel independen atau variabel bebas adalah ukuran perusahaan klient, financial distress, opini going concern dan reputasi

auditor sebagai variabel independen dan variabel dependennya adalah pelkasanaan

auditor switching.Variabel dependen atau variabel terikat dalam penelitian ini adalah variabel dummy, yaitu variabel yang bersifat kategorikal atau dikotomi (Ghozali, 2006 : 49), Dimana kategori 1 untuk auditee yang melakukan auditor switching dan kategori 0 untuk auditee yang tidak melakukan auditor switching. Data ini diperoleh dengan cara menganalisis Laporan Auditor Independen pada tahun pengamatan yaitu

tahun 2008-2011. Data pelaksanaan auditor switching ini disajikan dalam skala


(53)

3.5. Skala Pengukuran Variabel

Pengukuran variabel adalah proses menentukan jumlah atau intensitas informasi mengenai orang, peristiwa, gagasan, dan atau obyek tertentu serta hubungannya dengan masalah atau peluang bisnis. Dengan kata lain, menggunakan proses pengukuran yaitu dengan menetapkan angka atau label terhadap karakteristik atau atribut dari suatu obyek, atau setiap jenis fenomena atau peristiwa yang mengunakan aturan-aturan tertentu yang menunjukkan jumlah dan atau kualitas dari faktor-faktor yang diteliti. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan skala nominal dan skala rasio sebagai skala pengukurannya.

Skala pengukuran nominal digunakan untuk mengklasifikasikan obyek, individual atau kelompok; sebagai contoh mengklasifikasi jenis kelamin, agama, pekerjaan, dan area geografis. Dalam mengidentifikasi hal-hal di atas digunakan angka-angka sebagai simbol. Skala pengukuran rasio mempunyai semua karakteristik yang dipunyai oleh skala nominal, ordinal dan interval dengan kelebihan skala ini mempunyai nilai 0 (nol) empiris absolut. Nilai absoult nol tersebut terjadi pada saat ketidakhadirannya suatu karakteristik yang sedang diukur. Pengukuran rasio biasanya dalam bentuk perbandingan antara satu individu atau obyek tertentu dengan lainnya. Ikhtisar definisi operasional dan skalapengukuran disajikan pada tabel 3.2.


(54)

Tabel 3.2.

Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel Penelitian

No Nama

Variabel Indikator Definisi

Skala Pengukuran

1 Ukuran

Perusahaan Klien

Total aset perusahaan

Ukuran klien merupakan

besarnya sebuah

perusahaan yang diukur berdasarkan total aset. Total aset yang dimaksud adalah jumlah aset yang dimiliki perusahaan klien yang tercantum pada laporan keuangan perusahaan pada akhir periode yang telah diaudit. Variabel ukuran klien dalam penelitian ini dihitung dengan melakukan logaritma natural atas total aset perusahaan (Nasser et al.,2006).

Nominal

2 Financial Distress

DAR (Debt

to Asset Ratio)

Financial distress merupakan kondisi perusahaan yang sedang dalam keadaan kesulitan keuangan. Perusahaan cenderung akan berpindah auditor ketika

mengalami kesulitan keuangan. Dalam penelitian ini variabel financial distress diproksikan dengan rasio

DAR (Debt to Asset

Ratio).


(55)

No Nama

Variabel Indikator Definisi

Skala Pengukuran Jika perusahaan klien

memiliki rasio DAR di atas 0,5 maka diberikan nilai 1 , sedangkan jika

perusahaan klien memiliki rasio DAR di

bawah 0,5 maka diberikan nilai 0.

3 Opini going

concern Dilihat dari paragraf di dalam laporan opini auditor yang menjelaskan tentang prospek keberlangsun gan usaha perusahaan.

Opini going concern

merupakan opini yang dikeluarkan auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan

kelangsungan hidupnya (SPAP,2001).

Variabel opini going

concern diukur dengan menggunakan variabel dummy, jika perusahaan mendapatkan opini going concern diberi kode 1 dan jika tidak diberi kode 0.

Nominal

4 Reputasi

Auditor

Ukuran KAP dan apakah termasuk dalm anggota

KAP big

four atau

tidak.

Reputasi auditor merupakan prestasi dan

kepercayaan publik yang disandang auditor atas nama besar yang dimiliki auditor tersebut. Variabel ini diukur menggunakan variabel


(56)

No Nama

Variabel Indikator Definisi

Skala Pengukuran dummy. Angka 1

diberikan pada perusahaan yang menggunakan jasa KAP

yang berafiliasi dengan KAP The Big Four Auditor. Sedangkan angka 0 diberikan kepada perusahaan yang menggunakan jasa KAP yang tidak berafiliasi

dengan KAP The Big

Four Auditor.

5 Pelaksanaan

Auditor Switching Dilihat dari laporan keuangan yang telah dikeluarkan oleh auditor (apakah terdapat pergantian auditor).

Pelaksanaan auditor

switching. Auditor switching merupakan

pergantian Kantor Akuntan Publik yang

dilakukan oleh perusahaan klien.

Variabel auditor

switching diukur dengan menggunakan variabel dummy , jika perusahaan melakukan pergantian KAP diberi kode 1 dan jika tidak melakukan pergantian diberi kode 0.

Nominal

Sumber : Hasil Olahan Peneliti (2013)

3.6. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam


(57)

penelitian ini adalah seluruh perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) yang bergerak dalam bidang manufaktur pada tahun

2008-2011. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur berjumlah 145 perusahaan (Lampiran-1) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008 sampai dengan 2011 (yang terlihat dari Indonesia Capital Market Dictionary (ICMD) tahun 2008-2011, dengan alasan sektor manufaktur dipilih untuk menghindari adanya industrial effect yaitu resiko industri yang berbeda antara sektor industri yang satu dengan yang lain. Selain itu, perusahaan manufaktur cenderung tanggap dengan kondisi lingkungan serta mengalami dampak signifikan dari krisis finansial global. Adapun alasan pemilihan periode tahun yang diteliti (2008-2011) adalah karena pada periode tersebut cenderung mencerminkan kondisi perekonomian yang relatif stabil.

Menurut Erlina (2011 : 81), “Sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi”. Dengan demikian sampel lebih kecil dari populasi. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan

teknik purposive sampling, yaitu metode pengambilan sampel berdasarkan

suatu kriteria tertentu (Erlina, 2011 : 87). Sampel perusahaan dapat dilihat pada tabel 3.3.

Metode yang digunakan dalam pemilihan objek pada penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu metode penetapan sampel berdasarkan kriteria


(58)

pemilihan kelompok subyek didasarkan pada ciri atau sifat yang dipandang memiliki hubungan yang erat dengan ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Dengan metode purposive sampling ini diharapkan dapat mewakili populasinya dan tidak menimbulkan bias bagi tujuan penelitian. Adapun kriteria yang digunakan untuk pengambilan sampel penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan tersebut terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada

tahun 2008 hingga tahun 2011 dan tidak sedang berada pada proses delisting pada periode tersebut.

2. Sampel yang diambil adalah perusahaan manufaktur yang telah

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebelum periode pengamatan.

3. Perusahaan mengalami laba bersih setelah pajak yang negatif

sekurangnya dua periode laporan keuangan (2 tahun) selama periode pengamatan (2008-2011). Hal ini dikarenakan auditor hampir tidak

pernah mengeluarkan opini going concern pada perusahaan yang

mempunyai laba bersih setelah pajak positif (McKeown et.al.,1991).

4. Perusahaan tersebut menerbitkan laporan keuangan yang telah

diaudit oleh auditor independen dari tahun 2008 hingga tahun 2011 dan menyediakan data yang lengkap.


(59)

Berdasarkan kriteria-kriteria yang dikemukakan diatas, maka didapat sampel perusahaan berjumlah 12 perusahaan. Angka tahun pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 4 tahun berturut-turut sehingga jumlah observasi dalam penelitian ini adalah 4 tahun observasi x 12 sampel adalah sebanyak 48 sampel observasi.

Tabel 3.3.

Daftar Perusahaan yang menjadi Sampel Penelitian

No Nama Perusahaan Kode Perusahaan

1 Barito Pacifik Tbk BRPT

2 Aneka Kemasindo Utama Tbk AKKU

3 Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk KBRI

4 Sumalindo Lestari Jaya Tbk SULI

5 Prima Alloy Steel Universal Tbk PRAS

6 Centex Tbk CNTX

7 Karwell Indonesia Tbk KARW

8 Panasia Filament Inti Tbk PAFI

9 Tifico Fiber Indonesia Tbk TFCO

10 Unitex Tbk UNTX

11 Surya Intrindo Makmur Tbk SIMM


(60)

3.7. Jenis Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis data sekunder. Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh pihak pengumpul data primer maupun oleh pihak lain (Umar, 2001: 69). Data penelitian yang meliputi laporan keuangan yang telah dipublikasikan yang diambil dari database Bursa Efek Indonesia dengan mengunduh data melalui website resmi Bursa Efek

Indonesia, Indonesian Capital Market Directory (ICMD)

selama tahun 2008 sampai 2011 yang meliputi laporan auditor independen dan

laporan keuangan perusahaan yang diamati.

3.8. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang dilakukan adalah metode dokumentasi. Dokumentasi merupakan penelusuran data yang sudah di dokumentasikan oleh perusahaan baik bersifat kuantitatif maupun kualitatif ke beberapa bagian atau divisi perusahaan. Dengan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya yang diperoleh dari perpustakaan atau sumber digital situs di internet. Dengan metode dokumentasi ini data dalam neraca dan laporan laba/rugi dikumpulkan guna melihat auditor yang


(61)

mengaudit laporan keuangan auditee, ukuran perusahaan klien, kantor akuntan publik yang mengaudit perusahaan auditee, kewajiban hutang perusahaan auditee, opini going concern yang diperoleh oleh perusahaan auditee dan melihat lamanya laporan keuangan auditee diaudit oleh auditor.

Metode dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan, mencatat dan mengkaji data sekunder yang berupa laporan keuangan auditan perusahaan yang dipublikasikan oleh BEI selama tahun 2008-2011 dan juga yang memuat proporsi kepemilikan dalam perusahaan, jumlah Dewan Komisaris, Komisaris Independen, dan Komite Audit serta informasi keuangan dan opini audit yang terdapat dalam laporan keuangan yang telah diaudit oleh audtor yang diterbitkan setiap tahunnya baik dalam media cetak maupun data yang diunduh dari internet melalui situs

3.9. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dengan menggunakan model regresi logistik. Regresi logistik adalah bentuk khusus analisis regresi dengan variabel respon bersifat kategori, kontinu, atau gabungan antara keduanya. Regresi logistik digunakan untuk menguji apakah probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel bebasnya (Situmorang, dkk, 2010: 199). Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan antara nilai probabilitas (sig) dengan tingkat signifikasi (α). Jika nilai asymtotik signifikan < dari 0,05 (tingkat signifikansi /α ) maka berarti


(62)

H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya variabel terikat. Begitu pula sebaliknya, bila asymtotik signifikan > dari 0,05 (tingkat signifikansi/α ) maka berarti H0 diterima dan Ha ditolak yang berarti bahwa variabel bebas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya variabel terikat.

3.10. Teknik Analisis Data

3.10.1. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui data yang dikumpulkan dalam penelitian diolah, kemudian dianalisis dengan alat statistik yaitu statistik deskriptif. Pengujian statistik desktiptif digunakan untuk memberikan gambaran profil data sampel. Statistik deskriptif juga bermanfaat untuk mendeskripsikan variabel-variabel dalam penelitian ini, yaitu memberikan gambaran umum dari tiap variabel penelitian. Analisis statistik deskriptif meliputi jumlah, sampel, nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah Ukuran Perusahaan Klien, Financial Distress, Opini Going Concern, Reputasi Auditor, dan Pelaksanaan Auditor Switching.


(63)

3.10.2. Analisis Statistik Inferensial

Analisis statistik inferensial digunakan untuk pengujian hipotesis yang diajukan. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis multivariate dengan menggunakan regresi logistik (logistic regretion), yang variabel bebasnya merupakan kombinasi antara metrik dan non metrik (nominal). Regresi logistik adalah regresi yang digunakan sejauh mana probabilitas terjadinya variabel dependen dapat diprediksi dengan variabel independen. Pada teknik analisis regresi logistik tidak memerlukan lagi uji normalitas dan uji asumsi klasik pada variabel bebasnya (Ghozali, 2006). Regresi logistik juga mengabaikan heteroscedary, artinya variabel dependen tidak memerlukan untuk masing-masing variabel independennya. Model regresi logistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:

SWITCHt = a + β1LnTA + β2Z + β3OGC + β4ADTR + ℮

Keterangan :

SWITCH : auditor switching (variabel dummy, 1 jika terjadi auditor switching, jika tidak terjadi auditor switching)

a : konstanta

LnTA : ukuran perusahaan klien (diukur dengan logaritma natural total asset perusahaan)

Z : financial distress OGC : opini going concern


(64)

ADTR : auditor reputation (reputasi auditor)

β1, β2, β3, β4 : koefisien regresi

: residual error (kesalahan residual)

Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis multivariate dengan menggunakan regresi logistik, yang variabel bebasnya merupakan kombinasi antara metrik dan non metrik (nominal). Teknik analisis ini tidak menggunakan lagi uji normalitas dan uji asumsi klasik pada variabel bebasnya (Ghozali, 2006). Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

a. Menilai Model Fit dan Keseluruhan Model (Overall Model Fit)

Analisis pertama yang dilakukan adalah menilai overall fit model terhadap data. Hipotesis yang digunakan untuk menilai model fit adalah:

H0: Model yang dihipotesiskan fit dengan data Ha: Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data

Dari hipotesis ini supaya model fit dengan data, maka H0 harus diterima atau Ha harus ditolak. Statistik yang digunakan berdasarkan pada fungsi Likelihood. Likelihood (L) dari model adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input. Untuk menguji hipotesis nol dan hipotesis alternatif, L ditransformasikan menjadi -2LogL. Dengan alpha (α) 5%, cara menilai model fit ini adalah sebagai berikut :

1. Jika nilai -2LogL < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa model tidak fit dengan data.


(65)

2. Jika nilai -2LogL > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak, yang berarti bahwa model fit dengan data.

Adanya pengurangan nila antara -2LogL awal (initial -2LL fungcion)

dengan nilai -2LogL pada langkah berikutnya menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2006). Log Likelihood pada

regresi logistik mirip dengan pengertian “ Sum of Squere Error” pada

model regresi, sehingga penurunan Log Likelhood menunjukkan model

regresi yang semakin baik.

b. Menilai Kelayakan Model Regresi

Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and

Lemeshow’s Goodnes of Fit Test. Adapun hipotesis untuk menilai kelayakan model ini adalah:

Ho : Tidak ada perbedaan antara model dengan data Ha : Ada perbedaan antara model dengan data

Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow Goodness of fit lebih besar dari pada 0,05 maka H0 tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model diterima karena sesuai dengan data observasinya (Ghozali, 2006).


(66)

c. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi akan menjelaskan seberapa besar perubahan atau variasi suatu variabel bisa dijelaskan oleh perubahan atau variasi pada variabel yang lain (Santosa dan Ashari, 2005 : 125).

Nilai Koefisien determinasi merupakan modifikasi dari koefisien Nagel

Karke untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 sampai 1. Hal ini

dilakukan dengan cara membagi nilai Nagel Karke R2 dengan nilai

maksimumnya. Nilai Koefisien determinasi dapat diinterprestasikan seperti nilai R Square pada multiple regression

d. Uji Simultan (Omnibus Tests of Model Coefficients)

Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah variabel-variabel

independen yang terdiri dari Ukuran Perusahaan Klien, Financial

Distress, Opini Going Concern, dan Reputasi Auditor berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu Pelaksanaan Auditor Switching.

e. Matrik Klasifikasi

Matrik klasifikasi akan menunjukkan kekuatan prediksi dari model

regresi untuk memprediksi kemungkinan penerimaan opini audit going

concern pada auditee. Dalam output regresi logistik, angka ini dapat dilihat pada Classification Table.


(67)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Deskriptif Penelitian

Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui karakteristik sampel yang digunakan dan menggambarkan variabel-variabel dalam penelitian. Analisis deskriptif ini meliputi beberapa hal sub menu deskriptif statistik seperti frekuensi, deskriptif, eksplorasi data, tabulasi silang dan analisis rasio (Situmorang dkk, 2010 : 18). Analisis deskriptif merupakan analisis yang paling

mendasar untuk menggambarkan keadaan data secara umum.Analisis deskriptif

meliputi jumlah sampel, nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi.

Penyajian analisis deskriptif penelitian ini bertujuan agar dapat dilihat profil dari data penelitian tersebut. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diambil dari www.idx.co.id berupa data keuangan perusahaan manufaktur periode 2008-2011 yang dijabarkan dalam bentuk statistik. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan klien, financial distress, opini going concern, dan reputasi auditor sebagai variabel independen dan pelaksanaan auditor switching sebagai variabel dependen.


(68)

4.2Hasil Peneltian

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah analisis statistik yang menggunakan persamaan regresi logistik. Regresi logistik adalah bentuk khusus analisis regresi dengan variabel respon bersifat kategori, kontinu, atau gabungan antara keduanya. Regresi logistik digunakan untuk menguji apakah probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel bebasnya (Situmorang, dkk, 2010: 199). Analisis data dimulai dengan mengolah data dengan menggunakan Microsoft Excel, selanjutnya dilakukan pengujian menggunakan regresi logistik.

Pengujian analisis statistik inferensial dan pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan software program SPSS versi 17. Prosedur dimulai dengan memasukkan variabel-variabel penelitian ke program SPSS tersebut dan menghasilkan output-output sesuai metode analisis yang telah ditentukan.

4.2.1. Hasil Analisis Statistik Inferensial

a. Menilai Model Fit dan Keseluruhan Model (Overall Model Fit)

Langkah pertama adalah menilai overall fit model terhadap data.

Beberapa test statistics diberikan untuk menilai hal ini. Hipotesis untuk menilai model fit adalah:

H0: Model yang dihipotesiskan fit dengan data Ha: Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data


(1)

Step number: 1

Observed Groups and Predicted Probabilities Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a RADTR -40.076 10975.095 .000 1 .997 .000

OGCG 20.924 7817.065 .000 1 .998 1.222E9

FD -20.454 7817.065 .000 1 .998 .000

TA -1.386 1.275 1.183 1 .277 .250

Constant .000 1.000 .000 1 1.000 1.000

a. Variable(s) entered on step 1: RADTR, OGCG, FD, TA.

Correlation Matrix

Constant RADTR OGCG FD TA

Step 1 Constant 1.000 .000 .000 .000 -.784

RADTR .000 1.000 -.712 .712 .000

OGCG .000 -.712 1.000 -1.000 .000

FD .000 .712 -1.000 1.000 .000


(2)

i

20 + +

| | |0 |

F |0 |

R 15 +0 + E |0 |

Q |0 |

U |0 |

E 10 +0 1 +

N |0 1 |

C |0 0 1 |

Y |0 0 1 |

5 +0 0 0 1+

|0 0 0 1 1|

|0 0 0 0 1|

|0 0 0 0 1|

Predicted ---+---+---+---+---+---+---+---+---+--- Prob: 0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9 1

Group:

00000000000000000000000000000000000000000000000000111111111111111111111111 11111111111111111111111111

Predicted Probability is of Membership for 1 The Cut Value is .50

Symbols: 0 - 0 1 - 1

Each Symbol Represents 1.25 Cases.


(3)

(4)

i


(5)

(6)

i


Dokumen yang terkait

Pengaruh Reputasi Auditor, Rasio Profitabilitas, Solvabilitas Dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI

1 53 91

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pergantian kantor akuntan publik: studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia periode 2008-2012

1 8 137

Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Auditor Swittching (Studi Empiris pada Perusahaan Real Estate dan Properti yang terdaftar di BEI)

0 4 127

Pengaruh Audit Tenure, Reputasi KAP, Disclosure Klien, dan Opini Audit Sebelumnya terhadap Opini Audit Going Concern (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di BEI Tahun 2007-2011)

1 17 150

PENDAHULUAN Pengaruh Audit Fee, Opini Going Concern, Financial Distress, Ukuran Perusahaan Klien, Kepemilikan Institusional, Dan Kompleksitas Perusahaan Terhadap Auditor Switching (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 20

0 5 11

PENGARUH REPUTASI AUDITOR, DISCLOSURE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP OPINI AUDIT GOING CONCERN Pengaruh Reputasi Auditor, Disclosure Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern (Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-201

0 1 16

PENGARUH REPUTASI AUDITOR, DISCLOSURE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP OPINI AUDIT GOING CONCERN Pengaruh Reputasi Auditor, Disclosure Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern (Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-201

1 2 20

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian - Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan Klien, Financial Distress, Opini Going Concern, dan Reputasi Auditor Terhadap Auditor Switching (studi kasus pada perusahaan manufaktur terdaftar di BEI periode 2008-201

0 0 9

Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan Klien, Financial Distress, Opini Going Concern, dan Reputasi Auditor Terhadap Auditor Switching (studi kasus pada perusahaan manufaktur terdaftar di BEI periode 2008-2011).

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka - Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan Klien, Financial Distress, Opini Going Concern, dan Reputasi Auditor Terhadap Auditor Switching (studi kasus pada perusahaan manufaktur terdaftar di BEI periode 2008-2011)

0 0 21