Pengaruh Opinion Shopping, Reputasi Auditor, dan Financial Distress terhadap Penerimaan Opini Going Concern

(1)

PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH OPINION SHOPPING, REPUTASI AUDITOR, DAN FINANCIAL DISTRESS TERHADAP OPINI GOING CONCERN

PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR

DI BEI

OLEH:

Endang S.Sihotang 080503168

PROGRAM STUDI STRATA I AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Opinion Shopping, Reputasi Auditor, dan

Financial Distress terhadap Penerimaan Opini Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya dengan jelas sesuai dengan norma, kaidah, etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 12 Mei 2012 Yang Membuat Pernyataan

ENDANG S. SIHOTANG NIM: 080503168


(3)

ABSTRAK

Penelitian ini berrtujuan untuk menunjukkan pengaruh opinion shopping, reputasi auditor, dan financial distress terhadap penerimaan opini going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia antara tahun 2007 hingga 2010.

Populasi penelitian ini sebanyak 135 perusahaan manufaktur,dengan mengakses data laporan keuangan audited dan laporan auditor independennya melalui website

purposive sampling, sehingga diperoleh 20 perusahaan sampel untuk 4 tahun pengamatan (2007-2010) dengan 80 unit analisis. Metode analisis data yang digunakan adalah regresi logistik.

Hasil penelititan ini menunjukkan bahwa opinion shopping, financial distress

memiliki pengaruh yang negatif dan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan opini going concern, sedangkan reputasi auditor memiliki pengaruh positif dan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan opini going concern.

Kata Kunci: Opinion Shopping, Reputasi Auditor, Financial Distress, dan Opini Going Concern.


(4)

ABSTRACT

This watchfulness aims to show influence opinion shopping, reputation auditor, and financial distress towards opinion acceptance going concern in registered manufacturing business on Indonesia Stock Exchange between 2007 up to 2010.

This watchfulness population are 135 manufacturing business, with accessing financial statement data audited and report auditor the independent pass website that got 20 company sample to 4 year observation (2007-2010) with 80 analysis units. data analysis method that used logistics regression.

The result of this research show that opinion shopping, financial distress has negative influence and not influential according to significant towards opinion acceptance going concern, while reputation auditor has positive influence and not influential according to significant towards opinion acceptance going concern.

Keywords: Opinion Shopping, Auditor’s Reputation, Financial Distress, and Opinion Going Concern.


(5)

KATA PENGANTAR

Segala pujian, hormat dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, sang Juruselamatku, dan Allah pemilik kehidupanku. Terima kasih untuk setiap penyertaan Tuhan dan hikmat yang telah diberikan selama proses pengerjaan skripsi ini, dan yang telah memampukan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Adapun skripsi ini berjudul : “Pengaruh Opinion Shopping, Reputasi Auditor, dan

Financial Distress terhadap Penerimaan Opini Going Concern.” Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi, Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini kupersembahkan untuk kedua orangtuaku dan keenam saudaraku tercinta.

Selama penulisan skripsi ini, penulis telah banyak menerima bimbingan, bantuan, saran serta dukungan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail MM, Ak selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntasi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Narumondang B. Siregar, M.M., Ak selaku Dosen Pembimbing saya yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Drs. H. Syamsul Bahri, TRB, M.M, Ak. selaku Dosen Pembaca Penilai Saya yang telah memberikan banyak masukan untuk perbaikan skripsi ini.

5. Orangtua Penulis yang terkasih, Ayahanda Alm. Drs. Korsen Sihotang dan Ibunda Desnah Saragih. Terima kasih untuk semangat


(6)

dari Bapak yang masih tetap membara sampai saat ini dan untuk perjuangan serta doa dari Mamak yang luar biasa sebagai single parent. Terimakasih karena telah mengantarku sampai ditahap ini. 6. Ketiga kakakku tercinta Silvya, Octavera, Fitri dan Bang Markdianto,

serta ketiga adik penulis Jojor, Monika, Putera serta teristimewa untuk keponakanku terkasih Lionel Ignatius yang telah menjadi penyemangat penulis dalam mengerjakan skripsi ini.

7. Sahabat-sahabatku terkasih Meldut, Harry, Sry Esry (Ochan), si cerewet Septien, Anes (biktum), Yolanda gendut, Meylina (mekong) Ari Gendut, Takkas, Tupa (Tupik), Sahat (Sabong), Lidia (bulat), Kak Eka terimakasih telah menjadi keluarga untukku.

8. Keluarga besar Zixrien’s Joucha tercinta (Juliana T, Sri, Luxi, Christina, Desi, Juliana S, Ribka) makasih ya sayang-sayangku untuk persahabatan kita yang boleh tetap hangat selalu. Untuk Josua, Abangku Humisar, dan sahabat jauhku Hakim yang juga selalu menyemangatiku. 

9. KTB ‘’Channah” (K’Wina, Lidia, Rudolfo) serta adik-adik kelompokku Inggrid, Lilyana, Dion, John, Lamhot. Maksih untuk semangat kalian dek 

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengaharapkan dan menerima saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, 12 Mei 2012 Penulis,

ENDANG S. SIHOTANG NIM : 080503168


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN i

ABSTRAK ii

ABSTRACT iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN viii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Perumusan Masalah 9

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 9

1.3.1. Tujuan Penelitian 9

1.3.2. Manfaat Penelitian 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11

2.1. Tinjauan Pustaka 11

2.1.1. Opinion Shopping 11

2.1.2. Reputasi Auditor 13

2.1.3. Financial Distress 14

2.1.4. Pendapat Audit 18

2.1.5. Opini GoingConcern 21 2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu 24

2.3. Kerangka Konseptual 25

2.4. Hipotesis Penelitian 27

BAB III METODE PENELITIAN 28

3.1. Jenis Penelitian 28

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian 28

3.3. Batasan Operasional 29

3.4. Defenisi Operasional 30

3.5. Skala Pengukuran Variabel 34

3.6. Populasi dan Sampel Data 35

3.7. Jenis Data 37

3.8. Metode Pengumpulan Data 37

3.9. Pengujian Hipotesis 36

3.10. Teknik Analisis Data 37

3.10.1. Analisis Statistik Deskriptif 37 3.10.2. Analisis Statistik Inferensial 37


(8)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 42 4.1. Analisis Deskriptif Penelitian 42

4.2. Hasil Penelitian 43

4.2.1. Hasil Analsis Statistik Inferensial 43 4.2.2. Hasil Pengujian Hipotesis 48

4.3. Pembahasan 51

4.3.1. Hubungan Opinion Shopping terhadap

Penerimaan Opini Going Concern 52

4.3.2. Hubungan Reputasi Auditor terhadap

Penerimaan Opini Going Concern 53

4.3.3. Hubungan Financial Distress terhadap

Penerimaan Opini Going Concern 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 56

5.1. Kesimpulan 56

5.2. Keterbatasan 58

5.3. Saran 59

DAFTAR PUSTAKA 60


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman Tabel 2.1 Kriteria Titik cut off Model Z-Score 17 Tabel 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu 24

Tabel 3.1 Waktu Penelitian 29

Tabel 3.2 Pengukuran Variabel Penelitian 34 Tabel 3.3 Daftar Perusahaan Sampel Penelitian 36 Tabel 4.1 Tabel Likelihood Block 0 36 Tabel 4.2 Tabel Likelihood Block 1 45 Tabel 4.3 Tabel Hosmer and Lemeshaow Test 47 Tabel 4.4 Tabel Nagelkerke R Square 48 Tabel 4.5 Tabel Variables in the Equation 49 Tabel 4.6 Tabel Hasil Hipotesis 49


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual 26


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Gambar Judul Halaman

Lampiran 1 Data Perusahaan 64


(12)

ABSTRAK

Penelitian ini berrtujuan untuk menunjukkan pengaruh opinion shopping, reputasi auditor, dan financial distress terhadap penerimaan opini going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia antara tahun 2007 hingga 2010.

Populasi penelitian ini sebanyak 135 perusahaan manufaktur,dengan mengakses data laporan keuangan audited dan laporan auditor independennya melalui website

purposive sampling, sehingga diperoleh 20 perusahaan sampel untuk 4 tahun pengamatan (2007-2010) dengan 80 unit analisis. Metode analisis data yang digunakan adalah regresi logistik.

Hasil penelititan ini menunjukkan bahwa opinion shopping, financial distress

memiliki pengaruh yang negatif dan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan opini going concern, sedangkan reputasi auditor memiliki pengaruh positif dan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan opini going concern.

Kata Kunci: Opinion Shopping, Reputasi Auditor, Financial Distress, dan Opini Going Concern.


(13)

ABSTRACT

This watchfulness aims to show influence opinion shopping, reputation auditor, and financial distress towards opinion acceptance going concern in registered manufacturing business on Indonesia Stock Exchange between 2007 up to 2010.

This watchfulness population are 135 manufacturing business, with accessing financial statement data audited and report auditor the independent pass website that got 20 company sample to 4 year observation (2007-2010) with 80 analysis units. data analysis method that used logistics regression.

The result of this research show that opinion shopping, financial distress has negative influence and not influential according to significant towards opinion acceptance going concern, while reputation auditor has positive influence and not influential according to significant towards opinion acceptance going concern.

Keywords: Opinion Shopping, Auditor’s Reputation, Financial Distress, and Opinion Going Concern.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebangkrutan dan kelangsungan hidup perusahaan merupakan dua sisi yang saling bertolak belakang. Selain profit yang tinggi salah satu yang menjadi tujuan perusahaan adalah dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Asumsi ini dinamakan going concern.Going concern berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya sampai satu periode atau satu tahun kedepan Dengan demikian maka going concern diartikan sebagai kelangsungan hidup suatu badan usaha (Petronela, 2004). Namun selalu ada kemungkinan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dan kemungkinan untuk mengalami kebangkrutan itu sendiri. Besar kecilnya kondisi tersebut berbeda-beda untuk tiap perusahaan tergantung kondisi yang dialami perusahaan tersebut.

Laporan keuangan merupakan salah satu media untuk mengkomunikasikan fakta-fakta mengenai perusahaan serta menjadi dasar untuk menentukan/menilai posisi keuangan dan kegiatan keuangan dari suatu perusahaan. Laporan keuangan suatu perusahaan dibutuhkan oleh berbagai pihak diantaranya pemilik perusahaan itu sendiri, kreditur, lembaga


(15)

keuangan, investor, pemerintah, masyarakat umum dan pihak-pihak lainnya.

Agar dapat menyajikan laporan keuangan yang dapat memenuhi kebutuhan informasi semua pihak yang berkepentingan, diperlukanlah satu pihak yang dapat independen untuk menyajikannya. Pihak yang dinilai independen dalam hal ini adalah auditor. Akuntan publik adalah pihak independen yang dianggap mampu menjembatani benturan kepentingan antara pihak prinsipal (pemegang saham) dengan pihak agen yaitu manajemen sebagai pengelola perusahaan. Untuk dapat menjalankan fungsi dan tugasnya dengan baik, auditor harus mampu menghasilkan opini audit yang berkualitas yang akan berguna tidak saja bagi dunia bisnis tetapi juga masyarakat luas. Pada saat ini, auditor mulai diminta pertanggungjawabannya untuk mengungkapkan informasi yang tidak sebatas hanya pada pada hal-hal yang ditampakkan dalam laporan keuangan tetapi juga harus mengungkapkan informasi seperti eksistensi dan kontinuitas entitas.

Auditor diharapkan tidak hanya memeriksa laporan keuangan atau mendeteksi kecurangan tetapi juga sanggup memprediksi dan menilai kemampuan perusahaan dalam melangsungkan hidupnya. Oleh karena itu,

American Institute of Certified Public Accounting (AICPA) mensyaratkan bahwa auditor harus mengungkapkan secara eksplisit apakah perusahaan klien akan dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan kliennya sampai setahun kemudian setelah pelaporan (Januarti, 2008)


(16)

Di Indonesia isu mengenai laporan auditor dan hubungannya dengan masalah kelangsungan hidup bagi perusahaan sudah timbul sejak 1995. Isu ini muncul ditandai dengan runtuhnya Bank Summa, meskipun bank tersebut telah mengeluarkan laporan audit yang disajikan secara wajar pada tahun sebelumnya ternyata tidak menjamin kelangsungan hidup entitas tersebut. Sejak terjadinya krisis ekonomi pada 1997 di Indonesia, isu kelangsungan hidup perusahaan menjadi sorotan publik. Perekonomian mengalami keterpurukan sehingga banyak perusahaan yang mengalami keterpurukan, akibatnya banyak perusahaan yang mengalami kebangkrutan karena tidak dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Terdapat banyaknya kasus tentang manipulasi data keuangan yang tidak dapat dideteksi dan informasi mengenai kelangsungan hidup yang belum diungkapkan oleh auditor menyebabkan hilangnya kepercayaan terhadap auditor itu sendiri. Auditor sebagai pihak independen yang diharapkan dapat memberikan informasi mengenai perusahaan secara menyeluruh dan mendeteksi kecurangan dalam perusahaan dinilai tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Hal ini kemudian memicu kepercayaan terhadap auditor menjadi berkurang, selain itu hal ini secara signifikan dapat merugikan stakeholder maupun stockholder. Fenomena mengenai penurunan kepercayaan publik terhadap kantor akuntan penah terjadi di Indonesia pada tahun 2003. Beberapa perusahaan besar seperti


(17)

Bank Lippo, mendapat opini wajar tanpa pengecualian pada tahun 2002 namun gagal pada tahun 2003.

Independensi auditor dalam memberikan opini atas laporan keuangan yang diaudit juga harus mempertimbangkan going concern dalam menyusun laporan keuangan perusahaan. Suatu perusahaan diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya (Standar Akuntansi Keuangan, 2001). Namun apabila perusahaan tidak mampu untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya untuk satu periode kedepan maka going concern perusahaan diragukan. Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), pertimbangan auditor atas kemampuan kesatuan usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya harus berdasarkan pada kemampuan penilaian. Penilaian tersebut didasarkan pada kesangsian auditor dalam dirinya sendiri terhadap kemampuan suatu entitas (Saefudin dan Pamudji, 2004). Meskipun auditor tidak bertanggung jawab untuk memprediksi kondisi atau peristiwa yang akan datang dan kelangsungan hidup (going concern) sebuah perusahaan, tetapi dalam melakukan proses audit kelangsungan hidup perlu menjadi pertimbangan auditor dalam memberikan opini auditnya. Opini going concern merupakan suatu opini yang dikeluarkan oleh auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (SPAP, 2011).

O’Reilly (2010) menyatakan opini going concern akan berguna untuk pemakai laporan keuangan khususnya investor sebagai bad news


(18)

mengenai kelangsungan hidup perusahaan. Going concern suatu perusahaan merupakan tanggung jawab pihak manajemen seutuhnya, yang pada akhirnya tanggung jawab tersebut melebar ke auditor. Tanggung jawab auditor tersebut yakni, mengungkapkan kelangsungan usaha suatu entitas melalui laporan audit.

Auditor bertanggung jawab untuk menilai apakah terdapat ketidakpastian terhadap kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu yang pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan audit. Hal ini dapat dilihat dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 17/PMK.01/2008 pasal 3 dapat disimpulkan bahwa tentang pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh KAP paling lama untuk 6 (enam) tahun berturut-turut,dan oleh seorang akuntan publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut. Akuntan publik dan kantor akuntan boleh menerima penugasan kembali setelah satu tahun buku tidak memberikan jasa audit umum kepada klien yang sama (pasal 3 ayat 2 dan 3). Dengan adanya peraturan tersebut maka perusahaan diharuskan untuk melakukan pergantian auditor dan KAP mereka setelah jangka waktu tertentu.

Penelitian ini dilakukan mengacu pada Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003 dan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik”. Pada tahun 2003 untuk pertama kalinya peraturan


(19)

mengenai pergantian KAP secara wajib, namun pada tahun 2008 perusahaan dengan masa penugasan KAP menjadi enam tahun karena adanya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik”. Kemudian peraturan ini diperbaharui lagi dengan mengeluarkan Undang-Undang No.05 Tahun 2011 dimana jasa pemberian audit yang dilakukan oleh KAP menjadi lima tahun.

Dalam memberikan opini going concern ada banyak hal yang harus dipertimbangkan. Auditor harus terlebih dahulu mengadakan evaluasi terhadap rencana-rencana manajemen, sebelum auditor mengeluarkan opini going concern. Mc Keinley et al (1958) dikutip Fanny dan Saputra KAP besar akan berusaha untuk menjaga nama dan menghindari tindakan yang dapat mengganggu nama besar mereka. Januarti dan Fitirianasari (2008) menyatakan ketika KAP sudah memiliki reputasi yang baik maka KAP akan berusaha untuk mempertahankan reputasi yang dimilikinya dan menghindarkan diri dari hal-hal yang merusak reputasinya sehingga KAP akan selalu bersikap objektif terhadap pekerjaannya. Berdasarkan penelitian Fanny dan Saputra (2005), Komalasari (2004), Fitrianasari (2008) reputasi auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap pemberian opini going concern. Hal ini diperkuat oleh penelitian sebelumnya seperti Santosa dan Wedari (2007), Setyarno (2007) dan Sudyawan dan Badera (2009). Namun penelitian mereka berbeda dengan hasil penelitian Rahayu


(20)

(2007) dan Junaidi dan Hartono (2010) yang menyebutkan bahwa reputasi auditor berpengaruh signifikan terhadap pemberian opini going concern. Faktor lain dalam perusahaan seperti financial distress akan berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern. Perusahaan yang cenderung menerima opini going concern adalah perusahaan yang mengalami

financial distress Perusahaan mendapat status default karena mengalami kesulitan keuangan sekalipun perusahaan telah mendapat opini going concern tahun sebelumnya mengindikasikan adanya keraguan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (Januarti, 2008)

Penelitian ini mengacu pada penelitian-penelitian sebelumnya yang meneliti pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan opini

going concern. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menguji kembali faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern

karena ditemukan hasil yang berbeda-beda pada penelitian-penelitian terdahulu.

Penelitian ini menggunakan reputasi auditor, financial distress sebagai variabel independen dan menambahkan opinionshopping sebagai variable independenl penelitian karena variabel-variabel tersebut mempengaruhi penerimaan opini going concern. Dengan menggunakan variabel tersebut, apabila perusahaan diragukan dapat melanjutkan kelangsungan hidupnya maka perusahaan tersebut akan menerima opini going concern.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya karena penulis menambahkan opinion shopping sebagai variabel independen. Tujuannya


(21)

adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh opinion shopping pada perusahaan manufaktur di Indonesia terhadap penerimaan opini going concern, serta mengkaji hubungannya dengan penerimaan opini going concern. Sampel penelitian ini adalah perusahaan manufaktur. Alasan penulis memilih perusahaan manufaktur karena perusahaan manufaktur memberikan kontribusi yang besar terhadap perekonomian Indonesia. Selain itu data keuangan perusahaan manufaktur lebih reliable dalam penyajian akun-akun laporan keuangan seperti cash flow, penjualan, dan lain-lain.

Dari uraian diatas penulis tertarik untuk menganalisis pengaruh opinion shopping, reputasi auditor, dan financial distress tehadap penerimaan opini

going concern. Oleh sebab itu peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan memilih judul ”Pengaruh Opinion Shopping, Reputasi Auditor, dan Financial Distress Perusahaan Terhadap Opini

Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan,maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah opinion shopping, reputasi auditor, dan financial distress berpengaruh terhadap opini going cocern


(22)

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah

opinion shopping, reputasi auditor dan financial distress

berpengaruh terhadap opini going cocern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI?”

1.3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan serta pemahaman peneliti tentang pengaruh opinion shopping, reputasi auditor, dan financial distress terhadap penerimaan opini going concern dan dapat menganalisis suatu perusahaan apakah dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan atau tidak sehingga dapat memberikan sumbangsih saran.

2. Bagi investor, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan keputusan berinvestasi.

3. Bagi peneliti selanjutnya, dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya dan menjadi tambahan wawasan.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Opinion Shopping

Demi menghindari penerimaan opini going concern, biasanya perusahaan melakukan auditor switching (pergantian auditor). Teoh (1992) dalam Mirna dan Januarti (2007) menyatakan pergantian auditor dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, jika auditor bekerja pada perusahaan tertentu, perusahaan dapat mengancam melakukan pergantian auditor. Kedua, bahkan ketika auditor tersebut independen, perusahaan akan memberhentikan auditor (akuntan publik) yang cenderung memberikan opini going concern. Argumen tersebut dinamakan opinion shopping. Tujuan pelaporan dalam opinion shopping dimaksudkan untuk memanipulasi hasil operasi atau kondisi keuangan perusahaan.

Opinion shopping selanjutnya akan menimbulkan dampak negatif. Istilah opinion shopping atau biasa disebut auditor switching

adalah istilah yang digunakan apabila perusahaan melakukan pergantian auditor atau Kantor Akuntan Publik (KAP). Hal ini muncul karena rotasi audit. Rotasi audit merupakan batasan masa jabatan auditor dalam mengaudit suatu entitas atau klien (Mirna,


(24)

2010). Berdasarkan bukti teoritis, adanya rotasi auditor akan mengakibatkan masa perikatan audit (audit tenure) yang lebih pendek dan perusahaan akan melakukan perpindahan auditor Nasser, et al (2006) dalam Martina (2010). Beberapa faktor penyebab dilakukannya opinion shopping dapat berasal dari auditor maupun klien sendiri.

Pergantian auditor secara wajib dan sukarela dapat dibedakan atas dasar pihak mana yang menjadi fokus perhatian dari independensi auditor. Jika pergantian auditor terjadi secara sukarela, maka perhatian utama adalah pada sisi klien. Sebaliknya, jika pergantian secara wajib maka perhatian utama beralih kepada auditor (Febrianto, 2009). Klien mengganti auditornya karena tidak adanya aturan yang mengharuskan pergantian auditor dilakukan, yang terjadi adalah salah satu dari kedua hal yaitu auditor mengundurkan diri atau auditor diberhentikan oleh klien. Manapun diantara kedua hal tersebut yang terjadi, baik auditor mengundurkan diri atau diberhentikan oleh klien, yang menjadi perhatian adalah mengapa hal tersebut dapat terjadi dan kemana klien tersebut akan berpindah. Jika alasan kepindahan tersebut adalah karena ketidak sepakatan atas praktik akuntansi tertentu, maka diekspektasi klien akan berpindah ke kantor auditor yang dapat sepakat dengan klien. Jika fokus perhatian peneliti adalah pada klien.


(25)

Sebaliknya apabila pergantian auditor terjadi karena peraturan yang membatasi masa perikatan auditnya, seperti yang terjadi di Indonesia, maka perhatian utama beralih kepada auditor pengganti, tidak lagi kepada klien. Pada pergantian secara wajib, yang terjadi adalah pemisahan paksa oleh peraturan.

2.1.2 Reputasi Auditor

Auditor merupakan pihak yang dianggap dapat independen serta mampu untuk menjembatani antara kepentingan pihak manajemen dengan para pemegang saham. Reputasi auditor menunjukkan prestasi dan kepercayaan publik yang disandang auditor atas nama besar yang dimiliki auditor tersebut. (Rudyawan dan Badera, 2008). Craswell, et al (dalam Fanny dan Saputra, 2005) menyatakan bahwa klien biasanya mempersepsikan bahwa auditor yang berasal dari Kantor Akuntan Publik besar dan memiliki afiliasi dengan Kantor Akuntan Publik internasional yang mempunyai kualitas yang lebih tinggi karena auditor tersebut mempunyai karakteristik yang dapat dikaitkan dengan kualitas,seperti pelatihan, pengakuan internasional, serta adanya

peer review. Reputasi KAP dipertaruhkan apabila opini yang diberikan tidak sesuai dengan kondisi sesungguhnya. Bukan hal yang gampang bagi auditor untuk memberikan status going concern kepada perusahaan karena menyangkut reputasi dari


(26)

auditor itu sendiri. Auditor yang bereputasi baik akan cenderung menerbitkan opini going concern jika klien terdapat masalah berkaitan opini going concern perusahaan. Geiger dan Rama (2006) menguji perbedaan kualitas audit antara KAP Big four

dengan KAP nonBig four. Proksi penelitian ini adalah skala KAP yang digunakan untuk menilai reputasi KAP sama seperti penelitian terdahulu.

2.1.3 Financial Distress

Financial distress merupakan suatu kondisi perusahaan yang sedang mengalami kesulitan keuangan. Hal ini dapat dilihat dari laporan keuangan perusahaan. Untuk menilai kesehatan suatu perusahaan dapat digunakan laporan keuangan yang terdiri dari neraca, perhitungan laba rugi, iktisar laba yang ditahan, dan laporan posisi keuangan.

Hoffer (1980:20) dan Witaker (199:24) dalam (Endri, 2009) mengumpamakan kondisi financial distress sebagai suatu kondisi dari perusahaan yang mengalami laba bersih (net profit) negatif selama beberapa tahun. Kebangkrutan sebagai kegagalan didefenisikan dalam berbagai arti, yaitu: kegagalan ekonomi dan kegagalan keuangan (Adnan dan Kurniasih, 2000:137 dalam Edri, 2009). Kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba (Endri, 2009).


(27)

Perusahaan yang kondisinya buruk, banyak ditemukan indikator masalah going concern (Ramadhany, 2004). Perusahaan yang tidak pernah mengalami kesulitan keuangan, tidak menerima opini

going concern dari auditor. Namun semakin buruknya perusahaan akan semakin besar kemungkinan perusahaan menerima opini audit

going concern (Keown, 1991 dalam Januarti, 2009). Pemakai laporan keuangan seringkali merasa pengeluaran opini going concern sebagai sebuah prediksi kebangkrutan (Altman, 1982 dalam Setiawan, 2006).

Altman (1968) telah melakukan studi serupa untuk menemukan suatu model prediksi kebangkrutan dalam beberapa periode sebelum kebangkrutan benar-benar terjadi. Altman dan McGough (1974) dalam Fanny dan Saputra (2005) menyarankan penggunaan model prediksi kebangkrutan sebagai alat bantu auditor untuk memutuskan kemampuan perusahaan mempertahankan kelangsungan hidupnya, karena penelitiannya menemukan bahwa tingkat prediksi kebangkrutan dengan menggunakan suatu model prediksi mencapai tingkat keakuratan hingga 82%. Penelitian yang digunakan oleh Setyarno, et al (2006) juga berhasil membuktikan bahwa model prediksi Altman berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.

Model Z-score Altman sampai sekarang adalah yang paling banyak digunakan oleh para peneliti, praktisi serta akademisi dibidang


(28)

akuntansi dibandingkan dengan model prediksi kebangkrutan lainnya (Altman, 1993 dalam Fanny dan Saputra, 2005). Model yang dikembangkan oleh Altman ini mengalami suatu revisi. Revisi yang dilakukan oleh Altman agar tidak hanya pada perusahaan manufaktur yang go public saja model ini dapat diaplikasikan melainkan untuk perusahaan-perusahaan sektor swasta juga.

Model Z-score dinilai baik, karena dapat menganalisis dengan handal tanpa memperhatikan ukuran perusahaan yang dianalisis. Apabila perusahaan sangat makmur didapati Z-score mulai turun dengan tajam maka perusahaan harus waspada terhadap kebangkrutan. Atau apabila perusahaan baru survive, maka Z-score

dapat membantu perusahaan mengevaluasi dampak yang telah diperhitungkan dari perubahan upaya-upaya manajemen perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Altman untuk perusahaan yang bangkrut dan tidak bangkrut menunjukkan nilai tertentu. Kriteria yang digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaaan dengan model diskriminan adalah dengan melihat zone of ignorance yaitu daerah nilai Z.


(29)

Rumus Model Altman Z-Score untuk perusahaan manufaktur dan

go public:

�=�,� ������������������������ ������������ +�,�

���������������� ������������ +�,� ���������

������������+�,�

����������������� ����������������� +�,���������������������

������������

Tabel 2.1

Kriteria titik cut off Model Z-Score

Kriteria Nilai Z

Tidak bangkrut/sehat jika Z lebih dari (>) 2,99 Daerah rawan bangkrut (gray area) 1,81-2,99 Bangkrut jika Z kurang dari (<) 1,81

Berdasarkan analisis ini apabila nilai Z dari perusahaan yang diteliti lebih kecil dari 1,8 beresiko tinggi terhadap kebangkrutan, bila nilai Z berada diantara 1,81-2,99 dikatakan masih memiliki resiko kebangkrutan, bila diatas nilai 2,99 maka dikatakan aman dari kebangkrutan.


(30)

2.1.4 Pendapat Audit

Pendapat atau opini auditor merupakan bagian yang tak terpisahkan dari laporan audit. Laporan audit penting sekali dalam suatu audit atau proses atestasi lainnya karena laporan tersebut menginformasikan kepada pemakai tentang apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang diperolehnya. Menurut standar profesional akuntan publik, tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia (SPAP 2011 seksi 110). Laporan auditor merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya, atau apabila keadaaan mengharuskan, untuk menyatakan tidak memberikan pendapat, sebagai pihak yang independen auditor tidak dibenarkan untuk tidak memihak kepentingan siapa pun dan untuk tidak mudah dipengaruhi, serta harus bebas dari setiap kewajiban terhadap kliennya dan tidak memiliki suatu kepentingan dengan kliennya (IAI, 2011).

Berdasarkan SPAP seksi 508 (2011) ada lima tipe pendapat auditor yaitu:

1. Pendapat wajar tanpa pengecualian

Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan auditor jika tidak terjadi pembatasan dalam lingkup audit dan tidak dapat pengecualian yang signifikan mengenai kewajaran dan penerapan standar akuntansi keuangan dalam penyusunan laporan keuangan, konsistensi penerapan standar akuntansi


(31)

keuangan tersebut, serta pengungkapan memadai dalam laporan keuangan.

Laporan audit wajar tanpa pengecualian adalah laporan yang paling dibutuhkan oleh semua pihak, baik oleh pemakai laporan keuangan, auditor, maupun klien.

Laporan keuangan dianggap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha suatu organisasi, sesuai dengan standar akuntansi keuangan, jika memenuhi kondisi berikut: a. Standar akuntansi keuangan digunakan sebagai pedoman

untuk menyusun laporan keuangan.

b. Perubahan standar akuntansi keuangan dari periode ke periode telah cukup dijelaskan.

c. Informasi dalam catatan yang mendukungnya telah digambarkan dan dijelaskan dengan cukup dalam laporan keuangan, sesuai dengan standar akuntansi keuangan.

2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan. Keadaan tertentu mungkin mengharuskan auditor menambah

suatu paragraf penjelasan atau bahasa penjelasan lain dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan.

3. Pendapat wajar dengan pengecualian

Jika auditor menemukan kondisi-kondisi berikut ini maka ia akan memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian pada laporan audit:

a. Lingkup audit dibatasi oleh klien.

b. Auditor tidak dapat melaksanakan proses audit penting atau tidak dapat memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada di luar kekuasaan klien maupun auditor.

c. Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan.

d. Standar akuntansi keuangan yang digunakan dalam laporan keuangan tidak diterapakan secara konsisten.

4. Pendapat tidak wajar

Pendapat tidak wajar merupakan kebalikan dari pendapat wajar tanpa pengecualian, akuntan memberikan pendapat tidak wajar jika laporan keuangan klien tidak disusun berdasarkan standar akuntasi keuangan sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas perusahaan klien. Auditor memberikan pendapat tidak wajar jika ia dibatasi ruang lingkup auditnya, sehingga ia tidak dapat mengumpulkan bukti kompeten yang cukup utnuk mendukung pendapatnya. Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak


(32)

wajar oleh auditor maka informasi yang disajikan klien dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya sehingga tidak dapat dipakai oleh pemakai laporan keuangan untuk mengambil keputusan.

5. Pernyataan tidak menyatakan pendapat.

Jika auditor tidak memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan, maka laporan keuangan audit ini disebut pendapat

adverse opinion. Kondisi yang menyebabkan auditor tidak memberikan pendapat adalah:

a. Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkup audit. b. Auditor tidak independen hubungannya dengan kliennya. Perbedaan antara pernyataan tidak memberikan pendapat dengan pendapat tidak wajar adalah,pendapat tidak wajar ini diberikan ketika auditor mengetahui adanya ketidakwajaran dalam laporan keuangan kliennya, sedangkan auditor menyatakan tidak memberikan pendapat (no opinion) karena ia tidak memperoleh cukup bukti mengenai kewajaran laporan keuangan auditan atau karena ia tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya. Pada saat auditor menetapkan bahwa ada keraguan yang pasti terhadap kemampuan klien mempertahankan kelangsungan hidup usahanya,auditor diijinkan untuk memilih apakah akan mengeluarkan opini wajar tanpa syarat atau disclaimer.


(33)

2.1.5 Opini Going Concern

Going concern opinion merupakan salah satu asumsi yang dipakai dalam menyusun laporan keuangan suatu entitas ekonomi. Asumsi ini mengharuskan entitas ekonomi secara operasional dan keuangan memiliki kemampuan mempertahankan kelangsungan hidupnya atau going concern. Menurut Belkaoi (2000) dalam Ramadany (2004) going concern merupakan suatu asumsi yang menyatakan bahwa suatu entitas akan menjalankan terus operasinya dalam jangka waktu yang lama untuk menjalankan proyek, tanggung jawab, aktivitasnya tiada henti. Dengan demikian going concern

diartikan sebagai kelangsungan hidup suatu badan usaha (Petronela, 2004). Kemampuan mempertahankan kelangsungan hidup adalah syarat suatu laporan keuangan disusun dengan menggunakan basis akrual,yaitu dasar pencatatan transaksi yang dilakukan pada saat terjadinya,bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau diberikan. Jika suatu entitas bisnis tidak memiliki kemampuan mempertahankan kelangsungan hidupnya, maka laporan keuangan entitas tersebut wajib disusun berdasarkan asumsi lain yakni likuidasi dan nilai realisasi sebagai basis pencatatan (PSA No. 30).

Opini audit going concern merupakan opini audit yang dikeluarkan auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang


(34)

ditentukan (SPAP, 2001). Pemberian status going concern

bukanlah tugas yang mudah (Koh dan Tan, 1999 dalam Januarti 2009). Hal ini disebabkan karena adanya hipotesis self-fulfilling properchy yang menyatakan apabila auditor memberikan opini

going concern maka perusahaan akan menjadi cepat bangkrut karena banyak kreditor yang menarik dananya atau investor yang membatalkan investasinya. Oleh sebab itu sangat sulit untuk memprediksi kelangsungan hidup suatu entitas sehingga banyak auditor mengalami dilema antara moral dan etika dalam memberikan opini going concern.

SPAP seksi 341 memberikan pedoman kepada auditor tentang dampak kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya terhadap opini auditor sebagai berikut: 1. Jika auditor yakin terhadap kemampuan satuan usaha

mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas,maka auditor harus:

a. Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditujukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut.

b. Menetapkan kemungkinan bahwa rencana tersebut secara efektif terlaksana.

2. Jika manajemen tidak memiliki rencana untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa terhadap kemampuan satuan


(35)

usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya, maka auditor mempertimbangkan untuk memberikan pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion).

3. Jika manajemen memiliki rencana untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa diatas,maka auditor menyimpulkan (berdasarkan pertimbangannya) atas aktivitas rencana tersebut. 4. Jika auditor berkesimpulan bahwa rencana tersebut tidak

efektif,maka audior menyatakan tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion)

5. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif dan klien mengungkapkan keadaan tersebut dalam catatan atas laporan keuangan,maka auditor menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)

6. Jika auditor berkesimpulan bahwa rencana tersebut efektif, tetapi klien tidak mengungkapkannya dalam catatan atas laporan keuangan maka auditor menyatakan pendapat tidak wajar (adverse opinion).

Jika auditor menyimpulkan keragu-raguan atas kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya, pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan perlu dibuat, terlepas dari pengungkapan dalam laporan keuangan. PSA No. 30 memperbolehkan tetapi tidak menganjurkan pernyataan tidak


(36)

memberikan pendapat karena adanya keraguan atas kelangsungan hidup.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai pengaruh pemberian opini going concern telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya:

Tabel 2.2

Tinjauan Penelitian Terdahulu NO Peneliti Judul

Penelitian

Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1 1 Mirna dan

Indira (2007)

Analisis Pengaruh Kualitas Audit, Debt Default, dan

Opinion Shopping

Terhadap Penerimaan Opini Going Concern

Independen: Kualitas Audit, Debt default,

Opinion Shopping

Dependen: Going concern

Debt default secara signifikan

berpengaruh positif terhadap going concern. Sedangkan kualitas audit, opinion shopping tidak berpengaruh signifikan dan negatif terhadap going concern.

2 Januarti (2009) Penerimaan Opini Audit Going Concern Independen: financial distress, debt default, ukuran perusahan, audit lag, opini sebelumnya, pergantian auditor, kualitas audit,

opinion shopping, kepemilikan manajerial dan instutisional Dependen: Penerimaan Opini Going Concern

Debt default, ukuran perusahaan, opini sebelumnya dan kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap opini going concern.

Financial distress ,audit lag, opinion shopping,

kepemilikan manajerial dan konstitusional tidak berpengaruh

terhadap opini going concern


(37)

3. Linda (2007) Kualitas Audit,Kondis i Keuangan,Op ini Audit Tahun Sebelumnya terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Audit, Kondisi Keuangan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan Dependen:

Opini Going Concern

opini audit tahun sebelumnya, dan ukuran perusahaan berpengaruh

terhadap penerimaan opini audit going concern. Sedangkan kualitas audit dan pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern.

4. Arry dan I Dewa Nyoman Badera (2009) Penerimaan Opini Audit Going Concern

Independen: Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, Leverage, dan Reputasi Auditor Dependen: Opini Going Concern Model prediksi kebangkrutan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

going concern. Sedangkan pertumbuhan perusahaan,

leverage, dan

reputasi auditor tidak berpengaruh

signifikan terhadap penerimaan opini

going concern


(38)

2.3 Kerangka Konseptual

Auditor terlebih dahulu harus memperhatikan faktor opinion shopping,

reputasi auditor, dan financial distress sebagai acuan dalam memberikan opini going concern. Pengaruh opinion shopping, reputasi auditor, dan

financial distress dapat dijelaskan dalam suatu kerangka pemikiran.

Kerangka pemikiran tersebut disajikan sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

H1

H2

H3

Gambar 2.1

Gambar Kerangka Konseptual

Dari kerangka konseptual diatas, diketahui bahwa dalam penelitian ini, yang merupakan variabel independen adalah opinion shopping, reputasi auditor, financial distress; sedangkan variabel dependennya adalah penerimaan opini going concern.

Opinion shopping merupakan istilah yang digunakan apabila perusahaan melakukan pergantian auditor atau kantor Akuntan Publik (KAP) dimana Reputasi Auditor

Opinion Shopping Opini Going Concern


(39)

hal ini muncul karena rotasi audit. Reputasi auditor menunjukkan prestasi dan kepercayaan publik yang disandang auditor atas nama besar yang dimiliki auditor tersebut. Financial distress sebagai suatu kondisi dari perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan dimana laba bersih (net profit) negatif selama beberapa tahun.

Going concern opinion merupakan salah satu asumsi yang dipakai dalam menyusun laporan keuangan suatu entitas ekonomi. Asumsi ini mengharuskan entitas ekonomi secara operasional dan keuangan memiliki kemampuan mempertahankan kelangsungan hidupnya atau going concern. Variabel independen yang telah diungkapkan diatas merupakan beberapa faktor yang menjadi pertimbangan auditor (KAP) dalam memutuskan pemberian opini going concern kepada perusahaan yang sedang diaudit.


(40)

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban atau dugaan sementara terhadap suatu masalah yang dihadapi yang masih akan diuji kebenarannya lebih lanjut mengenai analisas data yang relevan dengan masalah yang terjadi. Adapun yang menjadi hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1: Opinion shopping berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini

going concern.

H2: Reputasi auditor berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini

going concern.

H3: Financial distress berpengaruh positif terhadap penerimaan opini


(41)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian asosiatif kausal. Menurut Umar (2003: 30) penelitian asosiatif kausal adalah “Penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel memperngaruhi variabel lain”. Dengan kata lain desain asosiatif kausal betujuan untuk mengukur hubungan-hubungan antar variabel penelitian atau berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya. Penelitian ini menguji pengaruh opinion shopping, reputasi auditor, dan

financial distress terhadap penerimaan opini audit going concern.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Bursa Efek Indonesia dipilih karena BEI merupakan pasar modal Indonesia terbesar. Penelitian ini mengambil periode 2007-2010. Pemilihan periode ini menjadi pertimbangan peneliti karera terjadinya krisis ekonomi global pada tahun 2008 serta untuk melihat apakah ada pengaruh yang ditimbulkan dari krisis ekonomi global tersebut terhadap kondisi perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI .


(42)

Adapun jadwal penelitian digambarkan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3.1 Waktu Penelitian Kegiatan Okt

’11

Nov’11 Des’11 Jan’12 Feb’12 Mar’12 Apr’12 Pengajua

n Judul

Bimbing

an Proposal

Seminar proposal skripsi

Penulisan dan Bimbing an Skripsi

Penyeles aian Skripsi

Ujian Meja Hijau

3.3. Batasan Operasional

Batasan operasional penelitian ini adalah: 1. Periode penelitian adalah 2007-2010

2. Alat analisis opinion shopping adalah return saham, sedangkan untuk

financial distress adalah model Z-Scorerevised Altman. 3. Pengamatan bersifat time series.


(43)

3.4. Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan bagian dari proses penelitian, dimana peneliti mendefenisikan sebuah konsep atau variabel sehingga bisa diukur, dengan cara melihat pada dimensi (indikator) dari suatu konsep atau variabel. Menurut Kerlinger (2000), defenisi operasional adalah melekatkan arti pada suatu variabel dengan cara menetapkan kegiatan atau tindakan yang digunakan untuk mengukur variabel tersebut, dengan kata lain defenisi operasional merupakan spesifikasi kegiatan atau tindakan yang perlu untuk mengukur variabel.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 3.4.1. Variabel Independen

3.4.1.1 Opinion Shopping

Opinion shopping dalam penelitian ini menggunakan metode yang diterapkan oleh Lennox (2002).

Penelitian Lennox (2002) menggunakan return saham (RS):

SP = Return saham perusahaan i pada tahun t SPit

DPS = Dividend per Share perusahaan i pada tahun t = Harga saham perusahaan i pada tahun t

SPit-1 = Harga saham perusahaan i pada tahun t-1


(44)

3.4.1.2 Reputasi Auditor

Reputasi auditor diukur dengan menggunakan variabel dummy. Dalam penelitian ini proksi yang digunakan sama seperti penelitian Mutcler dalam (Fanny dan Saputra, 2005) menggunakan skala KAP untuk variabel reputasi KAP untuk melihat kecenderungan opini audit yang diberikan kepada perusahaan yang bermasalah. Choi, et al (2010) dikutip Januadi dan Hartono (2010) menggolongkan KAP besar adalah KAP yang mempunyai nama besar berskala internasional (termasuk dalam big four auditors ) dimana KAP yang besar menyediakan mutu audit yang lebih tinggi dibandingkan KAP kecil yang belum memiliki reputasi. KAP skala besar cenderung menerbitkan opini going concern bila terdapat masalah pada perusahaan yang diaudit bila dibandingkan dengan KAP skala kecil. Variabel ini menggunakan skala nominal, yaitu angka 1 untuk mengindikasikan penggunaan KAP Big four serta angka 0 untuk mengindikasikan penggunaan KAP non Bigfour. Dasar penentuan KAP Big four

dan non Big four ini adalah berdasarkan rating atau jumlah klien serta besarnya pendapatan yang diperoleh

four terbentuk karena sejumlah tanggapan terhadap akuntansi perusahaan besar termasuk diantaranya melibatkan Enron,Tyco


(45)

International,Adelphia,Peregrine Systems dan WorldCom.

1. KAP yang berafiliasi dengan Price Waterhouse Coopers

(PWC).

Terbentuknya KAP Big four karena serangkaian kegiatan merger. Adapun KAP Big four yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

2. KAP yang berafiliasi dengan Delloitte Touche Tohmatsu.

3. KAP yang berafiliasi dengan Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG).

4. KAP yang berafiliasi dengan Ernst and Young (EY).

3.4.1.3 Financial Ditress

Financial distress yang dialami oleh perusahaan akan memungkinkan perusahaan tersebut menerima opini going concern. Mc Keown (1991) dalam Januarti (2009) mengemukakan bahwa perusahaan yang tidak pernah mengalami kesulitan keuangan (financial distress) tidak akan pernah menerima opini audit going concern. Namun sebaliknya,jika kondisi keuangan perusahaan memburuk maka akan semakin besar kemungkinan perusahaan menerima opini going concern. Hal ini menggambarkan bahwa perusahaan yang mengalami financial distress


(46)

Sampai dengan saat ini model Z-Score Altman adalah model yang paling sering digunakan untuk memprediksi kebangkrutan dibandingkan model lainnya. Selain itu model Z-Score Altman dapat digunakan sebagai model analisis tanpa melihat ukuran dari perusahaan yang sedang diukur sehingga dinilai cukup efektif. Sekalipun kondisi perusahaan baik, namun apabila Z-score mulai turun dengan tajam maka perusahaan perlulah waspada terhadap kebangkrutan. Namun untuk kondisi lain semisal perusahaan yang baru saja survive, Z-score dapat digunakan untuk mengevaluasi dampak yang telah diperhitungkan dari perubahan upaya manajemen-manajemen perusahaan. Oleh sebab itu maka peneliti memilih model kebangkrutan

revised Altman. Kategori yang digunakan untuk perusahaan yang Z > 2,99 adalah 1, sedangkan untuk 1,81 ≥ Z ≤ 2,99 adalah 0, dan Z < 1,81 adalah -1.

3.4.2 Variabel Dependen

3.4.2.1 Opini Audit Going Concern

Opini audit going concern merupakan variabel dummy,yaitu varibel yang bersifat kategorikal atau dikotonomi (Ghozali, 2007). Kategori yang digunakan adalah untuk perusahaan yang menerima


(47)

opini audit going concern diberi angka 1 sedangkan opini audit non going concern diberi angka 0.

3.5 Skala Pengukuran Variabel Penelitian

Skala pengukuran variabel penelitian dapat dilihat dari tabel berikut: Tabel 3.2

Pengukuran Variabel Penelitian Variabel

yang Diukur

Indikator Skala Sumber

Data

Instrumen

Opinion

Shopping

Return Saham Rasio Sekunder Laporan

Tahunan

Reputasi Auditor

Skala KAP Nominal Sekunder Reputasi KAP

Financial

Distresss

Model revised Z-Score

Altman

Nominal Sekunder Laporan Tahunan Penerimaan

Opini Going Concern

Opini Audit Nominal Sekunder Laporan Auditor


(48)

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2007-2010. Hal ini dipilih untuk melihat perkembangan penerimaan opini going concern yang diakibatkan dampak krisis ekonomi global. Sampel perusahan ini dipilih dengan kriteria purposive sampling agar sampel yang didapat sesuai dengan kriteria yang ditentukan.

Adapun kriteria sampel ini adalah:

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI yang tidak pernah

delisting selama tahun 2007-2010 dan menerbitkan laporan tahunan yang telah diaudit selama tahun 2007-2010.

2. Opini yang diberikan auditor bukan adverse opinion dan not qualified opinion.

3. Mengalami laba bersih setelah pajak yang negatif sekurangnya dua periode laporan keuangan selama periode penelitian 2007-2010.

4. Untuk perhitungan return saham menggunakan laporan tahunan pada tahun 2006-2010.

Berdasarkan kriteria yang dikemukakan di atas dari 135 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, ada sebanyak 20 perusahaan yang menjadi sampel dengan tiga tahun pengamatan. Sehingga total sampel dari penelitian ini berjumlah 80 sampel.


(49)

Sampel perusahaan dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Tabel 3.3

Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian

No Kode Emiten

1 Akasha Wira International Tbk. ADES

2 Allbond Makmur Usaha, Tbk SQMI

3 Aneka Kemasindo Utama Tbk. AKKU

4 Argo Pantes Tbk. ARGO

5 Asiaplast Industries Tbk. [S] APLI

6 Asia Pasific Fiber, Tbk POLY

7 Barito Pacific Tbk. [S] BRPT

8 Ever Shine Textile Industry Tbk. [S] ESTI 9 Intanwijaya Internasional Tbk. [S] INCI 10 Jakarta Kyoei Steel Works Tbk. JKSW 11 Keramika Indonesia Assosiasi Tbk. KIAS

12 Mulia Industrindo Tbk. MLIA

13 Pan Brothers tex Tbk PBRX

14 Panasia Filament Inti Tbk. PAFI

15 Prima Alloy Steel Tbk. PRAS

16 Sumalindo Lestari Jaya Tbk. SULI 17 Surabaya Agung Industry Pulp Tbk. SAIP

18 Tembaga Mulia Semanan Tbk. TBMS

19 Tifico Fiber Indonesia Tbk. [S] TFCO 20 Tirta Mahakam Resources Tbk. TIRT

Sumbe

3.7 Jenis Data

Data yang digunakan peneliti adalah data skunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung atau melalui media perantara, yang diperoleh dari laporan keuangan auditan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sehingga informasi yang terkandung dapat diandalkan.


(50)

3.8 Metode Pengumpulan Data

Data penelitian ini dilakukan dengan dua teknik yaitu melalui media internet dengan cara mengunduh data yang diterbitkan dari melalui studi pustaka dengan mengumpulkan buku-buku yang berkaitan dengan penelitian terdahulu sebagai pedoman referensi.

3.9 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dapat dilihat melalui koefisien regresi. Koefisien regresi dari tiap variabel-variabel yang diuji menunjukkan bentuk hubungan antara variabel. Pengeujian hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan antara nilai probabilitas (sig) dengan tingkat signifikansi (α).

Jika nilai signifikan < dari 0,05 (tingkat signifikansi /α) maka berarti H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya variabel terikat. Begitu pula sebaiknya, bila nilai signifikan > dari 0,05 (tingkat signifikansi/α) maka berarti H0 diterima dan Ha ditolak yang berarti bahwa variabel bebas tidak


(51)

3.10 Teknik Analisis Data

3.10.1. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui karakteristik sampel yang digunakan dan menggambarkan variabel-variabel dalam penelititan. Analisis statistik sedkriptif meliputi jumlah, sampel, nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi. Penyajian statistik deskriptif bertujuan agar dapat dilihat profil dari data penelitian tersebut. Dalam penelititan ini variabel yang digunakan adalah opinion shopping, reputasi auditor, dan financial distress.

3.10.2 Analisis Statistik Inferensial

Analisis statistik inferensial digunakan untuk pengujian hipotesis yang diajukan. Pengujian hipotesis dalam penlitian ini menggunakan analisis multivariate dengan menggunakan regresi logistik, yang variabel bebasnya merupakan kommbinasi antara metric dan non metric (nominal). Regresi logistik adalah regresi yang digunakan untuk melihat sejauh mana probabilitasnya terjadi. Pada teknik analisis regresi logistik tidak memerlukan lagi uji normalitas dan ujji asumsi kalsik pada variabel bebasnya (Ghozali, 2006).


(52)

Model regresi logistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:

OGC= a + b1 RS + b2 BANKRUPT + b3 REPUT + e Keterangan:

OGC = Opini Going Concern (variabel dummy, 1 jika opini going concern, 0 jika opini non going concern)

a = Konstanta

b1,b2,b3 = Koefisien regresi

RS = Return saham dihitung dengan menggunakan rumus:

RS = (SPit+DPSit-SPit-1)/SP

BANKRUPT = Prediksi kebangkrutan menggunakan revised Altman

it-1

REPUT = Reputasi auditor KAP (variabel dummy, 1 jika big four, 0 jka nonbig four)

e = Error

Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis multivariate dengan menggunakan regresi logistik, yang variabel bebasnya merupakan kombinasi metric dan non metric (nominal). Teknik analisis ini tidak menggunakan lagi uji normalitas dan uji asumsi klasik pada variabel bebasnya (Ghozali, 2006).


(53)

Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

a. Menilai Model Fit dan Keseluruhan Model (Overall Model Fit) Analisis pertama yang dilakukan adalah menilai overall model fit

terhadap data. Hipotesis yang digunakan untuk menilai model fit

adalah:

Hipotesis untuk menilai model ini adalah:

H0: Model yang dihipotesiskan fit dengan data H1: Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data. Dari hipotesis ini supaya model fit dengan data, maka H0

1. Jika nilai -2LogL < 0,05 maka H

harus diterima atau Ha harus ditolak. Statistik yang digunakan berdasarkan pada fungsi Likelihood. Likelihood (L) dari model adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input. Untuk menguji hipotesis nol dan hipotesis alternatif, L ditransformasikan menjadi -2LogL. Dengan alpha (α) 5%, cara menilai model fit ini adalah sebagai berikut:

0

2. Jika nilai -2LogL > 0,05 maka H

ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa model fit dengan data.

0

Adanya pengurangan nilai antara -2LogL awal (initial -2LL function) dengan nilai -2LogL pada langkah berikutnya menunujukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2006). Log

diterima dan Ha ditolak, yang berarti bahwa model fit dengan data.


(54)

likelihood pada regresi logistik mirip dengan pengertian “Sum of Squere Error” pada model regresi, sehingga penurunan Log Likelihood menunjukkan model regresi yang semakin baik.

b. Menilai kaelayakan Model Regresi

Kelayakan model regresi dinilai dngan menggunakan Hosmer and Lemesho’s Goodness of Fit Test. Adapun hipotesis utnuk menilai kelayakan model ini adalah:

H0 : Tidak ada perbedaan antara model dengan data H1 : Ada perbedaan antara model dengan data

Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow Goodness of Fit lebih besar daripada 0,05 maka H0 tidak dapat ditolak dan ini berarti model

mampu memprediksi niali observasinya atau dapat dikatakan model diterima karena sesuai dengan data observasinya (Ghozali, 2006)

c. Koefisien Determinasi

Keofisien determinasi digunakna utnuk mengethaui seberapa besar variabilitas variabel-variabel independen mampu memperjelas variabilitas variabel dependen. Nilai koefisien determinasi merupakan modifikasi dari koefisien Nagel Karke untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 sampai 1. Hal ini dilakukan dengan cara membagi nilai Nagel Karke R2 dengan nilai maksimumnya. Nilai


(55)

koefisien determinasi dapat diinterpretasikan seperti nilai R Square


(56)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Deskriptif Penelitian

Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui karakteristik sampel yang digunakan dan menggambarkan variabel-variabel dalam penelitian. Analisi deskriptif meliputi jumlah sampel, nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi.

Penyajian analisis deskriptif penelitian ini bertujuan untuk melihat data penelitian tersebut. Dalam penlitian ini variabel yang digunakan adalah

opinion shopping, reputasi auditor, dan financial distress.

Dalam penelitian ini sampel dipilih dengan menggunakan metode

purposive sampling, dengan metode purposive sampling ini diharapkan dapat mewakili populasinya dan tidak menimbulkan bias bagi tujuan penelitian. Berdasarkan kriteria sampel yang telah ditetapkan maka diperoleh sebanyak 80 auditee (berdasarkan empat tahun penelitian) perusahaan manufaktur yang digunakan sebagai sampel dan dikelompokkan ke dalam dua kelompok atau kategori berdasarkan atas jenis audit yang diterimanya, yaitu: kelompok auditee dengan opini audit

going concern (OGC) dan auditee dengan opini audit non going concern


(57)

4.2 Hasil Penelitian

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik yang menggunakan persamaan regresi logistik. Analisis data dimulai dengan mengolah data dengan menggunakan Microsoft Excel, selanjutnya dilakukan pengujian menggunakan menggunakan regresi logistik.

Pengujian analisis statistik inferensial dan pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan software program SPSS versi 17. Prosedur dimulai dengan memasukkan variabel-variabel penelitian ke program SPSS tersebut dan menghasilkan output-output sesuai metode analisis yang telah ditentukan.

4.2.1 Analisis Statistik Inferensial

a. Menilai Model Fit dan Keseluruhan Model (Overall Model Fit)

Langkah pertama adalah menilai overall model fit terhadap data. Hipotesis utnuk meniali model fit adalah:

Ho : Model yang dihopotesisikan fit dengan data. H1 : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data.

Pengujian ini dilakukan utnuk mengetahui apakah model fit

dengan data baik sebelum maupun sesudah variabel bebas dimasukkan ke dalam model. Dari hipotesisis ini jelas bahwa kita tidak akan menolak hipotesis nol agar model fit dengan


(58)

data. Likehood (L) dari model adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input (Ghozali, 2006 : 232).

Tabel 4.1

Tabel Likehood Block 0

Iteration Historya,b,c

Iteration -2 Log likelihood

Coefficients Constant

Step 0 1 47.246 -1.700

2 42.866 -2.308

3 42.623 -2.496

4 42.622 -2.512

5 42.622 -2.512

a. Constant is included in the model.

b. Initial -2 Log Likelihood: 42.622

c. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than .001.

Output SPSS menunjukkan nilai -2 LogL pertama sebesar 42,622, angka ini secara matematik signifikan pada alpha (α) 5% dan hipotesis nol ditolak. Hal ini berarti bahwa hanya konstanta saja yang tidak fit dengan data (sebelum variabel bebas dimasukkan ke dalam model regresi).

Langkah selanjutnya adalah menguji keseluruhan model

(overall model fit). Pengujian dilakukan dengan

membandingkan nilai -2LogL (-2LL) pada awal (Block 0) dengan nilai -2LogL pada akhir (Block 1). Adanya


(59)

pengurangan nilai antara -2LL awal (initial -2LL function) dengan nilai -2LL pada langkah berikutnya (-2LL akhir) menunjukkan bahwa model yang dihipotesisikan fit dengan data (Ghozali, 2006).

Tabel 4.2

Tabel Likehood Block 1 Iteration Historya,b,c,d

Iteration -2 Log likelihood

Coefficients

Constant RS KAP FD

Step 1 1 45.708 -1.843 -.002 .065 -.291

2 39.322 -2.749 -.004 .156 -.762

3 37.476 -3.524 -.006 .244 -1.462

4 36.704 -4.338 -.006 .286 -2.281

5 36.375 -5.228 -.006 .301 -3.175

6 36.242 -6.175 -.006 .304 -4.123

7 36.190 -7.153 -.006 .305 -5.101

8 36.171 -8.144 -.006 .305 -6.093

9 36.164 -9.141 -.006 .305 -7.089

10 36.161 -10.140 -.006 .305 -8.088

11 36.160 -11.139 -.006 .305 -9.088

12 36.160 -12.139 -.006 .305 -10.087

13 36.159 -13.139 -.006 .305 -11.087

14 36.159 -14.139 -.006 .305 -12.087

15 36.159 -15.139 -.006 .305 -13.087

16 36.159 -16.139 -.006 .305 -14.087

17 36.159 -17.139 -.006 .305 -15.087

18 36.159 -18.139 -.006 .305 -16.087

19 36.159 -19.139 -.006 .305 -17.087

20 36.159 -20.139 -.006 .305 -18.087

a. Method: Enter

b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 42.622

d. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has been reached. Final solution cannot be found.


(60)

-2LogL untuk model dengan konstanta dan variabel bebas yaitu opinion shopping (RS), reputasi auditor (REP), dan financial distress

(BANKRUPT) sebesar 36,159. -2LogL untuk model dengan konstanta dan variabel bebas yaitu opinion shopping (RS), reputasi auditor (REP), dan

financial distress (BANKRUPT) ternyata tidak signifikan pada alpha (α) 5% yang berarti hipotesis nol tidak dapat ditolak dan model fit dengan data.

Output SPSS menunjukkan selisih kedua -2LogL sebesar 6,463 (42,622- 36,159) atau terjadi penurunan sebesar 6,463. Penurunan nilai -2logL ini dapat diartikan bahwa penambahan variabel bebas ke dalam model dapat memperbaiki model fit serta menunjukkan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data. Log Likehood pada regresi logistik mirip dengan pengertian “Sum of Square Error” pada model regresi, sehingga penurunan nilai Log Likehood

menunjukkan model regresi yang semakin baik.

a. Menilai kelayakan Model Regresi

Analisis selanjutnya yang dilakukan adalah menilai kelayakan model regeresi logistik yang akan digunakan. Pengujian kelayakan model regresi logistik dilakukan dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Godness of Fit Test yang diukur dengan nilai Chi-Square.

Probabilitas signifikansi yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan tingkat signifikansi (α) 5%.


(61)

Hipotesis untuk menilai kelayakan model regresi. H0

H

: Tidak ada perbedaan antara model dengan data.

1: Ada perbedaan antara model dengan data.

Tabel 4.3

Tabel Hosmer and Lemeshaow Test Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square Df Sig.

1 9.642 8 .291

Tabel di atas menunjukkan hasil pengujian Hosmer and Lemeshow.

Dengan probabilitas signifikansi menunjukkan angka 0,291, nilai signifikansi yang diperoleh ini jauh lebih besar daripada 0,05 (α) 5%, maka H0 tidak dapat ditolak (didukung). Hal ini berarti model regresi

layak untuk digunakan dalam analisis selanjutnya, karena tidak ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati. Atau dapat dikatakan bahwa model mampu memprediksi nilai observasinya.

b. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi digunakan utnuk mengetahui seberapa besar variabilitas variabel-variabel independen mampu memperjelas variabilitas variabel dependen. Koefisien determinasi pada regresi logistik dapat dilihat pada nilai

Nagelkerke R Square. Nilai Nagelkerke R Square dapat diinterpretasikan seperti nilai R Square pada regresi berganda


(62)

(Ghozali,2006). Nilai ini didapat dengan cara membagi nilai Cox & Snell R Square dengan nilai maksimumnya.

Tabel 4.4

Tabel Nagelkerke R Square Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 36.159a .078 .188

a. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has been reached. Final solution cannot be found.

Tabel di atas menunjukkan nilai Nagelkerke R Square. Dilihat dari hasil output pengolahan data nilai Nagelkerke R Square

adalah sebesar 0,188 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar 18,8% sisanya sebesar 81,2% (100% - 18,8%) dijelaskan varabilitas variabel-variabel lain di luar model penelitian.

4.1.1 Hasil Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesisi dalam penelitian ini untuk menguji pengaruh variabel-variabel bebas yaitu opinion shopping (RS), reputasi auditor (REP), dan financial distress (BANKRUPT) terhadap opini

going concern dengan menggunakan hasil uji regresi yang ditunjukkan dalam variabele in the quation. Dalam uji hipotesis dengan regresi logistik cukup dengan melihat Variabels in the Equation, pada kolom significant dibandingkan dengan tingkat


(63)

kealphaan 0,05 (5%). Apabila tingkat signifikansi < 0,05 maka hipotesis diterima.

Tabel 4.5

Tabel Variables in the Equation Variables in the Equation

B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)

Step 1a

RS -.006 .019 .098 1 .755 .994

KAP .305 .959 .101 1 .751 1.356

FD -18.087 5344.487 .000 1 .997 .000

Constant -20.139 5344.487 .000 1 .997 .000

a. Variable(s) entered on step 1: RS, KAP, FD.

Tabel di atas menunjukkan hasil pengujian dengan regresi logistik pada tingkat signifikansi 5%. Dari pengujian dengan regresi logistik di atas maka diperoleh persamaan regresi logistik sebagai berikut:

OGC = -20,139 – 0,006 RS – 18,087 BANKRUPT + 0,305 REPUT + e

Tabel 4.6 Tabel Hasil Hipotesis

No Hipotesis Beta Sig Kesimpulan

1 H1 -0,006 0,755 Tidak Didukung

2 H2 0,305 0,751 Tidak Didukung

3 H3 -18,087 0,997 Tidak Didukung Sumber: Hasil Olahan Peneliti (2012)


(64)

H1 : Opinion Shopping berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini

going cocern.

Opinion Shopping yang dihitung dengan menggunakan return saham, pada tabel diatas menunjukkan koefisien negatif sebesar 0,006 dengan tingkat signifikansi 0,755 > 0,05 yang berarti H1

H2 : Reputasi auditor berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini

going concern.

tidak dapat didukung atau

opinion shopping berpengaruh negatif dan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern.

Reputasi auditor dengan proksi skala KAP pada tabel diatas menunjukkan koefisien positif sebesar 0,305 dengan tingkat signifikansi 0,751 > 0,05 yang berarti H2

H3 : Financial distress berpengaruh positif terhadap penerimaan opini

going concern.

tidak dapat didukung atau reputasi auditor berpengaruh negatif atau tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan opini

going concern.

Financial distress yang diukur dengan menggunakan Model Altman Z-Score menunjukkan koefisien negatif sebesar 18,807 dengan tingkat signifikansi 0,997 > 0,05 yang berarti H3 tidak dapat didukung atau financial distress tidak berpengaruh secara signifkan terhadap penerimaan opini going concern.


(65)

4.2 Pembahasan

Peneilitan ini merupakan studi mengenai kemungkinan penerbitan opini going concern dan opini audit non going concern oleh auditor. Penelitian ini mengamati satu variabel keuangan (financial distress) dan 2 variabel non keuangan (opinion shopping dan reputasi auditor).

Penelitian terhadap 20 perusahaan dengan jumlah sampel total 80 (sesuai dengan 4 periode penelitian ) yang dipilih berdasarkan metode purposive sampling selama tahun 2007-2010. Auditee yang terpilih menjadi sampel penelitian kemudian dikelompokkan menjadi dua yaitu kelompok dengan GCO dan kelompok NGCO.

Sesuai dengan penjelasan sebelumnya yang menyatakan bahwa penelitian ini menggunakan berbagai macam variabel independen seperti opinion shopping, reputasi auditor, dan financial distress. Maka dipembahasan ini peneliti mencoba untuk mengungkapkan mengenai hasil hipotesis yang telah dilakukan yang akan dicoba untuk dibandingkan dengan beberapa teori terdahulu yang memiliki tema penelititan yang hampir serupa.


(66)

4.3.1. Hubungan Opinion Shopping terhadap Penerimaan Opini Going Concern.

Hasil ini cenderung menunjukkan bahwa perusahaan di Indonesia cenderung menerima opini going concern ketika mempertahankan auditornya. Hal ini disimpulkan dari koefisien variabel opinion shopping yang bertanda negatif. Ini membuktikan bahwa kondisi opinion shopping di Indonesia lebih sesuai dengan praktik opinion shopping yang dikemukakan oleh Teoh (1992), yaitu cara kedua, yaitu apabila auditor tersebut independen maka, perusahaan akan memberhentikan akuntan publik (auditor) yang cenderung memberikan opini going concern, atau sebaliknya akan menunjuk auditor yang cenderung memberikan opini going concern.

Argumen ini tidak sejalan dengan dengan pendapat dari Chow dan Rice (1982) dalam Lennox (2002), dimana dikatakan walaupun auditor sering mengganti auditor setelah menerima opini going concern, masih belum jelas apakah ini mencerminkan praktik

opinion shopping. Apalagi masih besar adanya kemungkinan bahwa opinion shopping justru terjadi pada perusahaan yang mempertahankan auditor lama. Bukti empiris ini menunjukkan indikasi bahwa auditor di Indonesia masih cukup independen.


(67)

4.3.2. Hubungan Reputasi Auditor terhadap Penerimaan Opini Going Concern.

Auditor berkualitas tinggi dianggap akan mampu mendeteksi karakterisrik perusahaan yang tidak bagus dan menyampaikannya kepada publik. Sehingga dapat dikatakan perusahaan yang menggunakan jasa KAP big four adalah perusahaan yang cenderung memiliki kinerja dan karakteristik yang baik, sehingga pendapat yang mereka terima adalah cenderung pendapat wajar tanpa pengecualian, sementara perusahaan dengan kinerja dan karakteristik yang kurang baik cenderung menggunakan KAP non big four dengan harapan bahwa KAP non big four tidak dapat mendeteksi kinerja dan karakteristik mereka yang tidak baik tersebut, sedangkan disisi lain auditor berusaha untuk menjaga reputasinya dengan selalu bekerja secara objektif.

Pada perkiraan awal peneliti meyakini bahwa reputasi KAP memiliki pengaruh yang negatif terhadap penrimaan opini going concern. Asumsi ini tidak terbukti dengan hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa reputasi audit yang diproksikan dengan skala KAP Big four dan non Big four ternyata memiliki pengaruh yang tidak signifikan dan bersifat positif. Tanda positif menunjukkan bahwa perusahaan cenderung memperoleh opini going concern

ketika menggunakan jasa KAP Big for, sementara perusahaan yang menggunakan jasa KAP non Big four cenderung memperoleh opini


(68)

non going concern. Pendapat Scott (2001) menjelaskan hal ini dimana manajer yang rasional tidak akan memilih auditor berkualitas tinggi dan membayar fee yang tinggi apabila karakteristik perusahaan tidak bagus.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Mutchler (1997) yang menemmukan bukti univariate bahwa auditor berskala besar (Big four) lebih cenderung untuk mengeluarkan opini going concern pada perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan dibandingkan auditor berskala kecil (non Big four). Namun penelitian ini tidak konsisten dengan penlitian Setyarno (2006) dan tamba (2009). Meskipun menggunakan sektor yang sama, yakni perusahaan manufaktur namun tahun penelitiannya berbeda dengan peneliti sebelumnya dimana saat itu persaingan sektor manaufaktur sangat ketat sehingga prodeusen dalam negeri harus bersaing dengan produsen luar negeri yang mampu memproduksi barang dengan harga yang lebih murah.

4.3.3 Hubungan Financial Distress terhadap Penerimaan Opini Going Concern.

Dugaan peneliti meyakini bahwa semakin buruknya kondisi keuangan perusahaan yang diaudit maka peluang untuk mendapatkan opini going concern akan semakin besar bila dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki kondisi keuangan


(1)

Variables not in the Equation

Score df Sig. Step 0 Variables RS .109 1 .741

REPUT .013 1 .909 BANKRUT 3.443 1 .064 Overall Statistics 3.698 3 .296

Block 1: Method = Enter

Iteration Historya,b,c,d

Iteration -2 Log likelihood

Coefficients

Constant RS REPUT BANKRUPT Step 1 1 45.708 -1.843 -.002 .065 -.291

2 39.322 -2.749 -.004 .156 -.762 3 37.476 -3.524 -.006 .244 -1.462 4 36.704 -4.338 -.006 .286 -2.281 5 36.375 -5.228 -.006 .301 -3.175 6 36.242 -6.175 -.006 .304 -4.123 7 36.190 -7.153 -.006 .305 -5.101 8 36.171 -8.144 -.006 .305 -6.093 9 36.164 -9.141 -.006 .305 -7.089 10 36.161 -10.140 -.006 .305 -8.088 11 36.160 -11.139 -.006 .305 -9.088 12 36.160 -12.139 -.006 .305 -10.087 13 36.159 -13.139 -.006 .305 -11.087 14 36.159 -14.139 -.006 .305 -12.087 15 36.159 -15.139 -.006 .305 -13.087 16 36.159 -16.139 -.006 .305 -14.087 17 36.159 -17.139 -.006 .305 -15.087 18 36.159 -18.139 -.006 .305 -16.087 19 36.159 -19.139 -.006 .305 -17.087 20 36.159 -20.139 -.006 .305 -18.087 a. Method: Enter

b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 42.622


(2)

Iteration Historya,b,c,d

Iteration -2 Log likelihood

Coefficients

Constant RS REPUT BANKRUPT Step 1 1 45.708 -1.843 -.002 .065 -.291

2 39.322 -2.749 -.004 .156 -.762 3 37.476 -3.524 -.006 .244 -1.462 4 36.704 -4.338 -.006 .286 -2.281 5 36.375 -5.228 -.006 .301 -3.175 6 36.242 -6.175 -.006 .304 -4.123 7 36.190 -7.153 -.006 .305 -5.101 8 36.171 -8.144 -.006 .305 -6.093 9 36.164 -9.141 -.006 .305 -7.089 10 36.161 -10.140 -.006 .305 -8.088 11 36.160 -11.139 -.006 .305 -9.088 12 36.160 -12.139 -.006 .305 -10.087 13 36.159 -13.139 -.006 .305 -11.087 14 36.159 -14.139 -.006 .305 -12.087 15 36.159 -15.139 -.006 .305 -13.087 16 36.159 -16.139 -.006 .305 -14.087 17 36.159 -17.139 -.006 .305 -15.087 18 36.159 -18.139 -.006 .305 -16.087 19 36.159 -19.139 -.006 .305 -17.087 20 36.159 -20.139 -.006 .305 -18.087 a. Method: Enter

b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 42.622

d. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has been reached. Final solution cannot be found.


(3)

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig. Step 1 Step 6.462 3 .091

Block 6.462 3 .091 Model 6.462 3 .091

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 36.159a .078 .188

a. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has been reached. Final solution cannot be found.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square Df Sig. 1 9.642 8 .291

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test N/GC = 0 N/GC = 1

Total Observed Expected Observed Expected

Step 1 1 8 8.000 0 .000 8

2 8 8.000 0 .000 8

3 8 8.000 0 .000 8

4 8 7.963 0 .037 8

5 8 7.138 0 .862 8

6 7 7.088 1 .912 8

7 9 7.970 0 1.030 9

8 5 7.080 3 .920 8


(4)

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test N/GC = 0 N/GC = 1

Total Observed Expected Observed Expected

Step 1 1 8 8.000 0 .000 8

2 8 8.000 0 .000 8

3 8 8.000 0 .000 8

4 8 7.963 0 .037 8

5 8 7.138 0 .862 8

6 7 7.088 1 .912 8

7 9 7.970 0 1.030 9

8 5 7.080 3 .920 8

9 6 6.886 2 1.114 8

10 7 5.876 0 1.124 7

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test N/GC = 0 N/GC = 1

Total Observed Expected Observed Expected

Step 1 1 8 8.000 0 .000 8

2 8 8.000 0 .000 8

3 8 8.000 0 .000 8

4 8 7.963 0 .037 8

5 8 7.138 0 .862 8

6 7 7.088 1 .912 8

7 9 7.970 0 1.030 9

8 5 7.080 3 .920 8

9 6 6.886 2 1.114 8


(5)

Classification Tablea

Observed

Predicted N/GC

Percentage Correct

0 1

Step 1 N/GC 0 74 0 100.0

1 6 0 .0

Overall Percentage 92.5

a. The cut value is .500

Classification Tablea

Observed

Predicted

N/GC Percentage Correct

0 1

Step 1 N/GC 0 74 0 100.0

1 6 0 .0

Overall Percentage 92.5

a. The cut value is .500

Correlation Matrix

Constant RS REPUT BANKRUPT Step 1 Constant 1.000 .000 .000 1.000

RS .000 1.000 .221 .000 REPUT .000 .221 1.000 .000 BANKRUPT 1.000 .000 .000 1.000


(6)

Step number: 1

Observed Groups and Predicted Probabilities

32

+0

1

+

|0

1

|

|0

0

|

F

|0

0

|

R

24

+0

0

+

E

|0

0

|

Q |0

0

|

U

|0

0

|

E 16 +0 0

+

N

|0

0

|

C

|0

0

|

Y

|0

0

1

|

8

+0

0

0

+

|0

0

0

|

|0

0

0

|

|0

0

0

000000

0

|

Predicted

---+---+---+---+---+---+---+---+---+---

Prob: 0 .1 .2 .3 .4 .5

.6 .7 .8 .9 1

Group:

000000000000000000000000000000000000000000000000001111111111111111

1111111111111111111111111111111111

Predicted Probability is of Membership for 1

The Cut Value is .50

Symbols: 0 - 0

1 - 1


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan Klien, Financial Distress, Opini Going Concern, dan Reputasi Auditor Terhadap Auditor Switching (studi kasus pada perusahaan manufaktur terdaftar di BEI periode 2008-2011).

1 80 116

Pengrauh Likuiditas, Leverage, Kualitas Audit, dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 119 108

Pengaruh Reputasi Auditor, Rasio Profitabilitas, Solvabilitas Dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI

1 53 91

Pengaruh Kaualitas Audit,Opini Audit Tahun Sebalumnya Leverage,Dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei

1 52 93

Pengaruh Proxi Going Concern dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Opini Audit Tahun Berjalan pada Bank Umum yang Go Public di Indonesia

0 43 70

PENGARUH REPUTASI AUDITOR, UKURAN PERUSAHAAN, LIKUIDITAS, FINANCIAL DISTRESS DAN OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA TERHADAP Pengaruh Reputasi Auditor, Ukuran Perusahaan, Likuiditas, Financial Distress Dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Penerimaan Opini

0 4 14

PENGARUH REPUTASI AUDITOR, UKURAN PERUSAHAAN, LIKUIDITAS, FINANCIAL DISTRESS DAN OPINI AUDIT TAHUN Pengaruh Reputasi Auditor, Ukuran Perusahaan, Likuiditas, Financial Distress Dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

0 2 16

PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN DITINJAU DARI PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS, PROFITABILITY RATIO, DAN AUDITOR SWITCHING.

0 0 15

AUEP10. ANALISIS PENGARUH KUALITAS AUDIT, DEBT DEFAULT DAN OPINION SHOPPING TERHADAP PENERIMAAN OPINI GOING CONCERN

0 0 25

PENGARUH OPINION SHOPPING TERHADAP GOING CONCERN OPINION PADA PERUSAHAAN YANG MENGALAMI FINANCIAL DISTRESS - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 81