Perilakukebijakan seorang guru sebagai refleksi dari tindakan

Ditinjau dari sudut pandang hukum pidana, dalam konteks yang lebih luas, suatu perbuatan dapat dipidana apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut: 219 1. merupakan perbuatan manusia; 2. diancam dengan pidana strafbaar gesteld; 3. melawan hukum onrechtmatig; 4. dilakukan dengan kesalahan met schuld in verband staand; 5. oleh orang yang mampu bertanggung jawab toerekeningsvatbaar persoon Tindakan kekerasan baik fisik atau psikis seperti yang telah dicontohkan di atas, dapat dikatakan telah memenuhi unsur objektif dari tindak pidana, yakni memenuhi rumusan delik undang-undang pidana dan adanya sifat melawan hukum sifat melawan hukum formil. Pada kategori yang pertama ini, ketentuan dalam KUHP dan Undang-undang nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang mempunyai potensi dilanggar oleh guru dalam melaksanakan tugasnya adalah sebagai berikut: a. Penganiayaan Digunakannya kekerasan fisik untuk menegakkan kedisiplinan atau sarana penghukuman di sekolah merupakan satu bentuk penganiayaan. Penganiayaan terhadap siapa pun, dalam bentuk apa pun dan pada level berapa pun baik ringan hingga berat tetap tidak dibenarkan oleh hukum, bahkan terhadap anak didik. 219 Sudarto, Hukum Pidana I, Loc. Cit., hlm 41 Pasal 54 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak memberikan ketegasan mengenai hal ini, yang berbunyi: “Anak di dalam dan di lingkungan sekolah wajib dilindungi dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh guru, pengelola sekolah, atau teman- temannya di dalam sekolah yang bersangkutan, atau lembaga pendidikan lainnya”. 220 Ketentuan umum mengenai penganiayaan ini di atur dalam KUHP, dan secara khusus penganiayaan terhadap anak di atur dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Penganiayaan dalam KUHP ini dirumuskan secara materiel, bukan secara formil. Artinya KUHP tidak memberikan batasan yuridis mengenai tindak pidana penganiayaan ini. Adapun ketentuan pidana dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang mengatur mengenai penganiayaan adalah sebagai berikut: 1. Pasal 351 KUHP yang memuat mengenai ketentuan penganiayaan pada umumnya, yang berbunyi sebagai berikut: 2 Penganiayan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. 3 Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun. 4 Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun. 5 Dengan penganiayaan disamakan dengan merusak kesehatan. 6 Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana. 221 220 Pasal 54 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak 221 Pasal 351 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana 2. Pasal 352 KUHP mengatur mengenai penganiayaan ringan, yang berbunyi sebagai berikut: 1 Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan pasal 356, maka penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian, diancam sebagai penganiayaan ringan, dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan kejahatan itu terhadap orang yang bekerja padanya, atau menjadi bawahannya. 2 Percobaan untuk melakukan tindak pidana ini tidak dipidana 222 3. Pasal 353 KUHP mengatur mengenai penganiayaan dengan rencana, yang berbunyi sebagai berikut: 1 Penganiayaan dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun. 2 Jika perbuatan itu mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun. 3 Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun. 223 4. Pasal 354 KUHP mengatur mengenai penganiayaan berat, yang berbunyi sebagai berikut: 1 Barangsiapa sengaja melukai berat orang lain, diancam karena melakukan penganiayaan berat dengan pidana penjara paling lama delapan tahun. 2 Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun. 224 5. Pasal 355 KUHP mengatur mengenai penganiayaan berat dengan rencana, yang berbunyi sebagai berikut: 222 Pasal 352 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana 223 Pasal 353 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana 224 Pasal 354 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana 1 Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana terlebih dahulu, diancam dengan rencana terlebih dahulu, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun. 2 Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun. 225 Berbeda dengan KUHP, Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak lebih spesifik mengatur mengenai penganiayaan, yakni penganiayaan dengan korban adalah anak. Selain itu, rumusan delik dalam undang-undang tersebut telah dirumuskan secara materiel, yakni termuat dalam Pasal 80 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002, yang berbunyi sebagai berikut: 1 Setiap orang yang melakukan kekejaman, kekerasan atau ancaman kekerasan, atau penganiayaan terhadap anak, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 tiga tahun 6 enam bulan dan atau denda paling banyak Rp. 72.000.000,00 tujuh puluh dua juta rupiah. 2 Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 luka berat, maka pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun danatau denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 seratus juta rupiah 3 Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 mati, maka pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 sepuluh tahun dan atau denda paling banyak Rp. 200.000.000,00 dua ratus juta rupiah. 4 Pidana ditambah sepertiga dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, ayat 2, dan ayat 3 apabila yang melakukan penganiayaan tersebut orang tuanya. 226 Apabila perbuatan guru dalam melaksanakan tugasnya tersebut telah memenuhi kualifikasi delik yang termuat baik dalam KUHP maupun dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tersebut, tentunya guru tersebut dapat dikatakan telah melakukan tindak pidana penganiayaan. 225 Pasal 355 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana 226 Pasal 80 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 b. Perampasan Kemerdekaan Tindakan guru yang menghukum anak didik murid dengan mengurungnya di dalam kelas atau ruangan lainnya selama istirahat ataupun selama pelajaran berlangsung, pada prinsipnya telah memenuhi rumusan delik perampasan kemerdekaan yang termuat dalam Pasal 333 dan 334 KUHP, yang berbunyi sebagai berikut: 2. Pasal 333 KUHP mengatur perihal perampasan kemerdekaan karena kesengajaan: 1 Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum merampas kemerdekaan seseorang, atau meneruskan perampasan kemerdekaan yang demikian, diancam dengan pidana penjara paling lama delapan tahun. 2 Jika perbuatan itu mengakibatkan luka-luka berat, maka yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun. 3 Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun. 4 Pidana yang ditentukan dalam pasal ini diterapkan juga bagi orang yang dengan sengaja dan melawan hukum memberi tempat untuk perampasan kemerdekaan. 227 3. Pasal 334 KUHP mengatur perihal perampasan kemerdekaaan karena kealpaan: 1 Barangsiapa karena kealpaannya menyebabkan seorang dirampas kemerdekaannya secara melawan hukum, atau diteruskannya perampasan kemerdekaan yang demikian, diancam dengan pidana kurungan paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak tiga ratus rupiah. 2 Jika perbuatan itu mengakibatkan luka-luka berat maka yang bersalah diancam dengan pidana kurungan paling lama sembilan bulan 3 Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana kurungan paling lama satu tahun. 228 227 Pasal 333 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana 228 Pasal 334 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana c. Penghinaan dan Pencemaran Nama Baik Penghinaan dan pencemaran nama baik merupakan bentuk dari kekerasan psikis yang disadari maupun tidak disadari sering terjadi di sekolah. Seorang guru dalam membimbing, menasehati ataupun menegur anak didiknya murid terkadang menggunakan bahasa atau memilih kata yang tidak sepantasnya, sepatutnya dan dengan cara-cara yang tidak bijak, sehingga tujuan baik yang sebenarnya hendak disampaikan tidak tepat sasaran, bahkan sebaliknya menimbulkan persepsi penghinaan ataupun pencemaran nama baik pada anak didik yang bersangkutan. Penghinaan dan pencemaran nama baik diatur dalam Pasal 310 ayat 1 dan 315 KUHP, yang berbunyi sebagai berikut: 1. 310 ayat 1 KUHP, yang berbunyi sebagai berikut: “ Barang siapa dengan sengaja menyerang kehormatan atau nama baik seseorang dengan menuduhkan sesuatu hal, yang maksudnya terang supaya hal itu diketahui umum, diancam karena pencemaran, dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah”. 229 2. Pasal 315 KUHP, yang berbunyi sebagai berikut: “Tiap-tiap penghinaan dengan sengaja yang bersifat pencemaran atau pencemaran tertulis yang dilakukan terhadap seseorang, baik di muka umum dengan lisan atau tulisan, maupun di muka orang itu sendiri dengan lisan atau perbuatan, atau dengan surat yang dikirimkan atau diterimakan kepadanya, diancam karena penghinaan ringan dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah”. 230 229 310 ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana 230 Pasal 315 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana d. Diskriminasi dalam Pendidikan Diskriminasi yang dimaksud di sini adalah perbedaan perlakuan anak didik di sekolah berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang tidak rasional, seperti: ras, jenis kelamin, sukukedaerahan, dan agama, sehingga mengakibatkan hilangnya seluruh ataupun sebagian hak untuk memperoleh pendidikan yang sama. Secara khusus, belum ada ketentuan yang mengatur perihal diskriminasi dalam pendidikan ini. Pasal 77 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak hanya mengatur larangan diskriminasi terhadap anak secara umum, tanpa menyertakan ancaman pidana bagi pelaku. Pasal 77 tersebut yang berbunyi sebagai berikut: “Setiap orang yang dengan sengaja melakukan tindakan: a. diskriminasi terhadap anak yang mengakibatkan anak mengalami kerugian, baik materiel maupun moril sehingga menghambat fungsi sosialnya.”. 231 e. Perbuatan tidak menyenangkan Pada hakekatnya perbuatan yang telah disebut sebelumnya merupakan perbuatan yang tidak menyenangkan. Namun, perbuatan yang tidak menyenangkan yang dimaksud dalam Pasal 335 KUHP mengarah pada perbuatan memaksa orang lain supaya melakukan atau membiarkan sesuatu. Selengkapnya berbunyi sebagai berikut: 2 Diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah: 1. barang siapa secara melawan hukum memaksa orang lain supaya melakukan atau membiarkan sesuatu, dengan memakai kekerasan, sesuatu perbuatan lain maupun perlakuan yang tak 231 . Pasal 77 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 menyenangkan, baik terhadap orang itu sendiri maupun orang lain. 2. barang siapa memaksa orang lain supaya melakukan atau membiarkan sesuatu dengan ancaman pencemaran atau pencemaran tertulis. 232 Apabila ditinjau dari rumusan Pasal 335 ayat 1 KUHP di atas, maka pemberian tugas-tugas yang dirasakan berat bagi anak didik seperti menulis beberapa kalimat dalam satu buku atau menyalin buku, membersihkan ruangan kelas atau kamar kecil, dan perbuatan lainnya dapat dikualifikasikan sebagai perbuatan yang tidak menyenangkan seperti yang dirumuskan dalam Pasal 335 ayat 1 KUHP.

2. Perilaku seorang guru yang merupakan tindak pidana murni yang

dilakukan di sekolah Kategori yang kedua ini bukan merupakan perilaku yang ditujukan untuk tujuan penyelenggaraan pendidikan itu sendiri, namun merupakan tindak pidana murni yang dilakukan oleh guru terhadap anak didiknya selama melaksanakan tugasnya di sekolah. Perilaku menyimpang pada kategori ini sama sekali tanpa tujuan pendidikan, dilakukan dengan kesengajaan atau maksud jahat, dan kerugian yang timbul sangat dirasakan anak didik pada khususnya, dan dunia pendidikan pada umumnya. Perbuatan-perbuatan yang telah disebutkan dalam kategori yang pertama merupakan perbuatan-perbuatan yang dapat juga dimasukkan ke dalam kategori yang kedua, apabila memenuhi syarat bahwa perbuatan tersebut 232 Pasal 335 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dilakukan bukan dalam rangka mencapai tujuan penyelenggaraan pendidikan itu sendiri, melainkan lebih karena alasan – alasan pribadi. Selain perbuatan-perbuatan yang telah disebutkan dalam kategori yang pertama, perilaku menyimpang guru yang termasuk dalam kategori kedua dan seringkali terjadi di dunia pendidikan dewasa ini adalah Tindak Pidana Kesusilaan atau spesifiknya pelecehan seksual sexual harassment. Pelecehan seksual sexual harassment adalah perilaku atau tindakan yang mengganggu, menjengkelkan, dan tidak diundang yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang terhadap pihak lain, yang berkaitan langsung dengan jenis kelamin pihak yang diganggunya dan dirasakan menurunkan martabat dan harkat diri orang yang diganggunya. Contohnya: perkosaan, pencabulan, maupun perbuatan tidak senonoh lainnya. Mengenai pelecehan seksual ini, pada umumnya diatur dalam KUHP dan pelecehan seksual terhadap anak secara khusus diatur dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Adapun ketentuan mengenai hal itu adalah sebagai berikut: 1. Ketentuan dalam KUHP a. Pasal 287 ayat 1 KUHP yang mengatur perihal perkosaan anak di bawah umur, yang berbunyi sebagai berikut: “ Barang siapa bersetubuh dengan wanita di luar perkawinan, padahal diketahuinya atau sepatutnya harus diduga bahwa umurnya belum lima belas tahun atau kalau umurnya belum jelas, bahwa belum waktunya dikawin, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun”. 233 233 Pasal 287 ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana