Tindak pidana murni yang dilakukan guru dalam melaksanakan
Terdapat 2 dua kemungkinan yang dapat dikemukakan di sini, sehubungan dengan pertanggungjawaban pidana guru terhadap tindak
pidana murni yang dilakukannya, yakni sebagai berikut:
a. Adanya kesalahan
Berlandaskan asas fundamental pertanggungjawaban pidana, maka pada dasarnya terhadap tindak pidana murni yang dilakukan
dengan kesalahan baik dengan kesengajaan maupun dengan kealpaan, dapat dikenakan pidana. Sebagai pengecualian, pidana tidak akan
dikenakan apabila terdapat alasan pemaaf yang menghapuskan kesalahan pada diri si pelaku, sehingga hapus juga pidananya.
Mengingat sungguh mulia misi yang diemban oleh guru, dan juga mengingat guru merupakan stakesholder utama dalam peningkatan
kualitas pendidikan, maka kepentingan yang lebih luas perlu dikedepankan daripada sekedar pengenaan pidana terhadap pelaku
guru. Berkenaan dengan hal itu, terhadap guru yang nyata-nyata bersalah
melakukan tindak pidana tanpa adanya alasan pemaaf apapun, dengan pertimbangan – pertimbangan tertentu, misal: ringannya perbuatan,
kondisi pribadi guru, kondisi saat dilakukannya tindak pidana, prestasi dan pengabdian guru, maka hakim perlu diberi kewenangan untuk
memberikan ampunan atau maaf rechterlijkpardon. Sebagai catatan,
konsep rancangan KUHP telah mengatur ketentuan umum perihal rechterlijkpardon ini.
b. Tidak adanya kesalahan
Walaupun pada prinsipnya, jika tidak terbukti bersalah maka seseorang tidak dapat dikenakan pidana, namun demi melindungi
kepentingan korban dan masyarakat pada umumnya, maka seorang guru tetap dapat dipertanggungjawabkan meskipun tidak ada
kesalahan, jika kerugian yang timbul atas perbuatannya tersebut demikian besarnya.
Sebagai bahan perbandingan, di Amerika Serikat, pertanggungjawaban pidana guru diatur dalam sebuah undang-undang, yakni “The Teacher Liability
Protection Act” tahun 2001.
259
Hal-hal yang diatur dalam undang-undang tersebut antara lain, bahwa seorang guru di sekolah tidak dapat
dipertanggungjawabkan atas timbulnya kerugian yang diakibatkan oleh perbuatankelalaian yang dilakukannya atas nama sekolah, apabila:
260
1. guru melakukan perbuatan itu dalam ruang lingkup pekerjaannya tugas
dan tanggung jawabnya; 2.
tindakan guru itu sesuai dengan undang-undang, aturan, atau ketentuan- ketentuan dalam meningkatkan upaya untuk mengawasi,
menertibkanmendisiplin, mengeluarkan, atau menskors anak didik, atau untuk memelihara tata tertib di kelas atau sekolah;
3. apabila diperlukandipersyaratkan, guru yang bersangkutan harus
mempunyai izinwewenang dari negara;