Perilaku seorang guru yang merupakan tindak pidana murni yang
dilakukan bukan dalam rangka mencapai tujuan penyelenggaraan pendidikan itu sendiri, melainkan lebih karena alasan – alasan pribadi.
Selain perbuatan-perbuatan yang telah disebutkan dalam kategori yang pertama, perilaku menyimpang guru yang termasuk dalam kategori kedua dan
seringkali terjadi di dunia pendidikan dewasa ini adalah Tindak Pidana Kesusilaan atau spesifiknya pelecehan seksual sexual harassment.
Pelecehan seksual sexual harassment adalah perilaku atau tindakan yang mengganggu, menjengkelkan, dan tidak diundang yang dilakukan seseorang
atau sekelompok orang terhadap pihak lain, yang berkaitan langsung dengan jenis kelamin pihak yang diganggunya dan dirasakan menurunkan martabat
dan harkat diri orang yang diganggunya. Contohnya: perkosaan, pencabulan, maupun perbuatan tidak senonoh lainnya.
Mengenai pelecehan seksual ini, pada umumnya diatur dalam KUHP dan pelecehan seksual terhadap anak secara khusus diatur dalam Undang-undang
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Adapun ketentuan mengenai hal itu adalah sebagai berikut:
1. Ketentuan dalam KUHP
a. Pasal 287 ayat 1 KUHP yang mengatur perihal perkosaan anak
di bawah umur, yang berbunyi sebagai berikut: “ Barang siapa bersetubuh dengan wanita di luar perkawinan,
padahal diketahuinya atau sepatutnya harus diduga bahwa umurnya belum lima belas tahun atau kalau umurnya belum
jelas, bahwa belum waktunya dikawin, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun”.
233
233
Pasal 287 ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
b. Pasal 294 KUHP mengenai pencabulan terhadap anak di bawah
pengawasannya, yang berbunyi sebagai berikut: 1
Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan anaknya, anak tirinya, anak angkatnya, anak di bawah pengawasannya
yang belum dewasa, atau dengan orang yang belum dewasa pemeliharaannya, pendidikannya dan penjagaannya
diserahkan kepadanya ataupun dengan bujangnya atau bawahannya yang belum dewasa, diancam dengan pidana
penjara paling lama tujuh tahun.
234
2 Diancam dengan pidana yang sama:
2.
Pengurus, dokter, guru, pegawai, pengawas atau pesuruh dalam penjara, tempat pekerjaan Negara, tempat
pendidikan, rumah piatu, rumah sakit, rumah sakit jiwa atau lembaga sosial, yang melakukan perbuatan cabul
dengan orang yang dimasukkan ke dalamnya.
235
2. Ketentuan dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak, adalah sebagai berikut; a.
Pasal 81 ayat 1 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 mengenai perkosaan terhadap anak, berbunyi sebagai berikut:
“Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan
dengannya atau dengan orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 lima belas tahun, dan paling singkat 3 tiga
tahun dan denda paling banyak Rp. 300.000.000,00 tiga ratus juta rupiah dan paling sedikit Rp. 60.000.000,00 enam puluh juta
rupiah”
236
b. Pasal 82 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 mengenai
pencabulan terhadap anak, yang berbunyi sebagai berikut: “Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau
ancaman kekerasan memaksa, melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan atau membujuk anak untuk melakukan atau
234
Pasal 294 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
235
Pasal 294 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
236
Pasal 81 ayat 1 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002
membiarkan dilakukan perbuatan cabul, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 lima belas tahun, dan paling singkat 3
tiga tahun dan denda paling banyak Rp. 300.000.000,00 tiga ratus juta rupiah dan paling sedikit Rp. 60.000.000,00 enam puluh juta
rupiah”
237
237
Pasal 82 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002