Pelaksanaan Sistem Peradilan Pidana Terpadu

xxxix 1. Penerapan hukum dan kebijakan mengenai SPP sangat bergantung pada kerjasama antar lembaga; 2. Persepsi tiap lembaga mengenai peran mereka dalam proses peradilan pidana akan sangat mempengaruhi keputusan-keputusan kunci dan penerapan ketentuan formal; 3. Kerjasama antar lembaga dapat ditingkatkan atau mungkin sebaliknya dihambat oleh sikap dan hubungan antar lembaga- lembaga yang berbeda dengan para pihak yang terlibat; 4. Setiap perubahan dan reformasi mengenai kebijakan dan perundang-undangan, oleh karenanya harus memperhitungkan pula kesiapan dan kualitas Sumber daya serta budaya hukum masyarakat; 5. Dibutuhkan kepekaan yang lebih tinggi dari lembaga terkait untuk memiliki dan mencapai tujuan bersama. 54

1. Pelaksanaan Sistem Peradilan Pidana Terpadu

Dalam menjalankan fungsinya, SPP selalu terkait oleh beberapa asas umum dan pokok standar minimum penyelenggaraan peradilan pidana. Standar minimum tersebut juga menjadi acuan minimum terhadap pengawasan dalam SPP, standar minimum yang dimaksud adalah persamaan di muka hukum, Due Process of law, 55 sederhana dan cepat, efektif dan efisien dan akuntabilitas. Dari keenam asas tersebut, mekanisme kontrol merupakan salah satu bentuk implementasi asas akuntabilitas. Dalam asas akuntabilitas, terkandung mekanisme kontrol efektif, rasional, proporsional serta obyektif. Menurut Muladi, dalam SPP, semua sub-sistem harus ada mekanisme kontrol dalam rangka pengendalian, yang mana pelaksanaan pengawasan tersebut tidak terlepas dan selalu menjadi bagian integral pelaksanaan fungsi SPP itu sendiri. Dengan kata lain pengawasan bertujuan untuk mengawal pelaksanaan SPP dengan berorientasi untuk mencapai tujuan SPP. 56 54 Harkristuti Harkrisnowo, Sistem Peradilan Pidana Terpadu dan Peran Akademis, Loc.Cit. 55 Mardjono Reksodiputro mengartikan asas tersebut sebagai proses hukum yang wajar 56 Muladi, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana. Loc. cit xl Untuk mendukung dan mewujudkan sebuah Sistem Peradilan Pidana Terpadu, terdapat banyak model dan konsep pengawasan. Harkristuti Harkrisnowo berkenaan dengan model pengawasan menawarkan beberapa bentuk mekanisme kontrol, antara lain : 1. Internal oleh lembaga yang bersangkutan sendiri, baik per group maupun atasan; 2. Eksternal oleh pihak luar lembaga. 57 Dalam Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1989 disebutkan terdapat beberapa macam pengawasan antara lain : 58 a. Pengawasan melekat adalah serangkaian kegiatan yang bersifat sebagai pengendalian yang terus-menerus dilakukan oleh atasan langsung terhadap bawahannya, secara preventif atau represif agar pelaksanaan tugas bawahan tersebut berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan rencana kegiatan dan peraturan perundang- undangan yang berlaku; b. Pengawasan fungsional adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawasan secara fungsional baik intern pemerintah maupun ekstern pemerintah, yang dilaksanakan terhadap pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan agar sesuai dengan rencana dan peraturan perundang-undangan; c. Pengawasan masyarakat, adalah pengawasan yang dilakukan oleh warga masyarakat yang disampaikan secara lesan atau tertulis kepada aparatur pemerintah yang berkepentingan berupa sumbangan pikiran, saran gagasan atau keluhan atau pengaduan yang bersifat membangun yang disampaikan baik secara langsung maupun tidak langsung; d. Pengawasan legislatif adalah pengawasan yang dilakukan oleh lembaga perwakilan rakyat terhadap kebijaksanaan dan pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan. Sebagai sebuah sistem SPP menyangkut masalah perencaanaan, organisasi dan kebijakan. Masing-masing komponen mempunyai model dan mekanisme perencanaan, pengorganisasian dan pengambilan kebijakan sendiri 57 Op.cit 58 Lampiran Instruksi Presiden tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan Melekat, Inpres Nomor 1 Tahun 1989 tanggal 20 Maret 1989. xli sesuai dengan fungsi kewenangannya dalam SPP, perbedaan tersebut juga terjadi dalam sebuah kebijakan dan pengorganisasian sistem pengawasan. Walaupun berbeda, akan tetapi hal tersebut haruslah tetap dalam kerangka pandangan dan tujuan SPP secara keseluruhan.

2. Kejaksaan sebagai bagian dari Pelaksanaan Sistem Peradilan Pidana Terpadu