Kendala-kendala. Tugas dan Wewenang Komisi Kejaksaan

civ

1. Kendala-kendala.

Tugas Komisi Kejaksaan sebagaimana dalam Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2005 tentang Komisi Kejaksaan, yaitu berupa pengawasan, pemantauan dan penilaian. Hasil dari pengawasan, pemantauan dan penilaian akan menjadi masukan atau rekomendasi kepada Jaksa Agung. Rekomendasi yang disampaikan oleh Komisi Kejaksaan kepada Jaksa Agung untuk ditindaklanjuti. Persoalan yang mungkin muncul adalah bagaimana jika rekomendasi dari Komisi Kejaksaan tidak ditindaklanjuti oleh Jaksa Agung. Walaupun kewenangan Komisi Kejaksaan potensial kuat tidak kuat karena hanya rekomendasi sangat tergantung dari leadership dan proaktif yang dimiliki oleh Jaksa Agung dan anggota Komisi Kejaksaan. Jadi tergantung apakah Jaksa Agung mau menindaklanjuti rekomendasi dari Komisi Kejaksaan atau tidak. Karena hanya berupa rekomendasi, berhasil tidaknya Komisi Kejaksaan sangat bergantung pada komitmen dan kredibilitas Jaksa Agung untuk merespon dan menindaklanjuti rekomendasi dari Komisi Kejaksaan. Dan juga terkait dengan penggunaan anggaran yang masih menginduk di Lembaga Kejaksaan sehingga hal ini dikhawatirkan akan mengurangi independensi kewenangan Komisi Kejaksaan. Sebagai ilustrasi ada dua hal yang menjadi penyebab turunnya minat masyarakat melaporkan kasusnya kepada komisi ombudsman yaitu : 1. Komisi ombudsman walaupun ada tindak lanjuti terhadap laporan dari masyarakat tetapi jika dimentahkan oleh aparat terkait mereka tidak melaporkannya lagi ketingkat yang lebih tinggi, dan 2. Komisi Ombudsman tidak secara berkala melaporkan hasil laporan masyarakat kepada pelapor tentang kasus yang dilaporkan. 157 Dalam pasal 13 Undang-undang Nomor 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia disebutkan bahwa “pengusulan pemberhentian tidak hormat dilakukan setelah Jaksa yang bersangkutan diberi kesempatan 157 Wawancara dengan Darmono, SH. MM, tanggal 8 Juli 2008 cv secukupnya untuk membela diri dihadapan majelis kehormatan Jaksa, mengenai susunan keanggotaan majelis kehormatan Jaksa sudah dua kali dibentuk yaitu tahun 1993 158 sesuai dengan amanat undang-undang Nomor 5 Tahun 1991 tentang Kejaksaan Republik Indonesia. Keputusan Jaksa Agung tentang Majelis Kehormatan Jaksa sudah terbentuk tahun 2004 159 tetapi sampai sekarang belum berfungsi secara maksimal. 160 Dan yang menjadi kendala dalam Majelis Kehormatan Jaksa adalah orang-orang yang diangkat sebagai Anggota Majelis kehormatan Jaksa mendapat Surat Keputusan yang baru lagi untuk menduduki jabatan di daerah sehingga anggota Majelis Kehormatan Jaksa tidak dapat berjalan. 161 Dengan belum berfungsinya Majelis Kehormatan Jaksa maka selama ini dalam proses pemecatan masih ditangani oleh Jaksa Agung Muda Pengawasan.

2. Upaya-Upaya