Brunei Inggris, 2.2. Penanggulangan Aliran Sesat Dalam Perbandingan

Sebagai implementasi dari penetapan Islam sebagai agama resmi negara, maka urusan agama Islam ditangani oleh Dewan Nasional Ma- laysia untuk masalah-masalah Islam. Salah satu tugas dari dewan ini adalah melakukan pengawasan terhadap ajaran-ajaran Islam yang dikembangkan oleh aliran-aliran yang ada dalam masyarakat. Dewan dapat menetapkan bahwa suatu ajaran dinyatakan bidah atau menyimpang dari prinsip-prinsip agama Islam seperti yang dianut oleh umumnya rakyat Malaysia yang berpaham Sunni. Pemerintah Malaysia dapat mengambil tindakan terhadap aliran yang menyimpang tersebut di atas berupa tindakan pelarangan menyebarkan ajaran-ajaran tersebut atau membubarkan organisasi yang menganut ajaran-ajarannya. 316

2. Brunei

Brunei adalah negara agama, dimana sistem pemerintahan dan sistem hukumnya didasarkan pada dogma-dogma agama. Ruang lingkup delik yang berhubungan dengan agama diatur dalam Chapter XV tentang Offences relating to Relegion meliputi Pasal ; Pasal 295: menghancurkanmerusak mencemari objek yang dipandang sakral oleh sekelompok orang tempat ibadah dengan maksud menghina agama setiap golongan agama, Pasal 296: Mengganggu pertemuan keagamaan, Pasal 297: Pelanggaran ditempat pemakaman, Pasal 298: menulis, mengucapkan kata-kata, suara atau sikap, dengan maksud melukai perasaan keagamaan. 316 Muhammad Hashim, Kebebasan berpendapat dalam Islam, Mizan, Bandung 1996 :hal 338- 339 Menurut Barda Nawawi Arief, Pasal 295 KUHP Brunei di atas, dapat dimasukkan dalam perumusan delik yang mengandung unsur “merusak mencemarkan objek yang dipandang suci oleh setiap golongan”, “menghina agama”, melukai perasaan keagamaan. 317 Jadi, dilihat dari redaksi Pasalnya, walaupun Brunei tampaknya tidak mengatur secara khusus delik terhadap Tuhan, namun objek yang hendak dilindungi adalah “agama” di samping “perasaan beragama” sendiri. Rumusan Pasal 295, 298 mencantumkan secara tegas “mencemari objek yang dipandang sakral”, “melukai perasaan keagamaan”, hal ini bisa berarti bahwa kehadiran aliran sesat dengan ajarannya yang “dikategorikan” sesat, secara implisit dapat dikategorikan “mencemari objek yang dipandang sakral”, “melukai perasaan keagamaan”. Selanjutnya Pasal 296 tentang mengganggu pertemuan keagamaan dan 297 tentang pelanggaran ditempat pemakaman. Untuk delik ini tampaknya tidak jauh berbeda dengan KUHP Indonesia, yaitu tersebar dalam Pasal-Pasal, hanya saja lebih jelas dan kongkrit dasar kriminalisasinya, mengingat Brunei adalah negara yang berdasarkan syariat agama Islam.

3. Inggris,

Negara Inggris terkenal dengan sistem common law yang tidak mengkodifikasikan berbagai peraturan hukumnya yang sejenis kedalam satu kitab single code, dan tradisi ini dilakukan sudah berabad-abad 317 Barda Nawawi Arief, 2007, op.cit hal 81 lamanya. Terkait dengan delik blasphemy, pengaturannya dalam berbagai undang-undang khusus, antara lain; 318 - dalam Undang-Undang PencemaranPenghinaan The Criminal Libel Act 1819 dan The Law of Libel Amendement Act 1888 - Dalam Undang-Undang tentang Kuburan The Cemeteries Clauses Act 1847 dan The Burial laws Amendement Act 1880 - Dalam Undang-Undang Jurisdiksi Pengadilan Gereja The Ecclesiastical Court Jurisdiction Act 1860, dan - Dalam Undang-Undang Tindak Pidana Terhadap Orang The Offences Against the Persons Act 1861 Ruang lingkup delik blasphemy yang diatur keempat undang-undang tersebut di atas, meliputi perbuatan; a. Pasal 1 The Criminal Libel Act 1819, menyangkut dua perbuatan yaitu penghinaan yang bersifat menghasut seditious libel dan penghinaan terhadap tuhan blasphemous libel, b. Pasal 2 The Ecclesiastical Court Jurisdiction Act 1860, melarang perbuatan; ƒ yang besifat mengacau, melakukan kekerasan, atau perbuatan tidak senonoh didalam Gereja Katherdral, Gereja Wilayahdistrik atau kepel dari Gereja Inggris….., atau dalam setiap Capel umat beragama atau.., si setiap tempat peribadatan yang sah, yang dilakukan baik sewaktu berlangsungnya penyelenggaraan kebaktianupacara ketuhanan maupun pada setiap waktu lainnya ; ƒ mengganggu, menghalangi, menjengkelkan, atau menyusahkan mengacau atau dengan sarana-sarana lainnya yang melawan hukum menggelisahkan pendeta pastor yang sedang memimpin sakramen atau upacara ketuhanan, upacara ritual, pelayanan jasa disetiap kathedral, gereja atau capel atau dihalaman gereja atau makam. c. Pasal 36 The Offences Against the Persons Act 1861 yang didalamnya mengatur antara lain tindak pidana mengenai penggunaan ancaman atau paksaan untuk merintangi atau berusaha merintangi pendeta atau petugas lain di dalam menyelenggarakan upacarakebaktian ketuhanan didalam gereja, kepel, rumah pertemuan, atau ditempat peribadatan lainya; 318 Lihat Barda Nawawi Arief, 2007,op.cit. hal 58 d. Pasal 7 The Burial laws Amendement Act 1880, yang mengatur tindak pidana; ƒ mengacau, melakukan kekerasan, atau perbuatan tidak senonoh di pekuburan, dan ƒ mengemukakan penghinaan atau mengkritik mencela agama Kristen, kepercayaan atau peribadatan setiap gereja atau sekte golongan agama Kristen, anggota pendeta petugas gereja sekte itu maupun setiap orang lain. Delik agama di Inggris bukan merupakan delik baru, melainkan delik yang sudah lama ada bahkan sering disebut delik peninggalan abad XIX. 319 Delik agama ini secara khusus bertujuan melindungi kepercayaan keagamaan masyarakat Inggris yaitu Kristen dan segala bentuk sekte-sekte nya, sedangkan agama-agama lain yang bersifat minoritas seperti Islam, Yahudi dan Budha tidak mendapat perlindungan undang-undang ini, akibatnya perbuatan yang dinilai menistakan agama Islam, atau Yahudi dan juga Budha tidak bisa diajukan ke pengadilan dengan tuduhan melakukan delik blasphemy. Patut dicatat, terkait dengan pembahasan ini, walaupun Inggris hanya “melindungi” satu agama, yakni Kristen, namun yang hendak ditekankan di sini, bahwa Inggris yang dianggap sebagai negara sangat moderenpun masih tetap memberikan perlindungan terhadap agama. Jadi, melihat Inggris saja memberikan perlindungan terhadap agama, maka merupakan sebuah “keharusan” bagi Indonesia untuk memberikan perlidungan terhadap agama, yaitu agama sebagai sesuatu yang sangat 319 Ibid 60 sakral dan suci dan patut dilindungi, terlebih lagi Indonesia adalah negara yang mendasarkan dirinya kepada “Ketuhanan Yang Maha Esa” Pada tahun 2002, Lord Avebury anggota parlemen Inggris mengajukan RUU blasphemy yaitu RUU Delik Agama Relegion Offence Bill, atau RO Bill atau lord Aveburu Bill ke parlemen Inggris. Selanjutnya parlemen Inggris membentuk panitia khusus terpilih yang bertugas secara khusus menguji eksistensi, relevansi, dan kegunaan delik-delik peninggalan abad 19 di masa sekarang, karena kondisi dulu dengan kondisi saat ini berbeda di samping itu penduduk Inggris dewasa ini juga semakin hiterogen. Dalam RO Bill ini, ruang lingkup blasphemy diperluas keseluruh agama, jadi bukan hanya untuk golongan mayoritas yang bergama Kristen tetapi juga agama-agama lain seperti Islam, Yahudi dan Budha, karena bagaimanapun juga mereka yang minoritas itu juga warga negara Inggris, sehingga tidak patut jika mereka mendapat perlakuan yang tidak adil terhadap kepercayaan mereka. Ketentuan ini diatur dalam Pasal 133 RO Bill.

4. Belanda,