Belinda Suryani Agustine, 2014
STUDI DESKRIPTIF ASPEK PERMODALAN KOPERASI DALAM IMPLEMENTASI UU NO 17 TAHUN 2012 PADA KOPERASI MAHASISWA SE-KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.ed |perpustakaan.upi.ed
Pengetahuan dan pemahaman pengurus KOPMA yang sudah cukup namun masih terlihat ragu-ragu menjadikan persiapan masing-masing KOPMA dalam
mengimplementasikan UU No. 17 Tahun 2012 masih rendah juga. Pengurus KOPMA juga belum dapat banyak mempersiapkan segala kebutuhannya
dikarenakan peraturan pemerintah mengenai UU ini belum dikeluarkan. Hal tersebut mengakibatkan pengurus KOPMA belum bisa berbuat banyak, adanya
ketakutan persiapan yang dilakukan tidak sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh pemerintah. sejauh ini pengurus KOPMA masih menunggu dikeluarkannya
peraturan pemerintah tersebut agar persiapan pengimplementasian UU ini dapat segera dilakukan.
Tidak sedikit KOPMA yang mulai mempersiapkan pengimplementasian UU ini dengan membentuk tim yang biasa disebut tim ADHOC yang bertugas
menyesuiakan ADART koperasi dengan UU No. 17 Tahun 2012. Selain itu ada KOPMA yang sudah menerapkan perubahan pengertian-pengertian dalam
ADART pada periode 2013-2014. Persiapan lain yang dilakukan oleh KOPMA se-Kota Bandung yaitu mencari informasi baik secara langsung ke Dinas Koperasi
maupun bertukar pikiran dengan KOPMA lain di Kota Bandung juga di luar Kota Bandung. Sosialiasi kepada pengurus lain dan anggota pun menjadi bagian
persiapan yang dilakukan pengurus KOPMA se-Kota Bandung. Sejauh ini persiapan yang dilakukan pengurus KOPMA se-Kota Bandung masih di bawah
angka 50.
4.3 Gambaran Hambatan yang Dihadapi Pengurus KOPMA di Kota
Bandung dalam Mengimplementasikan UU No. 17 Tahun 2012 Khususnya Aspek Permodalan
4.3.1 Hambatan yang Dihadapi Pengurus KOPMA BS UPI
Dalam mempersiapan implementasi undang-undang koperasi yang baru, KOPMA BS UPI mengalami kendala yang cukup berat. Kendala utama yang
dihadapi yaitu belum keluarnya peratutan pemerintah, sehingga ketika akan mengimplementasikan UU Perkoperasian No 17 Tahun 2012 takutnya ketika
Belinda Suryani Agustine, 2014
STUDI DESKRIPTIF ASPEK PERMODALAN KOPERASI DALAM IMPLEMENTASI UU NO 17 TAHUN 2012 PADA KOPERASI MAHASISWA SE-KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.ed |perpustakaan.upi.ed
sudah diterapkan malah bertentangan dengan peraturan dari pemerintahnya. Disamping peraturan pemeritah yang belum keluar, pemahaman anggota yang
masig kurang pun menjadi kendala yag dihadapi oleh KOPMA BS UPI.
“Ya kendala mungkin pemahaman kami ya sebagai mahasiswa...cuma ga se muanya me mahami de tail te ntang Undang-Undang yang baru
...bahkan Undang-Undang yang lama pun ada beberapa mahasiswa yang emang bahkan ga
tahu sama sekali...jadi kita emang dari pemahamannya...pemahamannya...kalau dari segi sumber daya manusianya sendiri sih emang mereka masih antusias
masih mau gitu untuk belajar tentang Undang-Undang yang baru... Ya paling...dari segi peraturan pemerintanya yang belum keluar sih itu juga yang
menghambat ya...jadi kita masih...bingung untuk kebijakan ke depannya mau diterapkan kapan ...takutnya ketika kita sudah menerapkan malah beda
bertentangan dengan peraturan pemerintah sih itu paling...”
Peraturan pemerintah yang belum keluar sangat menghambat koperasi dalam mengimplementasikan UU Perkoperasian No 17 Tahun 2012. Peraturannya
belum ada sehingga teknis dalam menjalankannya pun belum tahu akan seperti apa.
“Dan kita belum tahu teknisnya seperti apa kan belum ada aturannya baru ada harus ada SMK tapi teknisnya belum turun jadi kita belum bisa menerapkan dan
kalau kita menerapkan juga kan belum tentu teknisnya bener gitu...sesuai...”
Dalam UU Perkoperasian No 17 Tahun 2012 tidak ada lagi simpanan pokok namun diubah menjadi Sertifikat Modal Koperasi SMK. KOPMA BS
UPI sampai saat ini belum mempersiapkan SMK ini, hal ini dikarenakan adanya kendala dalam status keanggotaan koperasi. Koperasi Mahasiswa anggotanya
khusus yang masih berstatus mahasiswa namun jika status seorang mahasiswa sudah lulus dan status kemahasiswaannya hilang maka otomatis hilang juga
keanggotaan koperasinya.
“ya soalnya kita juga liat kan kita Koperasi Mahasiswa ya...mungkin dengan status mahasiswa...kita bisa jadi anggota tapi ketika status mahasiswa itu sudah
hilang gitu kan...otomatis apa...hmm...keanggotaannya pun ikut hilang gitu...ya mungkin di sana gitu nanti saat menerapkan SMK itu karena mungkin ga ini lagi
ya...harus harus dijual lagi ke anggota lain gitu kan ...ya mungkin kendalanya di sana...masih sistem di sananya... Soalnya da kita mah beda ya ga kaya koperasi
biasa...kalau kita pergantian anggotanya kan terus...terus gitu kan jadi mungkin
masih belum ini kalau dikita...”
Kendala yang dihadapi KOPMA BS UPI yaitu pemahaman anggotanya yang
masih kurang
juga peraturan
pemerintahnya yang
menghambat
Belinda Suryani Agustine, 2014
STUDI DESKRIPTIF ASPEK PERMODALAN KOPERASI DALAM IMPLEMENTASI UU NO 17 TAHUN 2012 PADA KOPERASI MAHASISWA SE-KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.ed |perpustakaan.upi.ed
pengimplementasian Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 ini karena aturannya dari pemerintahnya belum ada.
4.3.2 Hambatan yang Dihadapi Pengurus KOPMA Ekuitas
Dalam penerapan UU Perkoperasian No 17 Tahun 2012 khususnya aspek permodalan, banyak kendala yang dihadapai KOPMA Ekuitas. Kendala yang
pertama kesadaran anggota yang masih kurang salah satu penyebabnya karena keanggotaan KOPMA Ekuitas bersifat otomatis sehingga banyak yang tidak
menyadari kalau dirinya adalah anggota KOPMA. Kendala yang kedua yaitu sosialisasi yang kurang sehingga saat akan mengimplentasikan SMK dan
peraturan lainnya masih belum bisa berjalan efektif karena pengurus KOPMA Ekuitas belum begitu paham.
“Dari kita....ya itu sosialisasi ke anggota pertama itu...karena kalau yang lain kesadaran anggota udah istilahnya udah ga bisa di ini lagi...ya kalau kita
ya...pertama kesadaran mereka tuh ga tahu ya aku juga sendiri kadang yang temen sekelas aja suka nanya “emang saya anggota KOPMA gitu?”...jadi
kesadaran mereka bahwa mereka tuh anggota KOPMA itu masih minim gitu...kita sebagai pengurus sosialisasi ke anggota...bahwa mereka tuh anggota
KOPMA ini siapa aja gitu...kita...nah sebelum SMK dijalankan ada undang- undang yang baru sebelumnya itu kita hmm...simpanan wajib itu baru berjalan
setengah tahun itu juga pada saat simpanan wajib ga terlalu berjalan efektif gitu...kalau yang lain okey setiap bulan mereka setor gitu...kalau di KOPMA ya
hanya beberapa pengurus dan anggota yang dibilangnya mereka sadar gitu oh saya sebagai anggota gitu...toh kita sebagai pengurus tidak mengapa-apakan uang
hanya uang mereka dan dikembalikan lagi ke mereka kaya gitu...”
Dari sisi pengurus, KOPMA Ekuitas juga mengalami kendala khususnya dalam pemahaman pengurus terhadap UU Perkoperasian No 17 Tahun 2012
khususnya aspek permodalan. Untuk mengurangi kendala dalam hal pemahaman UU Perkoperasian No 17 Tahun 2012, KOPMA Ekuitas setiap bulannya
melakukan rapat yang membahas UU Perkoperasian No 17 Tahun 2012 secara bertahap mulai dari pasal per pasal. Hal ini dilakukan agar semua pengurus
KOPMA Ekuitas
memahami dengan
baik sebelum
undang-undang ini
diimplementasikan.
“Ya kalau pengurus sih ada yang baru...yang angkatan baru gitu mereka juga memang...undang-undang yang baru ini apa sih gitu kan...saya sebagai ketua ga
henti-hentinya mungkin ngejelasin ke mereka pada saat kita semuanya ada kajian khusus ya...misalnya per bulan pada saat rapat...ada rapat besar di kita namanya
Belinda Suryani Agustine, 2014
STUDI DESKRIPTIF ASPEK PERMODALAN KOPERASI DALAM IMPLEMENTASI UU NO 17 TAHUN 2012 PADA KOPERASI MAHASISWA SE-KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.ed |perpustakaan.upi.ed
itu kita sedikit-sedikit dibahas tentang pasal ini...pasal ini...per pasalnya...jadi kita ngga banyak banget jadi persepsinya ga berbeda kaya gitu ya kita sedikit-sedikit
menyamakan persepsinya itu... “
4.3.3 Hambatan yang Dihadapi Pengurus KOKESMA ITB
Dalam upaya persiapan mengimplementasikan UU Perkoperasian No 17 Tahun 2012, KOKESMA ITB mengalami berbagai kendala. Pemahaman
pengurus yang masih sangat kurang terhadap UU Perkoperasian No 17 Tahun 2012 menjadi kendala utama. Sempat ada sosialisasi dari pihak dinas namun
hanya garis besarnya saja sehingga masih banyak pengurus yang belum paham.
“Kendalanya paling kita tuh sebenernya sama-sama ga ngerti juga gitu teh jadi mau tanya kesiapa juga ga ngerti paling waktu itu pernah ke...apa sih...yang
seminar pajak itu terus tadinya niatnya dikiranya itu seminar yang...pajak yang tahun sekarang kan beda kan pasalnya...terus jatohnya ngomongin yang itu
undang-undang baru cuman di situ saya ga bisa dateng waktu itu jadi temen saya yang bidang usaha terus...dia juga sama-sama ga ngerti jadi yaudah gitu...paling
menurut saya sih sosialisasinya dibanyakin
kaya gitu...”
Pengurus KOKEMA
juga masih
bingung mengenai
pembagian permodalan
dalam undang-undang
koperasi ini.
Sebelumnya pengurus
KOKESMA ITB melakukan studi banding ke Koperasi DT dan KOPMA UGM, namun kedua koperasi yang mereka kunjungi juga sama-sama masih bingung
terutama dalam aspek permodalannya.
“Iya sih sampai sekarang pengurus masih bingung ini...kaya gimana cara...cara...apa tadi...menghitung dengan jumlah anggota sekarang terus
gimana...gimana permodalan gimana dibaginya gitu...nah kalau kita udah melakukan studi banding misalnya ke KOPMA DT yang Aa Gym sama
UGM...kayanya mereka juga masih bingung...kaya semua KOPMA yang kita-kita
datangi juga masih menunggu 2015 untuk implementasi ini...”
SHU masih
menjadi kendala
bagi KOKESMA
ITB dalam
mengimplementasikan undang-undang
ini khususnya
dalam perhitungan
pembagian SHU. Kendala lain yang dihadapi KOKESMA ITB yaitu kesadaran anggota yang masih kurang dalam keaktifannya di koperasi.
“Kendalanya? Kendalanya sih paling ya tentang SHU itu sebenernya seperti apa...terus nanti pembagian...pembagiannya yang diakhir kan SHU nya jadi
berubah semua kan nanti jadi seperti apa juga gitu kan... Selain itu kendalanya...paling gimana caranya biar anggotanya mau sih sebenernya
mungkin yang paling penting gitu kan...kalau kita udah berubah juga ternyata
anggotanya ga mau kan rada...jadi paling itu”
Belinda Suryani Agustine, 2014
STUDI DESKRIPTIF ASPEK PERMODALAN KOPERASI DALAM IMPLEMENTASI UU NO 17 TAHUN 2012 PADA KOPERASI MAHASISWA SE-KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.ed |perpustakaan.upi.ed
Kendala utama yang dihadapi KOKESMA ITB yaitu pemahaman pengurusnya yang masih sangat kurang. Maksud dan makna dari setiap pasal
dalam UU Perkoperasian No 17 Tahun 20122 ini masih belum bisa dipahami dengan baik, sehingga pengurus KOKESMA ITB masih bingung dalam
pembagian permodalan
dan juga
SHU anggota.
Sebelumnya pengurus
KOKESMA ITB sudah melakukan studi banding ke Koperasi DT dan KOPMA UGM, kedua koperasi tersebut juga masih bingung dalam perhitungan pembagian
modal UU Perkoperasian No 17 Tahun 2012. Kedaan sistem SHU di KOKESMA ITB sedang dalam tahap dibenahi karena beberapa tahun belakangan ini SHU
anggota tidak dibagikan dan SHU tersebut dijadikan modal oleh pengurus sebelumnya. Hal tersebut dilakukan untuk menutupi biaya operasional koperasi
yang tinggi tidak sebanding dengan pemasukan KOKESMA yang jauh lebih kecil. Selain masalah pemahaman pengurus dan kebingungan dalam perhitungan
pembagian permodalan, kendala lain yang dihadapi adalah masalah kesadaran anggota di KOKESMA ITB. Anggota yang terdaftar di KOKESMA ITB setiap
tahunnya bertambah sekitar 200 orang namun setelah berjalan beberapa bulan hanya sekitar 50 anggota saja yang masih aktif.
4.3.4 Hambatan yang Dihadapi Pengurus KOPMA ITENAS