45
seorang pencipta lagu dan sekaligus penyanyi dikontrak oleh perusahaan rekaman untuk lima album. Dalam perjanjian dinyatakan bahwa perusahaan rekaman dapat
menghentikan kontrak itu setiap saat dengan pemberitahuan sebulan sebelumnya. Sekilas perjanjian itu terasa menjamin prospek kehidupan pencipta lagu itu.
Tetapi pada kenyataannya perjanjian itu lebih menuntut komitmen total dari pencipta lagu kepada produser rekaman tanpa ada jaminan karya-karyanya akan
diadakan pasaran. Perselisiahan akan timbul karena prosedur rekaman sering kali harus menunggu waktu yang dianggap tepat untuk mengedarkan hasil karya
rekamannya pertimbangan yang murni bisnis seperti itu sering kali menjadi berlarut-larut dan cenderung merugikan kepentingan pencipta lagu.
60
E. Pelanggaran Hak Cipta di Indonesia
1. Perbuatan yang termasuk dalam pelanggaran hak cipta.
Pelanggaran hak cipta adalah penggunaan karya yang dilindungi hak cipta, yang melanggar hak ekslusif pemegang hak cipta, seperti hak untuk
mereproduksi, mendistribusikan, menampilkan, atau memamerkan, atau membuat karya turunan tanpa seizin pemegang hak cipta.
61
Pelanggaran terjadi jika ada kesamaan antara dua ciptaan yang ada. Namun, pencipta atau pemegang hak cipta harus membuktikan bahwa karyanya
telah dijiplak, atau karya lain tersebut berasal dari karyanya. Hak cipta tidak dilanggar jika karya-karya sejenis diproduksi secara independen, dalam hal ini
masing-masing pencipta akan memperoleh hak cipta atas karya mereka.
62
60
Henry Soelistyo,
Op.Cit.,
hlm 100.
61
Tim Visi Yustisia,
Op.Cit.,
hlm. 34
62
Tim Lindsey, dkk,
Op.Cit
., hlm. 122.
Universitas Sumatera Utara
46
Hak cipta juga dilanggar jika seluruh atau bagian substansial dari suatu ciptaan yang dilindungi hak cipta diperbanyak. Pengadilan akan menentukan
apakah suatu bagian yang ditiru merupakan bagian substansial dengan meneliti apakah bagian yang digunakan itu penting, memiliki unsur pembeda atau bagian
yang mudah dikenali. Bagian ini tidak harus dalam jumlah atau bentuk besaran kuantitas untuk menjadi bagian substansial. Substansial disini simaksudkan
sebagai bagian penting, bukan bagian dalam jumlah besaran. Jadi, yang dipakai sebagai ukuran adalah ukuran kualitatif bukan ukuran kuantitatif.
63
Pelanggaran hak cipta dapat berupa perbuatan mengambil, mengutip, merekam, memperbanyak, atau mengumumkan sebagian atau seluruh ciptaan
orang lain, tanpa izin penciptapemegang hak cipta, atau yang dilarang undang- undang, atau melanggar perjanjian. Dilarang undang-undang artinya undang-
undang tidak memperkenankan perbuatan itu dilakukan karena:
64
a. Merugikan penciptapemegang hak cipta, misalnya memfotocopy sebagian
ciptaan orang lain kemudian diperjualbelikan kepada masyarakat; atau b.
Merugikan kepentingan negara, misalnya mengumumkan ciptaan yang bertentangan degan kebijaksanaan pemerintah dibidang pertahanan dan
keamanan; atau c.
Bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan, misalnya memperbanyak dan menjual Video Compact Disc VCD porno.
Cara lain yang dianggap sebagai pelanggaran oleh seseorang terhadap suatu hak cipta adalah saat seseorang:
65
63
Ibid.,
hlm.123
64
Abdulkadir Muhammad,
Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual,
Bandung : PT.Citra Aditya Bakti, 2001, hlm. 220.
65
Tim Lindsey, dkk,
Op.Cit
., hal 123.
Universitas Sumatera Utara
47
a. Memberi wewenang berupa persetujuan atau dukungan kepada pihak
lain untuk melanggar hak cipta; b.
Memiliki hubungan dagangkomersial dengan barang bajakan ciptaan- ciptaan yang dilindungi hak cipta;
c. Mengimpor barang-barang ciptaan yang dilindungi hak cipta untuk dijual
eceran atau didistribusikan; d.
Memperbolehkan suatu tempat pementasan umum untuuk digunakan sebagai tempat melanggar pementasan atau penayangan karya yang
melanggar hak cipta. Pencipta, pemegang hak cipta atau pengelola hak terkait yang mengalami
kerugian hak ekonomi atas pelanggaran hak cipta berhak mengajukan gugatan kepada Pengadilan Niaga dan memperoleh ganti rugi. Gugatan ganti rugi dapat
berupa permintaan untuk menyerahkan seluruh atau sebagian penghasilan yang diperoleh dari penyelenggaran ceramah, pertemuan ilmiah, atau pameran karya
yang merupakan hasil dari pelanggaran hak cipta. Ganti rugi tersebut harus dibayarkan paling lama 6 enam bulan setelah putusan pengadilan yang
berkekuatan hukum tetap.
66
Berdasarkan ketentuan Pasal 113 UUHC dapat disimpulkan bahwa terdapat dua golongan pelaku pelanggaran hak cipta yang dapat diancam dengan sanksi
pidana. Pertama, pelaku utama adalah perseorangan yang dengan sengaja melanggar hak cipta atau melanggar larangan undang-undang. Termasuk pelaku
utama ini dalah penerbit, pembajak, penjiplak, dan pencetak. Kedua, pelaku pembantu adalah pihak-pihak yang menyiarkan, memamerkan atau menjual
66
Tim Visi Yustisia,
Op.Cit.,
hlm. 35.
Universitas Sumatera Utara
48
kepada umum setiap ciptaan yang diketahuinya melanggar hak cipta atau melanggar larangan UUHC. Termasuk pelaku pembantu ini adalah penyiar,
penyelenggara pameran, penjual, dan pengedar yang menyewakan setiap ciptaan hasil kejahatanpelanggaran hak cipta atau larangan yang diatur oleh undang-
undang. Demi menyeimbangkan hak-hak pemilik hak cipta dengan kepentingan
masyarakat luas untuk memperoleh akses informasi, UUHC diberbagai negara mengizinkan penggunaan ciptaan-ciptaan tertentu tanpa perlu izin pencipta atau
pemegang hak cipta. Menurut Pasal 43 perbuatan yang tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta meliputi:
a. Pengumuman, pendistribusian, komunikasi, danatau penggandaan
lambang negara dan lagu kebangsaan menurut sifatnya yang asli; b.
Pengumuman, pendistribusian, komunikasi, danatau penggandaan segala sesuatu yang dilaksanakan oleh atau atas nama pemerintah, kecuali
dinyatakan dilindungi oleh peraturan perundang undangan, pernyataan pada
ciptaan tersebut
dilakukan pengumuman,
pendistribusian, komunikasi, danatau penggandaan;
67
c. Pengambilan berita aktual, baik seluruhnya maupun sebagian dari kantor
berita, Lembaga Penyiaran, dan surat kabar atau sumber sejenis lainnya dengan ketentuan sumbernya harus disebutkan secara lengkap; atau
d. Pembuatan dan penyebarluasan konten hak cipta melalui media teknologi
informasi dan komunikasi yang bersifat tidak komersial danatau menguntungkan Pencipta atau pihak terkait, atau pencipta tersebut
67
Lihat Ketentuan Pasal 43 UUHC Nomor 28 Tahun 2014.
Universitas Sumatera Utara
49
menyatakan tidak keberatan atas pembuatan dan penyebaranluasan tersebut.
e. Penggandaan, pengumuman, danatau pendistribusian potret presiden,
wakil presiden, mantan wakil presiden, pahlawan nasional, pimpinan lembaga
negara, pimpinan
kementrianlembaga pemerintah
non kementrian, danatau kepala daerah dengan memperhatikan martabat dan
kewajaran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Selanjutnya didalam Pasal 44 UUHC juga dijelaskan beberapa perbuatan
yang juga tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta, yaitu:
68
a. Penggunaan, pengambilan, penggadaan, danatau perubahan suatu ciptaan
danatau produk hak terkait secara seluruh atau sebagian yang substansial tidak dianggap sebagai pelangaran hak cipta jika sumbernya dicantumkan
secara lengkap untuk keperluan: 1
Pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah dengan tidak merugikan
kepentingn yang wajar dari pencipta atau pemegang hak cipta; 2
Keamanan serta penyelenggaraan pemerintahan, legislatif dan peradilan;
3 Ceramah yang hanya untuk tujuan pendidikan dan ilmu pengetahuan;
atau 4
Pertujukan atau pementasan yang tidak dipungut bayaran dengan ketentuan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari pencipta.
68
Lihat ketentuan Pasal 44 UUHC Nomor 28 Tahun 2014.
Universitas Sumatera Utara
50
b. Fasiltas akses atas suatu ciptaan untuk menyandang tuna netra, penyandang
kerusakan penglihatan atau keterbatasan dalam membaca, danatau pengguna huruf braille, buku audio, atau sarana lainnya, tidak dianggap
sebagai pelanggaran hak cipta jika sumbernya disebutkan atau dicantumkan secara lengkap, kecuali bersifat komersial
c. Dalam hal ciptaan berupa karya arsitektur, pengubahan sebagaimana
dimaksud pada Pasal 44 1 tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta jika dilakukan berdasarkan pertimbangan pelaksanaan teknis.
d. Ketentuan lebih lanjut mengenai fasilitas akses terhadap ciptaan bagi
penyandang tuna netra, penyandang kerusakan penglihatan dan keterbatasan dalam membaca dan menggunakan huruf braille, buku audio, atau sarana
lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat 2 diatur dengan Peraturan Pemerintah.
B. Bentuk-bentuk pelanggaran hak cipta Pengajuan tuntutan hak cipta dapat dilakukan secara pidana, menurut
UUHC yang baru terdapat beberapa bentuk pelanggaran hak cipta antara lain berupa penerbitan ciptaan, penggandaan ciptaan dalam segala bentuknya,
penerjemahan, pengadaptasian, pengaransemenan atau pentransformasian, pendistribusian ciptaan atau salinanya, pertunjukan ciptaan, pengumuman,
komunikasi ciptaan, dan penyewaan ciptaan tanpa izin dari penciptapemegang hak cipta. Hal-hal tersebut dilarang undang-undang artinya undang-undang hak
Universitas Sumatera Utara
51
cipta tidak memperkenankan perbuatan itu dilakukan oleh orang yang tidak berhak, karena tiga hal yakni:
69
1. Merugikan kepentingan negara, misalnya mengumumkan ciptaan yang
bertentangan dengan kebijakan pemerintah di bidang pertahanan dan keamanan atau ;
2. Bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan, misalnya
memperbanyak dan menjual vdeo compact disc VCD porno. Pembajakan terhadap karya orang lain seperti buku dan rekaman adalah
salah satu bentuk dari tindak pidana hak cipta yang dilarang dalam UUHC. Pekerjaannya liar, tersembunyi, dan tidak diketahui orang banyak apalagi oleh
petugas penegak hukum dan pajak. Pekerjaan tersembunyi ini dilakukan untuk menghindarkan diri dari penangkapan pihak kepolisian. Para pembajak tidak
akan mungkin menunaikan kewajiban hukum untuk membayar pajak kepada negara sebagaimana layaknya warga negara yang baik. Pembajakan merupakan
salah satu dampak negatif dari kemajuan iptek di bidang grafika dan elektronika yang dimanfaatkan secara melawan hukum ilegal oleh mereka yang ingin
mencari keuntungan dengan jalan cepat dan mudah. Menurut ketentuan Pasal 113 UUHC yang baru dapat disimpukan bahwa
terdapat 3 tiga kelompok bentuk pelanggaran hak cipta sebagai delik undang- undang wet delict yakni:
1. Dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan, memperbanyak suatu ciptaan
atau memberi izin untuk itu. Termasuk perbuatan pelanggaran ini antara lain melanggar larangan untuk mengumumkan, memperbanyak atau memberi izin
69
Singgih Wigati, “Bentuk-bentuk Pelanggaran Hak Cipta”. http:capaimimpimu.blogspot.com201111bentuk-bentuk-pelanggaran-hak-cipta.html diakses
pada tanggal 10 Juli 2015.
Universitas Sumatera Utara
52
untuk itu setiap ciptaan yang bertentangan dengan kebijaksanaan pemerintah dibidang pertahanan dan keamanan negara, kesusilaan, dan ketertiban umum;
2. Dengan sengaja memamerkan, mengedarkan atau menjual kepada umum
suatu ciptaan atau barang-barang hasil pelanggaran hak cipta. Termasuk perbuatan pelanggaran ini antara lain penjualan buku dan VCD bajakan;
3. Dengan sengaja dan tanpa hak memperbanyak penggunaan untuk
kepentingan komersial suatu program komputer. Merujuk pada ketentuan Pasal 113 tersebut, ada dua golongan pelaku
pelanggaran hak cipta yang dapat diancam dengan sanksi pidana. Pertama, pelaku utama adalah perseorangan maupun badan hukum yang dengan sengaja
melanggar hak cipta atau melanggar larangan undang-undang. Termasuk pelaku utama ini dalah penerbit, pembajak, penjiplak, dan pencetak. Kedua, pelaku
pembantu adalah pihak-pihak yang menyiarkan, memamerkan atau menjual kepada umum setiap ciptaan yang diketahuinya melanggar hak cipta atau
melanggar larangan UUHC. Termasuk pelaku pembantu ini adalah penyiar, penyelenggara pameran, penjual, dan pengedar yang menyewakan setiap ciptaan
hasil kejahatanpelanggaran hak cipta atau larangan yang diatur oleh undang- undang.
F. Sengketa Hak Cipta di Indonesia