LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II
“SKRINING FITOKIMIA DAUN SIRSAK (Annona muricatta
lin) dan DAUN KATUK (Saoropus androgenus (L.) Merr”
Disusun Oleh KELOMPOK V (KIMIA Kons. KIMIA INDUSTRI 2013)
ILHAM BURHANUDDIN
NAUVAL DWI FADILLAH
NIRWANA
RICKO ANDREAS SILALAHI. R
SUMARNI
Samarinda, 27 April 2015
Dosen Pembimbing,
Asisten Praktikum,
A. LATAR BELAKANG
Skrining fitokimia adalah suatu uji yang dilakukan sebagai uji awal yang dilakukan sebagai uji awal untuk mengidentifikasi zat – zat kimia yang terdapat pada tumbuhan, karena pada tahap ini kita dapat mengetahui golongan kimia yang terdapat pada tumbuhan. Biasanya uji ini dilakukan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder apa saja yang terkandung dalam suatu tumbuhan tertentu. Fitokimia sendiri berasal dari dua kata yaitu fitu yang artinya tumbuhan dan kimia yaitu kimia sedangkan ilmu yang mempelajari potensi dari tanaman untuk dijadikan obat disebut fitofarmatokogi.
Metabolit sekunder adalah senyawa kimia yang umumnya mempunyai kemampuan bioaktivitas yang berfungsi sebagai pelindung tumbuhan dari gangguan hama penyakit bagi tumbuhan tersebut atau lingkungannya.
Oleh karena itu percobaan mengenai skrining fitokimia ini dilakukan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder yang terdapat pada daun tanaman katuk dan sirsak menggunakan berbagai metode dan pereaksi seperti metode Culvenor dan Fitzgerrald, Will stater dan Fort dan menggunakan pereaksi – pereaksi seperti peraksi dragendorf, mayer dan liebermen untuk mengetahui apakah terdapat kandungan alkaloid, triterpenoid, steroid, flavanoid, fenolik, saponin dan kuinon pada sampel yang diuji berdasarkan warna – warna indikasi yang muncul pada saat dilakukan percobaan.
B. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui indikasi positif pada uji alkaloid dengan pereaksi
dragendorf pada sampel daun sirsak Untuk mengetahui indikasi positif pada uji fenolik pada sampel daun katuk Untuk mengetahui indikasi positif pada uji pada kuinon sampel daun
Untuk mengetahui indikasi positif pada uji saponin pada sampel daun
sirsak Untuk mengetahui indikasi positif pada uji flavanoid pada sampel daun
sirsak
C. PRINSIP PERCOBAAN
Uji Alkoloid
Prinsip percobaan iini didasarkan pada perubahan warna atau identifikasi secara kualitatif, bila sampel direaksikan dengan kloroform dan Dragendroff menghasilkan warna merah kecoklatan. Prinsipnya berdasarkan pada metode Culvenor dan Figerald dengan mengidentifikasi alkaloid yang merupakan basa dengan menggunakan pereaksi asam. Dimana sampel direaksikan dengan amoniak dan kloroform hingga terbentuk 2 fase, yang mana fase atas akan diambil dan direaksikan dengan pereaksi dragendroff dimana atom N yang terdapat dalam alkaloid memiliki satu pasangan elektron bebas yang akan
membentuk ikatan kovelen kodinat dengan ion K + pada perekasi dragendroff dengan adanya endapan jingga (senyawa kompleks Kalium-Alkoloid)
Uji Steroid dan Triterpenoid
Prinsip percobaan ini didasarkan pada perubahan warna dari sampel atau identifikasi secara kualitatif dimana sampel akan ditambahkan kloroform dan
asam asetat glasial lalu ditambahkkan H 2 SO 4(p) yang merupakan pereaksi
Libermen Buchard, yang akan menghasilkan warna hijau biruhijau untuk Steroid dan warna merah atau merah keungu-unguan untuk Triterpenoid.
Uji Flavonoid
Uji ini didasarkan pada penambahan HCl (p) dan serbuk Mg pada air rebusan Uji ini didasarkan pada penambahan HCl (p) dan serbuk Mg pada air rebusan
Uji Saponin
Uji saponin ini didasarkan pada uji secara kualitatif dimana sampel akan terbentuk busa setelah dikocok beberapa saat. Dan busa tersebut akan tetap ada walau setelah penambahan HCl (p) . Prinsip percobaan ini berdasarkan pada metode Forth yang merupakan saponin menghidrolisis didalam air. Dimana sampel ditambahkan dengan aquades dan dipanaskan, yang mana air rebusan tersebut diambil. Lalu dikocok hingga terbentuk busa yang busa tersebut timbul karena adanya gugus hidrofilik pada saponin yang mengikat air dan gugus hydrophobik yang mengikat udara dan adanya glikosida yang terhidrolisis menjadi aglikon dan glukosa. Lalu dengan penambahan HCl (p) akan menambah kepolaran dan menstabilkan buih dari larutan asam tersebut. Jika setelah penambahan HCl (p) buih tidak hilang maka positif terdapat saponin.
Uji Fenolik
Uji ini didasarkan pada uji secara kualitatif dengan penambahan FeCl 3 pada
air rebusan sampel, ditandai dengan perubahan warna menjadi ungu, biru atau hijau tergantung pada subtituennya. Dimana sampel dipotong kecil-kecil dan lalu ditambahkan aquades lalu direbus. Yang mana air rebusan tersebut
direaksikan dengan FeCl 3 yang akan menghasilkan senyawa kompleks, yang
Uji Kuinon
Prinsipnya berdasarkan pada perubahan warna pada kuinon yang disebabkan adanya klomofor yang mana dengan adanya penambahan larutan NaOH 5 dan pelepasan kembali zat warna oleh adanya kandungan HCl 2 N sehingga terbentuk perubahan warna kembali semula. Sehingga dapat diketahui metabolit sekunder apa saja yang terdapat didalamnya.
D. Dasar Teori
Secara umum kandungan metabolit sekunder dalam bahan alam hayati dikelompokkan berdasarkan sifat dan reaksi khas suatu metabolit sekunder dengan pereaksi tertentu. Atas dasar ini kandungan metabolit sekunder dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Alkaloid : sekelompok senyawa yang mengandung nitrogen dalam bentuk gugus fungsi amin.
2. Triterpenoid : sekelompok turunan asam mevalonat
3. Flavonoid : sekelompok senyawa fenil propanoid dengan kerangka karbon C 6 -
3 C -C 6
4. Fenolik : kelompok senyawa aromatik dengan gugus fungsi hidroksil
5. Saponin : kelompok senyawa dalam bentuk glikosida terpenoid
6. Kumarin : kelompok senyawa fenil propanoid dengan kerangka dasar C 6 -C 3
7. Zat warna kuinon : senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar seperti kromofor pada benzokuinon, yang terdiri atas dua gugus karbonil yang berkonjugasi dengan dua ikatan rangkap karbon-karbon (Croteau, 1983)
a. Alkaloid Pada waktu yang lampau sebagian besar sumber adalah pada tanaman berbunga, angiosperma. Pada tahun berikutnya penemuan sejumlah besar alkaloid a. Alkaloid Pada waktu yang lampau sebagian besar sumber adalah pada tanaman berbunga, angiosperma. Pada tahun berikutnya penemuan sejumlah besar alkaloid
b. Triterpenoid
Karena triterpenoid C 25 sangat jarang terdapat dalam tumbuhan tinggi,
meskipun memang ada, ada kerumitan yang sangat meningkat jika
memperhatikan senyawa mulai dari diterpenoid C 30 . Triterpenoid tersebar luas
dalam damar, gabus dan kutin tumbuhan. Apa yang disebut asam damar adalah asam triterpenoid yang sering bersama-sama dengan Gom polisakarida dalam damar Gom (Robinson, 1995).
c. Saponin Saponin mula-mula diberi nama demikian karena sifatnya yang menyerupai sabun (bahasa Latin saponin berarti sabun). Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat yang menimbulkan busa jika dikocok dalam air dan pada konsentrasi yang rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah merah. Dalam larutan yang sangat encer saponin sangat beracun untuk ikan dan tumbuhan yang mengandung saponin telah digunakan sebagai racun ikan selama beratus-ratus tahun. Beberapa saponin bekerja sebagai antimikroba juga (Robinson, 1995).
d. Flavanoid
Golongan flavonoid dapat digambarkan sebagai deretan senyawa C 6 -C 3 -C 6 . Artinya kerangka karbonnya terdiri atas dua gugus C 6 (cincin benzene
tersubstitusi) disambung oleh rantai alifatik tiga karbon.
Flavonoid mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi dan karena itu menunjukkan pita serapan kuat pada daerah spektrum UV dan spektrum tampak. Flavonoid umumnya terdapat dalam tumbuhan, terikat pada gula sebagai glikosida dan aglikon flavonoid yang mana pun mungkin saja terdapat dalam satu tumbuhan dalam beberapa bentuk kombinasi glikosida (Croteau, 1983) Flavonoid mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi dan karena itu menunjukkan pita serapan kuat pada daerah spektrum UV dan spektrum tampak. Flavonoid umumnya terdapat dalam tumbuhan, terikat pada gula sebagai glikosida dan aglikon flavonoid yang mana pun mungkin saja terdapat dalam satu tumbuhan dalam beberapa bentuk kombinasi glikosida (Croteau, 1983)
C 7 .
f. Pigmen Kuinon Warna pigmen kuinon alam beragam, mulai dari kuning pucat sampai hampir hitam dan strukturnya sangat beragam. Kuinon adlaah senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar seperti kromofor pada benzokuinon, yang terdiri atas dua gugus karbonil yang berkonjugasi dengan dua ikatan rangkap karbon ( Lehninger, 1991).
Skrining fitokimia merupakan tahap pendahuluan dalam suatu penelitian fitokimia yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang golongan senyawa yang terkandung dalam tanaman yang sedang diteliti. Metode skrining fitokimia dilakukan denagan melihat reaksi pengujian warna dengan mengguakan suatu peraksi warna. Hal penting yang berperan pnting dalam skrining fitokimia adalah pemilihan pelarut dan metode ekstraksi (Kistianti dkk., 2008). Senyawa metabolit adalah senyawa yang digolongkan berdasarkan biogenesisnya, artinya berdasarkan sumber bahan baku dan jalur biosintesisnya. Terdapat dua jenis metabolit yaitu metabolit primer dan sekunder. Metabolit primer (polisakarida, protein, lemak dan asam nukleat) merupakan penyusun utama makhluk hidup, sedangkan metabolit sekunder meski tidak sangat penting bagi eksistensi suatu makhluk hidup tetapi sering berperan menghadapi spesies-spesies lain. Misalnya zat kimia untuk pertahanan, penarik seks , feromon (Manitto, 1981).
E. TABEL PENGAMATAN
1. Uji Alkoloid 1. Uji Alkoloid
Ekstrak daun sirsak berwarna
CHCl 3 dan NH 4 hingga
hijau dan ekstrak daun katuk
sampel terendam
coklat
Diambil
filtrat
lalu
dimasukkan kedalam tabung lain
Ditambahkan 2-8 tetes H 2 SO 4
2 N, dikocok
Terbentuk 2 fase, fase atas
berwarna kuning dan fase
Diambil fase atas, lalu
bawah berwarna hijau
ditambahkan dengan 1-5 tets Terdapat banyak
endapan
dragendorff
berwarna jingga dimana positif
Diamati
terdapat alkaloid
2 Uji Steroid dan Triterpenoid
Digerus daun katuk dalam sampel berwarna hijau
lumpang Dimasukkan dalam tabung
reaksi Ditambahkan masing-masing
1 pipet CHCl 3 Larutan berwarna hijau
Diambil
filtrat
lalu
dimasukkan kedalam tabung
Filtrat
berwarna hijau
lain
kecoklatan Ditambahkan 5-10 tetes Ac 2 O
Terbentuk 2 fase, dimana fase
bawah berwarna kuning dan fase atas berwarna hijau. Dimana positif Steroid dan negatif Triterpenoid
3 Uji Flavonoid
Dipotong kecil-kecil daun Sampel berwarna hijau
katuk dan daun sirsak lalu dimasukkan kedalam beaker glass
Ditambahkan aquades hingga
sampel
terendam
lalu Warna air rebusan hijau pudar
dipanaskan
Ditambah 10 tetes HCl (p) Ditambah serbuk Mg Diamati
Larutan HCl (p) bening Serbuk Mg silver Terdapat
gelembung dan sebentar, larutan tetap bening, dimana negatif flavonoid
4 Uji Saponin 4 Uji Saponin
15 menit hingga terbentuk Terbentuk busa busa
Ditambahkan 1-4 tetes HCl (p) Diamati
Busa menjadi hilang, lerutan
menjadi bening Menandakan negatif saponin
5 Uji Fenolik
Dipotong kecil-kecil daun Daun berwarna hijau
sirsak Ditambahkan aquades hingga
Warna air rebusan hijau muda
seluruh sampel terendam lalu
dipanaskan Diambil 1 pipet air rebusan
Ditambahkan 3 tetes FeCl 3
Diamati
Larutan FeCl 3 kuning
Warna larutan berubah menjadi
kuning kecoklatan dimana positif Fenolik
6 Uji Kuinon 6 Uji Kuinon
Dietil eter bening dan filtrat
menutupi sampel
berwarna hijau
Diambil
filtrate,
lalu
Filtrat berwarna hijau terang
dimasukkan kedalam tabung
reaksi lain Ditambah 3 tetes NaOH
Larutan NaOH bening, saat
ditambahkan NaOH berubah warna menjadi hijau marjan
Ditambahkan HCl 2 N 3-6
Larutan HCl 2 N bening
tetes
diamati
Warna filtrat kembali menjadi
hijau terang (warna semula) menandakan positif Kuinon
F. PEMBAHASAN
Percobaan skrining fitokimia kali ini digunakan sampel daun katuk dan daun sirsak untuk menguji adanya kandungan Alkoloid, Steroid, Triterpenoid, Fenolik, Kuinon, dan Saponin. Penggunaan kedua sampel tersebut bukan karena tanpa alasan, melainkan pada tahun 2010, Dyahuri dan Wiranda melakukan uji toksisitas dan skrining fitokimia terjadap daun katuk dan hasilnya menunjukkan positif terdapat Saponin, Fenolik, dan Flavonoid. Dan pada tahun 2012 Risma, Yesi dan Kunthi melakukan Skrining Fitokimia terhadap daun sirsak dan hasil yang didapat menunjukkan positif terdapat Alkoloid, Flavonoid, Kuinon dan Percobaan skrining fitokimia kali ini digunakan sampel daun katuk dan daun sirsak untuk menguji adanya kandungan Alkoloid, Steroid, Triterpenoid, Fenolik, Kuinon, dan Saponin. Penggunaan kedua sampel tersebut bukan karena tanpa alasan, melainkan pada tahun 2010, Dyahuri dan Wiranda melakukan uji toksisitas dan skrining fitokimia terjadap daun katuk dan hasilnya menunjukkan positif terdapat Saponin, Fenolik, dan Flavonoid. Dan pada tahun 2012 Risma, Yesi dan Kunthi melakukan Skrining Fitokimia terhadap daun sirsak dan hasil yang didapat menunjukkan positif terdapat Alkoloid, Flavonoid, Kuinon dan
nitrogen yang bersifat basa yang kemudian ditarik oleh amoniak (NH 4 ) yang juga
bersifat basa, sehingga ia tertarik keluar dari tumbuhan tersebut. Lalu ditambahkan kloroform yang bersifat non polar, dan berguna untuk menghilangkan zat-zat non polar seperti lipid, minyak dan lain-lain dari alkaloid, dikarenakan kita tidak mengetahui apakah alkaloid yang kita dapatkan sebelumnya adalah murni alkaloid atau masih ada zat-zat yang lain sesudah itu didapatlah warna elstrak daun sirsak adalah hijau dan ektrak daun katuk adalah coklat. Lalu diambil filtratnya dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi lain agar benar-benar yang kita reaksikan selanjutnya adalah murni larutan ekstraknya
tanpa ada zat-zat pengotor yang lain. Lalu ditambahkan H 2 SO 4(p) 2N sebanyak 2-8
tetes dan dikocok, fungsi dari H 2 SO 4(p) di sini ialah untuk membuat alkaloid
kembali menjadai garam seperti semula dikarenakan H 2 SO 4(p) yang bersifat asam
dan alkaloid yang bersifat basa. Lalu didiamkan hingga terbentuk dua fase dan didapatlah fase atas kuning kecoklatan yang merupakan fase dari alkaloid dan fase bawah hijau yang merupakan fase dari kloroform, hal ini dikarenakan massa jenis alkaloid. Kemudian diambil fase atas, dan ditambahkan pereaksi Dragendorff 1-5 tetes dan didapat reaksi sebagai berikut:
Bi(NO 3 ) 3 + 3 KI
BiI 3 + 3KNO 3
coklat
BiI 3 + KI
K[BiI 4 ] kalium tetraidobismutat
+ K[BiI 4 ]
+ [BiI 4 ] orange
N
N K+
kalium alkaloid
endapan
Alkaloid yang merupakan suatu senyawa yang memiliki suatu atom nitrogen direaksikan dengan pereaksi Dragendorff yang memiliki atom K + yang bersifat
elektrofil. Jadi atom nitrogen yang bersifat nukleofil karena memiliki lone pair elektron yang mengikat atom K + membentuk ikatan kovalen koordinasi yang
menghasilkan endapan oranye, yang menandakan positif alkaloid.
Pada uji steroid dan triterpenoid,awalnya digerus daun katuk dalam lumpang, di mana daun katuk berfungsi sebagai sampel yang mengandung senyawa steroid atau triterpenoid, setelah itu didapatkan sampel ynag telah halus dan berwarna hijau. Lalu sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Setelah itu ditambahkan masing-masing 1 pipet kloroform sampai sampel terendam, di mana warna awal kloroform bening. Dan kloroform berguna untuk membersihkan senyawa steroid dan triterpenoid dari senyawa non polar seperti lipid dan lain-lain karena sifat mereka yang sama-sama non polar. Lalu diambil filtrat dan dimasukkan ke tabunglain, dan didapat filtrate ekstrak daun katuk berwarna hijau kecoklatan. Lalu ditambahkan 5-10 tetes asam asetat glasial di mana asam asetat glasial berwarna bening dan saat penambahan warnanya menjadi kuning. Lalu
+ AC 2 O(SO 4 )
HO
carbonium ion of 3,5 diene
(cholestadiene)
blue-green colour
SO 2 + HOO 2 S SO 2 + HOO 2 S
Pada uji ketiga yaitu kandungan Flavonoid, dimana daun sirsak dan daun katuk masing-masing dipotong kecil-kecil agar mudah dalam proses perebusan, karena memperbesar luas permukaan apabila semakin kecil ukuran partikel maka yang menyebabkan proses pengekstrakan berlangsung baik. Lalu dimasukkan kedalam beaker glass dan diisi aquades hingga terendam. Lalu dipanaskan dengan hot plate. Lalu diambil air rebusan kedua larutan tersebut berwarna hujau pudar. Lalu air rebusan tersebut ditambahkan dengan HCl (p) berfungsi untuk menghidrolisis Flavonoid untuk membentuk garam Flavillium sebanyak 10 tetes, lalu ditambahkan dengan serbuk Mg, yang terjadi hanya terbentuk gelembung dan busa, warna larutan juga tetap bening. Hal ini menunjukkan sampel yang diuji tidak mengandung senyawa Flavoniod. Karena, menurut teori setelah penambahan HCl (p) dan Mg warna larutan tersebut akan berubah menjadi warna merah tua karena terbentuknya garan Flavillium saat penambahan Mg terbentuk gelembung. Dimana terjadi proses redoks, Flavonoid mengalami reduksi dan Mg mengalami
oksidasi menjadi Mg 2+ membentuk senyawa kompleks. Penetuan Flavonoid dengan cara ini mengikuti metode Willstarter Cyanidin. Flavonoid juga
merupakan turunan senyawa Fenolik. Berikut adalah reaksi Flavonoid:
Pada percobaan selanjutnya yaitu saponin, langkah pertama daun katuk dan daun sirsak dipotong kecil-kecil dengan menggunakan pisau. Lalu dimasukkan kedalam beaker glass dan diberi aquades hingga terendam. Lalu dipanaskan. Air rebusan yang berwarna hijau muda ini diambil dengan pipet tetes lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Lalu dilakukan pengocokan ±15 menit. Setelah dilakukan pengocokan, Nampak muncul busa dari permukaan. Namun, setelah penambahan HCl (p) sebanyak 4 tetes busa tersebut menghilang, yang menandakan tidak ada kandungan saponin didalamnya. Hal ini bisa saja dikarenakan faktor kesaahan dalam melakukan pengocokan yang tidak stabil. Uji saponin ini berdasarkan metode Forth, dimana kemampuan saponin menghidrolisis dalam air. Didalam saponin sendiri terdapat gugus hidrofilik dimana nantinya gugus ini akan Pada percobaan selanjutnya yaitu saponin, langkah pertama daun katuk dan daun sirsak dipotong kecil-kecil dengan menggunakan pisau. Lalu dimasukkan kedalam beaker glass dan diberi aquades hingga terendam. Lalu dipanaskan. Air rebusan yang berwarna hijau muda ini diambil dengan pipet tetes lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Lalu dilakukan pengocokan ±15 menit. Setelah dilakukan pengocokan, Nampak muncul busa dari permukaan. Namun, setelah penambahan HCl (p) sebanyak 4 tetes busa tersebut menghilang, yang menandakan tidak ada kandungan saponin didalamnya. Hal ini bisa saja dikarenakan faktor kesaahan dalam melakukan pengocokan yang tidak stabil. Uji saponin ini berdasarkan metode Forth, dimana kemampuan saponin menghidrolisis dalam air. Didalam saponin sendiri terdapat gugus hidrofilik dimana nantinya gugus ini akan
Pada percobaan selanjutnya, yaitu uji fenolik digunakan daun sirsak yang dipotong kecil-kecil lalu dimasukkan dalam beaker glass dan direndam dengan aquades hingga terendam. Digunakan hot plate untuk memanaskan sampel tersebut. Setelah diambil air rebusan yang berwarna hijau bening tersebut dan
ditambahkan dengan FeCl 3 . Dimana setelah penambahan warna larutan berubah menjadi coklat, FeCl 3 yang ditambahkan tersebut akan membentuk senyawa
kompleks dengan adanya ion fenoksi yang ditandai dengan perubahan warna menjadi biru, ungu, hijau hingga kehitaman tergantung subtituennya. Hal ini menandakan bahwa sampel tersebut positif mengandung fenolik. Walaupun perubahan warnanya tak menjadi biru, ungu, dan hijau. Namun, telah disepakati apabila terjadi perubahan maka positif terdapat adanya fenolik. Berikut adalah reaksi terhadap uji fenolik:
Hijau kebiruan
Pada percobaan selanjutnya, yaitu uji kuinon menggunakan daun katuk yang digerus dengan menggunakan lumpang dan alu. Maka didapatkan ekstrak daun katuk yang lebih halus. Lalu dimasukkan kedalam tabung reaksi lain dan di tambahkan dengan dietil eter hingga ekstrak sampel tersebut terendam. Digunakan dietil eter untuk menarik kuinon dalam sampel tersebut. Setelah itu diambil filtrat Pada percobaan selanjutnya, yaitu uji kuinon menggunakan daun katuk yang digerus dengan menggunakan lumpang dan alu. Maka didapatkan ekstrak daun katuk yang lebih halus. Lalu dimasukkan kedalam tabung reaksi lain dan di tambahkan dengan dietil eter hingga ekstrak sampel tersebut terendam. Digunakan dietil eter untuk menarik kuinon dalam sampel tersebut. Setelah itu diambil filtrat
O
kuinon
Pada sampel penelitian, sudah dimaserasi dengan etanol. Dalam hal pengujiannya, sampel penelitian berbeda dengan sampel kami, dimana pada sampel penelitian, untuk uji alkaloid sampel tersebut ditambahkan dengan kloroform-amoniak dan diambil fase atasnya, setelah itu direaksikan dengan pereaksi dragendorff. Sedangkan untuk steroid dan triterpenoid, sampel direaksikan dengan kloroform dan fase atasnya direaksikan dengan pereaksi Liebermen Buchard. Sama halnya dengan uji kuinon. Sampel ditambahkan dietil eter hingga terbentuk 2 fase dan fase atasnya direaksikan dengan pereaksinya. Lalu uji flavonoid, saponin dan fenolik, sampel langsung direaksikan menyesuaikan metode dan pereaksi yang digunakan inilah yang membedakan antara sampel penelitian dan sampel kami, dimana pada sampel kami untuk uji koloid, steroid, triterpenoid dan kuinon perlu ditambahkan pelarut untuk menarik ekstraksi dari sampel tersebut.
Terdapat faktor kesalahan dalam percobaan ini yaitu: Pengocokan yang tidak stabil saat uji saponin sehingga tak terbentuk busa Kurangnya dalam pengamatan warna sehingga hasilnya kurang akurat
G. KESIMPULAN
- Indikasi positif sampel ekstrak daun sirsak mengandung alakaloid adalah
terbentuknya endapan jingga - Indikasi positif sampel ekstrak daun katuk mengandung fenolik adalah
larutan berubah warna menjadi kuning kecoklatan - Indikasi positif sampel ekstrak daun sirsak mengandung kuinon adalah
warna larutan berubah kembali ke warna semula - Indikasi positif sampel ekstrak daun sirsak mengandung steroid adalah
larutan berubah warna menjadi hijau. Tetapi - Indikasi positif sampel ekstrak daun sirsak mengandung triterpenoid
adalah larutan berubah warna menjadi merah - Indikasi positif sampel ekstrak daun sirsak mengandung saponin adalah
terbentuknya gelembung setelah dikocok dan diberi HCl - Indikasi positif sampel ekstrak daun sirsak mengandung flavanoid adalah
larutan menjadi merah tua
DAFTAR PUSTAKA
Croteau, Ronald. 1983. Triterpenoid dalam Kromatografi Dasar dan Aplikasi
edisi Kedua. Yogyakarta : Elsevier-press. Kristianti, A.N, N.S. Aminah, M. Tanjung dan B.Kurniadi. 2008. Buku Ajar
Fitokimia. Surabaya: Jurusan Kimia Laboratorium Kimia Organik FMIPA Universitas Erlangga. P. 47-48.
Lehninger, Albert L. 1991. Dasar-Dasar Biokimia. Bandung: ITB Pres. Manitto. 1981. Biosintesis Produk Alami. Semarang: IKIP Semarang Press. Sastrohamidjojo, Hardjono. 1995. Sintesis Bahan Alam. Yogyakarta: Gadjah
Mada University-Press.
LAMPIRAN
Flowsheet Steroid
sampel daun sirsak digerus sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi
ditambahkan kloroform ekstrak berwarna hijau
diambil filtrat
ekstrak daun sirsak
filtrat hijau kecoklatan
ditambahkan asam
dibuang
asetat glasial 10 tetes larutan berwarna
kuning
fase bawah
fase atas
kuning
hijau ditambahkan 2 tetes
H 2 SO (P)
larutan berwarna hijau kebiruan
Trterpenoid
sampel daun katuk dan daun sirsak
digerus sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi
ditambahkan kloroform ekstrak larutan berwarna hijau
diambil filtrat
residu ekstrak sampel
filtrat berwarna hijau kecoklatan
ditambahkan 5 - 10 tetes
dibuang
larutan AC 2 O
fase bawah
fase atas
kuning
hijau ditambahkan 2 tetes
H 2 SO (P)
larutan berwarna merah, (+) triterpenoid
Alkaloid
sampel daun katuk dan daun sirsak
digerus sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi
ditambahkan kloroform dan NH 4 hingga ekstrak terendam
disaring ekstrak larutan berwarna hijau
diambil filtrat
residu ekstrak daun
filtrat berwarna
katuk
hijau kecoklatan
ditambahkan 5 - 10 tetes larutan AC 2 O
dibuang
fase bawah
fase atas
kuning
hijau ditambahkan 2 tetes
H 2 SO (P)
larutan berwarna merah, endapan jingga (+) alkaloid
Flavanoid
sampel daun katuk
dan daun sirsak
dipotong kecil - kecil di masukkan dalam gelas kimia dan ditambahkan air dipanaskan
larutan berwarna hijau
ditambahkan serbuk Mg
terdapat gelembung pada larutan
ditambahkan HCl (P) 10 tetes
Saponin
sampel daun katuk dan daun sirsak
dipotong kecil-kecil, dimasukan ke dalam gelas kimia dan ditambahkan aquades
dipanaskan
larutan berwarna hijau
diambil 1 pipet air rebusan dikocok sampai 25 menit
terdapat busabuih
ditambahkan 1-4 tetes HCl (p)
masih terdapat busa atau buih (-) saponin
Fenolik sampel daun katuk
dipotong kecil-kecil, dimasukan kedalam gelas kimia dan ditambahkan aquades
dipanaskan
larutan berwarna hijau
diambil 1 pipet air rebusan
ditambahkan 3 tetes FeCl 3
Larutan berwarna kebiruan (+) fenolik
kuinon
Sampel daun sirsak
digerus sampel diambil ekstrak, lalu dimasukan ke dalam tabung reaksi
ditambahkan etil eter sampai menutupi sampel di saring
residu berwarna coklat
filtrat berwarna hijau
dimasukan dalam tabung reaksi
dibuang
ditambahkan 3 tetes NaOH
Warna larutan hijau marjan
ditambahkan larutan HCl
warna larutan menjadi hijau terang seperti semula