LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II “PEMBUATAN METIL ESTER DARI BIJI BINTARO”

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II “PEMBUATAN METIL ESTER DARI BIJI BINTARO”

Disusun Oleh KELOMPOK V (KIMIA Kons. KIMIA INDUSTRI 2013)

  ILHAM BURHANUDDIN

  NAUVAL DWI FADILLAH

  NIRWANA

  RICKO ANDREAS SILALAHI. R

  SUMARNI

  Samarinda, 27 April 2015

  Dosen Pembimbing,

  Asisten Praktikum,

A. LATAR BELAKANG

  Banyak sekali senyawa organik yang tesebar dalam alam, tentu saja senyawa- senyawa tersebut memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Pada umumnya senyawa organik yang paling banyak ditemui dialam ialah metabolit sekunder dan metabolit primer.

  Asetaldehid adalah alkaloid dengan rumus struktur CH 3 COH atau asetaldehid didapat dari suatu alkohol (etanol) yang dioksidasi oleh suatu oksidator kuat KMnO 4

  atau K 2 Cr 2 O 7 , Asetaldehid nama lain etil aldehid. Asetaldehid adalah larutan tak

  berwarna dan dalam air titik didihnya 20,2 o

  C, yang dapat digunakan untuk

  pembuatan asam asetat dan dapat dipolimerisasi. Aldehid merupakan turunan etanol, dimana etanol direaksikan atau dioksidasi oleh lebih lanjut maka akan terbentuk asam

  asetat.

  Oleh karena itu, dilakukan pembuatan asetaldehid dengan cara sintesis, dimana

  etanol akan dioksidasi oleh K 2 Cr 2 O 7 dalam suasana asam dengan metode destilasi.

  Mengetahui banyaknya destilat yang terbentuk, yang kemudian destilat tersebut

  dinetralkan dengan Na 2 CO 3 sampai pH 7, yang mana hasil destilat tersebut nantinya

  akan diuji dengan pereaksi Fehling AB dan pereaksi Tollens sehingga dapat diketahui apakah hasil destilat tersebut merupakan asetaldehid atau bukan. Lalu dapat diketahui karakteristik dari asetaldehid yang didapatkan.

B. TUJUAN PERCOBAAN

  - Mengetahui karakteristik dan volume asetaldehid yang didapatkan - Mengetahui hasil uji Fehling AB dan uji pereaksi Tollens terhadap destilat

  - Untuk mengetahui hasil reaksi dari larutan K 2 Cr 2 O 7 dengan campuran etanol

  95 dengan H 2 SO 4 (p)

C. PRINSIP PERCOBAAN

   Pembuatan Asetaldehid

  Prinsip percobaan ini berdasarkan pada reaksi redoks, proses destilasi dan

  reaksi penetralan. Adanya K 2 Cr 2 O 7 dilarutkan dengan aquades yang kemudian

  dihomogenkan pada alat refluks, karena kita tidak menggunakan pemanasan.

  Lalu ditambahkan campuran etanol 95 dengan H 2 SO 4 pekat, dimana etanol

  95 bahan dasar dari asetaldehid dan sebagai pemberi suasana asam dengan katalis. Disinilah terjadi reaksi redoks, dimana etanol tadi dioksidasi oleh

  K 2 Cr 2 O 7 sebagai oksidator menjadi asetaldehid, sedangkan K 2 Cr 2 O 7 sendiri

  tereduksi dari Cr 3+ menjadi ion Cr yang ditandai dengan terbentuknya warna hijau. Setelah larutan tersebut dihomogenkan selama beberapa waktu, hasil

  penghomogenan tersebut didestilasi dengan suhu 60 o -70

  o

  C, untuk

  memisahkan kandungan berdasarkan titik didihnya. Dimana pada suhu tersebut merupakan suhu optimumnya bagi proses destilasi dan reaksi redoks sehingga pada suhu tersebut kita mendapatkan asetaldehid yang diinginkan dengan optimal. Lalu setelah didapat destilat, dinetralkan pH destilat dengan

  menggunakan Na 2 CO 3 hingga pH destilat 7.

   Uji Fehling

  Prinsip percobaan ini didasarkan pada reaksi redoks yang terjadi diantara pereaksi Fehling AB dengan asetaldehid. Dimana pada percobaan ini dibuatlah terlebih dulu, lalu direaksikan dengan destilat (asetaldehid). Disini terjadi reaksi redoks, dimana asetaldehid akan dioksidasi menjadi asam

  karboksilat sementara Fehling AB sendiri tereduksi menjadu Cu 2 O endapan

  merah bata, yang menandakan positif adanya asetaldehid.

   Uji Tollens

  Prinsip ini didasarkan pada reaksi redoks yang terjadi diantara pereaksi Tollens dengan Asetaldehid. Dimana pada percobaan ini dibuatlah pereaksi

  Tollens dengan mereaksikan AgNO 3 dengan NH 3 lalu ditambahkan dengan

  asetaldehid yang telah dibuat sebelumnya. Disini terjadi reaksi redoks, dimana asetaldehid teroksidasi menjadi asam karboksilat sementara Tollens tereduksi

  menjadi ion 2Ag. Dari ion Ag + dan terbentuk endapan cermin perak yang menandakan positif adanya asetaldehid pada destilat.

D. DASAR TEORI

  Asetaldehid (etanal), titik didih 21 o

  C merupakan senyawa induk untuk

  menghasilkan asam asetat. Asetaldehid mudah membentuk trimer, paraldehida, yang mendidih pada 125 o

  C. aldehida yang memiliki berat molekul rendah mempunyai bau

  yang menyengat, sedang keton terdapat dialam berbau enak. Sejumlah keton titik digunakan dalam pewangi dan penyedap. Sedangkan yang lain digunakan sebagai bahan obat-obatan (Sastrohamidjojo, 2010)

  Asetaldehid dengan titik didh sekitar temperatur kamar (20 o

  C) juga lebih mudah

  untuk disimpan atau diangkut dalam bentuk trimer atau tetramer siklik. Struktur dari paraldehid adalah :

  CH3

  O

  CH

  Digunakan sebagai umpan bekicot titik didih 246 o C (Fessenden, 1992)

  o Oksidasi alkohol, oksidator yang lazim digunakan adalah: Cu, 200 -300 C, K -

  o

  2 Cr 2 O 7 H 2 SO 4 , CrO 3 asam asetat, CrO 3 Piridin, KMnO 4 atau OH (sastrohamidjojo,

  O Etanal = asetaldehid = CH3 C

  H

  mudah menguap, baunya khas dan larut dalam air. Pembuatan : Menurut cara-cara umum misalnya : oksidasi dari etanol, dehidrogenasi etanol, selain itu cara yang terkenal:

  H2C

  CHOH O

  Paraldehid suatu struktur trimer = (CH 3 CHO) 3 =2,4,6 trimetilftioksan. Berupa

  cairan, siklik, tak mempunyai sifat reduksi dan baunya enak. Penggunaan sebagai

  Metaldehida merupakan suatu tetramer dan rumusnya siklik dan berupa zat padat. Penggunaan sebagai bahan bakar dengan nama “meta” dapat membasmi siput. Dimana penggunaan etanal untuk sintesis misalnya etanol, asam asetat, damar buatan dan sebagainya (Riawan, 2002)

E. DATA PENGAMATAN

  1 Pembuatan Asetaldehid

   Dirangkai alat refluks

   Dimasukkan 5 gr K 2 Cr 2 O 7 dan

   Kristal K 2 Cr 2 O 7 berwarna

  100 mL aquades

  orange

   Dihomogenkan selama

  15  Larutan berwarna orange

  menit

   Disiapkan gelas kimia yang

   Etanol berwarna bening

  berisi 25 mL etanol 95

   Larutan H 2 SO 4 berwarna

   Ditambahkan 15 mL H 2 SO 4 (p)

  bening

   Di homogenkan dalam wadah

   Larutan berwarna bening

  yang berisi es batu

   Dimasukkan campuran etanol

   Larutan menjadi hijau

  dengan H 2 SO 4 kedalam labu

  hitam pekat (saat di stirer)

  leher tiga secara perlahan

  melalui dinding labu

   Larutan tetap berwarna

   Diencerkan selama 30 menit

  hijau hitam pekat

   Diamati

   Disiapkan serangkaian alat

   Lalu dimasukkan larutan hasil

  hitam pekat

  refluks dalam labu alas bulat

   Larutan berwarna hijau

   Dinyalakan heat mantle hingga

  hitam pekat

  suhu 60 o -70 C selama

  o

  1 jam

   Destilat berwarna bening,

   Diamati hasil destilat

  berbau harum menyengat

  

  V destilat 16 mL

   Dihitung volum destilat

   pH awal 5

   Dihitung rendemen dan

  diukur pH awal destilat

   Ditambahkan Na 2 CO 3 hingga

   Na 2 CO 3 berwarna bening,

  pH 7 (netral)

  21 tetes hingga pH menjadi 7 (netral)

  2. UJi Fehing AB

   Diambil 1 pipet destilat yang

   Destilat berwarna bening

  diperoleh dan dimasukkan kedalam tabung reaksi

   Ditambahkan 5 tetes larutan

   Fehling A berwarna biru

  Fehling A dan ditambah 5 tetes

  muda, Fehling B bening,

  larutan Fehling B

  warna larutan menjadi biru tua

   Dimasukkan tabung reaksi

   Destilat ditambah Fehling

  kedalam gelas kimia yang

  AB menjadi biru tua

  berisi destilat  Dipanaskan hingga terjadi

   Awalnya larutanberwarna

  perubahan warna (endapan

  hijau kemudian terdapat

  merah bata)

  endapan merah bata endapan merah bata

  3 Uji Tollens

   Diambil 1 pipet destilat dan

   Destilat berwarna bening

  dimasukkan kedalam tabung

  atau tak berwarna

  reaksi

   Ditambah 5 tetes larutan

   AgNO 3 berwarna bening

  AgNO 3 0,1 N dan ditambah 5

  NH 3 bening

  tetes larutan NH 3 (p)

   Warna larutan menjadi

   Dimasukkan tabung reaksi

  warna bening

  kedalam gelas kimia yang

  berisi destilat  Dipanaskan hingga perubahan

   Larutan menjadi warna

  warna (terbentuk endapan

  bening

  cermin perak)  Diamati

  perubahan

  yang

   Setelah

  dipanaskan

  terbentuk

  terdapat endapan cermin perak

  pada dinding tabung reaksi.