ANALISIS KUNTITATIF
15.4 ANALISIS KUNTITATIF
15.4.1 Penerapan Hukum Beer
Hukum Beer merupakan prinsip dasar semua spektrometri molekular kuantitatifp Dari persamaan gabungan Hukum Lambert- Beer :
A = ?.b.c
dapat terlihat bahwa jika kita melakukan pengukuran suatu unsur yang sama pada panjang gelombang yang sama dalam kuvet
sampel yang sama pula, maka akan tampak hubungan linear antara absorbansi A dan konsentrasi c, selama absorpsivitas molar ? dan tebal kuvet b konstan. Karena nilai b adalah tetap, maka ini adalah penerapan Hukum Beer.
Oleh karenanya, jika suatu larutan dengan konsentrasi C 1 Oleh karenanya, jika suatu larutan dengan konsentrasi C 1
menghasilkan absorbansi A 2 sehingga :
Konsentrasi dari larutan yang belum diketahui kemudian dapat dihitung dengan mengukur absorbansi dari larutan yang diketahui konsentrasinya dan larutan yang belum diketahui konsentrasinya pada kondisi yang sama.
Konsentrasi yang belum diketahui dapat ditentukan dengan persamaan :
Perhitungan dengan metode sederhana ini tidak mempertimbangkan ketidakpastian percobaan yang terlibat dalm persiapan larutan dan
dalam pengukuran absorbansi. Oleh karena itu dalam praktek sangat dianjurkan untuk menyiapkan beberapa larutan dengan konsentrasi yang berbeda biasanya disebut larutan standar, kemudian diukur absorbansinya. Hasil pengukuran dibuat grafik kalibrasi absorbansi vs konsentrasi. Selanjutnya konsentrasi larutan yang belum diketahui dapat ditentukan dari grafik tersebut.
Absorbansi
Konsentrasi
Gambar 15.8. Kurva kalibrasi.
Dengan menggunakan grafik kalibrasi yang diperoleh dari beberapa standar dibanding dengan menggunakan satu standar , ketidakpastian analisa dapat dikurangi dan karenanya ketelitian akan sangat meningkat.
Perlu dicatat bahwa garis lurus pada grafik kalibrasi tidak akan diperoleh dengan cara mem-plot transmitans vs konsentrasi. Karena
absorbansi dan transmitans dihubungkan oleh persamaan :
A = - log T
maka tidak ada hubungan linear antara transmitans dan konsentrasi.
Gambar 15.9. Hubungan antara konsentrasi dengan
transmitansi dan absorbansi
Oleh karena itu jika hasil pengukuran berupa transmitans, maka harus diubah ke bentuk absorbansi agar dapat membuat kurva kalibrasi.
15.4.2 Pemilihan panjang gelombang untuk Analisa Kuantitatif
Dalam spektrometri molekular kuantitatif, pengukuran absorbansi atau transmitans dibuat berdasarkan satu seri
(rangkaian) larutan pada panjang gelombang yang telah ditetapkan. Panjang gelombang paling yang sesuai ditentukan dengan membuat spektrum absorbsi dimana panjang gelombang yang paling sesuai adalah yang menghasilkan absorbansi maksimum. Selanjutnya panjang gelombang ini digunakan untuk pengukuran kuantitatif.
Dengan menggunakan panjang gelombang dari absorbansi Dengan menggunakan panjang gelombang dari absorbansi
Gambar 15.10. Spektrum absorpsi dan kurva standar
Pengaruh radiasi polikromatik pada hubungan hukum Beer. Pita A menunjukkan penyimpangan (deviasi) yang kecil selama tidak terjadi perubahan besar pada ? sepanjang pita tersebut. Pita B menunjukkan penyimpangan yang jelas karena ? mengalami perubahan yang berarti pada daerah tersebut.
15.4.3 Penyimpangan Hukum Beer
Jika dalam analisis suatu unsur tidak memenuhi Hukum Beer, maka absorbansi tidak setara dengan konsentrasi.
Yaitu :
Untuk mengetahui apakah suatu unsur memenuhi Hukum Beer atau tidak maka perlu ditentukan grafik kalibrasi absorbansi vs konsentrasi.
Hukum Beer hanya dapat dipenuhi jika dalam range (cakupan) konsentrasi hasil kalibrasi berupa garis lurus, jadi kita hanya bekerja pada linear range.
Seringkali sampel yang dianalisa akan memiliki absorbansi yang lebih tinggi dari pada larutan standar. Jika kita berasumsi bahwa kalibrasi tetap linier pada konsentrasi yang lebih tinggi
sorbansi Ab
Konsentrasi
Konsentrasi dimana
Konsentrasi dimana
Hukum Beer berlaku
Hukum Beer tidak berlaku
Gambar 15.11. Kurva standar yang memenuhi hukum Lambert Beer
dengan cara yang ramalan kalibrasi yang linier [itu]. Hal ini tidak boleh diilakukan karena bagaimanapun, ketika kita tidak bisa mengetahui apakah hukum Beer masih terpenuhi pada konsentrasi yang lebih tinggi. Jika Hukum Beer tidaklah terpenuhi pada konsentrasi yang lebih tinggi, hasil dari pengukuran akan merupakan suatu kesalahan besar ( ketelitian sangat kecil) Sekalipun standar lebih lanjut disiapkan dan kurva dicoba ke data, ketepatan dari hasil akan sangat lemah dalam kaitan dengan ketidak-pastian di (dalam) membaca konsentrasi dari kurva.
Absorbansi terukur
Konsentrasi berdasar pada
Absorbansi
porsi linear
Konsentrasi
Konsentrasi
Gambar 15.12. Kurva standar yang tidak memenuhi
sebenarnya
Hukum Lambert Beer
Oleh karena itu, larutan yang memiliki absorbansi lebih tinggi dari larutan standar harus diencerkan sampai memenuhi konsentarasi larutan standar yang telah ada.
Ketidakpastian Absorbansi
Ketidakpastian Konsentrasi
Gambar 15.13. Kurva hubungan konsentrasi terhadap absorbansi
yang masih memenuhi hukum Lambert-Beer.
15.4.4 Radiasi “stray”
Fungsi dari monokromator adalah untuk menghasilkan pita kecil panjang gelombang yang kemudian masuk ke dalam kuvet sampel. Bagaimanapun, dalam praktek range panjang gelombang ini dipengaruhi dengan sejumlah kecil radiasi dari panjang gelombang yang lain, karena ketidak sempurnaan monokromator. Sebagai tambahan, sebagian dari radiasi yang mencapai detektor mungkin berarasal dari sumber selain dari monokromator.
Radiasi “stray” yang tersesat ini ( disebut cahaya yang tersesat spektrometri sinar tampak) menyebabkan penyimpangan dari Hukum Lambert-Beer dan membatasi besarnya pengukuran
absorbansi dan transmitans.
Gambar 15.14. Batas aborbansi yang bisa diukur spektrofotometer
Sebagai contoh, jika 0,1% dari radiasi yang masuk ke detektor adalah radiasi yang tersesat, maka instrumen tidak akan pernah mengukur kurang dari 0.1% transmitans. Dengan kata lain, absorbansi maksimum dapat terukur oleh instrumen adalah 3 satuan absorbansi, walaupun konsentrasi larutan sampel sangat tinggi.
15.4.5. Konversi Non-absorbing Analit menjadi Absorbing
Derivative
Hanya ada beberapa unsur yang memiliki absortivitas cukup besar untuk dapat ditentukan secara langsung dengan spektrometri Hanya ada beberapa unsur yang memiliki absortivitas cukup besar untuk dapat ditentukan secara langsung dengan spektrometri
Perubahan keadaan oksidasi, atau pembentukan suatu komplek, dapat merubah unsur analit non-absorbing menjadi
derivatif absorbing. Sebagai contoh, Mn 2+ yang berwarna merah muda (sangat) pucat dapat dioksidasi dengan menggunakan
periodat atau persulfat menjadi MnO -
4 yang dapat ditentukan dengan spektrofotometri sinar tampak. Ion Fe 2+ akan membentuk senyawa
komplek oranye-merah dengan 1,10-fenantrolin, sementara Fe 3+ dan
Co - keduanya dapat membentuk senyawa komplek dengan SCN Reaksi umum :
analit absorbing non-absorbing + reagen derivative
Larutan analit (baik standar atau yang belum diketahui) direaksikan dengan reagen yang sesuai. Absorbansi dari absorbing derivative inilah yang diukur absorbansinya, bukan larutan analit asal.
Metode ini memerlukan tiga persyaratan agar diperoleh hasil yang akurat dan teliti: (a) Reaksi harus kuantitaif (yakni memiliki konstanta
keseimbangan yang besar) sehingga seluruh analit dapat diubah menjadi absorbing derivative
(b) Reagen yang digunakan harus tidak menyerap pada panjang gelombang dimana derivative yang dihasilkan
menyerap. (c) Absorbing derivative yang dihasilkan harus memenuhi Hukum Beer
15.4.6 Kesalahan dalam Analisis Spektrometri Kuantitatif
Ada tiga sumber kesalahan dalam pengukuran dengan spektrofotometer :
(a) pengaturan ke absorbabsi nol (100% T) (b) pengaturan ke absorbansi ∞ (0% T)
(c) pembacaan nilai absorbansi atau transmitans Anggap sampel dengan konsentrasi C memiliki transmitans T
10 T = - abc log ln T = - 2,303 abc
lnT
2,303ab
dC 1 1
Diferensiasi
dT
2,303ab T 0,4343
Jika T meningkat , dC akan turun yakni untuk mendapatkan pengukuran C yang paling akurat, maka T harus = 1, tetapi jika T =
1, maka A = 0 berarti tidak ada sampel Lebih jauh, jika nilai T besar ( mendekati 1 ), C harus kecil dan
dC
kesalahan relatif C,
adalah besar
Oleh karena itu, akan sangat membantu dengan memperhitungkan kesalahan relatif dari pada kesalahan mutlak, dC
a b T dC − 0,4343
dC maka bila T = 0,
bila : T = 1, lnT = 0, & → ∞
C dT
Catatan : Persamaan selalu negatif karena T selalu kurang
T lnT
dari 1 sehingga ln T selalu negatif
dC Oleh karena itu beberapa titik antara T = 0 dan T = 1,
harus
C mencapai minimum.
Gambar 15.15. Kesalahan pembacaan spektrofotometer pada
berbagai harga transmitansi
Kesalahan minimum dalam pengukuran absorbansi akan terjadi
dC
pada nilai T dimana
minimum
d ()
dC
() Yaitu dimana C
= 0 dT
() dC
2 T. + lnT dT
= dT
( T lnT ) T ( T lnT ) T
2 ( 1 + lnT )
( T lnT )
() d dC
C sekarang
= 0 bila 1 + lnT = 0
dT yaitu bila
ln T = − 1
log T = −
2,303 T = 0,368 Oleh karena itu kesalahan minimum terjadi pada 36,8% T
(Absorbansi = 0,434)
Catatan : Dalam perhitungan ini, dianggap tidak ada kesalahan pada pengaturan 0% T dan 100% T, tetapi dalam praktek kedua pengaturan tersebut juga merupakan subyek kesalahan.