TEORI SPEKTROMETRI ABSORPSI MOLEKUL

15.3. TEORI SPEKTROMETRI ABSORPSI MOLEKUL

15.3.1 Hukum Fotometri (Lambert-Beer)

Metode analisa kuantitatip didasarkan pada absorpsi radiasi oleh suatu unsur yang mengabsorpsi dan melibatkan pengukuran intensitas cahaya atau kekuatan radiasi. Kita sekarang mempertimbangkan faktor yang mempengaruhi kekuatan radiasi dari cahaya yang dipancarkan melalui media absorsi.

Anggap ketebalan sel absorpsi b dan konsentrasi c. Suatu berkas cahaya dari radiasi monokromatik (yaitu panjang gelombang yang tunggal) dari kekuatan radiant I 0 dalam larutan, dan suatu

berkas cahaya yang muncul dari kekuatan radiasi I dipancarkan oleh larutan.

Gambar 15.5. Absorbsi oleh larutan pada konsentrasi c

Kenaikan berurutan pada jumlah molekul absorbing yang identik di alur berkas cahaya dari radiasi monokromatic menyerap pecahan energi radiasi yang sama.

I I - dI

dI

db

Gambar 15.6. Penurunan intensitas radiasi dengan bertambahnya ketebalan larutan

Jika penambahan ketebalan dari alur adalah db dan penurunan kekuatan radiasi yang melewati ketebalan adalah dI maka :

dI a I db yaitu dI = -kIdb

Integrasi dari total ketebalan b

∫ dI = −

kdb

yaitu ln I = -kb + w sekarang jika : b = 0 , I = I 0 ∴ w = ln I 0

∴ ln I = - kb + ln I 0

yaitu

ln = - kb

Hukum ini dikenal sebagai Hukum Lambert dan menghubungkan ketebalan dari sel sampel (kuvet) pada perbandingan kekuatan radiasi berkas cahaya yang masuk dan berkas cahaya yang keluar, dan menyatakan :

“Ketika radiasi monokromatik lewat melalui suatu medium yang transparan yang berisi suatu unsur absorbing, tingkat penurunan kekuatan radiasi dengan ketebalan dari medium adalah setara dengan kekuatan radian dari suatu radiasi “

Dengan alasan yang sama, untuk perubahan penambahan konsentrasi dari unsur absorbing, dc ,

I ln = - k’c

Hukum ini disebut Hukum Lambert-Beer, dan berlaku untuk unsur yang menyerap cahaya dengan menghubungkan konsentrasi dari jenis absorbing pada perbandingan kekuatan radiant berkas cahaya yang masuk dan yang keluar :

“Ketika radiasi monokromatk lewat melalui suatu medium yang transparan yang berisi suatu unsur absorbing, tingkat penurunan kekuatan radian dengan konsentrasi jenis unsur absorbing adalah sebanding dengan kekuatan radian dari suatu radiasi “

Hukum Lambert dan Hukum Lambert-Beer biasanya dikombinasikan dalam suatu hubungan tunggal sebagai dasar untuk semua penentuan kuantitatif.

I ln =-Kbc

( dimana K adalah kombinasi k dan k’ )

10 log =-

Kbc

I 0 2 , 303

10 log =abc

I Ini disebut Hukum Lambert-Beer. Hukum ini hanya berlaku untuk I Ini disebut Hukum Lambert-Beer. Hukum ini hanya berlaku untuk

Biasanya, c ditetapkan dalam konsentrasi molar, dengan b dalam sentimeter. Dalam hal ini Hukum Lambert-Beer ditulis sebagai

Log

= ?bc

dimana ? disebut absorptivitas molar (atau disebut koefisien

ekstensi molar). Absorptivitas molar memiliki satuan L. mol -1 .cm Jumlah log (I 0 /I) didefinisikan sebagai absorbansi dan diberi

simbol A, sehingga Hukum Lambert-Beer umumnya ditulis sebagai :

A =?bc

Spektrofotometer modern dikalibrasi secara langsung dalam satuan absorbansi. Dalam beberapa buku lama log I 0 /I disebut densitas optik dan I digunakan sebagai ganti simbol P) Perbandingan I/I 0 disebut transmitans (T) dan beberapa instrumen disajikan dalam % transmitans, ( I/I 0 ) x 100. Sehingga hubungan absorbansi dan transmitans dapat ditulis sebagai :

A = - log T

Dengan menggunakan beberapa instrumen, hasil pengukuran tercatat sebagai transmitans dan absorbansi dihitung dengan menggunakan rumus tersebut.

Dari pembahasan di atas dapat dikatakan bahwa konsentrasi dari suatu unsur berwarna harus sebanding dengan intensitas warna larutan. Ini adalah dasar pengukuran yang menggunakan pembanding visual di mana intensitas warna dari suatu larutan dari suatu unsur yang konsentrasinya tidak diketahui dibandingkan Dari pembahasan di atas dapat dikatakan bahwa konsentrasi dari suatu unsur berwarna harus sebanding dengan intensitas warna larutan. Ini adalah dasar pengukuran yang menggunakan pembanding visual di mana intensitas warna dari suatu larutan dari suatu unsur yang konsentrasinya tidak diketahui dibandingkan

15.3.2 Variasi Absorpsiivitas dengan panjang gelombang

Absorpsivitas (a) atau absorpsivitas molar ( ? ) adalah konstan (tetap) untuk suatu unsur atau senyawa pada panjang gelombang

tertentu. Ini merupakan ukuran seberapa kuat suatu unsur menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu.

Karena suatu unsur akan menyerap cahaya lebih kuat pada panjang gelombang tertentu daripada yang lainnya, dikatakan absorpsivitas bervariasi sesuai dengan panjang gelombang.

Absorpsivitas akan maksimum pada panjang gelombang absorbansi maksimum (transmitans minimum)

15.3.3 Spektrum absorpsi

Spektrometri molekular dapat digunakan dalam penentuan kualitatif untuk memberikan informasi struktural, seperti adanya

Gambar 15.7. Spektrum dari larutan kalium permanganat yang mengandung

20 ppm Mn 20 ppm Mn

Hasil pengukuran berupa grafik (diagram) antara absorbansi (atau transmitans) versus panjang gelombang inilah yang disebut spektrum absorpsi.Untuk analisis kuantitatip, panjang gelombang yang paling sesuai akan menunjukkan absorbansi maksimum ( transmitans minimum) dari suatu larutan.

15.3.4 Teori dasar absorbansi UV dan sinar tampak.

Absorpsi radiasi oleh suatu sampel organik di daerah ultraviolet dan sinar tampak, akan bersamaan dengan perubahan keadaan elektronik dalam molekul yaitu energi disediakan untuk mempromosikan energi dari keadaan dasar ke orbital energi yang lebih tinggi ( keadaan tereksitasi) yang dikenal sebagai orbital anti- bonding.

Ada 3 jenis orbital keadaan dasar yang mungkin terlibat :

a. Orbital molekular ikatan s

b. Orbital molekular ikatan p

c. Orbital atomik non-bonding n

C Cl :

Dua jenis orbital anti-bonding yang terlibat dalam transisi adalah : (1) orbital s * (sigma star) (2) orbital p * (pi star)

Catatan : Tidak ada orbital anti bonding n * karena elektron-elektron ini tidak membentuk ikatan.

Transisi yang terjadi dalam absorpsi sinar UV dan sinar tampak adalah :

transisi s s * dan n s memerlukan energi yang besar dan oleh karena itu terjadi pada UV jauh atau lemah pada daerah

180-240 nm. Sebagai konsekuensi kelompok-kelompok jenuh seperti :

H tidak akan terjadi absorbsi yang kuat pada daerah UV – tampak.

Transisi n p * dan p p * terjadi dalam molekul tak jenuh dan memerlukan energi lebih sedikit dari pada transisi ke orbital antibonding s *

15.3.5 Struktur senyawa dan spektrum

Transisi ke p * bila terjadi pada gugus terisolasi akan menghasilkan absorpsi lemah pada frekuensi rendah, meskipun

pada kelompok-kelompok ikatan meningkatkan intensitas dan panjang gelombang, sehingga senyawa dengan ikatan-ikatan yang intensif akan terlihat sebagai senyawa mempunyai warna cukup kuat.

Dua jenis gugus yang mempengaruhi spektrum absorpsi suatu senyawa :

a) Kromofor

Kromofor adalah suatu gugus fungsi, tidak terhubung dengan gugus lain, yang menampakkan spektrum absorpsi karakteristik pada daerah sinar UV-sinar tampak. Ada 3 jenis Kromofor sederhana

• Ikatan ganda antara dua atom yang tidak memiliki pasangan elektron bebas contoh :

• Ikatan ganda antara dua atom yang memiliki pasangan elektron bebas

contoh :

• Cincin Benzena Jika beberapa Kromofor berhubungan maka absorpsi

menjadi lebih kuat dan berpindah ke panjang gelombang yang lebih panjang.

b) Auksokrom

Auksokrom tidak menyerap pada panjang gelombang 200- 800nm, namun mempengaruhi spektrum chromophore dimana

auxochrome tersebut terikat

- CH 3 - OH -NH 2 - NO 2

Auksokrom dapat mempengaruhi sebagai berikut : - Menggeser ke panjang gelombang lebih panjang (red shift) disebut efek batokromik

- Menggeser ke panjang gelombang lebih pendek (blue shift) disebut efek hipsokromik

a max meningkat ( peningkatan intensitas) disebut hiperkromik

a max menurun (penurunan intensitas) disebut hipokromik

Dokumen yang terkait

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGRIBISNIS PERBENIHAN KENTANG (Solanum tuberosum, L) Di KABUPATEN LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

27 309 21

ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

47 440 21

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP SIKAP MASYARAKAT DALAM PENANGANAN KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS (Studi Di Wilayah RT 05 RW 04 Kelurahan Sukun Kota Malang)

45 393 31

PENGALAMAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA DENGAN GANGGUAN JIWA (SKIZOFRENIA) Di Wilayah Puskesmas Kedung Kandang Malang Tahun 2015

28 256 11

STUDI PENGGUNAAN SPIRONOLAKTON PADA PASIEN SIROSIS DENGAN ASITES (Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

13 140 24

AN ANALYSIS ON GRAMMATICAL ERROR IN WRITING MADE BY THE TENTH GRADE OF MULTIMEDIA CLASS IN SMK MUHAMMADIYAH 2 MALANG

26 336 20

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Enriching students vocabulary by using word cards ( a classroom action research at second grade of marketing program class XI.2 SMK Nusantara, Ciputat South Tangerang

12 142 101

Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Peningkatan Produktivitas sekolah : penelitian di SMK al-Amanah Serpong

20 218 83