Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

b. Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

  Menurut Depdiknas pendekatan kontektual (CTL) memiliki tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme (constructivism), menemukan (Inquiry),bertanya (Questioning), masyarakat-belajar (Learning Community), pemodelan(modeling), refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya (Authentic). Trianto (2007: 106-115) menjelaskan tujuh komponen tersebut sebagai berikut:

  1) Konstruktivisme (constructivisvism)

  Konstruktivisme (constructivisvism) merupakan landasan berfikir (filosofi) pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Jadi, pembelajaran harus dikemas menjadi proses "menkonstruksi" bukan "menerima" pengetahuan. dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru. Landasan berfikir konstruktivisme agak berbeda dengan pandangan kaum objektivis, yang lebih menekankan pada hasil pembelajaran.Dalam pandangan konstruktivis, strategi "memperoleh" lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan.

  a) Menemukan

  Kegiatan menemukan (inquiry) merupakan sebuah siklus yang terdiri dari observasi (observation), bertanya (questioning), mengajukan dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data gathering), penyimpulan (conclusion).

  b) Bertanya

  P r o s i d i n g S e m i n a r N a s i o n a l H a s i l P e n e l i t i a n P e n d i d i k a n d a n P e m b e l a j a r a n V o l . 1 N o . 1 T a h u n 2 0 1 5 437

  Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari bertanya. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaan berbasis kontekstual. Kegiatan bertanya berguna untuk : 1) menggali informasi, 2) menggali pemahaman siswa, 3) membangkitkan respon kepada siswa, 4) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, 5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, 6) memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru, 7) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

  c) Masyarakat Belajar

  Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain artinya diperoleh dari sharing antar teman, antar kelompok, dan antara yang tahu dengan yang belum tahu.

  Dalam kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok- kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok yang anggotanya hiterogen. Yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberi tahu yang belum tahu, yang cepat menangkap mendorong temannya yang lambat, yang mempunyai gagasan segera memberi usul, dan seterusnya. Kelompok siswa bisa sangat bervariasi bentuknya, baik keanggotaan, jumlah, bahkan bisa melibatkan siswa di kelas atasnya, atau guru melakukan kolaborasi dengan mendatangkan seorang "ahli' ke kelas.

  Metode pembelajaran dengan teknik "learning community" sangat membantu proses pembelajaran di kelas. Prakteknya dalam pembelajaran terwujud dalam: (1) pembentukan kelompok kecil, (2) pembentukan kelompok besar, (3) mendatangkan "ahli' ke kelas (tokoh, olahragawan, dokter, perawat, petani, pengurus organisasi, polisi, tukang kayu, dsb.), (4) bekerja dengan kelas sederajat, (5) bekerja kelompok dengan kelas diatasnya, dan (6) bekerja dengan masyarakat

  d) Pemodelan

  Dalam pendekatan CTL, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang siswa bisa ditunjuk untuk memberikan contoh temannya cara melafalkan suatu kata. Jika kebetulan ada siswa yang pernah memenangkan lomba baca puisi atau memenangkan kontes berbahasa Inggris, siswa itu dapat ditunjuk untuk mendemonstrasikan keahliannya. Siswa "contoh" tersebut dikatakan sebagai model. Siswa lain dapat menggunakan model tersebut sebagai "standar" kompetensi yang harus dicapainya.

  e) Refleksi

  Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. Pada akhir pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi. Realisasinya berupa: (1) pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu, (2) catatan atau jurnal di buku siswa, (3) kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu, (4) diskusi, dan (5) hasil karya. Hal terpenting adalah, bagaimana pengetahuan itu mengendap di benak siswa. Siswa mencatat apa yang sudah dipelajari dan bagaimana merasakan ide-ide baru.

  f) Penilaian sebenarnya

  Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi gambaran mengenai perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran berbasis CTL, gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran yang benar. Disebabkan assessment menekankan proses pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran.

  438 P r o s i d i n g S e m i n a r N a s i o n a l H a s i l P e n e l i t i a n P e n d i d i k a n d a n P e m b e l a j a r a n V o l . 1 N o . 1 T a h u n 2 0 1 5

  Motivasi Belajar Hakikat Motivasi

  Beberapa psikolog memberikan pengertian tentang motivasi. Motivasi dapat didefinisikan sebagai tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku kearah suatu tujuan tertentu. Ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu: (1) kebutuhan, (2) dorongan, dan (3) tujuan (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 80). Jenis Motivasi

  Jenis motivasi dalam belajar dibedakan dalam dua jenis yaitu:

  1) Motivasi ekstrinsik

  Motivasi ekstrinsik adalah kegiatan belajar yang tumbuh dari dorongan dan kebutuhan seseorang tidak secara mutlak berhubungan dengan kegiatan belajarnya sendiri (Yamin, 2008:164).

  2) Motivasi intrinsik

  Motivasi intrinsik merupakan kegiatan belajar dimulai dan diteruskan, berdasarkan penghayatan sesuatu kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar (Yamin, 2008:164). Memotivasi Siswa dalam Belajar

  Menurut Yamin (2008:168-177), ada beberapa cara untuk memotivasi siswa dalam belajar yaitu sebagai berikut:

  1) Belajar melalui model

  Belajar melalui fenomena model yaitu belajar dimana seseorang meniru perilaku orang lain yang disebut belajar, yaitu; belajar atas kegagalan dan keberhasilan orang lain (Yamin, 2008: 168).

  2) Belajar kebermaknaan

  Belajar bermakna merupakan cara belajar memotivasikan siswa, di dalam materi yang disampaikan mengandung makna tertentu bagi siswa. Kebermaknaan ini bersifat personal, dimana materi terasa penting dan prinsip bagi siswa (Yamin, 2008: 172).

  Hakikat Prestasi Belajar Hakikat Belajar Mengajar

  Dalam istilah pembelajaran tercakup dua konsep yang saling terkait, yaitu belajar dan mengajar. “Belajar” adalah suatu proses yang ditandai oleh adanya perubahan pada diri seseorang.. Sementara itu “mengajar” adalah fasilitas proses belajar yang membutuhkan perubahan atau peningkatan. Mengajar yaitu proses mengatur, mengorganisasikan lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat menimbulkan atau mendorong siswa melakukan proses belajarnya. (Sudjana 1997:15-16) Pengertian Prestasi Belajar

  Prestasi belajar terdiri dari dua kata, yaitu kata “prestasi” dan “belajar”. Sudjana (2004: 787) menyatakan bahwa “prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan dan dikerjakan”. Prestasi belajar merupakan hasil atau kecakapan yang dicapai oleh seseorang dalam waktu tertentu setelah melakukan belajar.

  P r o s i d i n g S e m i n a r N a s i o n a l H a s i l P e n e l i t i a n P e n d i d i k a n d a n P e m b e l a j a r a n V o l . 1 N o . 1 T a h u n 2 0 1 5 439

  Metode Penelitian