Time Token

2.1.11 Time Token

Menurut Arends, sebagaimana di kutip Fatmawati dan Haryono, menyatakan bahwa time token merupakan salah satu keterampilan berperan serta dalam pembelajaran kooperatif yang bertujuan untuk mengatasi pemerataan kesempatan yang mewarnai kerja kelompok, menghindarkan siswa mendominasi atau diam sama sekali dan menghendaki siswa saling membantu dalam kelompok kecil. Model pembelajaran pada pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang bertujuan agar masing-masing anggota kelompok diskusi mendapatkan kesempatan untuk memberikan konstribusi mereka dan memberikan pandangan serta pemikiran anggota lain.

Model pembelajaran Time Token Arends 1998 merupakan model permainan dalam pembelajaran yang bertujuan agar masing-masing anggota kelompok diskusi mendapatkan kesempatan untuk memberikan konstribusi mereka dan memberikan pandangan serta pemikiran anggota lain. Model ini sangat cocok untuk melatih ketrampilan sosial sekaligus kemampuan Model pembelajaran Time Token Arends 1998 merupakan model permainan dalam pembelajaran yang bertujuan agar masing-masing anggota kelompok diskusi mendapatkan kesempatan untuk memberikan konstribusi mereka dan memberikan pandangan serta pemikiran anggota lain. Model ini sangat cocok untuk melatih ketrampilan sosial sekaligus kemampuan

Model ini digunakan untuk melatih dan mengembangkan ketrampilan komunikasi dan sosial antar siswa. Guru memberikan kupon berbicara/tiket belajar pada setiap siswa dengan waktu yang sudah ditentukan. Sebelum berbicara siswa menyerahkan satu kupon untuk setiap kali berbicara. Siswa dapat tampil kembali setelah bergiliran dengan siswa lain. Siswa yang tiket belajarnya habis tidak boleh berbicara lagi, dan siswa yang masih mempunyai tiket belajar harus berbicara sampai tiket belajarnya habis.

Dalam penelitian ini Time Token adalah sebagai media permainan dalam pembelajaran agar pembelajaran diselingi dengan permainan pembelajaran yang lebih inovatif dan menuntut seluruh siswa agar aktif dan melatih siswa untuk dapat bertanggung jawab atas tugas yang diterimanya.

Model permainan time token (Arrends 1998) sangat penting bagi guru untuk mengatasi kondisi kelas yang siswanya mengalami masalah terhadap keterampilan sosial yang mencakup tentang pendominasian, pendiam dan tidak berani mengutarakan pendapat saat diskusi kelompok. Jadi model pembelajaran time token lebih mengarah untuk meningkatkan keterampilan sosila siswa. Model ini digunakan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali.

2.1.11.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Time Token

1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar

2. Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi

3. Guru memberikan setiap anak 3 kupon berbicara dengan waktu

30 detik, dan setiap siswa diberi sejumlah nilai sesuai waktu keadaan.

4. Guru memberikan pertanyaan atau pernyataan kepada siswa.

5. Guru mempersilahkan siswa menjawab pertanyaan , memberi pendapat dan menyanggah pendapat dengan menggunakan kupon berbicara.

6. Bila selesai berbicara kupon (kartu bicara) yang dipegang siswa diserahkan pada guru. Setiap berbicara kupon.

7. Sehingga semua siswa memiliki hak bicara yang sama, dan sampai semua siswa berbicara atau berpendapat.

8. Guru dan siswa membuat kesimpulan bersama dari hasil diskusi

9. Guru menutup permainan.

2.1.11.2 Kelebihan Time Token

1. Semua siswa aktif dalam mengeluarkan pendapatnya dan berpartisipasi dalam diskusi

2. Dapat menumbuhkan dan melatih keberanian siswa dalam berpendapat bagi siswa yang pemalu dan sukar berbicara.

3. Semua siswa mendapat waktu bicara yang sama sehingga tidak akan terjadi pendominasian pembicaraan dalam berlangsungnya diskusi.

4. Semua siswa mendapat kesempatan untuk menggali dan mengemukakan ide-idenya sehingga pada kondisi seperti apapun ikut terlibat memahami materi pembelajaran.

2.1.11.3 Kekurangan Time Token

1. Siswa yang memiliki banyak pendapat akan sulit mengutarakan pendapatnya karna waktu yang diberi terbatas.

2. Adanya keharusan mengemukakan idenya penampilan idenya kurang maksimal atau hanya mengemukakan pendapat kelompoknya sehingga kurang menguasai materi.