Review Penelitian Dan Pengembangan Hipotesis
B. Review Penelitian Dan Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh Persentase Dewan Komisaris Independen Terhadap Voluntary Disclosure
Komisaris independen merupakan bagian dari dewan komisaris yang tidak berasal dari pihak terafiliasi. KNKG (2006) menjelaskan bahwa, yang dimaksud dengan terafiliasi adalah pihak yang mempunyai hubungan bisnis dan kekeluargaan dengan pemegang saham pengendali, anggota direksi dan dewan komisaris lain, serta dengan perusahaan itu sendiri. Temuan Chen Jaggi (2000) dalam Wijaya (2009) membuktikan keterlibatan dewan komisaris independen pada dewan komisaris dapat memperbaiki kepatuhan terhadap prasyarat pengungkapan, yang dapat menghasilkan pengungkapan keuangan yang lebih komprehensif. Penelitian mengenai disclosure menyatakan terdapat hubungan positif antara voluntary disclosure dengan jumlah dewan komisaris independen yaitu Barako (2007) serta Eng dan Mak (2003). Cheng dan Courtenay (2006) juga meneliti hubungan antara independensi dewan komisaris dan luas pengungkapan sukarela menemukan bahwa perusahaan dengan proporsi komisaris independen yang lebih tinggi memiliki level
commit to user
pengungkapan sukarela yang lebih tinggi pula. Namun, dalam penelitian Khodadadi et al (2010) menunjukkan bahwa persentase dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap luas voluntary disclosure. Berdasarkan paparan diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis berikut ini:
= Persentase dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap
voluntary disclosure
2. Pengaruh Persentase Dewan Komisris Independen Dalam Komite Audit Terhadap Voluntary Disclosure
Nasution dan Setiawan (2007) mengungkapkan bahwa komite audit adalah komite yang dibentuk dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Komite audit merupakan salah satu mekanisme kontrol atas organ perusahaan yang sangat penting dalam meningkatkan transparansi perusahaan dan mendorong manajemen agar mengungkapkan lebih banyak informasi. Komite audit memastikan bahwa manajemen menginformasikan keputusan perusahaan mengenai kebijakan akuntansi, praktik, dan pengungkapan (Yuen et al, 2009). Barako (2007) juga mengungkapkan dalam penelitiannya bahwa komite audit dapat menjadi mekanisme monitoring yang meningkatkan kualitas arus informasi antara pemilik perusahaan (shareholders dan potential shareholders ) dan manajer. Adanya sejumlah komisaris independen dalam komite audit diharapkan dapat meningkatkan transparansi serta pengungkapan perusahaan. Hasil penelitian Barako (2007) menunjukkan perusahaan yang memiliki komite audit melakukan pengungkapan yang lebih tinggi. Menurut Rouf (2011), berbagai penelitian terdahulu
commit to user
menyatakan terdapat pengaruh positif keberadaan komite audit terhadap praktik pengungkapan perusahaan (Rosario dan Flora, 2005; Ho and Wong, 2001; McMullen, 1996). Dari uraian diatas, maka dapat dikembangkan hipotesis:
= Persentase dewan komisaris independen dalam komite audit
berpengaruh positif terhadap voluntary disclosure
3. Pengaruh Ukuran Dewan Direksi Terhadap Voluntary Disclosure
Hasil penelitian Rouf (2011) menyatakan struktur kepemimpinan ganda (posisi dewan direksi harus dilaksanakan oleh orang yang berbeda) berpengaruh terhadap voluntary disclosure. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran dewan direksi yang tinggi akan berpengaruh pada pengungkapan yang tinggi pula. Sementara dalam penelitian Gantyowati dan Nurlinda (2011) menunjukkan bahwa jumlah direksi tidak berpengaruh terhadap penurunan asimetri informasi, dimana asimetri informasi tersebut dapat dikurangi melalui pengungkapan informasi yang dilakukan perusahaan. Matoussi (2008) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki ukuran direksi yang besar akan mengalami kesulitan dalam koordinasi, sementara perusahaan dengan ukuran direksi yang kecil akan diuntungkan dalam koordinasi, tetapi akan mengalami kekurangan dalam kompetensi dan pengalaman anggotanya. Sementara Klein (2002) dalam Gantyowati dan Nurlinda (2011) mengindikasikan bahwa ukuran dewan direksi yang besar akan memiliki pengendalian manajemen yang lebih efektif sesuai dengan kemampuan mereka dalam melaksanakan beberapa tugas dibandingkan dengan ukuran dewan direksi yang lebih kecil. Dalam penelitian yang
commit to user
dilakukan Akhtarudin et al (2009) menunjukkan bahwa ukuran dewan direksi memiliki pengaruh positif terhadap luas pengungkapan sukarela. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dikembangkan hipotesis:
= Ukuran dewan direksi berpengaruh positif terhadap voluntary
disclosure
4. Pengaruh Keberadaan Komite Penunjang Dewan Komisaris Terhadap Voluntary Disclosure
Berdasarkan Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia, komite penunjang dewan komisaris dibentuk untuk membantu dewan komisaris dalam menyelesaikan tugas-tugasnys. Komite penunjang dewan komisaris yang terdiri dari komite nominasi dan remunerasi, komite kebijakan risiko, dan komite kebijakan corporate governance tersebut masing-masing bertanggungg jawab kepada dewan komisaris.
Huang, Lobo dan Zhou (2005) dalam penelitian Kanagaretnam (2007) menyatakan bahwa perusahaan dengan jumlah komite yang lebih banyak memiliki pengendalian manajemen yang lebih efektif dan tingkat asimetri informasi yang kecil. Berdasarkan paparan tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
= Keberadaan komite penunjang dewan komisaris berpengaruh positif terhadap voluntary disclosure.
5. Pengaruh Struktur Dewan Terhadap Voluntary Disclosure
Dari empat hipotesis yang dipaparkan di atas dapat diambil kesimpulan untuk mengetahui pengaruh keempat variabel independen
commit to user
secara bersama-sama terhadap voluntary disclosure sehingga dapat diperoleh hipotesis sebagai berikut:
= Struktur dewan berpengaruh positif terhadap voluntary disclosure.