Tinjauan Yuridis Mengenai Perlindungan Terhadap Pekerja/Buruh Khususnya Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

KESEL LAMATAN N DAN KES SEHATAN N KERJA (K K3)

Meleng

gkapi Sebag

dal

Disusu gian Persya

lam Ilmu H

Universita

AL DRIEA

FA UNIVERS

Penulisan H

(Skrips

un dan Diaj

aratan gun Hukum Pad as Sebelas M

Oleh AGNI SOP

NIM.E. 00

AKULTAS

SITAS SEB

jukan untu uk na Memperoleh Derajat Sarjana S1

da Fakultass Hukum Maret Sura akarta

: PHIA IKHR ROMI

008105

HUKUM BELAS MA ARET ARTA

commit to user

Penulisan Hukum (Skripsi) TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PERLINDUNGAN TERHADAP PEKERJA/BURUH KHUSUSNYA PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

Oleh : Al Drieagni Sophia Ikhromi NIM : E0008105

Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum

(Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta, Juli 2012

Dosen Pembimbing Skripsi

Purwono Sungkowo Raharjo, S.H. NIP. 196106131986011001

ii

commit to user

Penulisan Hukum (Skripsi) TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PERLINDUNGAN TERHADAP PEKERJA/BURUH KHUSUSNYA PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

Oleh : Al Drieagni Sophia Ikhromi NIM.E. 0008105

Telah diterima dan dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada

Hari: Kamis Tanggal : 19 Juli 2012

DEWAN PENGUJI

1. Pius Triwahyudi, S.H., M.Si. : .............................................

Ketua

2. Rahayu Subekti, S.H., M.Hum. : .............................................

Sekretaris

3. Purwono Sungkowo Raharjo, S.H. : .............................................

Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H., M.Hum.

NIP 195702031985032001

iii

commit to user

Nama

: Al Drieagni Sophia Ikhro

NIM : E0008105

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul “TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PERLINDUNGAN TERHADAP

PEKERJA/BURUH KHUSUSNYA PROGRAM KESELAMATAN DAN

KESEHATAN KERJA (K3)” adalah betul-betul karya sendiri.Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.Apabila kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.

Surakarta, Juli 2012 yang membuat pernyataan

Al Drieagni Sophia Ikhromi NIM. E0008105

iv

commit to user

Al Drieagni Sophia Ikhromi. 2012. E0008105. TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PERLINDUNGAN TERHADAP PEKERJA/BURUH KHUSUSNYA PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3). Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulisan hukum inibertujuan untuk mengetahui apakah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan telah mampu memberikan perlindungan hukum bagi pekerja khususnya dalam keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Penulisan hukum ini termasuk penelitian hukum normatif, bersifat preskiptif dengan menggunakan sumber bahan hukum, baik yang berupa bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder. Teknik pengumpulan bahan hukum dalam penelitian ini adalah dengan cara studi kepustakaan dan cyber media.Dalam penulisan hukum ini, penulis menggunakan analisis dengan metode deduksi.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis diperoleh bahwa Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 belum mampu memberikan perlindungan mengenai keselamatan dan kesehatan bagi pekerja, karena dalam kedua undang-undang tersebut belum memberikan pengaturan mengenai batasan pengertian yang jelas mengenai keselamatan kerja maupun kesehatan kerja, sanksi yang tegas atas pelanggaran terhadap keselamatan dan kesehatan kerja serta standar pelaksanaan keselamatan dan kesehatan. Namun terdapatnya harmonisasi peraturan perundang-undangan mengenai kewajiban pengusaha yang memberikan perlindungan hukum walau belum terdapat harmonisasi sanksi antara peraturan perundang-undangan yang mengatur K3.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan referensi bagi pemerintah untuk merevisi undang-undang yang lama yang hanya mengatur keselamatan kerja sehingga perlu juga mengatur kesehatan kerja sesuai dengan perkembangan industri sehingga mampu memberikan perlindungan bagi pekerja.

Kata Kunci : Perlindungan Terhadap Pekerja, Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan

commit to user

Al Drieagni Sophia Ikhromi. 2012. E0008105. LEGAL REVIEW OF THE PROTECTION OF WORKERS / LABOUR ESPECIALLY IN THE OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY. Faculty of Law Sebelas Maret University.

This study aims to determine whether the Act No. 1 of 1970 on Occupational Safety and Act No. 13 of 2003 on Employment have been able to provide legal protection for workers, especially in the occupational health and safety. This study uses normative research methods which is prescriptive using legal source materials, including primary legal materials and secondary legal materials. The legal materials collected by library research and cyber media, and analyzed by deductive method.

Based on this study obtained results that the Act No. 1 of 1970 and Act No.

13 of 2003 have not been able to provide safety and health protection for workers, because both of them have not given a correct information regarding the occupational health and safety, tough sanctions for violations of it as well as the implementation of safety and health standards. However, the harmonization of regulation regarding the employer’s obligations to provide legal protection as yet there is harmonization of sanctions between the legislation governing the occupational health and safety.

The results of this study is expected to provide input and reference for the government to revise the old regulation that only regulate occupational safety, so it is also necessary regulate occupational health in accordance with the development of the industry so able to provide protection for workers.

Keywords : protection for workers, the occupational health and safety, harmonization of the regulations

vi

commit to user

“Orang yang tidak pernah melakukan kesalahan, tidak pernah

mencoba sesuatu yang baru”

(Albert Einstein)

“Impian mungkin kini hanya sebuah mimpi belaka, namun akan menjadi nyata apabila mau berusaha meraihnya” (Al Drieagni Sophia Ikhromi)

“Semua yang terjadi tak perlu disesali karena waktu tak akan pernah berjalan mundur” (Al Drieagni Sophia Ikhromi)

vii

commit to user

Karya sederhana ini didedikasikan kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayahnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Penulisan Hukum ini.

2. Bapak Sudakiem dan Ibu Suprapti serta kakak-kakakku tercinta yang selama ini telah memberikan dukungan dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan Penulisan Hukum ini.

3. Rani, Rizha, Vitri, Intan, Yuni dan teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu-satu yang telah membantu memberikan motivasi dan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan Penulisan Hukum ini.

4. Semua pihak yang telah membantu dalam terselesaikannya penulisan hukum ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga segala kebaikan Bapak, Ibu, rekan-rekan menjadi amalan dan mendapat balasan kebaikan dari Tuhan Yang Maha Esa.

5. Almamater tercinta Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

viii

commit to user

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan Penulisan Hukum (skripsi) yang berjudul “TINJAUAN YURIDIS

MENGENAI PERLINDUNGAN TERHADAP PEKERJA/BURUH KHUSUSNYA PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)”.

Penulisan hukum ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana (S1) pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulisan hukum ini membahas tentang apakah perlindungan hukum yang diberikan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan sudah mampu melindungi pekerja. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan hukum ini terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu penulis dengan besar hati akan menerima segala masukan yang dapat memperkaya pengetahuan penulis di kemudian hari.

Dengan selesainya penulisan hukum ini maka dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya dalam penulisan hukum ini :

1. Ibu Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Pembantu Dekan I, Pembantu Dekan II, Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin dalam penyusunan penulisan hukum ini.

3. Bapak Purwono Sungkowo Raharjo, S.H. yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan penulisan hukum ini.

4. Bapak Sugeng Praptono, S.H.,M.H. selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan saran dan nasihat kepada penulis.

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta yang dengan keikhlasan dan kemuliaan hati telah meberikan bekal ilmu

ix

commit to user

Maret Surakarta.

6. Bapak dan Ibu di Bagian Akademik, Bagian Kemahasiswaan, Bagian Tata Usaha dan Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

7. Semua pihak yang telah membantu dalam terselesaikannya penulisan hukum ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga segala kebaikan Bapak, Ibu, rekan-rekan menjadi amalan dan mendapat balasan kebaikan dari Tuhan Yang Maha Esa.

Demikian, semoga penulisan hukum ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu hukum pada khususnya.

Surakarta, Juli 2012 Penulis

Al Drieagni Sophia Ikhromi

commit to user

Halaman HALAMAN JUDUL ........................................................................ ..

i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................

ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ..........................................

iii HALAMAN PERNYATAAN ...........................................................

iv HALAMAN MOTTO .........................................................................

v HALAMAN PERSEMBAHAN .........................................................

vi ABSTRAK ...........................................................................................

vii KATA PENGANTAR .........................................................................

ix DAFTAR ISI .......................................................................................

xi DAFTAR SKEMA ..............................................................................

xiii BAB I.

PENDAHULUAN .........................................................

A. Latar Belakang Masalah ...........................................

B. Rumusan Masalah ....................................................

C. Tujuan Penelitian .....................................................

D. Manfaat Penelitian ...................................................

E. Metode Penelitian ....................................................

F. Sistematika Penulisan Hukum .................................

12 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................

14

A. Kerangka Teori ........................................................

14

1. Tinjauan Umum tentang Teori Efektifitas Peraturan Perundang-Undangan ......

14

2. Tinjauan Umum tentangPembentukan Peraturan Perundang-Undangan ........................

17

3. Tinjauan Umum tentang Hukum Ketenagakerjaan .................................................

18

4. Tinjauan Umum tentangHubungan Kerja .........

21

5. Tinjauan Umum tentang Keselamatan Kerja ....

36

6. Tinjauan Umum tentang Kesehatan Kerja ........

43

xi

commit to user

BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............

52

A. Perlindungan Hukumyang Diberikan oleh Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan Terhadap Pekerja Khususnya tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja ..............

52

B. Harmonisasi Peraturan Perundang-Undangan

Mengenai Kewajiban Pengusaha Dalam Pelaksanaan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Beserta Sanksi ...

67 BAB IV. SIMPULAN DAN SARAN .............................................

75

A. Simpulan .....................................................................

75

B. Saran ...........................................................................

76 DAFTAR PUSTAKA

xii

commit to user

xiii

DAFTAR SKEMA

Halaman

Skema 1. Skema Kerangka Pemikiran ...............................................

50

commit to user

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, makmur yang merata baik meteriil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam pelaksanaan pembangunan nasional, pekerja/buruh mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan nasional.

Sesuai dengan peranan dan kedudukan pekerja diperlukan pembangunan ketenagakerjaan untuk meningkatkan kualitas pekerja dan peran sertanya dalam pembangunan serta peningkatan perlindungan pekerja/buruh dan keluarganya sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan. Pekerja mempunyai kebutuhan yang beraneka ragam, untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka dituntut untuk bekerja.

Seseorang bekerja bukan sekedar untuk memperoleh sesuatu berupa (uang, harga diri, kebanggaan, prestasi) tetapi adalah proses belajar dan proses yang harus dilaluinya untuk mencapai misi hidupnya. Sedangkan bekerja pada orang maksudnya adalah bekerja dengan bergantung pada orang lain, yang memberi perintah dan mengutusnya karena ia harus tunduk dan patuh pada orang lain yang memberikan pekerjaan tersebut.

Dalam segala usaha yang dijalankan setiap perusahaan tertentu mempunyai tujuan tentang yang ingin dicapai secara efisien yaitu dengan sejumlah biaya operasional tertentu yang bisa menghasilkan laba yang maksimal untuk melangsungkan hidup dan perkembangan perusahaan tertentu. Segala usaha dilakukan untuk mencapai tujuan diantaranya dengan menggunakan sumber daya manusia yaitu tenaga kerja yang handal dan profesional, sehingga mencapai prestasi kerja yang maksimal juga.

commit to user

lebih efektif dalam melakukan pekerjaan maka diperlukan suatu hubungan timbal-balik antara pekerja dengan pengusaha. Hal ini dapat dilakukan dengan memperhatikan dan memberi rangsangan kepada pekerja, agar pekerja mau bekerja dengan segala daya dan upaya sehingga tugas dan kewajiban yang diberikan dapat terlaksana dengan baik. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah faktor yang berhubungan dengan pekerja itu sendiri maupun yang berhubungan dengan lingkungan perusahaan dan kebijaksanaan perusahaan secara keseluruhan, misalnya: jaminan sosial, keselamatan dan kesehatan kerja (K3), lingkungan kerja, disiplin, pendidikan, ketrampilan, penghasilan, teknologi, kesempatan berprestasi dan lain-lain.

Pentingnya pekerja bagi perusahaan, pemerintah dan masyarakat, maka perlu dilakukan pemikiran agar pekerja dapat menjaga keselamatannya dalam menjalankan pekerjaan. Demikian pula perlu diusahakan ketenangan dan kesehatan pekerja agar apa yang dihadapinya dalam pekerjaan dapat diperhatikan semaksimal mungkin, sehingga kewaspadaan dalam menjalankan pekerjaan itu tetap terjamin. Pemikiran-pemikiran itu merupakan program perlindungan pekerja, yang dalam praktik sehari-hari berguna untuk mempertahankan produktivitas dan kestabilan perusahaan (Zainal Asikin dkk. 2008: 95-96).

Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar bagi kelangsungan suatu usaha. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa kerugian materi yang cukup besar namun lebih dari itu adalah timbulnya korban jiwa yang tidak sedikit jumlahnya. Kehilangan sumber daya manusia ini merupakan kerugian yang sangat besar karena manusia adalah satu- satunya sumber daya yang tidak dapat digantikan oleh teknologi apapun.(http://septa-ayatullah.blogspot.com/2009/04/budaya-keselamatan- dan kesehatan kerja.html).

Riset yang dilakukan badan dunia International Labour Organization (ILO) menghasilkan kesimpulan, setiap hari rata-rata 6.000 orang meninggal, setara dengan satu orang setiap 15 detik atau 2,2 juta orang per tahun akibat

commit to user

yang meninggal dua kali lebih banyak dibandingkan wanita, karena mereka lebih mungkin melakukan pekerjaan berbahaya. Secara keseluruhan kecelakaan di tempat kerja telah menewaskan 350.000 orang ( T. Lestari dan Erlin Trisyulianti. Hubungan Keselamatan dan Kesehatan (K3) dengan Produktivitas Kerja (Studi Kasus: Bagian Pengolahan PTPN VIII Gunung Mas, Bogor) http://journal.ipb.ac.id/index.php/jmanajemen/article/viewFile/1601/664).

Tingginya angka kecelakaan kerja baik tingkat kekerapan maupun tingkat keparahannya menjadi salah satu faktor yang meningkatkan biaya produksi dan menyebabkan kerugian secara ekonomi. Laporan ILO tahun 2008 menyatakan bahwa tiap tahun diperkirakan 1,2 juta jiwa pekerja meninggal karena kecelakaan dan penyakit akibat kerja sementara kerugian ekonomi akibat kecelakaan dan penyakit akibat kerja mencapai 4 persen dari pendapatan perkapita tiap negara (Metronews. Menakertrans: Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Belum Memadai.http://www.metrotvnews.com/read/news/2011/10/07/67366/Menak ertrans-Penerapan-Kesehatan-dan-Keselamatan-Kerja).

Di Indonesia, selama tahun 2010 Jamsostek mencatat terjadi kasus kecelakaan kerja sebanyak 98.711 kasus dan sebanyak 2.191 tenaga kerja meninggal dunia dari kasus-kasus kecelakaan tersebut dan 6.667 orang mengalami cacat permanen. "Diyakini masih banyak kecelakaan kerja yang tidak dilaporkan, sehingga data kecelakaan di atas merupakan phenomena (Metronews. Menakertrans: Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Belum Memadai. http://www.metrotvnews.com/read/news/2011/10/07/67366/Menakertrans- Penerapan-Kesehatan-dan-Keselamatan-Kerja).

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar menilai masih banyak perusahaan yang belum menerapkan program kesehatan dan keselamatan kerja (K3) dengan baik. Terlihat dari tingginya jumlah klaim Jamsostek tahun 2010 yang mencapai Rp 400 miliar. Pengajuan klaim

commit to user

cenderung meningkat, baik untuk angka total kasus kecelakaan kerja maupun biaya yang dikeluarkan untuk klaim tersebut. Pada tahun 2010, jumlah klaim yang harus dibayarkan untuk kasus-kasus tersebut mencapai lebih dari Rp 400 milyar (http://www.metrotvnews.com/read/news/2011/10/07/67366/Menakertrans Penerapan-Kesehatan-dan-Keselamatan-Kerja).

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif) timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi. menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian. Tujuan dari dibuatnya sistem ini adalah untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja.

Di Indonesia, kewajiban untuk melindungi keselamatan dan kesehatan pekerja telah diatur dalam undang-undang dan peraturan keselamatan dan kesehatan kerja (K3), yang menjamin perlindungan pekerja terhadap keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan, perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama. Undang- undang dan peraturan K3 mengatur dengan jelas tentang hak dan kewajiban pengusaha, hak dan kewajiban pekerja, syarat-syarat keselamatan kerja serta sistem manajemen K3.

Pada awalnya pelaksanaan K3 mengacu kepada Veiligheidsreglement tahun 1919 (Stbl.No.406), namun sejak dikeluarkannya Undang-undang nomor 14 tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok mengenai Pekerja, maka disusun undang-undang yang memuat ketentuan-ketentuan umum tentang keselamatan kerja yang sesuai dengan perkembangan masyarakat, industrialisasi, teknik dan teknologi. Undang-undang tersebut adalah Undang- Undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, yang mengatur dengan

commit to user

melaksanakan keselamatan kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja diatur lebih lanjut dalam Undang- Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yang mengatur pengupahan serta kesejahteraan bagi para pekerja. Mengingat faktor keselamatan sangat terkait dengan kesehatan maka pada tahap selanjutnya kegiatan keselamatan kerja menjadi keselamatan dan kesehatan kerja atau disingkat dengan K3. Sebagai penjabaran dan kelengkapan Undang-Undang, Pemerintah juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP), Keputusan Presiden terkait penyelenggaraan keselamatan dan kesehatan kerja dan Peraturan Menteri yang terkait.

Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlakutahun 2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satuprasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang danjasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasukbangsa Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkanperlindungan masyarakat pekerja Indonesia; telah ditetapkan Visi IndonesiaSehat 2010 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yangpenduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memperolehpelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memilikiderajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Erna Tresnaningsih. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium Kesehatan.http://www.depkes.go.id/downloads/Kesehatan%20Kerja%20di% 20Labkes.PDF).

Berdasarkan penjelasan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : PER-01/MEN/I/2007, keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan upaya untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat dan sejahtera, bebas dari kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran lingkungan dan penyakit akibat kerja. Kecelakaan kerja dapat menimbulkan kerugian bagi tenaga kerja, pengusaha, pemerintah dan masyarakat, yang dapat berupa korban jiwa manusia, kerusakan harta benda

commit to user

bagi pekerja di tempat kerja adalah segala upaya untuk mengendalikan risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

Berdasarkan uraian di atas, penulis bermaksud untuk melakukan penelitian dan menuangkannyadalam penulisan hukum dengan judul

“TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PERLINDUNGAN TERHADAP PEKERJA/BURUH KHUSUSNYA PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, serta agar permasalahan yang diteliti menjadi lebih jelas dan penulisan penelitian hukum mencapai tujuan yang diinginkan, maka permasalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan danUndang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, dapat memberikan perlindungan hukum terhadap pekerja khususnya keselamatan dan kesehatan?

2. Apakah sudah dilakukan harmonisasi peraturan perundang-undangan mengenai kewajiban pengusaha dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja beserta sanksi sehingga dapat melindungi pekerja?

C. Tujuan Penelitian

Dalam suatu penelitian sangat berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai, dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berarti sehingga mampu menyelesaikan permasalahan yang ada. Maka dalam penulisan hukum ini, penulis memiliki tujuan yaitu:

1. Tujuan Objektif

a. Untuk mengetahui apakah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun

commit to user

perlindungan hukum bagi pekerja khususnya dalam keselamatan dan kesehatan kerja (K3).

b. Untuk mengetahui apakah sudah dilakukan harmonisasi peraturan perundang-undangan mengenai kewajiban pengusaha dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja beserta sanksi sehingga dapat melindungi pekerja.

2. Tujuan Subjektif

a. Untuk menambah wawasan penulis dalam bidang Hukum Administrasi Negara (HAN) terutama yang berkaitan dengan perlindungan terhadap keselamatan dan kesehatan bagi para tenaga kerja dalam melaksanakan kewajiban kerja.

b. Untuk menerapkan konsep-konsep ataupun teori-teori hukum yang diperoleh penulis selama masa perkuliahan dalam mendukung penulisan hukum ini.

D. Manfaat Penelitian

Dalam melaksanakan sebuah penelitian hukum diharapkan memberikan suatu manfaat yang berguna bagi semua pihak.Penulis berharap bahwa kegiatan penelitian hukum ini dapat bermanfaat baik bagi penulis, orang lain dan juga bagi bidang ilmu yang diteliti. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan perkembangan ilmu pengetahuan dibidang hukum pada umumnya dan Hukum Administrasi Negarapada khususnya.

b. Diharapkan penulisan ini dapat memberikan referensi tambahan di bidang hukum tentang Hukum Ketenagakerjaan khususnya mengenai pelaksanaan dan pengaturan mengenai program keselamatan dan kesehatan kerja.

c. Hasil penelitian hukum ini dapat dipakai sebagai bahan untuk mengadakan penelitian sejenis untuk tahap selanjutnya.

commit to user

a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti selanjutnya yang memerlukan pengetahuan hukum yang terkait dengan permasalahan yang dikaji.

b. Penelitian hukum ini diharapkan dapat menjadi wahana bagi penulis mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir dinamis sekaligus untuk mengetahui sejauh mana kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh.

E. Metode Penelitian

Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi (Peter Mahmud Marzuki, 2006 :35). Penelitian hukum dilakukan untuk mencari pemecahan atas isu hukum yang timbul.Oleh karena itulah, penelitian hukum merupakan suatu penelitian di dalam kerangka know-how di dalam hukum. Hasil yang dicapai adalah untuk memberikan preskripsi mengenai apa yang seyogianya atas isu yang diajukan (Peter Mahmud Marzuki, 2006 :41).

Masalah pemilihan metode penelitian menjadi masalah yang sangat penting dan menentukan dalam suatu penelitian, karena nilai, mutu, dan hasil penelitian sangat bergantung dan ditentukan oleh metode penelitian yang digunakan.Peneliti harus cermat dalam memilih dan menggunakan metode penelitian, agar hasil penelitian sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai.

Berdasar uraian diatas maka untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam penulisan hukum ini, metode penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Penelitian hukum secara umum dapat dikategorikan menjadi penelitian doktrinal dan penelitian non doktrinal.Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian hukum doktrinal atau disebut juga

commit to user

Penelitian doktrinal adalah suatu penelitian hukum yang bersifat perskriptif bukan deskriptif sebagaimana ilmu sosial dan ilmu alam (Peter Mahmud Marzuki, 2006 : 33).

2. Sifat Penelitian

Penelitian hukum ini bersifat preskriptif dan teknis atau terapan. Sifat preskriptif disini dapat diartikan bahwa penelitian ini mempelajari tujuan hukum, nilai-nilai keadilan, validitas aturan hukum, konsep- konsep hukum dan norma-norma hukum. Sedangkan sifat teknis atau terapan menggambarkan bahwa penelitian ini menetapkan standar prosedur, ketentuan-ketentuan, rambu-rambu dalam melaksnakan aturan hukum (Peter Mahmud Marzuki, 2006: 22). Sifat preskriptif dalam penelitian ini tercermin ketika penulis mempelajari konsep hukum dan norma hukum yang berkaitan dengan perlindungan terhadap pekerja khususnya program keselamatan dan kesehatan kerja (K3).

3. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan. Dengan pendekatan tersebut, peneliti akan mendapatkan informasi dari berbagai aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya. Pendekatan-pendekatan yang digunakan di dalam penelitian hukum adalah pendekatan undang-undang (statue approach),pendekatan kasus (case approach) , pendekatan historis (historical approach), pendekatan komparatif (comparative approach), dan pendekatan konseptual (conceptual approach) (Peter Mahmud Marzuki, 2006 :93).

Dalam penelitian hukum ini penulis menggunakan pendekatan perundang-undangan (statue approach) . Pendekatan perundang- undangan (statue approach) dilakukan dengan menelaah semua undang- undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani. Pendekatan tersebut melakukan pengkajian peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan tema sentral penelitian. Dalam penelitian ini konsepsi yang digunakan sebagai acuan adalah

commit to user

programkeselamatandankesehatankerja.

4. Jenis Bahan Hukum

Sumber-sumber penelitian hukum dapat dibedakan menjadi sumber-sumber penelitian yang berupa bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif yang artinya mempunyai otoritas.Bahan-bahan hukum primer terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim.Sedangkan bahan sekunder berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi.Publikasi tentang hukum meliputi buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal- jurnal hukum, dan komentar-komentar atas putusan pengadilan (Peter Mahmud Marzuki, 2006: 141).

5. Sumber Bahan Hukum

Bahan hukum yang digunakan untuk menyusun penulisan hukum ini dapat digolongkan sebagai berikut :

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer dalam penelitian ini adalah :

1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-Undangan;

2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan;

3) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat

Pekerja/Serikat;

4) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

Kerja;

5) Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja;

6) Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993tentang Penyakit

Yang Timbul KarenaHubungan Kerja;

commit to user

Republik Indonesia Nomor: PER.03/MEN/1978 tentangPersyaratan Penunjukan Dan Wewenang Serta Kewajiban Pegawai Pengawas Keselamatan Kerja Dan Ahli Keselamatan Kerja;

8) Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No: PER.03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja;

9) Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor : PER.03/MEN/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan;

10) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor: PER- 01/MEN/I/2007tentang Pedoman Pemberian Penghargaan KeselamatandanKesehatan Kerja;

11) Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor: PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder terdiri dari buku-buku referensi, jurnal-jurnal hukum yang terkait, dan media massa yang mengulas tentang perlindungan terhadappekerja khususnya keselamatan dan kesehatan kerja.

6. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk mengumpulkan bahan hukum yaitu:

a) Studi Kepustakaan (Library Research) Studi kepustakaan sangat penting sebagai dasar teori maupun sebagai data pendukung. Dalam studi kepustakaan ini peneliti mengkaji dan mempelajari buku-buku, arsip-arsip, dan dokumen maupun peraturan-peraturan yang ada hubungannya dengan perlindungan terhadappekerja khususnya keselamatan dan kesehatan kerja.

commit to user

Pengumpulan data melalui internet dengan cara melalui e-mail dan download berbagai artikel yang berkaitan dengan perlindungan terhadap pekerja khususnya program keselamatan dan kesehatan kerja.

7. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode deduksi. Metode deduksi ini berpangkal dari pengajuan premis mayor kemudian diajukan premis minor. Peter Mahmud Marzuki yang mengutip pendapat Philipus M. Hadjon menjelaskan metode deduksi sebagaimana silogisme yang diajarkan oleh Aristoteles, penggunaan metode deduksi berpangkal dari pengajuan premis major (pernyataan bersifat umum). Kemudian diajukan premis minor (bersifat khusus), dari kedua premis itu kemudian ditarik suatu kesimpulan atau conclusion(Peter Mahmud Marzuki, 2006 : 47).

Dalam penelitian ini, sumber hukum yang diperoleh dengan cara menginventarisasi sekaligus mengkaji penelitian dari studi kepustakaan, aturan perundang-undangan beserta dokumen-dokumen yang dapat membantu menafsirkan norma untuk menjawab permasalahan yang diteliti. Tahap terakhir yaitu dengan menarik kesimpulan dari sumber hukum yang diolah, sehingga pada akhirnya dapat menjawab mampu atau tidaknya peraturan perundang-undangan yang ada memberikan perlindungan keselamatan dan kesehatan bagi pekerja

F. Sistematika Penulisan Hukum

Untuk lebih mempermudah dalam melakukan pembahasan, penganalisaan, serta penjabaran isi dari penelitian ini, maka penulis menyusun sistematika penulisan hukum ini sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis akan mengemukakan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,

commit to user

hukum.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab yang kedua ini memuat dua sub bab, yaitu kerangka teori dan kerangka pemikiran. Dalam kerangka teori penulis akan menguraikan tinjauan umum. Sedangkan dalam kerangka pemikiran disajikan dalam bentuk bagan, kemudian diikuti dengan deskripsi atas bagan kerangka pemikiran.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan membahas dan menjawab permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya yaitu apakah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan sudah memberikan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja kepada pekerja serta apakah telah ada harmonisasi antara peraturan perundang-undangan yang mengatur kewajiban pengusaha/pengurus dalam perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja

BAB IV: PENUTUP

Penutup adalah bagian akhir dari penulisan hukum ini yang menguraikan secara singkat tentang kesimpulan akhir dari pembahasan dan jawaban atas rumusan permasalahan, dan diakhiri dengan saran-saran yang didasarkan atas hasil penelitian.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

commit to user

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Umum Tentang Teori Efektifitas Peraturan Perundang- Undangan

Menurut Lawrence Meir Friedman berhasil atau tidaknya Penegakan hukum bergantung pada: Substansi Hukum, Struktur Hukum/Pranata Hukum dan Budaya Hukum.

Menurut Ni Putu Sawitri Nandari ( Ni Putu Sawitri Nandari . Penanggulangan Pelacuran Ditinjau Dari Perspektif Hukum Dan Gender) teori sistem hukum yang mengutip dari Lawrence M. Friedman menyatakan, bahwa sebagai suatu sistem hukum dari sistem kemasyarakatan, maka hukum mencakup tiga komponen yaitu:

a. legal substance (substansi hukum); merupakan aturan-aturan, norma- norma dan pola prilaku nyata manusia yang berada dalam sistem itu termasuk produk yang dihasilkan oleh orang yang berada di dalam sistem hukum itu, mencakup keputusan yang mereka keluarkan atau aturan baru yang mereka susun.

b. legal structure (struktur hukum); merupakan kerangka, bagian yang tetap bertahan, bagian yang memberikan semacam bentuk dan batasan terhadap keseluruhan instansi-instansi penegak hukum. Di Indonesia yang merupakan struktur dari sistem hukum antara lain; institusi atau penegak hukum seperti advokat, polisi, jaksa dan hakim.

c. legal culture (budaya hukum); merupakan suasana pikiran sistem dan kekuatan sosial yang menentukan bagaimana hukum itu digunakan, dihindari atau disalahgunakan oleh masyarakat.

Dalam penelitian ini, penulis hanya menggunakan salah satu unsur saja dari tiga komponen tersebut yaitu substansi hukum. Hal ini karena penulis lebih akan menekankan pada efektifitas peraturan perundangan- undangan yang khusunya mengatur mengenai keselamatan dan kesehatan

14

commit to user

undangan di suatu negara, terdapat beberapa pendapat mengenai kualifikasi efektifitas suatu peraturan perundang-undangan bagi masyarakat.

Fuller mengajukan satu pendapat untuk mengukur dan memberikan kualifikasi terhadap sistem hukum yang diletakkan pada delapan asas yang dinamakannya principles of legality, yaitu (Satjipto Raharjo. 2000: 51) :

a. Suatu sistem hukum harus mengandung peraturan-peraturan. Yang dimaksud adalah, bahwa ia tidak boleh mengandung sekedar keputusan-keputusan yang bersifat ad hoc;

b. Peraturan-peraturan yang telah dibuat itu harus diumumkan;

c. Tidak boleh ada peraturan yang berlaku surut, oleh karena apabila yang demikian itu tidak ditolak, maka peraturan itu tidak bisa dipakai untuk menjadi pedoman tingkah laku. Membolehkan pengaturan secara berlaku surut berarti merusak integritas peraturan yang ditujukan untuk berlaku bagi waktu yang akan datang;

d. Peraturan-peraturan harus disusun dalam rumusan yang bisa dimengerti;

e. Suatu sistem tidak boleh mengandung peraturan-peraturan yang bertentangan satu sama lain;

f. Peraturan-peraturan tidak boleh mengandung tuntutan yang melebihi apa yang dapat dilakukan;

g. Tidak boleh ada kebiasaan untuk sering mengubah peraturan sehingga

menyebabkan seorang akan kehilangan orientasi;

h. Harus ada kecocokan antara peraturan yang diundangkan dengan pelaksanaannya sehari-hari. Berdasarkan uraian di atas, peraturan merupakan hukum yang in abstracto atau generalnorm yang sifatnya mengikat umum (berlaku umum) dan fungsinya untuk mengatur hal-hal yang bersifat umum. Maka peraturan perundang-undangan itu bersifat umum-abstrak yang dicirikan

commit to user

Administrasi Negara, yaitu :

a. Waktu (tidak hanya berlaku pada saat tertentu);

b. Tempat (tidak hanya berlaku pada tempat tertentu);

c. Orang (tidak hanya berlaku pada orang tertentu);

d. Fakta hukum (tidak hanya ditujukan pada fakta hukum tertentu, tetapi untuk berbagai fakta hukum yang dapat berulang-ulang, dengan kata lain untuk perbuatan yang berulang-ulang).

Hans Kelsen menganggap bahwa suatu sistem hukum suatu sistempertanggapan dari norma atau kaidah hukum, di mana suatu kaidah hukum tertentuakan dapat dicari sumbernya pada kaidah hukum yang lebih tinggi derajatnya. HansKelsen mengatakan bahwa kaidah yang merupakan puncak dari sistem pertanggapandinamakan sebagai kaidah dasar atau “Grundnorm”. Grundnorm merupakan semacam bensin yang menggerakan seluruh sistem hukum, menjadi dasar mengapa hukum itu harus dipatuhi dan yang memberikan pertanggungjawaban menagap hukum itu harus dilaksanakan (Satjipto Raharjo. 2000: 274).

Teori Hans Kelsen menegaskan bahwa hukum berdiri sendiri terlepasdari aspek kemasyarakatan yang lain.Teori Hans Kelsen (teori positivisme) menyebutkan kaidah hukum tersebutdiatas sebagai Stufenbou theory yaitu peraturan-peratauran hukum yang berdiri sendiri-sendiri itu terikat dalam satu susunan kesatuan yang disebabkan karena mereka terikat pada satu induk penilaian etis tertentu (Satjipto Raharjo. 2000: 49).

Sehubungan dengan penelitian hukum, maka digunakan metode pendekatan sinkronisasi untuk untuk mewujudkan landasan pengaturan suatu bidang tertentu yang dapat memberikan kepastian hukum yang memadai bagi penyelenggaraan bidang tersebut secara efisien dan efektif. Penelitian hukum normatif melalui pendekatan sinkronisasi tersebut yaitu:

a. Sinkronisasi Hukum Horizontal”Bertujuan untuk menggungkap kenyataan sampai sejauh manaperundang-undangan tertentu serasi secara horizontal, yaitu mempunyaikeserasian antara perundang-

commit to user

Soekanto dan Sri Mamudji, 2003: 74).

b. Sinkronisasi Hukum Vertikal”Bertujuan untuk melihat apakah suatu peraturan perundangan-undangan yang berlaku bagi suatu bidang kehidupan tertentu tidak saling bertentangan antara satu dengan lainnya apabila dilihat dari sudut vertikal atau hierarki peraturan perundang-undangan yang ada”. Hierarki perundang-undangan menurut Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, yaitu: Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;Undang-Undang/Peraturan Pemerintah PenggantiUndang-Undang;Peraturan Pemerintah; Peraturan Presiden; Peraturan Daerah Provinsi; dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

2. Tinjauan Umum Tentang Pembentukan Peraturan Perundang- Undangan

a. Pengertian Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan

Dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, “Pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalahpembuatan Peraturan Perundang- undangan yangmencakup tahapan perencanaan, penyusunan,pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan”.

b. Asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

Dalam membentuk Peraturan Perundang-undanganharus dilakukan berdasarkan pada asas PembentukanPeraturan Perundang- undangan yang baik yang tercantum dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- undangan, yangmeliputi:

1) kejelasan tujuan;

commit to user

3) kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan;

4) dapat dilaksanakan;

5) kedayagunaan dan kehasilgunaan;

6) kejelasan rumusan; dan

7) keterbukaan. Sedangkan Materi muatan Peraturan Perundang-undangan harusmencerminkan asas sesuai dengan Pasal 6 ayat (1)Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, yang meliputi:

6) bhinneka tunggal ika;

7) keadilan;

8) kesamaan kedudukan dalam hukum danpemerintahan;

9) ketertiban dan kepastian hukum; dan/atau

10) keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.

c. Materi Muatan Peraturan Perundang-Undangan

Dalam Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Materi muatan yang harus diatur dengan Undang-Undang berisi:

1) pengaturan lebih lanjut mengenai ketentuanUndang-Undang Dasar

Negara Republik IndonesiaTahun 1945;

2) perintah suatu Undang-Undang untuk diaturdengan Undang

Undang;

3) pengesahan perjanjian internasional tertentu;

4) tindak lanjut atas putusan Mahkamah Konstitusi;dan/atau

5) pemenuhan kebutuhan hukum dalammasyarakat.

3. Tinjauan Umum Tentang Hukum Ketenagakerjaan

a. Pengertian Hukum Ketenagakerjaan

Hukum Ketenagakerjaan adalah hukum yang mengatur tentang tenaga kerja. Hukum Ketenagakerjaan dahulu disebut hukum perburuhan yang merupakan terjemahan dari arbeidsrechts. Terdapat

commit to user

antara lain:

1) Molenaar Memberikan batasan pengertian dari arbeidsrechts adalah bagian dari hukum yang berlaku yang pada pokoknya mengatur hubungan antara buruh dengan majikan, anatra buruh dengan buruh dan antara buruh dengan penguasa.

2) Mr. MG Levenbach Arbeidsrechts sebagai sesuatu yang meliputi hukum yang berkenaan dengan hubungan kerja, di mana pekerjaan itu dilakukan di bawah pimpinan dan dengan penghidupan yang langsung bersangkut paut dengan hubungan kerja itu.

3) Mr N. E. H. Van Esveld Hukum ketenagakerjaan (arbeidsrecht) tidak hanya meliputi hubungan kerja dimana pekerjaan dilakukan di bawah pimpinan, tetapi meliputi pula pekerjaan yang dilakukan oleh swa-pekerja yang melakukan pekerjaan atas tanggung jawab dan resiko sendiri.

4) Imam Soepomo Memberikan batasan pengertian hukum perburuhan adalah suatu himpunan peraturan, baik tertulis maupun tidak tertulis yang berkenaan dengan kejadian di mana seseorang bekerja pada orang lain dengan menerima upah.

b. Sifat dan Hakikat Hukum Ketenagakerjaan

Ditinjau dari sifatnya, hukum perburuhan dapat bersifat privat/perdata dan dapat pula bersifat publik. Bersifat privat karena mengatur hubungan antara orang-perorangan (pembuatan perjanjian kerja).Di samping bersifat perdata hukum ketenagakerjaan juga bersifat publik (pidana), alasannya adalah:

1) dalam hal-hal tertentu negara atau pemerintah turut campur tangan dalam masalah-masalah ketenagakerjaan, misalnya dalam masalah pemutusan hubungan kerja;

commit to user

undang-undang/peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan.

Tujuan campur tangan pemerintah dalam bidang perburuhan adalah untuk mewujudkan perburuhan yang adil, karena peraturan perundang-undangan perburuhan memberikan hak-hak bagi buruh/pekerja sebagai manusia yang utuh, karena itu harus dilindungi baik menyangkut keselamatannya, kesehatannya, upah yang layak dan sebagainya. Selain itu pemerintah juga harus memperhatikan kepentingan pengusaha/majikan yakni kelangsungan perusahaan (Lalu Husni, 2005:12)

Berdasarkan ketentuan Pasal 27 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu setiap warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan. Ketentuan ini dijabarkan lebih lanjut dalam Pasal 5 dan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan tentang Ketenagakerjaan. Dalam Pasal 5 yaitu “setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan”. Sedangkan dalam Pasal 6, yaitu “setiap pekerja atau buruh berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dari majikan” (Asri Wijayanti, 2010: 8).

Kedudukan antara pengusaha (majikan) dengan pekerja itu tidak sama. Secara yuridis kedudukan buruh adalah bebas sedangkan secara sosial ekonomis adalah tidak bebas. Pada hakikatnya, kedudukan pekerja atau buruh secara yuridis berdasarkan Pasal 27 UUD 1945 adalah sama dengan pengusaha namun secara sosial kedudukan antara pekerja dengan majikan tidak sama. Kedudukan yang tidak sederajat ini disebabkan karena pekerja hanya mengandalkan tenaga yang ada pada dirinya untuk melakukan pekerjaan. Selain itu, majikan sering menganggap pekerja sebagi obyek dalam hubungan kerja. Pekerja sebgai faktor ekstern dalam proses produksi dan bahkan ada yang

commit to user

rumahku jadi terserah akan digunakan untuk apa). Majikan dapat dengan leluasa menekan pekerja untuk bekerja terus-menerus terkadang melebihi batas kemampuan pekerja (Asri Wijayanti, 2010:9).

Secara sosial ekonomis kedudukan pekerja tidak bebas. Sebagai orang yang tidak memiliki bekal hidup yang besar, maka ia terpaksa bekerja untuk orang lain. Maka majikan yang pada dasarnya yang menentuka syarat-syarat kerja. Mengingat kedudukan pekerja yang lebih rendah dibandingakan dari majikannya maka hal ini diperlukan adanya campur tangan pemerintah untuk memberikan perlindungan hukum bagi para pekerja atau buruh (Asri Wijayanti, 2010: 10).

4. Tinjauan Umum Tentang Hubungan Kerja

a. Pengertian Hubungan Kerja

Menurut Halili Toha dan Hari Pramono:

hubungan kerja adalah hubungan antara buruh dengan majikan yang mana hubungan tersebut hendak menunjukkan kedudukan kedua belah pihak yang pada pokoknya menggambarkan hak-hak dan kewajiban buruh terhadap majikan, dan sebaliknya (Halili Toha dan Hari Pramono, 1991: 9).

Menurut Sendjun H. Manulang yang mengutip pendapat Prof. Iman Soepomo dalam buku “Pengantar Hukum Perburuhan” menjelaskan bahwa :

Hubungan kerja adalah hubungan antara buruh dan majikan, yang terjadi setelah diadakan perjanjian kerja oleh buruh dengan majikan, dimana buruh menyatakan kesanggupannya untuk bekerja pada majikan dengan menerima upah dan dimana majikan menyatakan kesanggupannya untuk mempekerjakan buruh dengan membayar upah (Sendjun H. Manulang, 1995: 63).

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 14 Undang-Undang No.

13 Tahun 2003, menyatakan bahwa:“hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan, upah dan perintah”.Unsur-unsur

commit to user

ketentuan Pasal 1 angka 14 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 adalah (Asri Wijayanti, 2010: 36-37):

1) Adanya pekerjaan (arbeid), yaitu pekerjaan bebas sesuai dengan kesepakatan antara buruh dengan majikan namun tidak boleh bertentangan dengan peraturan perUndang-Undangan, kesusilaan dan ketertiban umum;

2) Di bawah perintah (gezag ver houding), di dalam hubungan kerja kedudukan majikan adalah pemberi kerja sehingga ia berhak dan berkewajiban untuk membrikan perintah yang berkaitan dengan pekerjaan. Kedudukan buruh sebagai pihak yang melakukan pekerjaan yang diperintahkan oleh majikan. Hubungan antara buruh dan majikan adalah hubungan yang bersifat subordinasi (hubungan yang bersifat vertikal, yaitu atas dan bawah);

3) Upah (loan), pengertian upah berdasar ketentuan Pasal 1 angka 30

Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 adalah

hak pekerja atau buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja atau buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan atau peraturan perundang-undangan termasuk tunjangan bagi pekerja atau buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan;

4) Waktu (tijd), buruh bekerja untuk waktu yang ditentukan atau

waktu tidak tertentu atau selama-lamanya.

b. Subjek Hukum dalam Hubungan Kerja

Subjek hukum dalam hubungan kerja pada dasarnya adalah pengusaha atau pemberi kerja dengan pekerja atau buruh. Subjek hukum yang terkait dalam hubungan kerja kini mengalami perluasan, yaitu dapat meliputi perkumpulan majikan, gabungan perkumpulan majikan atau APINDO untuk perluasan majikan. Selain itu terdapat serikat pekerja atau buruh, gabungan serikat pekerja atau buruh sebagai perluasan dari buruh (Asri Wijayanti, 2010 : 38).

commit to user

Ketenagakerjaan membedakan pengertian pengusaha, perusahaan dan pemberi kerja. Adapun pengusaha berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka

5 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan adalah:

1) orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang

menjalankan suatu perusahaan milik sendiri;

2) orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya;

3) orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.

Dokumen yang terkait

Hayana Indryani, Suryani, Sri Utami Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Untan Pontianak Email : hayanaindryaniyahoo.com Abstract - PENGARUH PENGGUNAAN MODEL EXAMPLE NON EXAMPLE TERHADAP HASIL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SEKOLAH

0 0 8

KAJIAN STRUKTURALIAME DAN NILAI-NILAI PADA HIKAYAT HANG TUAH JILID I KARYA MUHAMMAD HAJI SALEH Fiky Indra Gunawan Saputra, Antonius Totok Priyadi, Agus Wartiningsih Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan, Pontianak Email : fikyind

0 0 14

Yoga Kharisma Putra Program Studi Pendidikan Seni Tari dan Musik FKIP UNTAN Pontianak E-mail : yogagoyaaayahoo.co.id Abstract - BIOGRAFI H. MUHAMMAD (TOKOH SENIMAN HADRAH KOTA PONTIANAK)

0 0 12

PENGARUH TYPE THINK PAIR SHERE TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SDN 39 PONTIANAK KOTA Niki Anggraini, Tahmid Sabri, Hery Kresnadi Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Untan, Pontianak Email: anggraininikigmail.com Abstract - PENGARUH TYPE THINK PAIR

0 0 8

Program Pascasarjana FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak venysafaria123yahoo.com Abstract - PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA GURU TERHADAP PRODUKTIVITAS SEKOLAH PADA SEKOLAH DASAR

0 0 10

Muhamad Ramadhan, Gusti Budjang A, Supriadi Program Studi Pendidikan Sosiologi FKIP Untan Pontianak Email : muhamadramadhan441gmail.com Abstract - PENGENDALIAN SOSIAL PERILAKU INDISIPLINER SISWA OLEH GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN SOSIOLOGI DI SMA

0 1 12

Safitri, Nuraini Asriati, Supriadi Program Studi Pendidikan Sosiologi FKIP Untan Pontianak Email : safitri1915yahoo.co.id Abstract - UPAYA ORANG TUA DALAM MENGATASI REMAJA PUTUS SEKOLAH (STUDI DI DUSUN TUMPUAN HATI DESA BENTUNAI KECAMATAN SELAKAU)

0 0 8

Konsep Perencanaan dan Perancangan Hotel Resort Di Bukit Patuk Gunungkidul Yang Mengangkat Kearifan Lokal

1 2 89

Pemberdayaan industri kecil dan menengah oleh dinas perindustrian perdagangan dan koperasi kabupaten Purworejo

0 8 100

Slope Stability Analysis with Geotextile Reinforcement Using Geoslope Computer Program

0 1 94