METODOLOGI PENELITIAN

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk membuktikan hipotesis penelitian, maka dilakukan penelitian dengan menentukan variabel bebas:

1. Perbandingan volume MTBE terhadap minyak dengan variasi 0,5:1; 1:1; 1,5:1 dan 2:1 yang dilambangkan dengan v/v.

2. Waktu reaksi dengan variasi 5, 10, 15, 20, dan 25 menit yang dilambangkan dengan t (menit). Variabel bebas di atas dapat digunakan untuk menentukan variabel terikat yaitu kadar metil ester yang dilambangkan dengan C ME (%). Rumus yang digunakan adalah:

5 I ME (t, v/v)

C ME (t, v/v) (%) = 100 x

5 I ME (t, v/v) + 9 I TAG (t, v/v)

Keterangan :C ME(t,v/v) = kadar metil ester (%)

I ME(t,v/v) = nilai integrasi puncak metil ester (%)

I TAG(t,v/v) = nilai integrasi puncak triasilgliserol (%) Kadar metil ester yang diperoleh merupakan variabel terikat yang dilambangkan dengan C ME (%). Dari data yang diperoleh, dapat dibuat tabel kadar metil ester pada setiap perbandingan MTBE dan waktu reaksi sebagai berikut.

t 0,5:1 (V/V) 1:1 (V/V) 1,5:1 (V/V) 2:1 (V/V) (mnit) I TAG I ME C ME I TAG I ME C ME I TAG I ME C ME I TAG I ME C ME (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%)

Selanjutnya, dibuat grafik dengan plot kadar metil ester (C) Vs waktu (t). Data uji karakteristik biodiesel diperoleh menggunakan:

1. GC-MS Dari uji ini akan diperoleh kromatogram dari GC dan masing-masing puncak akan dijelaskan menggunakan MS yang dibandingkan dengan standar sehingga dapat di tentukan jenis metil ester spesifik dari asam lemaknya.

2. ASTM Dari uji ASTM diperoleh data sifat fisik biodiesel yang meliputi berat jenis, kekentalan kinematis, titik nyala, titik kabut, korosi terhadap tembaga, residu karbon conradson, kandungan air, dan kandungan sedimen.

F. Teknik Analisis Data

Analisis dilakukan menggunakan metode scatter grafic dengan plot antara kecepatan (v) Vs volume MTBE terhadap minyak (v/v). Dari grafik tersebut kecepatan dapat dihitung dari waktu reaksi, dimana kecepatan merupakan 1/t untuk mencapai 100% kadar metil ester. Kesimpulan diambil dengan hipotesis benar jika

semakin banyak MTBE yang digunakan reaksi akan berjalan lebih cepat hingga mencapai optimum pada t tertentu.

Dari grafik tersebut di lihat apakah harga kecepatan dari masing-masing volume MTBE memiliki harga yang sama atau berbeda. Untuk mengetahuinya maka perlu dihitung tingkat kesalahan pengukuran atau standar deviasinya (SD), sehingga

harga kecepatan dapat ditulis dengan v ± SD . Selanjutnya adalah menghitung selisih rata-rata dari v A dan v B , jika harga selisih kecepatan rata-rata tersebut lebih

besar dari tingkat kesalahannya maka dapat dinyatakan bahwa kecepatan v A dan v B itu berbeda, dan jika berbeda maka dapat dibuat trendline misalkan garis melengkung atau linear sehingga bisa ditentukan kondisi optimumnya. Sedangkan

jika harga selisih rata-rata kecepatan tersebut lebih kecil maka v A dan v B merupakan harga yang sama sehingga merupakan garis lurus. Berdasarkan hasil kromatogran GC dan fragmen MS dari masing-masing senyawa, suatu senyawa dikatakan mirip dengan standar jika memiliki berat molekul yang sama dan memiki pola fragmen yang mirip serta harga SI (indeks kemiripiran) yang tinggi. Untuk lebih memperkuat dugaan dapat dilihat base peak pada senyawa metil ester yang memiliki ciri khas pada m/z = 74. Jika kandungan metil ester pada senyawa biodiesel tinggi maka dimungkinkan tingginya konversi trigliserida dalam minyak ikan menjadi metil ester. Sehingga semakin besar kandungan metil ester maka kemurnian biodiesel juga semakin besar.

Harga pengukuran sifat fisik biodiesel selanjutnya dibandingkan dengan standar baku ASTM sebagai standar internasional dan standar Dirjen Migas sebagai standar nasional. Jika harga tersebut berada pada range standar maka dapat disimpulkan biodiesel tersebut memenuhi standar sebagai bahan bakar diesel.