Analisis tipe perilaku konsumen minyak goreng di pasar tradisional Kabupaten Boyolali

ANALISIS TIPE PERILAKU KONSUMEN MINYAK GORENG DI PASAR TRADISIONAL KABUPATEN BOYOLALI

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Oleh : WAHYU RISTIANI

H 0306034

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS TIPE PERILAKU KONSUMEN MINYAK GORENG DI PASAR TRADISIONAL KABUPATEN BOYOLALI

yang dipersiapkan dan disusun oleh : Wahyu Ristiani

H 0306034

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal : 14 Juli 2010 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji

Ketua

Anggota I

Anggota II

Erlyna Wida Riptanti, SP. MP Nuning Setyowati, SP, MSc Dr. Ir. Mohd. Harisudin, MSi

NIP : 19780708 200312 2 002 NIP : 19820325 200501 2 001

NIP : 19671012 199302 1 001

Surakarta, Juli 2010

Mengetahui, Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian Dekan

Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS. NIP. 19551217 198203 1 003

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, karunia, hidayah serta kemudahan-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar.

Skripsi yang berjudul Analisis Tipe Perilaku Konsumen Minyak Goreng di Pasar Tradisional Kabupaten Boyolali ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Univesitas Sebelas Maret Surakarta. Pelaksanaan penelitian serta penyusunan skripsi ini dapat terlaksana dengan lancar berkat dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Suntoro, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian UNS Surakarta.

2. Bapak Ir. Agustono, MSi selaku Ketua Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian UNS Surakarta.

3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya Handayani, MP selaku Ketua Komisi Sarjana Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian UNS Surakarta.

4. Ibu Dr. Ir. Minar Ferichani, MP selaku Pembimbing Akademik.

5. Ibu Erlyna Wida Riptanti, SP.MP. selaku Pembimbing Utama dan Ibu Nuning Setyowati, SP.MSc. selaku Pembimbing Pendamping serta Bapak Dr. Ir. Mohd. Harisudin, MSi selaku Dosen Penguji Tamu yang selalu memberikan pengarahan, nasehat, dan petunjuk selama proses belajar dan penyusunan skripsi di Fakultas Petanian.

6. Seluruh staff administrasi Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian atas kesabaran dan keramahannya membantu penulis dalam penyelesaian administrasi.

7. Kepala BPS, BAPPEDA, Disperindag dan Kantor Ketahanan Pangan Boyolali beserta staff atas semua bantuannya dalam menyediakan informasi untuk kebutuhan penelitian penulis.

8. Kedua orang tua penulis, Bapak Cuk Bani dan Ibu Sri Lestari atas do’a, cinta dan kasih sayang yang tanpa batas serta dukungan yang luar biasa sehingga penulis sampai pada tahap ini.

9. Adik dan kakakku, Novi Cahyaning Mumpuni dan Windri atas cinta, dukungan dan kesediaan yang konstan untuk mendalami apa pun yang penulis butuhkan. I need, you give.

10. Si kecil Kholis, Rasya dan Aliya atas rasa humor yang tinggi yang membantu penulis untuk sejenak melepas penat selama proses penyusunan skripsi ini.

11. Sahabat-sahabatku : Tia, Devi, Hetik, Desy, Riani, Lia dan Yulis atas pengertian dan kebersamaannya di rumah kita Alamanda Putri. Syarifah, Hartati dan Maninggar atas kasih sayang, persahabatan yang penuh dukungan emosional dan kesediaan untuk berbagi dikala suka maupun duka. All of kwaci Dinar, Maryani, Gebriyan, Rahmalia, Rifqi, Bedul, Antok, Keci, Bayu terima kasih telah menjadi teman, sahabat, sekaligus pendorong bagi penulis.

12. Siska, Epi, Yeni, Yuani, Rara, Yuli, Luthfia, Uus, R.Dyah, Chacha, Danang, Wahyudi, Habib, Bagus, Firzadi, Antok dan semua sahabat-sahabat Agrobisnis 2006 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bantuan dan kebersamaannya yang secara langsung maupun tidak langsung membantu penulis dalam menghimpun semangat. Kebersamaan yang telah kita jalin merupakan salah satu hal indah yang tak cukup penulis ungkapkan hanya lewat kata.

13. HIMASETA FP UNS, seluruh pengurus dan anggota periode 2008-2009 dan 2009-2010, khususnya bidang Kesekretariatan, yang telah memberikan kesempatan untuk berkembang dan mendapat pengalaman yang luar biasa.

11, 12, 13, 14 Thanks for always be there for me, thanks for the lesson i learned .

14. Semua pihak yang tidak dapat Penyusun sebutkan satu persatu, terimakasih atas semua bantuannya.

Penulis menyadari bahwa penulisan Skripsi ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan karya ilmiah ini. Akhir kata semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Surakarta, Juli 2010 Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN......................................................................... ii KATA PENGANTAR..................................................................................... iii DAFTAR ISI

v DAFTAR TABEL

vii DAFTAR GAMBAR

viii DAFTAR LAMPIRAN

ix RINGKASAN

x SUMMARY

xi

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Perumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

B. Tinjauan Pustaka

1. Minyak Goreng

3. Perilaku Konsumen

4. Keterlibatan Konsumen

6. Pasar Tradisional

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

D. Hipotesis

E. Asumsi

F. Pembatasan Masalah

G. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

B. Metode Pengumpulan Data

1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

2. Metode Pengambilan Sampel

C. Jenis dan Sumber Data

D. Teknik Pengumpulan Data

E. Metode Analisis Data

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Geografis

B. Keadaan Penduduk

1. Keadaan Penduduk menurut Jenis Kelamin

2. Keadaan Penduduk menurut Umur

3. Keadaan Penduduk menurut Pendidikan

4. Keadaan Penduduk menurut Mata Pencaharian

C. Keadaan Perekonomian

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

1. Karakteristik Responden menurut Jenis Kelamin

2. Karakteristik Responden menurut Kelompok Umur

3. Karakteristik Responden menurut Tingkat Pendidikan

4. Karakteristik Responden menurut Mata Pencaharian

5. Karakteristik Respoden menurut Pendapatan Rumah Tangga

6. Karakteristik Responden menurut Jumlah Anggota Keluarga

B. Keterlibatan Konsumen Dalam Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Minyak Goreng di Pasar Tradisional Kabupaten Boyolali 50

C. Perbedaan Antar Merek Minyak Goreng Menurut Konsumen di Pasar Tradisional Kabupaten Boyolali

D. Tipe Perilaku Konsumen Minyak Goreng di Pasar Tradisional Kabupaten Boyolali

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Standar Mutu Minyak Goreng Berdasarkan SNI……………….

2 Tabel 2

27 Tabel 3

Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Boyolali……...

Rata-rata Konsumsi Minyak dan Lemak Penduduk Kabupaten Boyolali Per Bulan.......................................................................

28 Tabel 4

Pembagian Jumlah Responden Pada Pasar Tradisional Di Kabupaten Boyolali…………………………………………….

30 Tabel 5

31 Tabel 6

Inventaris Keterlibatan Pribadi…………………………………

33 Tabel 7

Pembobotan Atribut Minyak Goreng…………………………..

Luas Wilayah dan Penggunaan Lahan (Ha) di Kabupaten Boyolali Tahun 2008…………………………………………...

38 Tabel 8

Komposisi Penduduk Kabupaten Boyolali Menurut Jenis Kelamin dan Sex Rationya Tahun 2003-2008………………….

39 Tabel 9

Penduduk Kabupaten Boyolali Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2008..........................................................

40 Tabel 10 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Boyolali Tahun 2008...................................................................

41 Tabel 11 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kabupaten Boyolali Tahun 2008...................................................................

42 Tabel 12 Jenis dan Jumlah Sarana Perekonomian di Kabupaten Boyolali Tahun 2008……………………………………………………..

43 Tabel 14 Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin……………...

44 Tabel 15 Karakteristik Responden Menurut Kelompok Umur...................

45 Tabel 16 Karakteristik Responden menurut Tingkat Pendidikan...............

46 Tabel 17 Karakteristik Responden Menurut Mata Pencaharian

47 Tabel 18 Karakteristik Responden Menurut Pendapatan Rumah Tangga..

48 Tabel 19 Karakteristik Responden Menurut Jumlah Anggota Keluarga....

49 Tabel 20 Hasil Analisis Keterlibatan Konsumen Minyak Goreng di Pasar

51 Tabel 21 Perhitungan Persepsi Kualitas Merek-merek Minyak Goreng Menurut Konsumen di Pasar Tradisional Kabupaten Boyolali...

Tradisional Kabupaten Boyolali…………………………

57 Tabel 22 Perhitungan Beda Antar Merek Minyak Goreng Menurut Konsumen di Pasar Tradisional Kabupaten Boyolali…………..

57 Tabel 23 Perbandingan Konsumsi Minyak Goreng Jenis Kelapa dan Kelapa Sawit Oleh Konsumen di Pasar Tradisional Kabupaten Boyolali………………………………………………………….. 59

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Pendekatan Masalah

22 Gambar 2. Tipe perilaku Konsumen Menurut Henry Assael

34

Gambar 3. Hasil Kombinasi Analisis Keterlibatan Konsumen dan Beda

64

Antar Merek Minyak Goreng

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Identitas Responden Lampiran 2. Kebiasaan Konsumsi Minyak Goreng Responden Lampiran 3. Persepsi Kualitas Merek Minyak Goreng Menurut Konsumen

Minyak Goreng di Pasar Tradisional Kabupaten Boyolali Lampiran 4. Perhitungan Keterlibatan Konsumen Minyak Goreng di Pasar Tradisional Kabupaten Boyolali Lampiran 5. Hasil Uji One way anova Lampiran 6. Peta Kabupaten Boyolali Lampiran 7. Foto Dokumentasi Penelitian Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian

RINGKASAN

Wahyu Ristiani. H0306034. 2010. Analisis Tipe Perilaku Konsumen Minyak Goreng Di Pasar Tradisional Kabupaten Boyolali. Di bawah bimbingan Erlyna Wida Riptanti, SP. MP dan Nuning Setyowati, SP. MSc Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keterlibatan konsumen dalam proses pengambilan keputusan pembelian minyak goreng di pasar tradisional Kabupaten Boyolali, beda antar merek minyak goreng di pasar tradisional Kabupaten Boyolali dan tipe perilaku konsumen minyak goreng di pasar tradisional Kabupaten Boyolali.

Metode dasar dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah convenience sampling dimana peneliti melakukan wawancara di tempat penelitian. Jumlah sampel yang diambil adalah 100 orang konsumen di pasar tradisional Kabupaten Boyolali dengan menggunakan dasar confident level sebesar 95 %. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan pencatatan. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan model tipe perilaku konsumen menurut Henry Assael yang menggembangkan dua faktor yaitu keterlibatan konsumen yang dianalisis dengan metode Zaichowsky dan beda antar merek yang dianalisis dengan uji Anova satu arah.

Hasil analisis keterlibatan konsumen menunjukkan bahwa keterlibatan konsumen dalam proses pengambilan keputusan pembelian minyak goreng di pasar tradisional Kabupaten Boyolali tergolong tinggi dengan rata-rata jumlah skor 35,10 > 28. Sedangkan hasil uji Anova satu arah menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 23,730 dengan signifikasi sebesar 0,000 (<0,05) artinya konsumen minyak goreng di pasar tradisional Kabupaten Boyolali menyadari perbedaan yang jelas antar berbagai merek minyak goreng di pasar tradisional Kabupaten Boyolali. Hasil pengkombinasian analisis keterlibatan konsumen dan beda antar merek tersebut menunjukkan bahwa tipe perilaku konsumen minyak goreng di pasar tradisional Kabupaten Boyolali adalah tipe perilaku pembelian komplek yang mempunyai keterlibatan yang tinggi dan konsumen menyadari perbedaan antar berbagai merek.

SUMMARY

Wahyu Ristiani. H0306034. 2010. Analyse of The Consumer Behavior Type to The Frying Oil in Traditional Market Boyolali Regency. Erlyna Wida Riptanti, SP. MP dan Nuning Setyowati, SP. MSc as advisors. Agriculture Faculty of Sebelas Maret University, Surakarta.

The aims of this research are to know the level of consumer involvement to the frying oil buying decision making process in Boyolali regency traditional market, differentes among the frying oil brands according to the consumer in Boyolali regency traditional market and the consumer behavior type to the frying oil in Boyolali regency traditional market.

The basic method of this research is used analytic descriptive method. Location research selected by purposive method. Consumer’s sample method that used in this research is convenience sampling, with interview. The researcher takes 100 samples of consumer in Boyolali regency traditional market with used confident level 95 %. Data resources of this research are primary and secondary data. The data collected with the observation, interview and recording. This research uses a Henry Assael’s consumer behavior type model which develops two factor, those are involvement which is analyzed by Zaichowsky methode and differentes among brands which is analyzed by one way Anova.

The result of consumer involvement analyze indicate that the level of consumer involvement to the frying oil buying decision making process in Boyolali regency traditional market represent the high involvement with the mean sum up score 35,10 > 28. While the result of one way Anova indicate that F value equal to 23,730 by signification equal to 0,000 (<0,05) that mean the consumer of frying oil consider a lot of differentes among brands of frying oil in Boyolali regency traditional market. The result of consumer involvement and differentes among brands analyze combination indicated that the consumer behavior type to the frying oil in Boyolali regency traditional market is complex buying behavior which have high consumer involvement and consumer have considered differentes among brands.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu produk industri hasil pertanian adalah minyak goreng. Minyak goreng yang beredar di pasaran umumnya bersumber nabati, seperti dari bunga matahari, kacang kedelai, kacang tanah, kelapa atau kelapa sawit. Meskipun berbeda bahan dasar, namun hampir semua minyak goreng memiliki fungsi yang sama, yaitu sebagai pengantar panas untuk

mematangkan makanan (Anonim a , 2007). Minyak goreng merupakan salah satu dari sembilan kebutuhan pokok

masyarakat Indonesia sehingga permintaan akan produk ini selalu ada. Kondisi yang terjadi pada saat krisis ekonomi beberapa tahun yang lalu, di mana sempat terjadi kelangkaan minyak goreng di pasar lokal memperlihatkan pentingnya minyak goreng sebagai kebutuhan sehari-hari. Minyak goreng erat dengan aktivitas masyarakat khususnya ibu rumah tangga yang dilakukan di dapur untuk memenuhi kebutuhan pangan setiap harinya.

Produk minyak goreng merupakan salah satu produk yang banyak tersedia di pasaran. Banyaknya produk minyak goreng yang beredar di pasaran membuat posisi persaingan antar merek minyak goreng di pasar menjadi ketat. Persaingan penjualan minyak goreng di pasar yang semakin ketat memicu produsen minyak goreng untuk berusaha agar produknya laku di pasar. Produsen melakukan berbagai cara untuk meningkatkan penjualannya seperti dengan meningkatkan fungsi merek dan kemasan sebagai pembeda dengan produk minyak goreng yang lain, sehingga konsumen lebih tertarik pada produk tersebut.

Berbagai macam kemasan minyak goreng di pasar tradisional yaitu botol, refill, derrigent dan plastik untuk minyak goreng curah dengan berbagai ukuran volume sehingga konsumen lebih memiliki banyak pilihan. Warna, kejernihan dan atribut minyak goreng yang lain juga menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli minyak goreng. Besar kandungan gizi yang dimiliki minyak goreng pun berbeda antar merek. Berdasarkan rumusan yang Berbagai macam kemasan minyak goreng di pasar tradisional yaitu botol, refill, derrigent dan plastik untuk minyak goreng curah dengan berbagai ukuran volume sehingga konsumen lebih memiliki banyak pilihan. Warna, kejernihan dan atribut minyak goreng yang lain juga menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli minyak goreng. Besar kandungan gizi yang dimiliki minyak goreng pun berbeda antar merek. Berdasarkan rumusan yang

Tabel 1. Standar Mutu Minyak Goreng No.

Kriteria uji Persyaratan

Satuan

Mutu I

Mutu II

1.3 Warna Putih, kuning pucat sampai kuning

2. Kadar air

Maks 0,1

Maks 0,3

3. Bilangan asam

Maks 2 Asam linoleat (C18:3) dalam komposisi

KOH/gr Maks 0,6

4. Asam lemak minyak %

Maks 2

Maks 2

5. Cemaran logam

5.1 Timbal (Pb)

mg/kg

Maks 0,1

Maks 0,1

5.2 Timah (Sn)

mg/kg

Maks 40,0*/250 Maks 40,0*/250

5.3 Raksa (Hg)

mg/kg

Maks 0,05

Maks 0,05

5.4 Tembaga (Cu)

mg/kg

Maks 0,1

Maks 0,1

6. Cemaran Arsen (As) mg/kg

Maks 0,1

Maks 0,1

Negative Catatan : * Dalam kemasan kaleng

7. Minyak pelikan**

Negatif

** Minyak pelikan adalah minyak yang tidak dapat disabunkan Sumber : Abidanish, 2010 Beragamnya atribut minyak goreng yang menjadi pertimbangan konsumen dalam mengambil keputusan pembelian menyebabkan konsumen akhirnya harus menentukan pilihan secara selektif, minyak goreng mana yang akan dikonsumsi untuk keperluan sehari-hari. Pengambilan keputusan pembelian tidak terlepas dari keterlibatan konsumen dimana menggambarkan tingkat minat konsumen terhadap proses pembelian produk yang ditimbulkan oleh pentingnya pembelian minyak goreng dalam kehidupan sehari-hari konsumen. Fenomena ini menandakan adanya perbedaan perilaku konsumen akan suatu produk minyak goreng di pasaran (Mintaryo, 2006). Salah satu usaha yang perlu dilakukan oleh produsen minyak goreng untuk ** Minyak pelikan adalah minyak yang tidak dapat disabunkan Sumber : Abidanish, 2010 Beragamnya atribut minyak goreng yang menjadi pertimbangan konsumen dalam mengambil keputusan pembelian menyebabkan konsumen akhirnya harus menentukan pilihan secara selektif, minyak goreng mana yang akan dikonsumsi untuk keperluan sehari-hari. Pengambilan keputusan pembelian tidak terlepas dari keterlibatan konsumen dimana menggambarkan tingkat minat konsumen terhadap proses pembelian produk yang ditimbulkan oleh pentingnya pembelian minyak goreng dalam kehidupan sehari-hari konsumen. Fenomena ini menandakan adanya perbedaan perilaku konsumen akan suatu produk minyak goreng di pasaran (Mintaryo, 2006). Salah satu usaha yang perlu dilakukan oleh produsen minyak goreng untuk

Pasar merupakan tempat pemasaran minyak goreng baik pasar tradisonal maupun pasar modern. Kedua pasar tersebut memiliki beberapa kesamaan yang salah satunya yaitu menyediakan barang kebutuhan bagi konsumen. Namun pasar tradisional memiliki keunikan tersendiri dibandingakan pasar modern. Kegiatan jual beli yang dilakukan di pasar tradisional lebih fleksibel karena komunikasi yang dilakukan penjual dan pembeli tidak kaku sebagai contoh adanya tawar menawar dalam pasar tradisional. Konsumen juga cenderung lebih memilih pasar tradisional karena pada umumnya lokasi pasar tersebut lebih dekat dengan tempat tinggal konsumen daripada pasar modern. Berbagai kalangan konsumen baik yang berpenghasilan menengah kebawah hingga menengah keatas banyak dijumpai di pasar tradisional. Hal tersebut menandakan bahwa perilaku konsumen di pasar tradisional lebih beragam sehingga menarik untuk dipelajari.

Kabupaten Boyolali merupakan daerah yang pada umum masyarakatnya masih menggunakan pasar tradisional sebagai tempat untuk melakukan aktivitas jual beli guna memenuhi kebutuhan sehari-hari terlebih untuk memenuhi kebutuhan bahan pokok termasuk minyak goreng. Masyarakat pada umumnya melakukan pembelian minyak goreng bersamaan dengan pada saat membeli barang kebutuhan pokok yang lainnya. Konsumen pasar tradisional biasanya menentukan minyak goreng yang akan dibelinya dengan cepat seperti mempertimbangkan atribut minyak goreng tidak seperti yang dilakukan pada pasar swalayan. Konsumen minyak goreng pada umumnya bersifat fanatik dalam melakukan pembelian yang artinya konsumen tidak mudah pindah ke merek yang lain setelah percaya pada satu merek minyak goreng. Namun konsumen sangat memperhatikan atribut minyak goreng yang akan dibelinya seperti warna, kejernihan dan kandungan gizi karena tuntutan keinginan konsumen sendiri akan rasa aman sehingga tidak ragu untuk mengkonsumsinya.

Berbagai macam minyak goreng yang beredar di pasar-pasar tradisional Kabupaten Boyolali diantaranya adalah minyak goreng barco dan sawit dalam bentuk curah serta bimoli, sania, sanco, filma, tropical, hemart, Frais Well, Kunci mas dan lain-lain dalam kemasan botol, derrigent maupun refill (isi ulang). Minyak goreng dalam bentuk curah dijual dengan ukuran kilogram sesuai dengan permintaan konsumen sedangkan minyak goreng kemasan terdiri dari berbagai macam bentuk yaitu derrigent, refill dan botol dalam berbagai ukuran pula. Meskipun minyak goreng curah kurang menarik dalam hal kemasan atau kepraktisan namun minyak goreng curah memiliki atribut lain yang menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli. Minyak goreng curah terdiri dari beberapa tingkatan berdasarkan kejernihan dan warna yang tentunya mempengaruhi harga minyak goreng tersebut. Masyarakat Boyolali yang berpenghasilan menengah kebawah pada umumnya lebih menyukai mengkonsumsi minyak goreng curah dibandingkan minyak goreng kemasan karena harga lebih murah dan kapasitas isi yang lebih fleksibel sesuai kebutuhan dibandingkan dengan minyak goreng kemasan. Sedangkan masyarakat berpenghasilan menengah keatas cenderung menyukai minyak goreng kemasan karena lebih praktis dan lebih terjamin kualitasnya. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa kenyataan tersebut dapat saja berkebalikan karena kebiasaan, tuntutan rasa aman dalam mengkonsumsi dan pertimbangan yang lainnya.

Produsen minyak goreng perlu menyadari bahwa perilaku konsumen memiliki peran penting dalam penjualan produk. Menurut Kotler (1991), konsumen memiliki preferensi yang kuat terhadap barang pokok termasuk minyak goreng. Sehingga perilaku konsumen minyak goreng perlu untuk dikaji guna menunjang keberhasilan dalam usaha pemasaran minyak goreng terlebih di pasar tradisional yang di dalamnya terjadi aktivitas masyarakat secara menyeluruh dari masyarakat golongan menengah kebawah hingga

menengah keatas (Anonim b , 2009). Hal inilah yang mendorong peneliti untuk mengadakan penelitian mengenai Analisis Tipe Perilaku Konsumen Minyak

Goreng di Pasar Tradisional Kabupaten Boyolali.

B. Perumusan Masalah

Jumlah penduduk semakin bertambah menyebabkan meningkatnya kebutuhan konsumen terlebih kebutuhan pokok termasuk untuk produk minyak goreng. Hal tersebut memicu produsen minyak goreng untuk meningkatkan produksinya dan berlomba tidak hanya untuk mengetahui cara penjualan tetapi lebih dalam artian bagaimana memuaskan kebutuhan konsumen sehingga terjadi persaingan yang ketat antar produsen dalam pasar. Produsen melakukan berbagai cara untuk meningkatkan penjualannya seperti dengan meningkatkan fungsi atribut produk sebagai pembeda dengan produk minyak goreng yang lain seperti jenis minyak goreng, kemasan, warna, kejernihan, volume isi, harga dan kandungan gizi sehingga konsumen lebih tertarik pada merek tersebut.

Konsumen kini memiliki waktu yang lebih lama untuk membuat keputusan pembelian karena keberadaan atribut-atribut yang beragam pada satu jenis produk yang sama (minyak goreng). Konsumen harus melibatkan diri dalam memutuskan pembelian minyak goreng dengan pertimbangan posisi pentingnya pembelian minyak goreng sehingga tindakannya sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya. Tingkat keterlibatan konsumen (consumer involvement) berbeda-beda dipengaruhi oleh kondisi sosial, psikologis dan budaya yang ada disekitarnya. Pengaruh-pengaruh tersebut akan menimbulkan adanya tingkat keterlibatan konsumen yang berbeda-beda dalam memutuskan pembelian minyak goreng.

Berbagai atribut yang melekat pada minyak goreng menimbulkan penilaian konsumen terhadap produk minyak goreng. Konsumen akan mencari informasi manfaat tertentu dan selanjutnya mengevaluasi atribut produk serta memberikan bobot yang berbeda untuk setiap atribut sesuai kepentingannya sehingga menimbulkan beda antar merek (differentes among brands) yang pada umumnya direspon konsumen melalui persepsi. Persepsi setiap konsumen terhadap atribut suatu merek minyak goreng berbeda-beda. Tingkat keterlibatan dan persepsi konsumen terhadap suatu produk yang berbeda-beda Berbagai atribut yang melekat pada minyak goreng menimbulkan penilaian konsumen terhadap produk minyak goreng. Konsumen akan mencari informasi manfaat tertentu dan selanjutnya mengevaluasi atribut produk serta memberikan bobot yang berbeda untuk setiap atribut sesuai kepentingannya sehingga menimbulkan beda antar merek (differentes among brands) yang pada umumnya direspon konsumen melalui persepsi. Persepsi setiap konsumen terhadap atribut suatu merek minyak goreng berbeda-beda. Tingkat keterlibatan dan persepsi konsumen terhadap suatu produk yang berbeda-beda

Tipe perilaku konsumen satu dengan yang lain berbeda dan selalu berubah sehingga perlu untuk dipelajari secara kontinyu terlebih saat ini dimana pasar semakin kompetitif. Berbagai kalangan konsumen yang lebih banyak dijumpai di pasar tradisional menimbulkan perilaku konsumen di pasar tradisional lebih beragam sehingga menarik untuk dipelajari.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat keterlibatan konsumen dalam proses pengambilan keputusan pembelian minyak goreng di pasar tradisional Kabupaten Boyolali?

2. Bagaimana perbedaan antar merek minyak goreng menurut konsumen di pasar tradisional Kabupaten Boyolali?

3. Bagaimana tipe perilaku konsumen minyak goreng di pasar tradisional Kabupaten Boyolali?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis tingkat keterlibatan konsumen dalam proses pengambilan keputusan pembelian minyak goreng di pasar tradisional Kabupaten Boyolali.

2. Menganalisis perbedaan antar merek minyak goreng menurut konsumen di pasar tradisional Kabupaten Boyolali.

3. Menganalisis tipe perilaku konsumen minyak goreng di pasar tradisional Kabupaten Boyolali.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi produsen dan pemasar, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan wawasan dan pertimbangan mengenai tipe perilaku konsumen yang berpengaruh dalam keputusan pembelian sehingga dapat dijadikan dasar untuk menyusun strategi pemasaran.

3. Bagi akademisi dan peminat masalah pemasaran, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi, wawasan, pengetahuan, referensi serta pembanding dalam penyusunan penelitian serupa.

4. Bagi konsumen, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan memberi informasi dalam memilih minyak goreng khususnya bagi kosumen di pasar tradisional Kabupaten Boyolali.

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian Damayanti et al (2009) yang berjudul Analisis Faktor Marketing Mix Terhadap Keputusan Pembelian Minyak Goreng Pada Pasar Swalayan Di Kota Surakarta , terdapat faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli minyak goreng di pasar swalayan di Kota Surakarta. Faktor-faktor tersebut adalah faktor produk, faktor tampilan produk, faktor tempat, faktor harga, faktor promosi dan faktor kemasan. Variabel-variabel yang dominan dipertimbangkan konsumen dalam membeli minyak goreng di pasar swalayan di Kota Surakarta untuk tiap-tiap faktor adalah variabel keamanan minyak goreng, variabel kejernihan minyak goreng, variabel ketersediaan minyak goreng di pasar swalayan, variabel harga, variabel iklan minyak goreng di media dan variabel jenis kemasan.

Hasil penelitian Purwitaningsih (2002) yang berjudul Study Terhadap Pengambilan Keputusan Dalam Pembelian Minyak Goreng (Kasus Pada Konsumen Rumah Tangga) menunjukkan bahwa konsumen yang membeli minyak goreng adalah konsumen yang berstatus sebagai ibu rumah tangga biasa. Berdasarkan hubungan antara atribut produk dengan jumlah pembelian, hanya ada satu variabel yang memiliki hubungan yang signifikan, yaitu hubungan antara rasa agak serik dengan jumlah pembelian. Hal ini dikarenakan dalam mengkonsumsi minyak goreng rasa serik dalam minyak goreng sangat mempengaruhi rasa makanan. Sehingga konsumen membeli minyak goreng yang rasanya tidak serik bila digunakan untuk menggoreng. Pada hubungan harga dengan jumlah pembelian dari 3 variabel, tidak ada yang berhubungan. Hal ini disebabkan harga maupun diskon tidak berpengaruh pada pembelian minyak goreng. Berdasarkan hubungan antara distribusi minyak goreng dengan jumlah pembelian, ada satu variabel yang menyatakan hubungan yaitu hubungan antara terdapat di berbagai tempat dengan jumlah pembelian yang menunjukkan bahwa dalam membeli minyak goreng konsumen mencari toko atau tempat menjual minyak goreng yang Hasil penelitian Purwitaningsih (2002) yang berjudul Study Terhadap Pengambilan Keputusan Dalam Pembelian Minyak Goreng (Kasus Pada Konsumen Rumah Tangga) menunjukkan bahwa konsumen yang membeli minyak goreng adalah konsumen yang berstatus sebagai ibu rumah tangga biasa. Berdasarkan hubungan antara atribut produk dengan jumlah pembelian, hanya ada satu variabel yang memiliki hubungan yang signifikan, yaitu hubungan antara rasa agak serik dengan jumlah pembelian. Hal ini dikarenakan dalam mengkonsumsi minyak goreng rasa serik dalam minyak goreng sangat mempengaruhi rasa makanan. Sehingga konsumen membeli minyak goreng yang rasanya tidak serik bila digunakan untuk menggoreng. Pada hubungan harga dengan jumlah pembelian dari 3 variabel, tidak ada yang berhubungan. Hal ini disebabkan harga maupun diskon tidak berpengaruh pada pembelian minyak goreng. Berdasarkan hubungan antara distribusi minyak goreng dengan jumlah pembelian, ada satu variabel yang menyatakan hubungan yaitu hubungan antara terdapat di berbagai tempat dengan jumlah pembelian yang menunjukkan bahwa dalam membeli minyak goreng konsumen mencari toko atau tempat menjual minyak goreng yang

Berdasarkan penelitian Irianto (2007) yang berjudul Perilaku Konsumen Minyak Goreng Kelapa Sawit Di Kota Surabaya , menunjukkan bahwa seiring dengan ditemukannya minyak kelapa sawit perlahan-lahan masyarakat memanfaatkan minyak sawit sebagai pengganti minyak kelapa. Perilaku pembelian minyak goreng sawit di Surabaya dibedakan menurut pilihan konsumsi perbulan, tempat pembelian, tujuan pembelian, harga perliter minyak, volume setiap pembelian, volume konsumsi perbulan dan merek minyak goreng yang dibeli. Sedangkan preferensi konsumen minyak goreng sawit di Surabaya mengarah pada variable bahan kemasan, harga dibanding merek lain, aroma minyak goreng, volume minyak goreng yang disukai, jenis kemasan yang disukai dan warna minyak goreng yang disukai.

Berdasarkan hasil dari ketiga penelitian tersebut dapat disimpulkan faktor keterlibatan konsumen dan beda antar merek mempengaruhi perilaku konsumen dalam mengambil keputusan pembeliannya. Terdapat hubungan positif dari keterlibatan konsumen dengan beda antar merek terhadap perilaku pembelian konsumen. Perilaku konsumen yang berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan konsumen tersebut dapat dianalisis sehingga hasilnya dapat membantu para produsen untuk menyusun strategi pemasaran.

B. Tinjauan Pustaka

1. Minyak Goreng

Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya digunakan untuk menggoreng makanan. Minyak goreng dari tumbuhan biasanya dihasilkan dari tanaman seperti kelapa, biji-bijian, kacang-kacangan, jagung, kedelai, dan kanola (Wikipedia, 2009).

Menurut Santoso (2008), pada dasarnya semua minyak yang berasal dari tumbuhan tidak mengandung kolesterol. Hanya minyak yang berasal dari hewan yang mengandung kolesterol seperti mentega, minyak ikan, lemak hewan dan yang sejenis. Beberapa minyak dari tumbuhan ada yang banyak mengandung asam lemak jenuh, dan beberapa yang lainnya banyak mengandung asam lemak tak jenuh. Asam lemak jenuh jika dikonsumsi oleh manusia atau hewan akan merangsang sintesis kolesterol tubuh, sementara asam lemak tak jenuh jika dikonsumsi akan menurunkan kolesterol tubuh. Minyak goreng non kolesterol adalah minyak yang lebih banyak mengandung asam lemak tak jenuh daripada asam lemak jenuh. Minyak jenis tersebut jika dikonsumsi sintesis kolesterol dalam tubuh tidak akan meningkat sehingga kadar kolesterol darah tidak meningkat pula. Minyak goreng yang berasal dari jagung, kedelai dan wijen banyak mengandung asam lemak tak jenuh rantai panjang, sementara minyak goreng yang berasal dari kelapa dan kelapa sawit banyak mengandung asam lemak jenuh. Asam lemak tak jenuh lebih mudah teroksidasi jika dibandingkan dengan asam lemak jenuh. Oleh sebab itu, asam lemak tak jenuh lebih mudah rusak dan lebih mudah teroksidasi di dalam tubuh. Oksidasi asam lemak tak jenuh yang berlebihan di dalam tubuh akan membahayakan kesehatan tubuh, seperti merangsang pertumbuhan sel kanker.

Minyak goreng adalah hasil akhir (refined oils) dari sebuah proses pemurnian minyak nabati (golongan yang bisa dimakan) dan terdiri dari beragam jenis senyawa trigliserida yang mempunyai tiga jenis asam lemak. Berdasarkan kegunaannya, minyak nabati terbagi menjadi dua golongan. Pertama, minyak nabati yang dapat digunakan dalam industri makanan (edible oils) dan dikenal dengan nama minyak goreng meliputi minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak zaitun, minyak kedelai dan sebagainya. Kedua, minyak yang digunakan dalam indutri non makanan (non edible oils) misalnya minyak kayu putih, minyak jarak, dan minyak Minyak goreng adalah hasil akhir (refined oils) dari sebuah proses pemurnian minyak nabati (golongan yang bisa dimakan) dan terdiri dari beragam jenis senyawa trigliserida yang mempunyai tiga jenis asam lemak. Berdasarkan kegunaannya, minyak nabati terbagi menjadi dua golongan. Pertama, minyak nabati yang dapat digunakan dalam industri makanan (edible oils) dan dikenal dengan nama minyak goreng meliputi minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak zaitun, minyak kedelai dan sebagainya. Kedua, minyak yang digunakan dalam indutri non makanan (non edible oils) misalnya minyak kayu putih, minyak jarak, dan minyak

a. Minyak Kedelai Minyak kedelai digunakan sebagai bahan industri makanan dan non makanan. Industri makanan dari minyak kedelai yang digunakan sebagai bahan industri makanan berbentuk gliserida sebagai bahan untuk pembuatan minyak goreng, margarin dan bahan lemak lainnya

(Anonim c , 2008). Minyak kedelai mempunyai kadar asam lemak jenuh sekitar

15% sehingga sangat baik sebagai pengganti lemak dan minyak yang memiliki kadar asam lemak jenuh yang tinggi seperti mentega dan lemak babi. Hal ini berarti minyak kedelai sama seperti minyak nabati lainnya yang bebas kolestrol (Firmanjaya, 2008).

b. Minyak Jagung Minyak jagung merupakan hasil ekstrak bagian lembaga. Minyak jagung mengandung banyak asam lemak yang diperlukan pada pertumbuhan badan dan mempunyai nilai gizi yang sangat tinggi yaitu sekitar 250 kkal/ons. Minyak jagung lebih disenangi konsumen karena selain harganya murah, minyak jagung juga mengandung sitosterol sehingga para konsumen dapat terhindar dari gejala atheroschlerosis (endapan pada pembuluh darah) (Ketaren, 1986).

c. Minyak Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah salah satu palma penghasil minyak nabati yang lebih dikenal dengan sebutan palm oil. Kelapa sawit adalah penyumbang minyak nabati terbesar di dunia. Minyak sawit dapat dipergunakan untuk bahan makanan dan industri melalui proses penyulingan, penjernihan dan penghilangan bau atau RBDPO (Refined, Bleached and Deodorized Palm Oil). Disamping itu CPO dapat diuraikan untuk produksi minyak sawit padat (RBD Stearin) dan untuk produksi minyak sawit cair (RBD Olein). RBD Olein terutama

dipergunakan untuk pembuatan minyak goreng (Anonim d , 2008).

d. Minyak Kelapa Minyak kelapa termasuk dalam kategori asam lemak jenuh, sangat stabil dan tahan oksidasi, sehingga sulit menjadi tengik kalau pembuatannya memenuhi persyaratan modern. Minyak kelapa yang diproduksi secara modern tanpa dipanaskan, disebut minyak kelapa perawan yang dikenal sebagai Virgin Coconut Oil (Wibowo, 2008).

Minyak kelapa, sebagai salah satu jenis minyak goreng, mempunyai komposisi yang didominasi oleh asam lemak jenuh (90- 92%) sedangkan minyak kelapa sawit mempunyai kompisisi yang berimbang. Minyak kedelai sebaliknya, kandungan asam lemak tak jenuh mendominasi sampai 80%. Dengan kandungan asam lemak jenuh yang tinggi, minyak kelapa dan minyak kelapa sawit mempunyai keunggulan daripada minyak kedelai yaitu lebih stabil dan tidak mudah teroksidasi pada suhu tinggi (Sutanto, 2008).

Volume konsumsi minyak goreng bermerek selama kuartal pertama 2009 turun sebesar 16,4 persen dibanding periode yang sama tahun 2008. Berdasarkan hasil survei kepercayaan konsumen yang dilakukan oleh sebuah lembaga riset, konsumen Indonesia mengeluarkan uang lebih banyak untuk belanja makanan sebagai dampak kenaikan harga barang. Oleh karena itu, konsumen kelas bawah dan menengah memilih untuk membeli produk bermerek yang harganya lebih murah. Di lain pihak, minyak goreng curah mengalami penurunan harga menyusul bertambahnya pasokan komoditas tersebut ke pasar. Selain itu, penurunan harga juga didorong oleh menurunnya permintaan CPO Indonesia dari negara pengimpor utama seperti China dan India.

Produsen mengeluarkan produk Minyakkita dengan ukuran setengah liter dalam memenuhi kebutuhan masyarakat berpenghasilan rendah. Selain ukuran setengah liter juga diproduksi Minyakita ukuran seperempat liter. Ukuran kemasan yang lebih kecil, harga jualnya pun akan berbeda dengan Minyakita ukuran satu liter yang dipatok Rp 7.000 selama program Kepedulian Sosial Perusahaan (KSP) (Purna, 2009).

2. Pemasaran

Sejalan dengan perkembangan ekonomi, definisi pemasaran telah berubah yang bergantung kepada perkembangan sejarah pemasaran itu sendiri. Definisi yang bermula fokus pada barang, kemudian pada lembaga-lembaga yang melakukan pemasaran dan terakhir pada fungsi- fungsi yang dilaksanakan dalam transaksi pemasaran. Philip Kotler mendefinisikan pemasaran sebagai berikut : Marketing is the set of human activities directed at facilitating and consummating exchanges. Artinya pemasaran adalah serangkaian kegiatan manusia yang ditujukan untuk memperlancar serta menyempurnakan pertukaran. Definisi tersebut mengandung arti bahwa pemasaran memiliki unsur yaitu adanya kegiatan manusia (pertukaran), ada yang dipertukarkan, ada pembeli dan penjual (pelaku) (Sumawihardja, 1991).

Pemasaran adalah proses sosial yang melibatkan kegiatan-kegiatan penting yang memungkinkan individu dan perusahaan mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan melalui pertukaran dengan pihak lain dan untuk mengembangkan hubungan pertukaran. Esensinya, pemasaran mengantisipasi dan mengukur pentingnya kebutuhan dan keinginan dari kelompok konsumen tertentu dan menanggapinya dengan aliran barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan. Untuk mencapai tujuan ini perusahaan perlu menargetkan pasar yang paling sesuai dengan sumber dayanya, mengembangkan produk yang memenuhi kebutuhan pasar sasaran lebih baik dari produk-produk yang kompetitif, membuat produk- produk itu tersedia dengan segera, mengembangkan kesadaran pelanggan akan kemampuan pemecahan masalah dan lini produk perusahaan, mendapatkan umpan balik dan pasar tentang keberhasilan produk dan produk perusahaan (Boyd et al, 2000).

Pemasaran merupakan ujung tombak kegiatan bisnis yang dilakukan oleh organisasi atau perusahaan, khususnya perusahaan yang memiliki tujuan untuk memperoleh laba, memperbesar volume penjualan, menginginkan pertumbuhan, memiliki pangsa pasar yang terus meningkat Pemasaran merupakan ujung tombak kegiatan bisnis yang dilakukan oleh organisasi atau perusahaan, khususnya perusahaan yang memiliki tujuan untuk memperoleh laba, memperbesar volume penjualan, menginginkan pertumbuhan, memiliki pangsa pasar yang terus meningkat

Ada lima filosofi yang dianut organisasi dalam melakukan pemasaran yaitu :

1. Konsep berwawasan produksi beranggapan bahwa konsumen akan memilih produk yang harganya terjangkau dan mudah didapat, sehingga tugas utama manajer adalah meningkatkan efisiensi produksi dan distribusi serta menurunkan harga.

2. Konsep berwawasan produk beranggapan bahwa konsumen akan memilih produk bermutu baik dengan harga wajar, sehingga tidak perlu banyak usaha promosi.

3. Konsep berwawasan menjual beranggapan bahwa konsumen tidak akan memilih cukup banyak produk perusahaan, kecuali mereka merangsang dengan usaha menjual dan promosi yang gencar.

4. Konsep berwawasan pemasaran beranggapan bahwa tugas utama perusahaan adalah menentukan kebutuhan, keinginan dan pilihan kelompok pelanggan sasaran serta memberikan kepuasan yang diinginkan.

5. Konsep berwawasan pemasaran bermasyarakat beranggapan bahwa tugas utama perusahaan adalah menghasilkan kepuasan pelanggan dan kesejahteraan konsumen dalam jangka panjang adalah kunci mencapai tujuan dan tanggung jawab perusahaan (Kotler dan Susanto, 2000).

3. Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen, seperti yang didefinisikan oleh Schiffman dan Kanuk (2000) adalah proses yang dilalui oleh seseorang dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan bertindak pasca konsumsi produk, jasa maupun ide yang diharapkan bisa memenuhi kebutuhannya. Dapat dikatakan bahwa perilaku konsumen merupakan studi tentang Perilaku konsumen, seperti yang didefinisikan oleh Schiffman dan Kanuk (2000) adalah proses yang dilalui oleh seseorang dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan bertindak pasca konsumsi produk, jasa maupun ide yang diharapkan bisa memenuhi kebutuhannya. Dapat dikatakan bahwa perilaku konsumen merupakan studi tentang

Perilaku konsumen menyoroti perilaku individu dan rumah tangga. Perilaku konsumen menyangkut suatu proses keputusan sebelum pembelian serta tindakan dalam memperoleh, memakai, mengkonsumsi dan menghabiskan produk. Mengetahui perilaku konsumen meliputi perilaku yang dapat diamati seperti jumlah yang dibelanjakan, kapan, dengan siapa, oleh siapa dan bagaimana barang yang sudah dibeli dikonsumsi termasuk variabel-variabel yang tidak diamati seperti nilai- nilai yang dimiliki konsumen, kebutuhan pribadi, persepsi, bagaimana konsumen mengevaluasi alternatif, dan apa yang konsumen rasakan tentang kepemilikan dan penggunaan produk yang bermacam-macam (Simamora, 2004).

Faktor-faktor yang berpengaruh pada perilaku konsumen adalah faktor kebudayaan, faktor sosial, faktor personal dan faktor psikologis. Peran faktor-faktor tersebut berbeda untuk produk yang berbeda. Dengan kata lain, ada faktor yang dominan pada pembelian suatu produk sementara faktor lain kurang berpengaruh. Faktor kebudayaan adalah faktor penentu paling pokok dari keinginan dan perilaku seseorang. Nilai persepsi, preferensi dan perilaku antara seorang yang tinggal pada daerah tertentu berbeda dengan orang lain yang berada di lingkungan yang lain pula. Faktor personal yang mempengaruhi keputusan pembeli adalah usia dan tahap daur hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup serta kepribadian dan konsep diri. Pilihan pembelian seseorang juga dipengaruhi oleh faktor psikologis yang utama yaitu motivasi, persepsi, proses pembelajaran, serta kepercayaan dan sikap (Simamora, 2003).

Pembuatan keputusan yang dilakukan konsumen berbeda-beda sesuai dengan tipe keputusan membeli, Assael membedakan empat tipe perilaku membeli konsumen, yaitu pertama, perilaku membeli yang komplek dimana para konsumen menempuh suatu proses membeli yang Pembuatan keputusan yang dilakukan konsumen berbeda-beda sesuai dengan tipe keputusan membeli, Assael membedakan empat tipe perilaku membeli konsumen, yaitu pertama, perilaku membeli yang komplek dimana para konsumen menempuh suatu proses membeli yang

4. Keterlibatan Konsumen

Keterlibatan konsumen (consumer involvement) didefinisikan sebagai pemahaman dari pengalaman seseorang dalam suatu kegiatan yang berhubungan dengan konsumsi. Keterlibatan konsumen juga terdiri dari dua komponen utama dari motivasi, yaitu kekuatan dan pandangan konsumen. Keterlibatan tinggi menggambarkan tingkat kekuatan yang tinggi oleh konsumen dan dengan kekuatan ini diarahkan untuk kegiatan konsumsi. Konsumen dengan keterlibatan tinggi biasanya berpikir lebih atau merasa lebih kuat. Keterlibatan rendah terjadi apabila konsumen menginvestasikan sedikit kekuatan ke dalam perasaannya (Wilkie, 1990).

Menurut Simamora (2003), terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi keterlibatan konsumen, yaitu :

1. Faktor pribadi, tanpa aktivasi kebutuhan dan dorongan, tidak ada keterlibatan. Keterlibatan paling kuat apabila produk dipandang mencerminkan citra diri, kalau itu yang terjadi keterlibatan cenderung berlangsung dalam jangka panjang, tidak situasional atau temporer.

2. Faktor produk, produk adalah obyek. Sebagai obyek, produk bersifat pasif. Adapun pengaruhnya dalam keterlibatan berkenaan dengan cara konsumen merespon produk. Keterlibatan tinggi jika produk semakin terdiferensiasi.

3. Faktor situasi, jika keterlibatan yang langgeng dianggap sebagai citra tetap, keterlibatan situasional berubah sepanjang waktu. Keterlibatan ini bekerja secara temporer dan selesai setelah terjadi pembelian. Ini sering terjadi pada produk yang bersifat musiman. Keterlibatan juga dapat meningkat bila ada tekanan sosial.

5. Atribut

Merek adalah nama, istilah, logo, tanda atau lambang dan kombinasi dari dua atau lebih unsur tersebut yang dimaksud untuk mengidentifikasikan barang-barang atau jasa dari seorang penhjual atau kelompok penjual untuk membedakannya dari produk pesaing. Sedangkan Bill Gates mengatakan bahwa merek adalah salah satu faktor terpenting bagi keberhasilan penguasaan pasar. Manfaat penggunaan merek bagi penyalur diantaranya adalah untuk mempermudah penanganan produk, mempermudah mengetahui penawaran produk, mempertahankan mutu produk dan membina preferensi dengan pembeli (Ambadar et al, 2007).